(P27824416045) 2.) Jamilah Alfia R. H (P27824416046) 3.) Anjar Arum Siti M (P27824416049) 4.) Noveren Yona A. P (P27824416077) Kode Etik Kebidanan Tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan organisai meliputi : • 1. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. • 2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota. • 3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi • 4. Meningkatkan mutu profesi
Prinsip kode etik terdiri dari :
• 1. Menghargai otonomi • 2. Melakukan tindakan yang benar • 3. Mencegah tindakan yang merugikan • 4. Memperlakukan manusia secara adil • 5. Menjelaskan dengan benar • 6. Menepati janji yang telah disepakati • 7. Menjaga kerahasiaan MENGHARGAI OTONOMI PENGERTIAN • Secara etimologi , Otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya sendiri, dan nomos yang berarti hukuman atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri (Danuredjo, 1979). • Menurut Koesoemahatmadja (1979: 9), Otonomi adalah Perundangan Sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa menurut perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki pengertian sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian "pemerintahan" (bestuur) • Menurut Wayong (1979: 16), Menjabarkan pengertian otonomi sebagai kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukuman sendiri, dan pemerintahan sendiri. • Menurut Syarif Saleh (1963) Menjelaskan bahwa otonomi ialah hak mengatur dan mmerintah sendiri, hak mana diperoleh dari pemerintah pusat. • Menurut Ateng Syafruddin (1985: 23) Adalah kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Prinsip Otonomi • Tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat. Jadi, otonomi ini hanya berlaku sejauh disertai dengan tanggung jawab profesional. Secara khusus, dibatasi oleh tanggung jawab bahwa orang yang profesional itu, dalam menjalankan profesinya secara otonom, tidak sampai akan merugikan hak dan kewajiban pihak lain. • Otonomi juga dibatasi dalam pengertian bahwa kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonom kaum profesional, pemerintah tetap menjaga, dan pada waktunya malah ikut campur tangan, agar pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan kepentingan umum. OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN • Otonomi Kebidanan merupakan pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya, Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi. • Otonomi pelayanan kesehatan meliputi pembangunan kesehatan, meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN • Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah: a) Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberi tahu sebelumnya b) Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien dalam membuat suatu pilihan. c) Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan. d) Tidak memberikan informasi yang lengakap walaupun klien menghendaki informasi tersebut. e) Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah tidak bersedia menjelaskannya. Dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan pelayanan kebidanan sebagai berikut: 1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan praktik bidan. 2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001. 3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan. 4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan. 6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi dan tata kerja Depkes. 7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah. 8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi. 10. KUHAP, dan KUHP, 1981. 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik. 12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana; UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam Rumah Tangga. TUJUAN OTONOMI DALAM KEBIDANAN • Supaya bidan mengetahui kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai dengan kewenangan yang didasari oleh undang – undang kesehatan yang berlaku. • Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan, Misal:mengumpulkan data – data dan mengidentifikasi masalah pasien pada kasus tertentu. • Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan, Merencanakan asuhan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien tersebut. • Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian • Berperan sebagai anggota tim kesehatan, Misal: membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, dan menerapkan keterampilan manajemen • Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan, Misal: Mengevaluasi hasil tindakan, mengidentifikasi Perubahan yang terjadi dan melakukan pendokumentasian. • Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.Membangun komunikasi yang efektif dengan pasien dan melakukan asuhan terhadap pasien. Syarat – syarat dari otonomi pelayanan kebidanan • Administrasi • Realistic - Seorang bidan dalam melakukan - Kinerja layanan kesehatan praktek kebidanan, hendaknya yang diperoleh dengan nyata memiliki sarana dan prasarana akan diukur terhadap criteria yang melengkapi pelayanan yang mutu yang ditentukan, untuk memiliki standard dan sesuai melihat standar pelayanan dengan fasilitas kebidanan. kesehatan apakah tercapai -Mutu layanan kesehatan akan atau tidak. diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar pelayanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan KEGUNAAN OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN • REGISTRASI Pengertian registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republikindonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 yaitu proses pendaftaran,pendokumentasian dan pengakuan terhadap seorang bidan setelah memenuhi standar penampilan minimal yang ditetapka sehingga mampu dalam melaksanakan profesinya. Tujuan 1) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik 2) Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif dalam penyelesaian dalam kasus malpraktik 3)Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat. Persyaratan : 1) Fotocopy ijazah bidan 2) Fotocopy transkip nilai akademik 3) Surat keterangan sehat dari dokter 4) Pas foto 4 X 6 sebanyak 2 lembar KEGUNAAN OTONOMI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN • Lisensi Praktik Kebidanan Lisensi praktik kebidanan merupakan proses administrasi yang dilakukan pemerintah dalam mengeluarkan surat izin praktik yang diberikan kepada suatu tenaga profesi untuk pelayanan yang mandiri. Tujuan: 1) Memberikan kejelasan batas wewenang 2) Menetapkan sarana dan prasarana 3) Meyakinkan klien Persyaratan 1) Fotokopi SIB yang masih berlaku 2) Fotokopi ijazah bidan 3) Surat keterangan sehat 4) Rekomendasi dari organisasi profesi 5) Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar