Anda di halaman 1dari 10

PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK

Guillain-Barré Syndrome

Disusun oleh:

Kristian Felix Wundiawan (406152061)

Dokter pembimbing: dr. Ava Lanny Kawilarang, Sp.A


PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D. V. W.
Umur : 12 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kampung Jati Jajar, RT 5 RW 4, Depok
Pendidikan :-
Tanggal masuk RS : Kamis, 21 April 2016
Pukul : 12.29

II. ANAMNESIS
Alloanamnesa didapat dari ayah dan ibu pasien pada hari Jumat, 22 April 2016
Keluhan utama: kelemahan pada kedua tungkai bawah
Keluhan tambahan: pusing, lemah
Riwayat penyakit sekarang:
Pada hari Kamis, 21 April 2016 pukul 11.00 WIB, orang tua pasien
membawa pasien ke poliklinik anak RS Sentra Medika Cisalak dengan keluhan
utama yaitu kelemahan kedua ekstremitas bawah sejak dua hari lalu. Kelemahan
dirasakan mulai dari ujung jari-jari kaki sampai ke lutut. Pasien mengatakan
bahwa masih bisa berdiri tapi tidak bisa berjalan. Sebelumnya dua minggu lalu
pasien mengeluhkan demam, batuk pilek (+), mual (+), nyeri perut (+) dan sudah
pernah diobati di klinik. BAB dan BAK dalam batas normal. Tidak ada riwayat
trauma atau cedera sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu:
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sudah beberapa kali rawat
inap di rumah sakit dan pernah dirawat di ICU karena dengue shock syndrome
lima tahun lalu.
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak didapatkannya riwayat penyakit dari keluarga dan belum pernah
ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa yang dialami oleh pasien.
Riwayat persalinan:
Riwayat kehamilan persalinan G2 P2 A0, cara persalinan sectio
caesarea, BB lahir 2900 gram, panjang lahir 51 cm.
Riwayat nutrisi dan tumbuh kembang:
Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, susu formula dimulai
umur 1 bulan, makanan tambahan dimulai umur 4 bulan, makanan padat dimulai
umur 6 bulan. Pasien bisa mulai duduk saat usia 8 bulan, bisa merangkak usia 10
bulan, bisa mulai berdiri usia 11 bulan, bisa mulai berjalan usia 12 bulan.
Riwayat imunisasi:
Orang tua pasien mengatakan imunisasi pasien lengkap.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukan pada hari, Jumat, 22 April 2016 di Ruang Perawatan
Lily RS Sentra Medika Cisalak dengan hasil sebagai berikut:
Status generalis:
Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15)
Tanda - tanda vital : Suhu 36,4oc
Frekuensi nadi 88 kali per menit
Frekuensi napas 20 kali per menit
Tekanan darah 110/70 mmHg
Berat badan : 58 Kg
Tinggi badan : 152 cm
Pemeriksaan sistematis:
Kepala : Normocephal
Mata : Bentuk bola mata normal, kedudukan bola mata
simetris, mata tidak cekung, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3 mm, refleks
cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada sekret
Mulut : Bentuk normal, mukosa bibir dan mulut kering, tidak
sianosis, tonsil T1-T1 dan faring tidak hiperemis
Telinga : Bentuk normal, tidak ada secret
Leher : Bentuk normal, KGB cervical tidak teraba membesar
Thorax
Paru
Inspeksi: Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi otot-otot
pernapasan
Palpasi: Stem fremitus kiri dan kanan sama kuat
Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: Perut tampak membuncit, scar (-), striae (-), peristalsis (-)
Auskultasi: Bising usus (+), bruit (-)
Perkusi: Timpani pada 4 kuadran abdomen, ascites (-)
Palpasi: Turgor kulit baik, nyeri tekan 4 kuadran abdomen (-)
Genitalia : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak sianosis, kelemahan kedua
ekstremitas bawah
Kulit : Turgor baik, luka/scar (-), ruam (-), ikterik (-)

Pemeriksaan fisik Neurologis


Refleks fisiologis
Refleks Biceps: (+/+)
Refleks Triceps: (+/+)
Refleks pergelangan tangan: (+/+)
Refleks Patella: (+/+)
Refleks Achilles: (+/+)
Refleks patologis
Refleks Hoffman-tromner: (-/-)
Refleks Babinski: (-/-)
Refleks Chaddock: (-/-)
Refleks Oppenheim: (-/-)
Pemeriksaan motorik
Trofi: Normotrofi
Tonus: Normotonus
Kekuatan otot ekstremitas atas: (5/5)
Kekuatan otot ekstremitas bawah: (2/2)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 April 2016 pukul 14.00
Lab Hasil Nilai normal
Hematologi rutin (lengkap)
Hemoglobin 12.4 13.2 – 17.3
Lekosit 10.770 3.800 – 10.600
Basofil 0 0–1
Eosinophil 1 2–4
Batang 0 3–5
Segmen 75 50 – 70
Limfosit 21 25 – 40
Monosit 3 2–8
Hematocrit 37 40 – 52
Trombosit 458.000 150.000 – 440.000
LED 36 < 15
Eritrosit 4.95 4.00 -5.00
Elektrolit
Natrium 140 134 – 146
Kalium 3.92 3.40 – 4.50
Chloride 111 96 – 108
V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan berat badan 58
Kg dengan keluhan kelemahan pada ekstremitas bawah sejak dua hari.
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : Suhu 36,4oc
Frekuensi nadi 88 kali per menit
Frekuensi napas 20 kali per menit
Tekanan darah 110/70 mmHg
Pemeriksaan fisik : Kelemahan kedua ekstremitas bawah (paraparese
inferior), kekuatan otot ekstremitas bawah (2/2)
Pemeriksaan penunjang :
Lab Hasil Nilai normal
Hematologi rutin (lengkap)
Hemoglobin 12.4 13.2 – 17.3
Hematocrit 37 40 – 52
Lekosit 10.770 3.800 – 10.600
Segmen 75 50 – 70
Trombosit 458.000 150.000 – 440.000
LED 36 < 15
Eritrosit 4.95 4.00 -5.00
Elektrolit
Chloride 111 96 – 108

VI. DIAGNOSA KERJA


Acute flaccid paralysis et causa suspect Guillain-Barré syndrome
Diagnosis banding: Poliomyelitis
Myelitis Transversa

VII. RENCANA DIAGNOSTIK


 EMG (electromyography) untuk menilai adanya perlambatan kecepatan
hantaran saraf tepi ke otot (demyelinasi).
 Pungsi lumbal dilakukan untuk menilai adanya peningkatan protein tanpa
adanya peningkatan jumlah sel. Dilakukan dua minggu setelah onset gejala
muncul.
 Kultur virus dari feses dan apus tenggorok untuk menyingkirkan diagnosis
banding poliomyelitis.
 CT-scan atau MRI tulang belakang untuk menyingkirkan diagnosis banding
myelitis transversa.

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN


 Intravenous Immuno-globulin (IVIG) setelah 2 minggu sejak gejala muncul
dengan dosis 400 mg/KgBB/hari selama lima hari.
 Plasmapheresis setelah 2 minggu sejak gejala muncul.
 Pemberian antibiotik injeksi ceftriaxone 1 x 1500 mg drip NaCl 100 cc/
jam.
 Pemberian injeksi metilprednisolon 3 x 62,5 mg.

IX. PROGNOSA
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

X. EDUKASI
Menjelaskan mengenai perjalanan penyakit pasien kepada orangtua dan keluarga
pasien

XI. ANALISA KASUS


Guillain-Barré Syndrome (SGB) adalah suatu poliradikuloneuropati yang
bersifat progressive ascending dan akut; yang sering terjadi setelah 1-2 minggu
didahului dengan gejala infeksi saluran napas atau saluran pencernaan. GBS
merupakan suatu sindroma klinis dimana terjadi paralisis flaccid karena proses
autoimun yang mengenai saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis. Infeksi yang
tersering memicu adanya GBS ini adalah infeksi bakteri campylobacter jejuni.
Patogenesis terjadinya GBS ini dikarenakan terjadinya molecular mimicry atau
kompleks antigen-antibodi dimana antigen dari campylobacter jejuni melakukan
reaksi silang dengan antigen pengenal dari sel selubung saraf (myelin), yang
mengakibatkan sel-sel imunitas tubuh akan menyerang myelin yang dianggap
sebagai antigen oleh tubuh.

GBS mempunyai tiga fase klinis yaitu fase akut, fase plateau (datar) dan
fase recovery (penyembuhan). Fase akut berlangsung beberapa jam sampai
beberapa minggu, dimulai sejak muncul gejala kelemahan, gangguan
keseimbangan, sampai terjadi kesulitan berjalan. Kelemahan mulai dari bagian
distal tubuh yaitu jari-jari kaki, lalu naik dengan cepat sampai ke tangan, wajah,
dan otot-otot pernafasan. Fase plateau (datar) dapat berjalan beberapa minggu
ditandai dengan kelemahan yang mulai membaik atau menetap. Fase recovery
(penyembuhan) ditandai dengan perbaikan klinis dengan hilangnya gejala karena
penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya.
Diagnosa GBS dapat ditegakkan dengan keadaan klinis dan dapat didukung
oleh beberapa pemeriksaan penunjang seperti EMG (electromyography) dan
pungsi lumbal.

Pada alloanamnesa yang dilakukan terhadap orangtua pasien, didapatkan


bahwa ada gejala infeksi akut yang diderita pasien dua minggu sebelum
mengalami kelemahan kedua ekstremitas bawah. Sifat kelemahan berupa
progressive ascending yaitu mulai dari jari-jari kaki naik sampai ke lutut. Pada
pemeriksaan fisik terhadap pasien, didapatkan kekuatan otot kaki ekstremitas
bawah (2/2) yang artinya pasien masih bisa mengangkat kaki namun belum bisa
melawan gravitasi. Kelemahan sampai saat ini masih dirasakan namun membaik.

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan keadaan klinis pasien


dapat dinyatakan sebagai GBS. Namun masih perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti EMG atau pungsi lumbal untuk mengetahui bahwa kelemahan
yang dialami pasien diakibatkan karena demyelinasi. Terapi yang sekarang
dijalani pasien adalah terapi simtomatik, yaitu terapi antibiotik dan
kortikosteroid. Terapi definitf yang seharusnya diberikan adalah pemberian
Intravenous Immuno-globulin (IVIG) dan bisa mulai diberikan secepatnya setelah
diagnosis klinis ditegakkan, tanpa menunggu hasil pemeriksaan penunjang. Hal
ini berkaitan dengan prognosa yang lebih baik untuk pasien untuk mencegah
progresivitas penyakit.

Referensi
1
Rosen BA. Guillain-Barré syndrome. Pediatrics in Review 2012; 33: 164-70.
2
Linden V, Casella EB, da Paz JA, Marquez-Diaz MJ. Guillain-Barré syndrome
in children. Arq Neuropsiquiatr 2010; 68: 12-7.
3
Walling AD, Dickson G. Guillain-Barré syndrome. Am Fam Physician 2013;
87: 191-7.
4
Willison HJ, Jacobs BC, Van doorn PA. Guillain-Barré syndrome. Lancet 2016:
1-11.
5
McLean S, Oon SF. Childhood Guillain-Barré syndrome: comparing
intravenous immunoglobulin treatment with supportive care. TSMJ 6: 61-7.
6
Chauduri JR, Alladi S, Mridula KL, Boddu DB, Rao MV, Hemanth C, et al.
Clinical outcome of Guillain-Barré syndrome with various treatment methods
and cost effectiveness: a study from tertiary care center in south india: Yashoda
GBS registry. Neurology Asia 2014; 19: 263-70.

Anda mungkin juga menyukai