PENATALAKSA pasien dirujuk untuk melakukan pemeriksaan Radiologi ( Rontgen Thorax) dan
NAAN pemeriksaan sputum untuk penegakkan diagnosa dan tatalaksana lebih lanjut di
Puskemas atau Rumah Sakit
1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari Tuberkulosis (TB)
Paru yang harus diketahui oleh pasien dan keluarganya
2. Diet, pentahapan mobilisasi,dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan
atau dilihat langsung oleh dokter dan keluarga
EDUKASI 3. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga
supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.
4. Konseling individu tentang perbaikan sanitasi lingkungan,
peningkatan higiene makanan dan minuman, peningkatan higiene
perorangan, pencegahan dengan imunisasi
Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi
sesuai dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid,
PROGNOSIS
prognosis menjadi kurang baik
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
LOGO KLINIK KLINIK PRATAMA ELBE JAYA CUAN SENTOSA
PRATAMA
ELBE JAYA TUBERCULOSIS PARU
CUAN SENTOSA
Kriteria hasil pengobatan:
1. Sembuh : Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
dan pemeriksaan apusan dahak ulang (follow up), hasilnya negatif pada
AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
2. Pengobatan lengkap : pasien yang telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan
apusan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya
PROGNOSIS 3. Meninggal : Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab
apapun.
4. Putus berobat (default) : pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-
turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai
5. Gagal : pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau selama pengobatan.
6. Pindah (transfer out) : pasien yang pindah ke unit pencatatan dan
pelaporan (register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
1. Marcellus, 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I , Interna publishing: Jakarta
Pusat Soewondo, Eddy Soewandojo,2009. Ilmu Penyakit Dalam jilid III,
Interna Publishing: Jakarta Pusat
2. Sunada, Keijiro; Yamamoto, Hironori; Yano Tomonori; Sugano,
KEPUSTAKAAN
Kentaro. Advances in the Diagnosis and Treatment of Small Bowel Lesions
with Crohn's Disease using Double-balloon Endoscopy, 2009
3. Sya’roni, Akmal, 2009. Ilmu Penyakit Dalam jilid III, Interna Publishing:
Jakarta Pusat
PANDUAN PRAKTIK KLINIK KLINIK PRATAMA ELBE
LOGO KLINIK JAYA CUAN SENTOSA
PRATAMA
ELBE JAYA MORBILI
CUAN SENTOSA
Ditetapkan Oleh :
Direktur Klinik ELBE
Tanggal Terbit
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS
Bibu
Suatu penyakit infeksi virus, yang ditandai dengan gejala prodromal
berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis, eksantem patognomonik,
PENGERTIAN
diikuti dengan lesi makulopapular eritem pada hari ketiga hingga hari
ketujuh.
3. Pada demam hari keempat, muncul lesi makula dan papula eritem,
ANAMNESIS
yang dimulai pada kepaladaerah perbatasan dahi rambut, di belakang
telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka, badan,
ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga
4. Faktor Risiko
Anak yang belum mendapat imunisasi campak
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
1. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.
2. Ada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya
eksantem.
PEMERIKSAAN
3. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem, dimulai pada
FISIK
kepala pada daerah perbatasan dahi rambut, di belakang
telinga, dan menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka,
badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.
4. Lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan sesuai urutan
PANDUAN PRAKTIK KLINIK KLINIK PRATAMA ELBE
LOGO KLINIK JAYA CUAN SENTOSA
PRATAMA
ELBE JAYA MORBILI
CUAN SENTOSA
muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau deskuamasi
PEMERIKSAAN
ringan.
FISIK
5. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.
Biasanya tidak diperlukan pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel datia
PEMERIKSAAN berinti banyak pada sekret. Pemeriksaan serologi dapat digunakan untuk
PENUNJANG
konfirmasi Diagnosis.
1. Diagnosis Klinis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Terdapat varian untuk morbili
KRITERIA a. Morbili termodifikasi.
DIAGNOSA
b. Morbili atipik.
c. Morbili pada individu dengan gangguan imun
Morbili
DIAGNOSA
1. Erupsi obat
2. Eksantem virus yang lain (rubella, eksantem subitum)
3. Demam skarlatina
4. infectious mononucleosis
5. infeksi M. pneumoniae.
DIAGNOSA
BANDING Komplikasi
Komplikasi lebih umum terjadi pada anak dengan gizi buruk, anak yang belum
mendapat imunisasi, dan anak dengan imunodefisiensi dan leukemia.
Komplikasi berupa otitis media, pneumonia, ensefalitis, trombositopenia.
Pada anak HIV yang tidak diimunisasi, pneumonia yang fatal dapat terjadi
tanpa munculnya lesi kulit.
1. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan
mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis