KABUPATEN JAYAPURA
PROVINSI PAPUA
2. Tujuan
a. Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB penyakit menular bebasis internet.
b. Memberikan input kepada program terkait untuk melakukan respon sehingga
mencegah/meminimalkan kesakitan atau kematian akibat penyakit berpotensi KLB.
c. Memonitor kecenderungan penyakit menular.
d. Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.
3. Pelapor
Unit pelapor adalah Puskesmas. Sumber data laporan Puskesmas berasal dari Unit Rawat
Jalan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Sudah berjalan) . Laboratorium, Rumah
sakit,KKP (sedang dikembangkan).
Prosedure pelaporan :
SMS manual
1. Nomor petugas puskesmas sudah terdaftar di SKDR (menu manajemen daerah
>> pelaporan puskesmas)
2. SMS terkirim dengan format yang benar (minngu laporan, gunakan tanda pagar
dan koma, format sms ditulis tanpa spasi)
3. Contoh penulisan SMS yang benar:
MANUAL#13,A0,B0,C0,D0,E0,F0,G0,J0,K0,L0,M0,N0,P0,Q0,R0,S0,T0,U0,V0,W0,Y
2,Z3,X56
4. Pulsa cukup
5. Terkirim ke nomor server SKDR (081296100884; 081284599747; 081284599741;
085714868413;085714868415;081806818190;081806818193)
Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan
buat transkrip setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu
atau bidan yang lapor melalui SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format
mingguan (1 format untuk masing-masing pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas
tersebut dan semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu).
- Tulis nomer urut format,
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ......
- Tulis Minggu Epidemiologi ke .....
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus yang ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru
penyakit dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka isi jumlah
kunjungan dengan angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga
format mingguan agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
6) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Alur Pelaporan
Hasil rekapitulasi tersebut kemudian dilaporkan melalui SMS ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap hari senin pagi ke nomor yang telah ditentukan. Contoh
pelaporan SMS adalah: 2, puskesmas depapre,A10,B15,T4,Y3,X110
Artinya: Minggu ke 2;Pelapor = Puskesmas Depapre; A10 jumlah diare = 10; B15 jumlah
malaria konfirmasi = 15, T4 jumlah kasus klaster tidak lazim = 4; Y3 jumlah kasus ILI = 3;
X110 jumlah kunjungan = 110 pasien.
Jumlah Campak
Jumlah Diare Akut
5
20
4
15
3
10 2
5 1
0 0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
20
18
16
14
12
10 Campak
8
Diare Akut
6
4
2
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
7. Indikator kinerja.
Indikator kinerja SKDR Puskesmas dinilai dari :
a. Kelengkapan laporan
Kelengkapan laporan adalah : apabila puskesmas lengkap melaporkan sampai
dengan minggu berjalan. Contoh pada tahun 2019, sekarang sudah minggu ke 40,
tetapi Puskesmas Ex baru melaporkan minggu ke 39, berarti laporan SKDR
Puskesmas Ex tidak lengkap, seharusnya 40 minggu tetapi yang dilaporkan baru 39
minggu. Maka kelengkapan laporan : 39/40 x 100 = 97,5%
b. Ketepatan laporan
Ketepatan laporan adalah unit yang melaporan sesuai dengan waktu pelaporan
yang ditetapkan, yaitu setiap hari senin. Contoh : Puskesmas Ex sampai dengan
minggu ke 40, pernah 2 kali melapor tidak tepat waktu, yaitu pada minggu ke 30
telat 2 hari dan pada minggu ke 39 telat 1 hari. Maka ketepatan laporan Puskesmas
Ex adalah : 38/40 x 100 = 95%
9. Tindak Lanjut
a. Indikator Pencapai target SKDR harus mencapai >80% meliputi kelengkapan dan
ketepatan serta verifikasi tiap alert yang muncul
b. Focal Point surveilans puskesmas dan RS untuk memeriksa setiap kasus PD3I yang
ditemukan
c. Segera laporkan SKDR tiap senin dan selasa setiap minggunya
d. Untuk laporan yang belum dilaporkan minggu sebelumnya dapat dilaporkan pada
minggu berikutnya (Namun tidak dirapel)
e. Bagi puskesmas yang tidak mempunyai sinyal, diharapkan dinas kesehatan dapat
membantu melaporkan
B Malaria Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria DAN dibuktikan
Konfirmasi dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif DAN/ATAU pemeriksaan Mikroskopis positif.
C Tersangka Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri
Demam Dengue dibelakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi, dan adanya manifestasi
perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif.
D Pneumonia Pada usia <5 thn ditandai dengan batuk DAN/ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya
nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) atau
gambaran radiologi foto torak menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi nafas
berdasarkan usia penderita:
• <2 bulan: 60/menit
• 2-12 bulan: 50/menit
• 1-5 tahun: 40/menit
Pada usia >5thn ditandai dengan demam ≥ 38°C, batuk DAN/ATAU kesulitan bernafas,
dan nyeri dada saat menarik nafas
E Diare Berdarah Diare dengan darah disertai ATAU tidak disertai dengan lendir dalam tinja, dapat juga
ATAU Disentri disertai dengan adanya tenesmus.
F Tersangka Dengan anamnesis pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna
Demam Tifoid dan tanda gangguan kesadaran.
G Sindrom Jaundice Gejala penyakit yang timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dengan kulit dan sklera
Akut berwarna ikterik/kuning dan urine berwarna gelap
H Tersangka Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang hebat dapat disertai
Chikungunya adanya ruam.
J Tersangka Flu ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia
Burung pada ATAU pneumonia.
Manusia
K Tersangka Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk
Campak makulopapular, disertai salah satu gejala batuk, pilek ATAU mata merah (konjungivitis)
L Tersangka Difteri Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput
putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.
M Tersangka Batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal),
Pertussis napas dengan bunyi “whoop” dan kadang muntah setelah batuk.
N AFP (Lumpuh Kasus lumpuh layuh mendadak, BUKAN disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak <
Layuh Mendadak) 15 tahun.
P Kasus Gigitan Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan
Hewan Penular rabies pada manusia .
Rabies ATAU
Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus
dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan terhadap ransangan sensorik).
Q Tersangka Antraks (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax); Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa
sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik,
ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan
pembengkakan kelenjar limfe regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax); Rasa sakit perut hebat,
mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang
disertai darah, hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut
membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax); Gejala klinis antraks paru-paru sesuai
dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang
dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan,
detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari
setelah gejala klinis timbul.
R Tersangka Pasien dengan gejala demam < 9 hari dengan suhu > 38 derajat Celcius disertai gejala
Leptospirosis khas conjunctival suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis, jaundis/ikterik/kuning.
Lampiran 5
Pendahuluan.
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) offline adalah suatu sistem yang dapat
memantau perkembangan trend suatu penyakit menular potensial KLB/Wabah dari waktu ke
waktu (periode mingguan) dan memeberikan sinyal peringatan (alert) kepada pengelola
program bila kasus tersebut melebihi nilai ambang batasnya sehingga mendorong program
untuk melakukan respon. Alert atau signal yang muncul pada sistem bukan berarti sudah terjadi
KLB tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan petugas untuk melakukan respon cepat
agar tidak terjadi KLB.
1. Persiapan.
Pendamping teknis berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Kepala P2P dan surveilans)
serta Puskesmas untuk menyampaikan informasi SKDR Oflline yaitu tujuan dan manfaat
SKDR Offline tersebut.
2. Sasaran Perkenalan serta Pelatihan
a. Petugas suveilans di Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas.
b. Data yang harus diisi adalah data dasar yaitu berupa jumlah bayi, jumlah balita serta
jumlah total penduduk sesuai dengan wilayah kerja dinas kesehatan atau puskesmas.
Tujuan data dasar adalah untuk meghitung insiden.
c. Data SKDR terbagi dalam beberapa periode mingguan. Total semua data 52 minggu
dalam setahun.
d. Data SKDR Offline bagi petugas surveilans Dinas kesehatan Kabupaten yaitu memantau
jumlah seluruh puskesmas di kabupaten tersebut sedangkan data SKDR untuk di
puskesmas, data yang dibutuhkan yaitu data dari masing-masinng desa/kampung di
wilayah kerja puskesmas tersebut.
Standar Prosedure SKDR online 14
e. Data SKDR yang dimasukkan adalah seluruh data penyakit. Untuk mengidentifikasi
adaanya alert atau ada KLB khusus untuk penyakit endemis seperti malaria, demam
berdarah dangue (DBD) dan diare serta campak maka hanya perlu menetukan NBKW
sebagai acuan dalam menentukan suatu penyakit tersebut bila terjadi KLB. Khusus untuk
data penyakit AFP harus tetap diisi zero report pada puskesmas jika data tersebut tidak
ada.
f. Setelah itu klik menu grafik dan pilihlah salah satu penyakit atau total penyakit yang
ingin diketahui dan akan otomatis muncul dalam bentuk grafik.
3. Menentukan NBKW
Untuk menentukan NBKW, maka cukup dengan mengentri data di Data dasar dengan
menurut penyakit endemis dan perkampung selama 52 minggu . Suatu penyakit memiliki
masa inkubasi yang berbeda-beda. Maka untuk menentukan NBKW dapat menggunakan
rumus= mean + 2SD.
1 7 -1.42 2.02
2 6 -2.42 5.87
3 12 3.57 12.79
4 5 -3.42 11.71
5 7 -1.42 2.02
6 9 0.57 0.33
7 9 -17.42 303.56
8 10 1.57 2.48
9 8 -0.42 0.17
10 9 0.57 0.33
11 12 3.57 12.79
12 11 2.57 6.64
13 8 -0.42 0.17
14 9 0.57 0.33
15 14 5.57 31.10
16 7 -1.42 2.02
17 7 -1.42 2.02
19 6 -2.42 5.87
20 9 0.57 0.33
21 9 0.57 0.33
22 8 -0.42 0.17
23 11 2.57 6.64
24 7 -1.42 2.02
25 9 0.57 0.33
26 7 -1.42 2.02
27 6 -2.42 5.87
28 12 3.57 12.79
29 5 -3.42 11.71
30 7 -1.42 2.02
31 9 0.57 0.33
32 9 0.57 0.33
33 10 1.57 2.48
34 8 -0.42 0.17
35 9 0.57 0.33
36 12 3.57 12.79
37 11 2.57 6.64
38 8 -0.42 0.17
39 6 -2.42 5.87
40 6 -2.42 5.87
41 10 1.57 2.48
42 12 3.57 12.79
43 9 0.57 0.33
45 7 -1.42 2.02
46 10 1.57 2.48
47 9 0.57 0.33
48 9 0.57 0.33
49 5 -3.42 11.71
50 7 -1.42 2.02
51 8 -0.42 0.17
52 6 -2.42 5.87
Mean = ∑x
SD= √ ∑ (x-Mean )2
------------------- =
√ 535.92/51=
N-1
= √10.50= 3.24
Dari perhitungan diatas ditetapkan nilai batas keadaan wabah yakni nilai rata-rata di tambah 2
kali standar deviasi. Nilai yang diperoleh adalah 8,42 + 2 (3.24) = 15 kasus, artinya kalau dalam
waktu 1 minggu jumlah kasus baru penyakit X mencapai 15 penderita atau lebih maka ditempat
tersebut terjadi wabah atau KLB. Perhitungan diatas adalah cara manual untuk menangkap
alert.
Namun dengan menggunakan SKDR itu, perhitungan itu tidak perlu dilakukan, hanya
Dengan SKDR support Online, ketika menklik menú peyakit yang telah di entri di menú
data dasar maka secara otomoatis batas NBKWnya terlihat di garifik dan dengan mudah
dibaca , dan petugas dengan mudah dapat menangkap alert menurut desa dan
berdasarkan penyakitnya.
Penutup.
SKDR Offline sangat berperan penting dalam memberikan sinyal peringatan (alert) kepada
pengelola program bila kasus tersebut melebihi nilai ambang batasnya, karena dengan
menggunakan SKDR offline petugas surveilans di puskesmas dapat mengetahui alert dan
menangkap signal bahwa suatu penyakit sudah masuk kagori pra KLB atau sudah KLB,
sehingga respon di puskesmas akan lebih cepat, dimana kita ketahui bahwa respon dan
identifikasi alert itu ujung tombaknya memang harus di Puskesmas, bukan harus menunggu
Alert dari Kabupaten atau Kota.