Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 2

PANDUAN LATIHAN SURVEILANS DIFTERI

(IHB 6.4,IHB 6.5,IHB 6.6 ,IHB 6,7)

Tujuan
Setelah melakukan latihan, peserta mampu melakukan:
1. Pencatatan dan pelaporan penyakit difteri
2. Pengolahan dan analisa data surveilans difteri
3. SKD dan respon penyakit difteri
4. Penanggulangan KLB difteri

Alat dan Bahan


1. Panduan latihan
2. Lembar latihan
3. Alat tulis
4. Laptop

Langkah-langkah:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok 10 orang
2. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah latihan sebagai berikut:
a. Peserta mengisi format laporan dari data yang tersedia
b. Peserta melakukan pengolahan dan Analisa data
c. Peserta melakukan SKD dan respon
d. Peserta melakukan penanggulangan KLB difteri
3. Peserta menngerjakan latihan sesuai instruksi fasilitator dalam kelompok (70 menit)
4. Fasilitator meminta salah satu wakil kelompok menyajikan hasil latihan kelompoknya juga beri
kesempatan untuk tanya jawab dan memberikan usulan (10 menit)
5. Fasilitator memberikan pembulatan (10 menit)

Waktu : 2 jpl (90 menit)


Lembar Kasus (IHB 6.4, IHB 6.5, IHB 6.6,IHB 6.7)

Berdasarkan definisi operasional diagnosis difteri, ketiga kasus difteri merupakan suspek dengan
gejala nyeri telan, demam, Bullneck, Stridor dan pseudomembrane. Ringkasan informasi pasien
beserta gejala dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Gejala Difteri pada Pasien di Kabupaten N

Umur Gejala Klinis Klasifikasi


Nyeri Pseudo kasus
Nama L P Demam Bullneck Stridor
Telan membrane
Suspek difteri
Pasien I 13 - x x x - -
Suspek difteri
Pasien II - 18 x x x - -
Suspek difteri
Pasien III 3 - x x x x -

Kasus Difteri di Kabupaten N pada Maret-April 2021 berjumlah 3 kasus suspek dan ditunjukkan di
Tabel 2.

Tabel 2. Kasus Difteri di Kabupaten N Periode Maret-April Tahun 2021

Jumlah
Kontak
Tgl
Tanda/ yang
Nama Alamat Mulai Imunisasi Diagnosis Treatment Outcome
Gejala diprofil
Sakit
aksis
Pasien I Desa X 09/04/ Nyeri telan, Lengkap Suspek difteri ADS, 2 orang Sembuh
2015 panas, (ingatan (Lab -) Obat2an,
Pseudo orang tua) isolasi
membrane
Pasien Desa Y 21/04/ Nyeri telan, Lengkap Suspek difteri ADS, 6 orang Sembuh
II 2015 sakit perut, (ingatan (Lab +) Obat2an,
batuk, orang tua) isolasi
Pseudo
membrane
Pasien Desa Z 21/04/ Nyeri telan Lengkap Suspek ADS, 5 orang Sembuh
III 2015 Pseudo (ingatan difteri (Lab Obat2an,
membra ne, orang tua) belum isolasi
Bullneck keluar)

Modul Difteri Pelatihan Surveilans PD3I Bagi Petugas Puskesmas


Pertanyaan:
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam form pencatatan
pelaporan yang tersedia.
Form PE Penyakit Difteri (FORM DIF-1) terlampir

Form Pencatatan dan Pelaporan (Form DIF-3) terlampir


2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil Penyelidikan
Epidemiologi difteri tersebut.
Analisis deskriptif Bahwa selama bulan Maret - April 2021 berjumlah 3 kasus
Karakteristik Kasus Difteri

Karakteristik Jumlah %

Jenis Kelamin

Laki-laki 2 66,7%

Perempuan 1 33,3%

Kelompok Umur

0-1 tahun 0 0

1-5 tahun 1 33,30%

6-10 tahun 0 0

11-15 tahun 1 33,30%

16-20 tahun 1 33,30%

≥20 tahun 0 0

Berdasarkan jenis kelamin, kasus difteri lebih banyak laki-laki. Berdasarkan kelompok umur, ketiga
kasus difteri terebut pada kelompok umur balita 33,3%, kelompok umur 11-15 tahun 33,33% dan
kelompok umur 16 - 20 tahun 33,3%.
Berdasarkan gejala yang muncul, distribusi kasusnya sebagai berikut :

Gejala
Ya Tidak

n % n %

Demam 1 33,30% 2 66,7%

Nyeri Telan 3 100,00% 0 0

Pseudomembran 3 100,00% 0 0

Bullneck 1 33,30% 2 66,7%

Sakit Perut 1 33,30% 2 66,7%

Batuk 1 33,30% 2 66,7%

Ketiga kasus semuanya mengalami gejala nyeri telan dan pseudomembran.


Berdasarkan tempat, kasus difteri tersebar di Desa X, Y, dan Z. Ketiga kasus tersebut berada dalam
satu kecamatan yaitu Kecamatan Manasaja. Apabila digambarakan, sebaran kasus tersebut sebagai
mana berikut:
Gambar 1. Sebaran kasus Difteri di Kabupaten N Maret - April 2021

Berdasarkan tanggal munculnya gejala, kasus pertama muncul pada tanggal 9 April 2021 kemudian
dua kasus pada tanggal 21 April 2021.

Berdsarkan status imunisasinya, ketika kasus semuanya diimunisasi lengkap. Hanya saja sumber
didapatkan dari ingatan orang tua kasus. Dan tidak ada informasi kapan pemberian imunisasi nya.

3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Dasar apa yang dipakai untuk
penetapan KLB?
Benar telah terjadi KLB di Kabupaten N.
Dasar yang digunakan adalah bahwa di Kabupaten N ditemukan satu kasus suspek difteri dengan
konfirmasi laboratorium kultur positif sebagai mana pada buku pedoman surveilans dan
penanggulangan difteri.
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
difteri?
Strategi Penanggulangan KLB Difteri:
1. Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2.Pencegahan penyebaran KLB difteri dengan:
a.Perawatan dan Pengobatan kasus secara adekuat
b.Penemuan & Pengobatan kasus tambahanan
c.Tatalaksana terhadap kontak erat erat dari kasus suspek difteri
3.Komunikasi risiko tentang difteri dan pencegahannya kepada masyarakat
4.Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri

5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB difteri?

Informasi yang belum didapatkan adalah riwayat pengobatan sebelum kasus ditemukan, tanggal imunisasi.
selain itu perlu ditambahkan informasi berapa cakupan imunisasi di wilayah Desa kasus berada juga
cakupan kabupaten.
● Cakupan Imunisasi rutin difteri pada periode tertentu untuk perkirakan kelompok rentan berdasarkan
geografi, kelompok umur, dan jenis kelamin.
● Distribusi kasus difteri pada periode tertentu meliputi: geografi, kelompok umur, jenis kelamin, dan
status Imunisasi.
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
1. Jika dalam suatu wilayah tidak ditemukan lagi kasus difteri selama 4 minggu sejak timbulnya gejala
kasus terakhir dengan pertimbangan: masa penularan terpanjang adalah 4 minggu.
2. ORI tetap dilanjutkan sampai dengan selesai walaupun status KLB Difter sudah dinyatakan
berakhir.
3. Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas optimal maka cakupan ORI harus >90%.
4. Meningkatkan cakupan imunisasi dasar
5. Meningkatkan kewaspadaan dini dan respon

Anda mungkin juga menyukai