Anda di halaman 1dari 17

PRAKTEK LAPANGAN

MONITORING DAN EVALUASI


SURVEILANS TETANUS NEUNATORUM
DI PUSKESMAS TANGGULANGIN TAHUN 2023

OLEH
ANISZATUS ZAKIYAH (05)
M0CHAMAD SUJI, A.MD.KEP (25)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tetanus Neonatorum adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh strain toksigenik dari bakteri
Clostridium tetani (C.tetani). Spora Clotridium tetani terdapat di lingkngan (di dalam tanah, air liur, debu, dan
pupuk). Spora memasuki tubuh melalui luka kulit yang terkontaminasi atau cidera jaringan termasuk luka
tusuk. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia mulai dari bayi baru lahir (neonatus) yang dikenal dengan
istilah Tetanus Neonatorum, dan usia selain neonatus yang dikenal dengan istilah Tetanus non-neonatorum
yang termasuk didalamnya tetanus maternal.
Di negara-negara yang masuk kriteria low and middle income countries (LMIC) masih terdapat banyak
praktik persalinan yang tidak higenis sehingga berisiko terjadinya infeksi baik pada ibu maupun pada bayi.
Dari sekian banyak risiko infeksi yang terjadi, TN merupakan salah satu infeksi yang paling banya
menyebabkan kematian. Case fatality rate (CFR) untuk TN tidak tertangani adalah seratus persen dan akan
berkurang 10-20% jika mendapatkan perawatan intensif.
Eliminasi tetanus maternal dan neonatal atau MNTE (Maternal and Neonatal Tetanus Elimination)
didefiniskan sebagai situasi dimana terjadi kasus TN < 1/1000 per kelahiran hidup di setiap kabupaten atau
kota. Inisiatif untuk mencapai target ini dimulai tahun 1989 dalam World Healt Assembly ke-42 dimana
dicanangkan target eliminasi di tahun 1995. Melalui upaya seperti pemberian imunisasi pada anak, ibu, wanita
usia subur, dan promosi pelaksanaan persalinan higienis maka per juli 2019, tinggal 12 negara yang belum
mencapai target tersebut. Sebagai perbandingan pada tahun 2019 jumlah kasus bayi baru lahir meninggal
akibat TN sebanyak 25.000, jumlah ini berkurang 88% dibandingkan dengan tahun 2000.
Dasar hukum:
a. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

1.2 Tujuan
Praktik Lapangan (PL) dilaksanakan dengan tujuan agar peserta mampu melakukan surveilans
PD3I di Puskesmas.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Peserta
Mendapatkan pengalaman belajar dari implementasi teori/pembelajaran yang diperoleh selama
pelatihan, meliputi:
a. Pengalaman dan melakukan surveilans PD3I sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
surveilans PD3I
b. Pengalaman dalam pengamatan mendeteksi sinyal potensi dan resiko KLB, serta membuat
peringatan kewaspadaan dini.
1.3.2 Bagi Puskesmas
a. Sebagai bahan dan informasi dan perbaikan arah pengendalian penyakit/masalah kesehatan di
wilayahnya berbasis data surveilans PD3I
b. Sebagai bahan informasi dan perbaikan bagi pemegang kebijakan dalam pengambilan
keputusan berbasis data surveilans PD3I
c. Sebagai bahan perbaikan dan peningkatan kinerja surveilans PD3I di wilayahnya.
1.3.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kota
a. Membantu dalam menyediakan data surveilans PD3I yang valid dan akurat untuk digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan
b. Membantu untuk secara dini dalam melakukan respon cepat terhadap adanya sinyal potensi
KLB pada tingkat puskesmas
1.3.4 Bagi Lembaga Pelatihan
a. Mendapatkan gambaran tentang relevansi antara materi pembelajaran di kelas dengan
implementasi di lapangan
b. Mendapat feedback guna perbaikan dan pengembangan pelatihan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Puskesmas Tanggulangin
Kecamatan Tanggulangin merupakan salah satu Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Sidoarjo. Terletak pada 6 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo dan merupakan dataran
rendah yang subur dengan luas 32,3 km2. Kecamatan Tanggulangin terdiri dari 19 desa
(Swasembada), dan terdapat 2 desa yang terkena dampak Lumpur Lapindo. Batas wilayah
Kecamatan Tanggulangin adalah :

Sebelah utara : Kecamatan Candi Sebelah timur


: Laut Jawa

Sebelah selatan : Kecamatan Porong Sebelah barat :


Kecamatan:Tulangan

1. Jumlah Desa/ Kelurahan

Jumlah desa di Kecamatan Tanggulangin 19 desa, diantaranya:

1. Desa Randegan 11. Desa Kedung


banteng

2. Desa Kedensari 12. Desa kali Dawir

3. Desa Kali sampurno 13. Desa Putat

4. Desa Ketapang 14. Desa Ngaban

5. Desa Kedung bendo 15. Desa Kali tengah

6. Desa Gempol sari 16. Desa Kludan


7. Desa Sentul 17. Desa Boro

8. Desa Penatar sewu 18. Desa Ketegan

9. Desa Banjar asri 19. Desa Ganggang


Panjang

10. Desa banjar panji


2.2 Penemuan Kasus

2.2.1 Gejala Dan Tanda TN


 Kesulitan minum karena terjadinya trismus atau lock jaw (spasme otot pengunyah)
 Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga bayi tidak dapat minum
dengan baik.
 Risus sardonicus atau wajah seperti senyum terpaksa dan alis terangkat
 Spasmus otot yang luas dan kejang umum, seperti opisthotonus atau tulang
belakang seperti melengkung ke belakang.
 Kejang apabila terkena rangsan cahaya, suara, sentuhan
 Leher menjadi kaku, dinding perut kaku, dan mengeras
 Kejang otot pernapasan sehingga terjadi sianosis (wajah bayi membiru)
2.2.2 Cara Penemuan Kasus TN
 Penemuan suspek TN di masyarakat
 Laporan masyarakat atau saat KN1, KN2, KN3
 Kasus konfirmasi TN dan review kasus MTBS
 Kasus konfirmasi TN dengan review register RS
 Kasus konfirmasi TN dengan review register MTBM
2.2.3 Faktor Resiko Kejadian TN
a) Persalinan tidak aman
1) Persalinan di luar faskes
2) Persalinan tidak oleh nakes kompeten
3) Praktek persalinan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih/tidak steril. Misalnya
terdapat hewan peliharaan yang tinggal didalam rumah atau dekat rumah tempat
bersalin (terdapat kotoran hewan peliharaan yang mengandung spora Clostridium
Tetani), instrumen atau tangan penolong yang tidak bersih, penggunaan alas
persalinan (tikar, tanah) yang tidak bersih, penggunaan bahan tradisional untuk
membantu persalinan.
b) Imunisasi ibu yang tidak maksimal (Minimal T2 dengan masa perlindungan yang
optimal)
c) Sosial Ekonomi Budaya
1) Kemiskinan
2) Tingkat Pendidikan orang tua yang rendah
3) ANC tidak rutin
4) Usia ibu yang muda
d) Riwayat kematian anak sebelumnya dalam keluarga akibat TN

Sampai dengan bulan Juni tidak ditemukan kasus Tetanus Neonatorum. Belum pernah
ditemukan kasus Tetanus Neonatorum di wilayah kerja Puskesmas Tanggulangin. Tidak ada
praktek dukun di wilayah kerja Puskesmas Tanggulangin. Kader sudah diedukasi terkait
kasus Tetanus Neonatorum sehingga apabila ada kasus, kader bisa langsung melaporkan
kepada Puskesmas via whatsapp. Setiap desa terdapat grup whatsapp untuk melaporkan
kasus-kasus terutama kasus PD3I kepada Puskesmas. Koordinasi antara nakes, kader, klinik
swasta, DPM, BPM dan lintas program cukup baik.
Puskesmas Tanggulangin telah memiliki jejaring surveilans yang melibatkan sarana
pelayanan kesehatan dan masyarakat. Koordinasi dilakukan oleh lintas sektor untuk
penemuan kasus Tetanus Neonatorum. Koordinasi dilakukan dengan:
1. Rumah sakit umum pemerintah dan swasta
2. Rumah sakit ibu dan anak
3. Klinik – klinik swasta
4. Dokter praktek mandiri
5. Bidan praktek mandiri
6. Petugas kesehatan wilayah
7. Kader kesehatan
8. Pemerintah Desa
9. Babinsa dan Babinmas
10. Ketua RT

2.3 Pencatatan dan Pelaporan


Ketepatan waktu pelaporan SKDR 100% sampai dengan minggu ke 26. Kelengkapan
laporan SKDR 100% sampai minggu ke 26 bulan Juni. Laporan SKDR dikirim ke whatsapp
Ewars oleh Puskesmas Tanggulangin. Petugas surveilans puskesmas Tanggulangin telah
melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap semua kasus TN, meskipun tidak ditemukan
kasus. Sehingga “zero report” terlaporkan. Sudah ada grafik mingguan dan grafik kasus per-
penyakit. Laporan W2 SKDR didapat dari poli umum, posyandu lansia, posyandu balita, poli
KIA dan pustu dan beberapa klinik swasta. Selain itu juga ada laporan STP yang di laporkan
setiap bulan. Laporan STP yang dilakukan setiap bulan juga sudah tepat waktu dan lengkap
sampai bulan Juni 2023.

GAMBARAN KETEPATAN DAN KELENGKAPAN LAPORAN SKDR


GAMBAR FORMAT LAPORAN STP BULANAN
GAMBAR LAPORAN ZERO REPORT PENYAKIT TN

GAMBAR LAPORAN SKDR VIA WHATSAP


GAMBAR EVALUASI PROGRAM SURVEILANS DI PUSKESMAS TANGGULANGIN
2.4 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dalam kasus TN tidak harus ada kasusnya, tetapi juga bisa dari capaian
imunisasi, seperti cakupan imunisasi Td 2+ pada ibu hamil, cakupan status imunisasi
WUS, Cakupan DPT-HB-Hib dan Cakupan DT dan Td Bias. Sehingga kami analisis
cakupan wilayah kerja Puskesmas Tanggulangin kami melihat dari cakupan imunisasi
meliputi:
1. Cakupan Imunisasi TD2+ pada ibu hamil di setiap desa sudah mencapai target yaitu
diatas 50%, kecuali desa sentul yaitu masih 48%, sedangkan untuk desa Kedungbendo
sudah tidak ada penghuninya.
Gambar 2.4.1 Cakupan Imunisasi TD2+ pada ibu hamil

Cakupan Td2+ sampai bulan Juni


(dalam persen)
100 91
90 76
80 68
70 57 57
60 50 51 50 50 51 50 51 50 50 50 50 50 50
50
40
30
20
10 0
0
N RI O G O RI UL U RI JI G IR AT N AH N O N G
E G A NS A URN PAN END LSA NT SEW AS PAN TEN AW UT ABA NG UDA BOR EG A JAN
E R D P G E KL T N
ND DE MP ETA G B PO S TAR NJA NJR BAN ALI N LIT KE PA
RA KE IS A K UN GEM A
N B A A
B N G K KA G 2
L D
KA KE PE DU AN
KE G

2. Cakupan status imunisasi Tetanus T5 pada ibu hamil sampai bulan juni sudah
mencapai target semua.
Gambar 2.4.2 Cakupan status imunisasi Tetanus T5 pada ibu hamil sampai bulan juni di
setiap desa wilayah kerja Puskesmas Tanggulangin
Cakupan Td ibu hamil sampai bulan Juni
(dalam persen)
100 91
90 76
80 68
70 57 57
60 50 51 50 50 51 50 51 50 50 50 50 50 50
50
40
30
20
10 0
0
N RI O G O RI UL U RI JI G IR AT N AH N O N G
E G A NS A URN PAN END LSA NT SEW AS PAN TEN AW UT ABA NG UDA BOR EG A JAN
E R D P G E KL T N
ND DE MP ETA G B PO S TAR NJA NJR BAN ALI N LIT KE PA
RA KE IS A K UN GEM A
N B A A
B N G K KA G 2
L D
KA KE PE DU AN
KE G

3. Berikut analisis capaian imunisasi DPT-HB-HIB di Puskesmas Tanggulangin sampai


bulan Juni 2023 menurut tempat, waktu dan orang.
Gambar 2.4.3 Cakupan imunisasi DPT-HB-HIB berdasarkan tempat
Gambar 2.4.4 Cakupan imunisasi DPT-HB-HIB berdasarkan jenis kelamin

Cakupan imunisasi DPT-HB-HIB sampai bulan juni


berdasarkan Jenis Kelamis

351 354

L P

Menurut data cakupan imunisasi berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan hampir seimbang, lebih banyak perempuan 3 orang.

Gambar 2.4.4 Cakupan imunisasi DPT-HB-HIB berdasarkan waktu

125 cakpuan imunisasi berdasarkan waktu sampai bulan juni


121 121
120

115

110

105
102 101 101 102
100

95

90
Januari Februari Maret April Mei Juni

Cakupan imunisasi sudah mencapai target samapi bulan Juni dan tertinggi dengan
jumalah 121 pada bulan Mei dan Juni.
4. Cakupan PWS KIA sampai dengan bulan juni 2023 di desa Tanggulangin
 Persalinan di Puskesmas Tanggulangin sudah 100% ke Fasyankes, bahkan sudah
banyak yang melakukan persalinan di Rumah sakit
 Capaian K1 sampai dengan bulan Juni 2023 sudah mencapai target yaitu sudah 710,
dengan target 1419 dalam satu tahun
 Capaian KN sampai bulan Juni 680, dengan target 1290 dalam satu tahun

2.5 Kegiatan Deteksi Dini


 Tidak pernah terjadi KLB TN di wilayah kerja Puskesmas Tanggulangin
 Deteksi dini dilakukan kurang dari 24 jam untuk setiap kasus PD3I yang
ditemukan diwilayah puskesmas Tanggulangin untuk segera dapat dilakukan
langkah – langkah dalam penanganan kasus PD3I yang ditemukan

2.6 Kegiatan Koordinasi Survailans


Koordinasi dilakukan dengan:
 Rumah sakit umum pemerintah dan swasta
 Rumah sakit ibu dan anak
 Klinik – klinik swasta
 Dokter praktek mandiri
 Bidan praktek mandiri
 Petugas kesehatan wilayah
 Kader kesehatan
 Kelurahan
 Babinsa dan Babinmas
 Ketua RT
Puskesmas Tanggulangin telah memiliki jajaring surveilans yang melibatkan sarana
pelayanan kesehatan swasta, klinik swasta dan masyarakat
- Setiap kasus dan hasil capaian kasus dipresentasikan atau diberitahukan saat rapat
lintas sektor
- Petugas Surveilans selalu melakukan koordinasi dengan kader dan tokoh masyarakat
terkait penemuan kasus, deteksi dini, penanganan, dan penanggulangan KLB.
- Setiap desa terdiri dari perawat, bidan, admin wilayah dan tim gerak cepat untuk PE
apabila terdapat kasus
2.7 Penanggulangan Kasus KLB PD3I
Belum pernah terjadi sampai dengan bulan Juni 2023
Langkah – langkah yang harus dilakukan ketika terjadi KLB, antara lain :
1. Mendapatkan laporan dari kader, bidan, dokter, atau nakes lain terkait adanyak kasus
PD3I

2. Membentuk tim untuk melakukan PE (sudah terdapat Tim Gerak Cepat), Tim PE
yang terdiri dari petugas Surveilans, PJ UKM, PJ UKP dan petugas wilayah

3. Penanganan kasus

4. Koordinasi dengan lintas sektor terkait . penanganan KLB yang mungkin terjadi

5. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan penanganan KLB

2.8 Monitoring Dan Evaluasi


 Petugas surveilans puskesmas Tanggulangin telah memahami dan memiliki dokumen-
dokumen petunjuk teknis kegiatan surveilans PD3I berupa SOP pencatatan dan
pelaporan, serta SOP Kasus PD3I.
 Telah melakukan koordinasi dengan jejaring dan jaringan wilayah kerja puskesmas
Tanggulangin untuk penemuan kasus, deteksi dini, dan penanganan kasus
 Laporan evaluasi dan sosialisasi surveilans PD3I tingkat puskesmas dilakukan melalui
kegiatan mini lokakarya
 Penyelidikan epidemiologi terhadap kasus PD3I yang ditemukan melibatkan tim dinas
kesehatan, tim surveilans puskesmas dan juga lintas sektor.
 Terdapat dokumen kegiatan surveilans kasus PD3I tingkat puskesmas.
2.9 Kesimpulan dan Saran
2.9.1 Kesimpulan :
1. Kegiatan surveilans PD3I di puskesmas Tanggulangin telah berjalan dengan
baik dimulai dengan ketepatan dan kelengkapan pelaporan mingguan yang
telah dilaksanakan sampai dengan bulan Juni 2023
2. Tidak ditemukan kasus TN di Puskesmas Tanggulangin, tetapi tetap ada
laporan (zero reporting)
3. Sudah adanya jejaring deteksi dini kasus PD3I dengan melibatkan sektor
pemerintah dan swasta
4. Surveilans TN tlah tersosialisasikan ke kader, petugas wilayah, klinik swasta
dan bidan praktek mandiri
5. Kegiatan surveilans PD3I yang dilakukan sudah melibatkan lintas sektor
dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus sedini mungkin
6. Analisis data dalam kasus TN tidak harus ada kasus tetapi bisa menggunakan
analis capaian imunisasi.
2.9.2 Saran :
Perlu adanya pemetaan risiko kejadian penyakit TN di lihat dari analisis capaian
imunisasi
DOKUMENTASI HASIL FOTO DI LAPANGAN DI PUSKESMAS TANGGULANGIN

TAHUN 2023

Wawancara hasil Cakupan imunisasi Meminta data tentang Cakupan Imunisasi

Pemberian materi tentang surveilans di PKM Wawancara tentang PWS KIA


Tanggulangin

Anda mungkin juga menyukai