PENDAHULUAN
1
keseluruhan. Pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik
dan buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan secara optimal.
Jumlah pasien stroke di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan, sekitar 28,5% pasien stroke di Indonesia meninggal dunia,dengan
kejadian Stroke iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan Stroke hemoragik.
Pasien stroke harus dilakukan mobilisasi karena salah satu dampak
kurangnya melakukan mobilisasi dapat mengakibatkan kekakuan otot dan sendi,
dekobitus, nyeri pundak, pneumonia, dan stress (Iskandar, 2007). juga merupakan
faktor yang menonjol dalam mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan
post stroke, banyak keuntungan yang bisa diraih dari latihan, mobilisasi juga
merupakan kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar
dari tempat tidurnya (Soelaiman, 2008).
Penanganan fisik terapi pasca stroke adalah kebutuhan mutlak bagi
pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan terapinya, berbagai
metode intervensi fisioterapi telah terbukti memberikan manfaat besar dalam
mengembalikan gerak, fungsi pada pasien pasca stroke, Semangat dan motivasi
pasien untuk berlatih sangat membantu mempercepat proses pemulihan peran
serta keluarga dalam memotivasi untuk melakukan latihan, merawat dan
mendampingi pasien juga sangat membantu keberhasilan program terapi yang
diberikan kemampuan anggota keluarga dalam memberikan dukungan dan
penanganan sangat baik bagi pemulihan pasien keluarga memiliki waktu relatif
lebih banyak dibanding tenaga kesehatan sehingga apabila pemahaman anggota
keluarga tentang penanganan pasien stroke maka akan menghasilkan proses
pembelajaran sesuai motorik yang salah, yang hal ini justru akan memperlambat
perkembangan proses perkembangan gerak pasien (Sitorus, 2009).
Keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perjalanan
penyakit, kekambuhan dan prognosisnya dan keluarga berperan sangat penting
dalam pemeliharaan /rehabilitasi anggota keluarga yang menderita suatu penyakit
(Effendi, 2008).
Atas dasar tersebut, maka penulis mengambil isu ”Kurang optimalnya
pengetahuan keluarga pasien tentang pentingnya mobilisasi pada pasien
2
stroke di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD WALED” dengan
gagasan pemecahan isu yaitu “Optimalisasi pemberian edukasi kolaboratif
terhadap keluarga pasien tentang pentingnya mobilisasi pada pasien stroke
di Ruang Rawat Inap RSUD Waled” sebagai bentuk tugas aktualisasi yang
menjadi syarat kelulusan Latihan Dasar CPNS Kabupaten Cirebon tahun 2019.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini adalah :
a) Untuk meningkatkan kinerja dan profesonalisme perawat yang
berlandaskan nilai-nilai dasar ANEKA.
b) Untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai dasar Aparatur
Sipil Negara yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti korupsi.
c) Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di RSUD
Waled.
c. Manfaat
Bagi CPNS
a) CPNS dapat mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan Anti
korupsi (ANEKA) terhadap pekerjaan sehari-hari.
3
b) CPNS dapat mengidentifikasi isu aktual yang terjadi di unit kerja
dengan memberikan solusi yang dikaitkan dengan nilai-nilai dasar
profesi ASN.
c) Turut berperan dalam terwujudnya visi dan misi organisasi serta
memberikan inovasi yang hasilnya diharapkan dapat dirasakan oleh
organisasi.
Bagi Pasien
a) Tercapainya pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien.
b) Tercapainya pelayanan keperawatan yang berkualitas.
b. Batas Waktu
Waktu melaksanakan aktualisasi adalah tanggal 12 November 2019
sampai dengan 16 Desembr 2019.
4
kolaboratif terhadap keluarga pasien tentang pentingnya
mobilisasi pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap RSUD
Waled” yang mengandung nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, anti
korupsi dan adanya kontribusi pada Visi, Misi serta penguatan nilai –
nilai organisasi.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN MATERI PELATIHAN
6
RS WALED
7
Rincian Jumlah tempat tidur diunit pelayanan
2. Misi
1) Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.
2) Meningkatkan Mutu Pendidikan dan Penelitian Kesehatan di Rumah Sakit.
8
2.1.3 NILAI-NILAI ORGANISASI
1. Nilai-Nilai Organisasi
1) Jujur
2) Profesional
3) Akuntabel
4) Komitmen
2. Slogan
Melayani dengan Sepenuh Hati
3. Motto
S = Siaga
E = Efektif dan Efisien
H = Harmonis
A = Aman
T = Tertib
9
2.1.4 STRUKTUR ORGANISASI
10
2.1.5 TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI
Rumah Sakit Umum Daerah Waled mempunyai tugas pokok melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan secara berdayaguna dan berhasilguna sesuai standar
pelayanan rumah sakit dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahandan
melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Bupatiberdasarkan peraturan perundang-undangan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit
Umum Daerah Waled mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
paripurna tingkat lanjutan;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di lingkup
RSUD Waled dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati, dengan tugas dan fungsi.
11
c. Mengembangkan persatuan Indonesia sehingga bisa mempertahankan
keutuhan NKRI dengan berdasarkan azas Bhinneka Tunggal Ika;
d. Negara Indonesia yang bersatu bisa mewujudkan bangsa yang maju,
sejahtera dan sejajar dengan bangsa lain;
e. Wawasan kebangsaan harus selalu berlandaskan Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia dan berhasil menjalankan misi ditengah
kehidupan tata negara di dunia
Nilai wawasan kebangsaan sangat fundamental mencakup 6 hal yaitu
menghargai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa mencintai tanah air dan bangsa, demokrasi dan kedaulatan rakyat,
tekad bersama seluruh warga negara mewujudkan Indonesia yang bebas,
merdeka dan bersatu, masyarakat yang adil dan makmur dan kesetiakawanan
sosial. Perlu sekali mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Kamu bisa menemukan contoh implementasi nilai tersebut sejak dini. Ya,
pembinaan karakter seseorang bisa dibentuk sejak ia lahir dan mulai belajar. Di
bangku sekolah, para staf pengajar sudah menerapkan cara anak didik memiliki
nilai-nilai tersebut. Misalnya menumbuhkan rasa cinta air dengan mengibarkan
bendera merah putih setiap upacara bendera.
Dalam kehidupan masyarakat, Kamu juga wajib mengimplementasikan
uilai-nilai luhur ini. Hubungan bermasyarakat yang baik dengan tidak mencela
keyakinan orang lain, bergotong royong membangun daerah setempat,
membantu orang lain yang kesulitan, menghargai pendapat, menjunjung
keputusan dalam musyawarah bersama dan lain-lain. Masih banyak penerapan
nilai-nilai yang sesuai dengan cara hidup berbangsa dan bernegara yang baik
Wawasan kebangsaan terwujud dari tata laku baik lahiriah dan batiniah
yang mencerminkan warga negara Indonesia sejati. Rasa cinta tanah air bisa
memberikan kecintaan diri pada bangsa sehingga kamu memiliki semangat
nasionalisme Yuk, tunjukkan rasa cintamu pada tanah air dengan prestasi yang
baik! Jati diri bangsa wajib dijaga dengan rasa bangga sehingga generasi
penerus bahagia terlahir di bumi Indonesia.
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 delam menjalin kelangsungan
hidup bangsa dan negaa yang seutuhnya. (Prof Muladi). Bela Negara
12
merupakan sasaran utama Kementerian Pertahanan dalam membentuk 100 juta
kader bela negara untuk mewadahi nawa cita Presiden Ir. Joko Widodo untuk
kepentingan nasional antara lain pendidikan bela negara dilingkungan
pendidikan, lingkungan pemukiman serta lingkungan pekerjaan.
Dasar hukum pelaksanaan bela negara adalah Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 27 ayat (3) "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara". kemudian pada Pasal 30 ayat (1) "Tiap-tipa warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara".
Ayat (2) "usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung". Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara, Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2015 Tentang
Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019. Dimana setiap warga
negara merupakan termasuk kedalam kompenen cadangan pertahanan negara,
yang dalam Pasal 8 ayat (1) "Komponen cadangan, terdiri atas warga negara,
sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional
yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
dan memperkuat komponen utama". Komonen utama adalah Tentara Nasional
Indonesia yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
Selama mengikuti pelatihan kegiatan begitu padat sehingga waktu untuk
istirahat terutama untuk tidur siang (tidak bisa), karena setelah kegiatan selesai
langsung dilanjutkan sholat zuhur berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan
makan siang bersama dan dilanjutkan kegiatan berupa materi dan kegiatan
lainnya. Berikut saya ambil materi dari sekian banyak materi yang disampaikan
oleh para widyaiswara, dan menurut saya ini merupakan salah satu materi yang
harus dikuasai dan dipahami oleh setiap peserta pelatihan bela negara schingga
setelah diketahui dan pahami diharapkan dapat diimplementasıkan dalam
kehidupan dirumah (keluarga), lingkungan pekerjaan (kantor) dan lingkungan
masyarakat tempat kita tinggal dalam berbangsa dan bernegara.
2. Analisa Isu Kontemporer
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi
bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita
menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang
akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada
13
perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal
dan regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Dengan memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus
perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal
insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual,
emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan)
fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja.
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated
saat ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global
untuk meningatkan daya saing sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa.
Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik dari sisi positif
apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan
bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa. Terdapat
beberapa isu- isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus
dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu
tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba,
terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian uang (money laundring), dan
proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate
Speech, dan Hoax.
Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif
dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan
berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat
merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang.
3. Kesiapan Bela Negara
a. PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya
hal- hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja.
b. Dengan memiliki kesiapsiagaan vang baik maka PNS akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik
dari dalam maupun dari luar.
c. Peserta akan diajak melakukan berbagai permainan yang di dalamnya
terkandung berbagai macam latihan kesiapsiagaan baik jasmani
maupun mental.
14
d. Target dari materi ini adalah bagaimana Anda dengan dibantu
fasilitator mendapatkan pemaknaan dari setiap permainan sehingga
dapat Anda manfaatkan dalam pelaksanaan tugas.
e. Indikator Keberhasilan
1) Mendeskripsikan strategi permainan dari setiap jenis permainan
yang disajikan
2) Mendeskripsikan makna / nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
permainan
3) Melakukan latihan kesiapsiagaan fisik dan mental melalui
permainan yang menyenangkan.
15
Nilai-nilai dasar akuntabilitas adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan ( memberikan contoh pada orang lain, adanya
komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan);
b. Transparansi (mendorong komunikasi dan kerjasama, meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan);
c. Integritas (kewajiban untuk mematuhi undang – undang, kontrak,
kebajikan, dan peraturan yang berlaku);
d. Tanggungjawab/Responsibilitas;
e. Keadilan ( ketidakadilan dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi);
f. Kepercayaan (lingkungan akuntabilitas akan lahir dari hal – hal yang
dapat dipercaya);
g. Keseimbangan (keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas);
h. Kejelasan (mengetahui kewenangan dan tanggungjawab); dan
i. Konsistensi (konsistensi menjamin kestabilan).
16
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan
dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4) Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Manusia Indonesia menjunjung
tinggi dan menghayati hasil dari keputusan musyawarah, karena itu
semua pihak harus mau untuk menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah dengan penuh tangung jawab. Kepentingan bersama
lebih utama daripada kepentingan pribadi atau golongan. Keputusan
yang diambil harus menjunjung tinggi nilai keadilan serta dapat
dipertanggung jawabkan.
5) Nilai-nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Hak dan
kewajiban itu sama kedudukannya dalam menciptakan keadilan dalam
masyarakat. Perlu dikembangkan perbuatan yang luhur dan sikap
kegotong royongan dan kekeluargaan. Maka perlu kesinambungan
antara hak dan kewajiban untuk menjaga keadilan terhadap sesama.
17
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
18
Nilai-Nilai dasar Anti Korupsi adalah sebagai berikut :
a. Jujur
b. Peduli
c. Mandiri
d. Disiplin
e. Tanggungjawab
f. Kerja keras
g. Sederhana
h. Berani
i. Adil
20
2. Whole of Goverment (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenbggaraan pemerintah yang
menyatukan upaya upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan sektor dalam
ruanglingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan – tujuan
pengembangan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
WoG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan
perhatian dari pemerintah, hal ini terkait dengan adanya faktor internal,
eksternal, dan keberagaman latar belakang nilai budaya. Pendekatan WoG
dapat beroperasi dalam tataran kelembagaan nasional maupun daerah, namun
penataan tersebut ridak merubah kelembagaan atau sebaliknya. Sehingga dapat
dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan kategori hubungan antara
kelembagaan yang terlibat.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal, antara lain:
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
3) Membentuk gugus tugas
4) Koalisi social
Adapun tantangan yang dihadapi dalam penerapan WoG, yaitu kapasitas
SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi, dan kepemimpinan. Praktek
WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor
yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal
yang dapat didekati oleh pendekatan WoG, yaitu pelayanan yang bersifat
administratif, jasa, barang dan regulatif.
Negara berkewajiban melayani setiap negara dan penduduk untuk
memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang
merupakan amanat UUD 1945. Membangun kepercayaan masyarakat atas
pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan
kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh
warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme, telah ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara dan
pemerintahan negara oleh aparatur negara, yaitu:
1) Asas kepastian hokum
21
2) Asas kepentingan umum
3) Asas akuntabilitas
4) Asas proporsionalitas
5) Asas profesionalitas
6) Asas keterbukaan
7) Asas efisiensi
8) Asas efektifitas
3. Pelayanan Publik
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat 3 (tiga) unsur penting dalam pelayanan publik yaitu organisasi
penyelenggara pelayanan publik, penerima layanan (pelanggan), dan kepuasan
yang diberikan atau diterima oleh penerima layanan (langganan). Prinsip -
prinsip yang harus ada dalam melakukan pelayan publik :
1) Partisipatif
2) Transparan
3) Responsif
4) Tidak diskriminatif
5) Mudah dan murah
6) Efektif dan efesien
7) Aksesibel
8) Akuntabel
9) Berkeadilan
22
tertentu yang memungkinkan peserta melakukan proses pembiasaan untuk berperilaku
sesuai kriteria tertentu. Penciptaan tersebut diarahkan pada pembentukan karakter
sebagai karakter diri ideal melalui proses internalisasi dan pembiasaan diri melalui
intervensi (stimulus) tertentu yang akan dilakukan pada pelaksanaan tugas jabatan di
tempat kerja.
Intervensi diciptakan agar bisa memicu timbulnya suatu respon berupa
tindakan tertentu yang diawali dari hal-hal kecil atau yang paling mendasar
dibutuhkan di tempat kerja, khususnya untuk mendukung pelaksanaan tugas jabatan
peserta. Hal-hal kecil atau mendasar yang dimaksud adalah sebagai upaya untuk
mendekatkan peserta dengan tuntutan lingkungan kerja, misalnya aktivitas rutin dalam
menyelesaikan pekerjaan, kualitas kerja, jam kerja, kedisiplinan, cara dan etika
memberikan pelayanan kepada konsumen/tamu/stakeholders, strategi komunikasi
dengan sesama pegawai atau dengan pimpinan, situasi atau lingkungan budaya kerja,
atau halhal lainnya yang dapat menarik perhatian dan layak dibicarakan/didiskusikan.
Indikator keberhasilan pembelajaran agenda Habituasi adalah teridentifikasinya
suatu kondisi nyata yang terjadi di dalam lingkungan kerja dan secara spesifik terkait
dengan tuntutan pelaksanaan tugas jabatannya, sebagai suatu isu yang muncul dan
harus dipecahkan. Berdasarkan kondisi tersebut peserta menunjukkan prakarsa kreatif
untuk berkontribusi memecahkan isu dengan menginisiasi kegiatan-kegiatan
pemecahan isu dan melakukannya secara konsisten, sebagai suatu kebiasaan untuk
selalu melakukan aktivitas yang menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan oleh
unit/organisasi, stakeholders atau sekurang-kurangnya oleh individu peserta, sehingga
terbentuk menjadi karakter dalam mendukung pelaksanaan tugas dan jabatan secara
profesional sebagai pelayan masyarakat.
Faktor-faktor yang berperan dalam menentukan kualitas mengidentifikasi isu
adalah kepekaan peserta terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan kerja, konsistensi
dan keakraban terhadap motif bekerja lebih baik, dan kemampuan peserta
menunjukannya ditempat kerja. Untuk menjaga keberlangsungan proses habituasi,
sangat disarankan peserta menemukan role model yang akan dijadikan figure atau
contoh teladan atau model mirroring. Tidak menutup kemungkinan role model yang
ditemukan dan ditetapkan peserta dapat lebih dari satu orang. Terkait dengan hal
tersebut di atas, muncul dua pertanyaan besar, yaitu: (1) Siapa yang dimaksud role
model tersebut?, maka jawabannya yaitu pegawai atau siapa saja. sosok tokoh yang
akan dijadikan panutan sebaiknya adalah orang yang bekerja di unit kerja atau instansi
peserta, yang menurut peserta layak menjadi contoh atau teladan berdasarkan materi-
23
materi yang telah dipelajari pada pembelajaran agenda nilai-nilai dasar PNS dan
agenda kedudukan dan peran PNS dalam NKRI.
Pertanyaan selanjutnya adalah (2) apa yang akan ditiru?. jawabannya adalah
contoh sikap dan perilaku yang menggambarkan sosok pegawai ideal, yang karena
karakter kepribadian dan/atau kompetensinya dalam menyelesaikan pekerjaan
mendekati kondisi ideal dan sangat dibutuhkan di tempat kerja, sehingga dipandang
layak untuk dijadikan teladan. Memang perlu diakui, bahwa tidak mudah
menemukan role model seperti itu, namun peserta harus yakin bahwa akan ada
seseorang atau pegawai yang menurut penilaian peserta atau berdasarkan rekomendasi
dari pihak tertentu layak untuk dijadikan role model. Hal terpenting yang perlu
ditegaskan, siapa pun role model yang akan dipilih, maka dia harus bersifat (eksis) ada
dalam kondisi nyata bukan tokoh imaginative terlepas dari berbagai kelemahannya.
24
2.2.6 TUGAS DAN FUNGSI SERTA RINCIAN KEGIATAN PESERTA
DIKLAT
Perawat Terampil menurut PERMENPAN Nomor 25 tahun 2014:
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu;
2. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
3. Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
4. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan atau pelindung fisik pada
pasien untuk mencegah risiko cedera pada individu dalam rangka upaya
preventif;
5. Memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya (melakukan
pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien) pada individu dalam
rangka upaya preventif;
6. Memfasilitasi penggunaan pelindung diri pada kelompok dalam rangka
melakukan upaya preventif;
7. Memberikan oksigenasi sederhana;
8. Memberikan bantuan hidup dasar
9. Melakukan pengukuran antropometri
10. Melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi;
11. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
12. Melakukan mobilisasi posisi pasien
13. Mempertahankan posisi anatomis pasien
14. Melakukan fiksasi fisik
15. Memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat
16. Memfasilitasi kebiasaan tidur pasien
17. Memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung kenyamanan pada
pasien;
18. Melakukan pemeliharaan diri pasien
19. Memandikan pasien
20. Membersihkan mulut pasien
21. Melakukan kegiatan kompres hangat/dingin
22. Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan (memasang warming blanket)
23. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
24. Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care)
25
25. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal
26. Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian;
27. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
28. Melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan
29. Menyusun rencana kegiatan individu perawat
30. Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan
31. Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
32. Melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu dan
33. Melakukan supervisi lapangan.
26
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS
27
Indikator Skor
Skala Nilai
5 Sangat Besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat Kecil
Tabel 1. Indikator Skor
28
Identifikasi Core Isu :
DIAGRAM ALUR 1. Kurang optimalnya pengetahuan keluarga
3.1.2 DIAGRAM ALUR GAGASAN PEMECAH ISU pasien tentang pentingnya mobilisasi pada
ISU pasien stroke di Ruang Rawat Inap
Latar Belakang Penetapan ISU Penyakit Dalam RSUD WALED
ISU: 2. Kurangnya tingkat kepatuhan METODE
Kurang optimalnya pengetahuan keluarga pasiententang pentingnya mobilisasi pelaksanaaan Hand Hygiene pada petugas USG
Kondisi Saat Ini : kesehatan
1. Dari Aspek Manajemen ASN pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Waled.
3. Kurang optimalnya komunikasi efektif
2. Dari Aspek Whole Of Government untuk meningkatkan sistem keselamatan
3. Dari Aspek Pelayanan Publik pasien
Kegiatan SKP :
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu Kegiatan Kreatif/Inovasi :
2. Memfasilitasi pengguanaan alat-alat pengamanan Kegiatan Tugas Tambahan/Lain-lain :
perlindungan fisik pada pasien untuk mencegah pasien Mendemonstrasikan kepada pasien dan keluraga tentang
cidera mobilisasi
3. Melakukan mobilisasi posisi pasien
4. Memantau perkembangan pasien sesuai dengan -
kondisinya(melakukan pemeriksaan fisik, mengamati
keadaan pasien).
5. Mempertahankan posisi anatomis pasien
6. Melakukan fiksasi fisik
7. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman.
Tujuannya :
Memberikan semangat dan memotivasi kepada pasien untuk mempercepat proses pemulihan serta
peran keluarga dalam memotivasi untuk melakukan latihan, merawat dan mendampingi pasien juga
dalam keberhasilan program terapi
29
3.2 FLOW CHART KEGIATAN
Mencari literatur
meminta SPO sebagai bahan Melakukan Mencetak
MULAI kepada Komite Uji Literasi SELESAI
acuan pembuat Leaflet
Kperawatan Leaflet
30
3.2.4 Kegiatan mendemonstrasikan tindakan kolaboratif: Mobilisai
31
3.3 MATRIKS RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PNS
32
Outpot: Jadwal Etika Publik:
c. Mengatur jadwal Hasil Kegiatan : Hormat, sopan,
konsultasi dengan Saya akan menghubungi atasan santun
mentor (Mentor) dengan rasa hormat, Anti Korupsi:
sopan, santun dan peduli. Peduli
Tabel 3. Matriks kegiatan 1
2. Matriks kegiatan pembutan media Leaflet
Keterkaitan Kontribusi
Penguatan Nilai
NO Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Kegiatan Substansi Mata Terhadap Visi
Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
2. Membuat Media Outpot: mendapatkan SPO Kegiatan ini Kegiatan membuat
leaflet Hasil Kegiatan : berkontribusi leaflet merupakan
a. Meminta SPO terhadap visi dan
Saya akan meminta dengan Etika publik : wujud dari nilai-
kepada Komite misi RSUD Waled:
Tujuan: rasa Hormat dan Santun Hormat, Santun nilai organisasi
Kperawatan “Menjadi Pusat
Untuk dalam meminta lembar SPO Pelayanan, yaitu:
memfasilitasi kepada Komite Keperawatan Pendidikan dan Profesional, jujur,
keluarga pasien Outpot: mendapatkan materi Akuntabilitas : Penelitian akuntable
saat pemberian Hasil Kegiatan: Jelas Kesehatan di
edukasi b. Mencari literatur Dalam mencari bahan literarur Komitmen mutu : Wilayah Timur
sebagai bahan acuan saya akan melakukanya dengan Konsisten Jawa Barat Tahun
pembuat Leaflet tanggung jawab dan Anti Korupsi : 2019”
konsisten dan jujur Jujur, Tanggung
jawab
c. Melakukan uji Output: terujinya Leaflet Nasionalisme:
literasi leaflet dengan Hasil Kegiatan: Kerjasama
teman sejawat Saya akan meminta kerjasama Etika Publik:
Ramah
33
teman sejawat sengan ramah
dalam melakukan uji literasi
leaflet
Output: media leaflet
Hasil Kegiatan: Akuntabilitas :
d. Mencetak media Dalam pembuatan media Jelas
leaflet leaflet saya akan membuatnya Anti Korupsi :
jelas dengan rasa tanggung Tanggung jawab
jawab
Tabel 4. Matriks kegiatan 2
34
pasien tentang materi edukasi
Hasil Kegiatan:
Jelas
menggunakan media Saya dalam memberikan
Etika Publik:
edukasi pada Leaflet edukasi akan melakukannya Jawa Barat Tahun
Ramah, sopan
keluarga secara jelas dengan ramah 2019”
pasien. dan sopan
Tabel 5. Matriks kegiatan 3
4. Matriks kegiatan demonstrasi tindakan kolaboratif: Mobilisai
Keterkaitan Kontribusi
Penguatan Nilai
NO Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Kegiatan Substansi Mata Terhadap Visi
Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
Melakukan Output: tersusunnya jadwal Kegiatan ini Kegiatan
demonstrasi Hasil Kegiatan: Komitmen mutu : berkontribusi
b. Menentukan Melakukan
tindakan Saya akan menentukan jadwal Efektif, terhadap visi dan
jadwal edukasi misi RSUD Waled: demonstrasi
kolaboratif: yang efektif dan efisien profesional
“Menjadi Pusat tindakan
Mobilisasi dengan profesional
Pelayanan, kolaboratif:
4. Pendidikan dan Mobilisasi
Tujuan: Output:
Akuntabilitas : Penelitian merupakan wujud
Keluarga b. Melakukan Hasil Kegiatan:
Jelas Kesehatan di dari nilai-nilai
pasien dapat demontrasi tindakan Saya akan melakukan Etika Publik: Wilayah Timur organisasi:
mempraktekan kolaboratif: Mobilisasi demontrasi secara jelas dengan Ramah, sopan Jawa Barat Tahun Efektif,
apa yang sudah ramah dan sopan
2019” profesional
diajarkan
Tabel 6. Matriks kegiatan 4
35
5. Matriks Evaluasi Kegiatan
Keterkaitan Kontribusi
Penguatan Nilai
NO Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Kegiatan Substansi Mata Terhadap Visi
Organisasi
Pelatihan Misi Organisasi
Melakukan Output: tersusunnya jadwal
evaluasi Hasil Kegiatan: Kegiatan ini
Komitmen mutu : berkontribusi
kegiatan c. Menentukan Saya dalam membuat jadwal
Efektif, terhadap visi dan
jadwal evaluasi evaluasi kegiatanakan misi RSUD Waled:
profesional Kegiatan evaluasi
Tujuan: melakukannya dengan efektif “Menjadi Pusat merupakan wujud
Keluarga dan efisien dengan profesional Pelayanan, dari nilai-nilai
5. pasien dapat Pendidikan dan
Output: organisasi:
mengetahui Penelitian
Hasil Kegiatan: Akuntabilitas : Efektif,
dan mampu b. Memantau Kesehatan di
Saya akan memantau Teliti profesional, jujur
mempraktekan penerapan tindakan Wilayah Timur
penerapan tindakan Anti Korupsi:
tentang apa kolaboratif: Mobilisasi Jawa Barat Tahun
kolaboratif: Mobilisasi dengan Jujur, adil
yang sudah 2019”
teliti, jujur, dan adil
diedukasikan
Tabel 7. Matriks kegiatan 5
BAB IV
36
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN AKTUALISASI, BIMBINGAN DAN ACTION PLAN
37
Bulan Desember
Kegiatan Tahap Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3. Melakukan sosialisasi 1. Menentukan jadwal edukasi
dengan media Leaflet 2. Memberikan edukasi menggunakan
media Leaflet
4. Melakukan 1. Menentukan jadwal edukasi
demonstrasi tindakan 2. Melakukan demontrasi tindakan
kolaboratif: kolaboratif: Mobilisasi
Mobilisasi
5. Melakukan evaluasi 1. Menentukan jadwal evaluasi
kegiatan 2. Memantau penerapan tindakan
kolaboratif: Mobilisasi
Brencana Kegiatan
Off Day
4.2 Rencana Jadwal Konsultasi dengan Mentor dan Coach (Harian)
November Desember
No. Kegiatan 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 2 23 2 25 2 27 2 29 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 1 14 1 16
0 2 4 6 8 0 1 3 5
1 Konsul dengan
Mentor
2 Konsul dengan
Coach
Tabel 9. Tabel Rencana Jadwal Konsultasi dengan Mentor dan Coach
Rencana kegiatan
Off day
38
DAFTAR PUSTAKA
39
40