Anda di halaman 1dari 5

Penugasan Pencatatan dan Pelaporan surveilans Difteri

Kelompok 1
Anggota kelompok

1. Acep Rakhmat Hidayat


2. Ade Jumroh
3. Ade Reza maulana
4. Agit Septian
5. Angga Ferian Erlangga
6. Armando Ego Risando
7. Asep Bambang
8. Atun
9. Budi Rahmat
10. Desi Irawan
Lembar Kasus (IHB 6.4,IHB 6.5,IHB 6.6,IHB 6.7)

Berdasarkan definisi operasional diagnosis difteri, ketiga kasus difteri merupakankasus


probable dengan gejala nyeri telan, demam, dan pseudomembrane. Ringkasan
informasi pasien beserta gejala dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Gejala difteri pada pasien di Kabupaten N

Umur Gejala Klinis Klasifikasi

Nyeri Pseudo kasus probable


Nama L P Demam Telan membrane Bullneck Stridor

Difteri faring
Pasien I 13 - x x x - -

Difteri faring
Pasien II - 18 x x x - -

Difteri tonsil
Pasien III 3 - x x x x -

Kasus Difteri di Kabupaten N pada Maret-April 2015 berjumlah 3 kasus dan


ditunjukkan di Tabel 2.

Tabel 2. Kasus difteri di Kabupaten N periode maret-april tahun 2015

Jumlah
Kontak
amat Tgl Mulai Tanda/ Gejala nisasi nosis yang eatment Outcome
Sakit diprofil
Nama
aksis

Pasien I Desa X 09/04/ Nyeri telan, Lengkap Difteri Pharynx 2 orang Profilaksis Sembuh
panas, (ingatan orang
2015 Pseudo tua) (Lab -)

membra ne

Pasien II Desa Y 21/04/ Nyeri telan, Lengkap Difteri Pharynx 6 orang Profilaksis Sembuh
sakit perut, (ingatan orang (Lab -)
2015 batuk, tua)
Pseudo

membra ne
Pasien III Desa Z 21/04/ Nyeri telan Lengkap Difteri Tonsiditis 5 orang Profilaksis Sembuh
Pseudo (ingatan orang
2015 membra ne, tua) (Lab belum

Bullneck keluar)

Pertanyaan:
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam
form pencatatan pelaporan yang tersedia.
Jawab:

Form DIF-1

2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil
Penyelidikan Epidemiologi difteri tersebut.
Jawab :

Analisa Deskriptif :
a. Berdasarkan Orang :
Pasien I Pasien II Pasien III
Jenis Kelamin : Jenis Kelamin : Jenis Kelamin : Laki-
Laki-laki Wanita laki
Umur 13 tahun Umur : 18 tahun Umur : 3 tahun

Gejala: Gejala: Gejala:


Demam, nyeri Demam, nyeri telan, Demam, nyeri telan,
telan, pseudomembran pseudomembran,
pseudomembran Bullneck

Hasil Lab: Hasil Lab: Hasil Lab:


Negatif (-) Positif (+) Negatif (-)

Jumlah Kontak Jumlah Kontak Erat: Jumlah Kontak Erat:


Erat: 6 orang 5 orang
2 orang

b. Berdasarkan Tempat :
✓ Kasus tersebut di atas berasal dari Kabupaten N
✓ Daerah tertular dari Desa x, Desa Y, Desa Z

c. Berdasarkan Waktu :
✓ Terjadi pada bulan April 2015
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Dasar apa yang
dipakai untuk penetapan KLB?

Jawab:
Iya, karena ada pasien suspek difteri dengan hasil konfirmasi laboratorium kultur
positif.

4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa
telah terjadi KLB difteri?
Jawab
1) Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2) Pencegahan penyebaran KLB difteri dengan:
a. Perawatan dan Pengobatan kasus secara adekuat
b. Penemuan & Pengobatan kasus tambahanan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat erat dari kasus suspek difteri
3) Komunikasi risiko tentang difteri dan pencegahannya kepada masyarakat
4) Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri

5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB difteri?
Jawab:
- Informasi yang diperlukan yaitu sesuai dengan format dif. 1, yaitu memuat:
a) Identitas kasus
b) Riwayat penyakit
c) Riwayat imunisasi
d) Riwayat berpergian
e) Riwayat kontak
- Selain itu juga melihat cakupan imunisasi difteri di daerah terjadinya kasus pada periode
tertentu untuk perkiraan kelompok yang rentan berdasarkan geografi, kelompok umur dan jenis
kelamin.
- Kondisi coldchain

6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir?


Jawab :
a) Peningkatan kualitas pelayanan dan pemenuhan logistik esensial
b) Penyusunan laporan tahunan difteri secara berjenjang
c) Melaksanakan surveilans difteri yang berkualitas dan upaya kesehatan masyarakat
lainnya (Imunisasi, Promkes) dalam rangka mempertahankan status eliminasi di
tingkat Kabupaten/Kota.
d) Melaporkan setiap kasus suspek atau konfirmasi Difteri kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi dalam waktu 24 jam sejak kasus
ditemukan di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
e) Melakukan penyelidikan epidemiologi secara cepat apabila mendapat laporan kasus
Difteri
f) Melaksanakan laporan nihil (zero report) setiap bulan walaupun tidak ditemukan
kasus yang memenuhi kriteria suspek atau kasus konfirmasi Difteri di unit pelayanan.
g) Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan atau pengambil kebijakan.
h) Sosialisasi kepada petugas kesehatan di dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota,
puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.
i) Memperkuat sistem surveilans epidemiologi Difteri bekerja sama dengan kegiatan
imunisasi dan program kesehatan terkait lainnya.
j) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus.
k) Melakukan penyebarluasan informasi dengan metode dan media yang sesuai untuk
edukasi kepada masyarakat tentang Difteri meliputi bahaya, cara pencegahan serta
penemuan kasus

Anda mungkin juga menyukai