PELAYANAN KEBIDANAN. A. Institusi Yang Memberikan Pembinaan dan Pengawasan Dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Dalam
pasal 1 angka 6 UUK Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilanmelalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan. Pembinaan dan pengawasanmerupakantanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan yang dilakukan melaluikomunikasi,informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat, pendayagunaan tenaga kesehatan dan pembiayaan.Peran pengawasan yang dilakukan oleh menteri dapat didelegasikan kewenangannya kepada pemerintah non kementerian yaitu kepada kepala dinas kesehatan provinsi atau kabupaten/kota, termasuk pemberian sanksi terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan perundang- undangan.Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Tenaga Kesehatan yaitu bidan dengan melibatkan konsil masing-masing. Tenaga Kesehatan dan Organisasi Profesi sesuaidengan kewenangannya. Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan, melindungi Penerima Pelayanan Kesehatan dan masyarakat atas tindakan yang dilakukan Tenaga Kesehatan; dan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan TenagaKesehatan.Instansi yang bertanggungjawab melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan dalam menjalankan Praktik Mandiri Bidanadalah Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten dan Organisasi Profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia (IBI).Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Pengurus IBI Kota Pematangsiantar, bahwa IBI Pematangsiantar senantiasa melakukan sosialisasi tentang Undang-Undang Kesehatan yangharus dilaksanakan Bidan di BPM baik secara formal maupun informal. Setiap bulan ada sudah diagendakan pertemuan rutin yang dilakukan IBI ranting. Kegiatan tersebut berupa sosialisasi SOP, Etika kebidanan dan Kode Etik Kebidanan, Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dan ilmu kebidanan yang update. Setiap 3 bulan sekali dilakukan pertemuan di Cabang Kota Pematangsiantar dengan berbagai kegiatan berupa seminar sehari yang membahas kompetensi, wewenang bidan dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan kompetensi bidan.Tenaga kesehatan dalam Undang-Undang Kesehatan diatur dalam pasal 21 -29.Permasalahan yang sering terjadi adalah tentang kelalaian dalam bekerja yang dapat terjadi manakala tenaga kesehatan melaksanakan tugas mandiri, tugaskolaborasi maupun tugas pendelegasian wewenang, sehingga tenaga kesehatan yang diduga melakukan kelalaian harus mendapatkan perlindungan secara hukum.Tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.Masalah lain yang menjadi isu adalah penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi. Hal tersebut sama artinya dengan penyelenggara pelayanan kesehatan mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi, seperti yang tertuang dalam pasal 34 ayat 2 : ”Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi.”Upaya menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu; hak bayi untuk mendapatkan air susu eksklusif danmengharuskan pemerintah dan masyarakat menyediakan fasilitas dan kebutuhan pendukung; hak anak untuk memperoleh imunisasi guna mencegah terjadinya penyakit serta hak atas perlindungan dari tindakan diskriminasi terhadap bayi dan anak. Mutu pelayanan kebidanan menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai profesi juga terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan. Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien terhadap suatu organisasi sebenarnya sangat memegang peranan penting dalam persaingan disegmen pasar karena pasien/klien sebagai pelanggan merupakan alat promosi yang paling efektif dan akuratuntuk menarik perhatian pelanggan lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang lain. Bidan berada di bawah naungan sebuah organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang terus-menerus memperhatikan peningkatan kualitas anggotanya dan juga selalu berupaya untuk tetap memberi pelayanan yang terbaik dan meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan. Organisasi profesi IBI merupakan tempat bagi bidan untuk menyampaikan aspirasi, ide, dan pemikiran serta menjamin keprofesionalan para anggotanya. Oleh karena itu, IBI harus terus berupaya dan berjuang meningkatkan keterampilan klinis dan komunikasi anggotanya. Ke bidanan merupakan profesi khusus memberikan asuhan kepada ibu dan bayi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan untuk mengarahkan, memberikan dukungan serta mengawasi pengembangan tenaga kesehatan. Pembinaan tenaga kesehatan dimulai dari institusiyang mendayagunakan tenaga kesehatan baik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mempromosikan kesehatan perempuan, terutama membantu perempuan hamil dan keluarganya.Pelayanan yang diberikan agar perempuan dan keluarganya memperoleh penyesuaian emosional dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood) dengan peran dan tanggungjawab yang benar dan tepat.Menyikapi tujuan ini, maka bidan selain bekerja secara mandiri juga bekerja sama/kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam mengupayakan pelayanan kebidanan agar dapat dilakukan secara paripurna dan berkesinambungan dengan berfokus pada aspek pencegahan dan promosi yang berlandaskan pada kemitraanserta pemberdayaan masyarakat.Pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan profesi dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat. Perizinan/ lisensi tenaga kesehatan profesi untuk melaksanakan praktik yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh instansi kesehatan di wilayah bersangkutan setelah mendapatkan rekomendasi dari organisasi terkait. 49Asas yang terdapat dalam Permenkes 149/2010 adalah asas legalitas dan lex superior. Tujuan dalam menjalankan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari Pemerintah sehingga diperlukan adanya Peraturan dari Menteri Kesehatan tentang praktik dan penyelenggaraan izin bidan. Ruang lingkup kewenangan bidan meliputi Pelayanan Kebidanan, Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan, Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Banyak upaya telah dilakukan organisasi profesi untuk tetap meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, antara lain :Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya.Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input) dan lingkungan (environment). Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.B.Bentuk Pembinaan dan PengawasanDalam rangka pelaksanaan pengawasan, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan tindakan administratifkepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam Peraturanini.Tindakan administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melaluiteguran lisan;teguran tertulis;pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun ; ataupencabutan SIKB / SIPB selamanya.Pemerintah daerah kabupaten/ kota dapat memberikan sanksi berupa rekomendasi pencabutan surat izin / STR kepada kepala dinas kesehatan provinsi / Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) terhadapbidan yang melakukan praktik tanpa memiliki SIPB atau kerja tanpa memiliki SIKB sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dan (2).Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat mengenakan sanksi teguran lisan, teguran sementara / tetap kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan yang mempekerjakan bidan yang tidak mempunyai SIKB. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukanpraktik diwilayahnya.C.Jadwal Kegiatan Pengawasan dan Pembinaan Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara periodik sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam 1(satu) tahun.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan peringatanlisan atau tertulis kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadapKeputusan ini.Peringatanlisan atau tertulis sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diberikanpaling banyak 3(tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPB Bidan yangbersangkutan.Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan, KepalaDinas Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengarpertimbangan dari Majelis DisiplinTenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak keputusan ditetapkan.Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIPB kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat.Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan nasional Menteri Kesehatan dan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara SIPB bidan yang melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan Keputusan ini.Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim/Panitia yang bertugas melakukan pemantauan pelaksanaan praktik bidan di wilayahnya.Tim/Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia dan profesi kesehatan terkait lainnya.