Anda di halaman 1dari 52

Perizinan Praktik Bidan

Dasar hukum
 Undang-Undang No 17 Tahun 2023 tentang
Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
 Nomor 28 TAHUN 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
 Surat Edaran Nomor
HK.02.01/MENKES/1911/2023 Tentang
Penyelenggaraan Registrasi Dan Perizinan
Tenaga Medis Dan Tenaga Kesehatan Pasca
Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 TAHUN
2023 Tentang Kesehatan
Pengertian
 Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
 Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang
telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik kebidanan.
 Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
 Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan
bidan di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 17 tahun
2023
 Pasal 197
 Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri atas:
 a. Tenaga Medis;
 b. Tenaga Kesehatan; dan
 c. tenaga pendukung atau penunjang

kesehatan.
 Pasal 210
 (1) Tenaga Medis harus memiliki kualifikasi

pendidikan paling rendah pendidikan profesi.


 (2) Tenaga Kesehatan memiliki kualifikasi

pendidikan paling rendah diploma tiga.


 Pasal 260 tentang Registrasi dan Perizinan
1. Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
yang akan menjalankan praktik wajib
memiliki STR
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Konsil atas nama Menteri
setelah memenuhi persyaratan.
3. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) paling sedikit:
a. memiliki ijazah pendidikan di bidang
Kesehatan dan/ atau sertifikat profesi; dan
b. memiliki sertifikat kompetensi.
4. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku seumur hidup.
STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 260
tidak berlaku apabila:
a) yang bersangkutan meninggal dunia;
b) dinonaktifkan atau dicabut oleh Konsil atas
nama Menteri; atau
c) dicabut berdasarkan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap.
 Pasal 262
 Ketentuan lebih lanjut mengenai Registrasi

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan diatur


dengan Peraturan Pemerintah.
 Paragraf 2 tentang Perizinan
 Pasal 263

1. Jenis Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


tertentu dalam menjalankan praktik
keprofesiannya wajib memiliki izin.
2. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk SIP.
 Pasal 264
1. Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 263 ayal (2), Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan tertentu harus memiliki:
a) STR dan

b) tempat praktik.

2. SIP masih berlaku sepanjang tempat praktik masih


sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
3. SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
4. Persyaratan perpanjangan SIP sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) meliputi:
a) STR;

b) tempat praktik; dan

c) pemenuhan kecukupan satuan kredit profesi.


5. Pengelolaan pemenuhan kecukupan satuan
kredit profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf c dilakukan oleh Menteri.
6. SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) tidak berlaku apabila:
a) habis masa berlakunya;
b) yang bersangkutan meninggal dunia;
c) STR dicabut atau dinonaktifkan;
d) SIP dicabut; atau
e) tempat praktik berubah.
 Pasal 283 tentang penyelenggaraan praktik
1. Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang menyelenggarakan
praktik perseorangan wajib identitas yang jelas termasuk nomor
SIP dan STR pada tempat praktik perseorangannya.
2. Dalam hal Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan berpraktik pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib menginformasikan daftar nama, nomor SIP dan
STR, serta jadwal praktik Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
3. Setiap Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, dan pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2) dikenai sanksi
administratif.
4. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berupa:
a) teguran lisan;
b) peringatantertulis;
c) denda administratif; dan/atau
d) pencabutan izin.
Surat Edaran Nomor
HK.02.01/MENKES/1911/2023
 Berdasarkan ketentuan Pasal 449 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa
pada saat berlakunya Undang- Undang Nomor 17 Tahun
2023 tentang Kesehatan, maka:
◦ STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP yang sudah terbit
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya STR, STR
Sementara, STR Bersyarat, dan SIP;
◦ penerbitan STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP yang telah
selesai diproses verifikasi dan memenuhi persyaratan diselesaikan
segera dan dinyatakan berlaku sampai dengan berakhirnya STR,
STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP; dan
◦ penerbitan STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP yang
masih dalam proses awal sebelum proses verifikasi disesuaikan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023
tentang Kesehatan.
 Sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah
sebagai pelaksanaan Pasal 262 dan Pasal 266
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023
tentang Kesehatan, penyelenggaraan registrasi
dan perizinan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dilakukan sebagai berikut:
 Registrasi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
◦ STR, STR Sementara, dan STR Bersyarat, yang sudah
terbit dan masih berlaku sebelum Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya masa berlaku STR, STR
Sementara, dan STR Bersyarat.
◦ Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan dapat
melakukan pembaharuan STR menjadi STR seumur
hidup sebelum atau setelah berakhirnya masa berlaku
STR sebagaimana dimaksud angka 1).
◦ Pembaharuan menjadi STR seumur hidup sebagaimana
dimaksud angka 2) dilakukan melalui tahapan:
 Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan mengajukan
permohonan kepada Konsil Kedokteran Indonesia bagi
Tenaga Medis dan kepada Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia bagi Tenaga Kesehatan dengan melampirkan STR
lama; dan
 Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud huruf a),
Konsil Kedokteran Indonesia dan Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia menerbitkan STR yang berlaku seumur hidup.
◦ Dalam hal STR yang sudah terbit sebelum Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2023 diundangkan dan telah
habis masa berlakunya kurang dari 3 (tiga) bulan pada
saat permohonan pembaharuan, Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan mengajukan permohonan
pembaharuan STR seumur hidup sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud angka 3).
◦ Dalam hal STR yang sudah terbit sebelum Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2023 diundangkan dan telah habis masa berlakunya lebih
dari 3 (tiga) bulan pada saat permohonan pembaharuan, berlaku
ketentuan:
 Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan telah memenuhi kecukupan
Satuan Kredit Profesi (SKP) yang diperoleh selama kurun waktu 5 (lima)
tahun sebelum Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2023 diundangkan,
dapat mengajukan permohonan pembaharuan STR seumur hidup
dengan melampirkan ijazah dan/atau sertifikat profesi dan surat bukti
pemenuhan kecukupan SKP;
 Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang tidak memenuhi kecukupan
SKP sesuai ketentuan huruf a), harus melakukan uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan
kolegium dan/atau pihak lain yang terkait;
 Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud huruf b)
dapat mengajukan permohonan STR seumur hidup dengan
melampirkan ijazah dan/atau sertifikat profesi dan sertifikat
kompetensi setelah lulus uji kompetensi; dan
 Konsil Kedokteran Indonesia atau Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
menerbitkan STR yang berlaku seumur hidup bagi Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan yang memenuhi persyaratan permohonan
sebagaimana dimaksud huruf a) dan huruf c).
◦ Permohonan STR baru diajukan kepada Konsil Kedokteran
Indonesia bagi Tenaga Medis dan kepada Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia bagi Tenaga Kesehatan dengan melampirkan
persyaratan:
 ijazah dan/atau sertifikat profesi;
 sertifikat kompetensi;
 pas foto terbaru; dan
 Kartu Tanda Penduduk.
◦ Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud angka 6),
Konsil Kedokteran Indonesia atau Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia menerbitkan STR yang berlaku seumur hidup.
◦ Dikecualikan dari ketentuan masa berlaku sebagaimana dimaksud
angka 7), bagi penerbitan STR untuk kepentingan evaluasi
kompetensi, praktik profesi bagi Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan warga negara asing, dan pendidikan, masa berlaku
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
◦ Proses penerbitan STR sebagaimana dimaksud angka
3), angka 4), angka 5), angka 7), dan angka 8)
dilakukan melalui aplikasi registrasi STR online yang
terintegrasi dengan SATUSEHAT paling lama 15 (lima
belas) hari kerja setelah persyaratan diunggah secara
lengkap.
 Perizinan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
◦ SIP yang sudah terbit sebelum Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2023 tentang Kesehatan diundangkan, dinyatakan tetap berlaku
sampai dengan berakhirnya masa berlaku SIP.
◦ Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan mengajukan
permohonan SIP baru dengan STR yang sudah terbit dan masih
berlaku sebelum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang
Kesehatan diundangkan, permohonan diajukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah Kabupaten/Kota,
melampirkan:
 STR; dan
 surat keterangan tempat praktik.
◦ Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan mengajukan
permohonan SIP dengan STR seumur hidup yang diperoleh
berdasarkan pemenuhan kecukupan SKP atau sertifikat
kompetensi, permohonan diajukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah Kabupaten/Kota,
melampirkan:
 STR; dan
 surat keterangan tempat praktik.
◦ Dalam hal pengajuan permohonan perpanjangan SIP dengan STR
yang masih berlaku atau STR seumur hidup selain yang diperoleh
berdasarkan pemenuhan kecukupan SKP atau sertifikat
kompetensi, Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Daerah Kabupaten/Kota, melampirkan:
 STR;
 surat keterangan tempat praktik; dan
 bukti pemenuhan kecukupan SKP.
◦ Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
angka 2), angka 3), dan angka 4), Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIP yang
berlaku selama 5 (lima) tahun. Dalam rangka
penerbitan SIP, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah
Kabupaten/Kota dapat berkoordinasi dengan
Kementerian Kesehatan.
◦ Proses penerbitan SIP sebagaimana dimaksud
angka 5) dan angka 6) dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sistem informasi yang terintegrasi
dengan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Kesehatan milik Kementerian Kesehatan.
ALUR PENGAJUAN SIPB PRAKTIK
MANDIRI MENGAJUKAN
BERKAS

PEMOHON IBI DINKES

TIDAK LENGKAP
VERIFIKASI
BERKAS

LENGKAP

TMS
VISITASI

MS

SIPB
ALUR PENGAJUAN SIPB DI FASKES

MENGAJUKAN
BERKAS

PEMOHON IBI DINKES

TIDAK LENGKAP
VERIFIKASI
BERKAS

LENGKAP

SIPB
ketentuan
Catatan :
 Untuk pengajuan SIPB di tempat bekerja baru, wajib

mencabut SIPB lama terlebih dulu apabila sudah tidak


bekerja di faskes lama. Sekaligus konfirmasi ke faskes
lama untuk menonaktifkan dari aplikasi SISDMK
 Bagi pengajuan SIPB kedua :

1. wajib melampirkan SIPB pertama


2. melampirkan surat keterangan / pernyataan dari
faskes pertama yang menyatakan mengizinkan dan
tidak mengganggu pelayanan di faskes pertama.
 Bagi SIPB kedua melampirkan surat keterangan
SISDMK dari faskes kedua.
Cara print
surat keterangan SISDMK
Buka Browser :
Buka Browser : http://sisdmk.kemk
es.go.id/

Klik Login,
Klik Menu Data
masukkan Username
SDM, Klik Input
& Password

Pilih Fasyankes Cari Nama SDM

Klik Icon View Pilih Menu Pekerjaan

Pastikan Masa Akhir


Persyaratan Perizinan SIPB Pasca
terbitnya UU No 17 Tahun 2023
 PERMENKES 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN
DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

 Pasal 6
 (1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak

2 (dua) SIPB
 (2) Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan

dengan menunjukan SIPB pertama


Pasal 9
1. Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja sejak berkas permohonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) diterima dan dinyatakan lengkap,
Instansi Pemberi Izin harus mengeluarkan SIPB sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuktikan dengan surat tanda penerimaan
kelengkapan berkas
3. Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa,
Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota setelah dilakukan visitasi penilaian
pemenuhan persyaratan tempat praktik Bidan
 Pasal 15
1. Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan
secara mandiri dan/atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2. Praktik Kebidanan secara mandiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa Praktik Mandiri Bidan. (3) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
 a. klinik;
 b. puskesmas;
 c. rumah sakit; dan/atau
 d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Bidan Desa
 Pasal 16
1. Bidan yang berpraktik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berupa puskesmas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b meliputi
 a. Bidan yang melakukan praktik kebidanannya di

puskesmas; dan
 b. Bidan desa

2. Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b merupakan Bidan yang memiliki SIPB di
puskesmas, dan bertempat tinggal serta
mendapatkan penugasan untuk melaksanakan
Praktik Kebidanan dari Pemerintah Daerah pada satu
desa/kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas
yang bersangkutan.
3. Praktik Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) merupakan tempat praktik bidan desa sebagai
jaringan Puskesmas.
4. Dalam rangka penjaminan mutu pelayanan
kesehatan praktik Bidan desa sebagai jaringan
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dinas kesehatan kabupaten/kota setempat
harus melakukan penilaian pemenuhan
persyaratan tempat yang akan dipergunakan
untuk penyelenggaraan praktik Bidan desa
dengan menggunakan Formulir 1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
5. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) menjadi dasar rekomendasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf f, sebelum SIPB untuk Bidan desa
diterbitkan
Formulir 1

Dst…
Pasal 17
1. Bidan desa dapat mengajukan Permohonan SIPB
kedua berupa Praktik Mandiri Bidan, selama
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) dan mengikuti ketentuan: a.
lokasi Praktik Mandiri Bidan yang diajukan, berada
pada satu desa/kelurahan sesuai dengan tempat
tinggal dan penugasan dari Pemerintah Daerah;
2. memiliki tempat Praktik Mandiri Bidan tersendiri
yang tidak bergabung dengan tempat praktik Bidan
desa; dan
3. waktu Praktik Mandiri Bidan yang diajukan, tidak
bersamaan dengan waktu pelayanan praktik Bidan
desa.
PRAKTIK MANDIRI BIDAN
Pasal 30
1. Bidan yang menyelenggarakan Praktik
Mandiri Bidan harus memenuhi persyaratan,
selain ketentuan persyaratan memperoleh
SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1).
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, peralatan, serta obat
dan bahan habis pakai.
Pasal 32
 Persyaratan bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi
ruang dalam bangunan Praktik Mandiri Bidan
yang terdiri atas:
 a. ruang tunggu;
 b. ruang periksa;
 c. ruang bersalin;
 d. ruang nifas;
 e. WC/kamar mandi; dan
 f. ruang lain sesuai kebutuhan.
Pasal 36
2. Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya diperoleh dari apotek melalui
surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai.
3. Bidan yang melakukan praktik mandiri harus
melakukan pendokumentasian surat pesanan
kebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan
obat yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
formulir V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 38
1. Praktik Mandiri Bidan harus melaksanakan
pengelolaan limbah medis.
2. Pengelolaan limbah medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui kerjasama dengan institusi yang
memiliki instalasi pengelolaan limbah
Pasal 39
1. Praktik Mandiri Bidan harus memasang
papan nama pada bagian atau ruang yang
mudah terbaca dengan jelas oleh
masyarakat umum dengan ukuran 60x90
cm dasar papan nama berwarna putih dan
tulisan berwarna hitam.
2. Papan nama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat nama Bidan,
nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu
pelayanan
Pasal 40
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus
melakukan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal
36, dengan menggunakan instrumen penilaian
sebagaimana tercantum dalam Formulir I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
2. Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud
pada huruf (1), menjadi dasar dalam pembuatan
rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (1) huruf f
Pasal 45
1. Bidan wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.
2. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik.
3. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dan disimpan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dikecualikan bagi Bidan yang
melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan selain Praktik Mandiri Bidan.
Pasal 46
1. Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan/atau
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
praktik bidan sesuai dengan kewenangan masingmasing.
2. Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Menteri, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikutsertakan
organisasi profesi.
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan, keselamatan pasien, dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
4. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri,
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat memberikan tindakan
administratif kepada bidan yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan praktik.
5. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui:
a) teguran lisan;
b) teguran tertulis;
c) c. pencabutan SIP untuk sementara paling lama
1 (satu) tahun; atau
d) pencabutan SIPB selamanya
Persyaratan Pengajuan SIPB

Anda mungkin juga menyukai