Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system
saraf.Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang tidak
mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya
mirip.
Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan
oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri,seperti meningitis,atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies
(disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit
dan protozoa seperti toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang
system kekebalan tubuhnya kurang. Kerysakan otak terjadi karena otak
terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan gangguan ensefalitis?
2. Apakakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
ensefalitis?
3. Bagaimana perencanaan pada pasien dengan gangguan ensefalitis?
4. Bagaimana evaluasi pada pasien dengan gangguan ensefalitis?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan gangguan ensefalitis
2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
ensefalitis
3. Mengimplementasikan perencanaan pada pasien dengan gangguan
ensefalitis
4. Mengetahui evaluasi pada pasien dengan gangguan ensefalitis

1
D. Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
ensefalitis yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan
evaluasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh
virus atau mikro organism lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi
virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh
virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa
seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis,
juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap
tengkorak dan menyebabkan kematian.

B. Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,
streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis,
sinusitis, atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru,
bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma
yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan
otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul
dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang
meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk
kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel. Bila
berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi
umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala
yang kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran
menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.

3
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan
tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui
epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar
limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini
berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat
Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan
bagianbagian lain susunan saraf pusat.
3. Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus
dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,
sitomegalivirus, virus Epstein-barr
Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
4. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria
serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit.
Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat
satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan.
Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Kelainan neurologik
tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.

4
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan
gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun.
Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista
terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika
berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan
meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea,
muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di
dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh
didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi
kerusakan.
5. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida
albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus
dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada
sistim saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang
memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)
6. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan
dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul
noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula
disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah
yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala,

5
demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat
menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

C. Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau
organ tertentu.
Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem sara

D. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis.
Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang
dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000).
Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja
(kejang-kejang di muka)
Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan,
1997)
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan
kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma,
aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski,
gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.

6
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit. Punksi
lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa. EEG/
Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai
dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem
saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas
listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis
herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan
lobus frontal.

F. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele
neurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab,
usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan
jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat
merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini.
Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada susunan
saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu terjadi. Komplikasi pada
SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis,
hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan motorik,
gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.

G. Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba :

7
Ensefalitis supurativa
Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
Ensefalitis syphilis
Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg
oral selama 14 hari.
Bila alergi penicillin :
Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
Ensefalitis virus
Pengobatan simptomatis:
- Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg
- Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes
zoster-varicella:
- Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
Ensefalitis karena parasit
Malaria serebral
- Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga
tampak perbaikan.
Toxoplasmosis
- Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
- Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
- Spiramisin 3 x 500 mg/hari
Amebiasis
- Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
Ensefalitis karena fungus

8
- Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6
minggu
- Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
Riketsiosis serebri
a. Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari
- Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, management edema otak :
Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan
yang diberikantergantungkeadaananak. Glukosa 20%, 10ml intravena
beberapa kali sehari disuntikkan. Kortikosteroid intramuscular atau
intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Esefalitis
1. Anamnesa
a. Identitas:
1) Riwayat penyakit sekarang:
2) Riwayat Kesehatan Keluarga:
3) Pemeriksaan fisik (ROS)
B1 (Breathing) : Perubahan-perubahan akibat peningkatan
tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada batang otak yang
menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial
sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
B2 (Blood) : Adanya kompresi pada pusat vasomotor
menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan
merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan
meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
B3 (Brain) : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
B4 (Bladder) : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan
mictie normal frekuensi normal.
B5 (Bowel) : Penderita akan merasa mual dan muntah karena
peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus
anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam
lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga
terjadi hipermetabolisme (Sri Susilanigsih, 1994)
B6 (Bone) : Kelemahan

10
B. Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus
Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson
dan whitematter
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.
Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

C. Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4
Intervensi Rasional
Mandiri
Letakkan kantung es pada kepala, Meningkatkan vasokonstriksi,
pakaian dingin di atas mata, berikan penumpukan resepsi sensori yang
posisi yang nyaman kepala agak tinggi selanjutnya akan menurunkan nyeri
sedikit, latihan rentang gerak aktif atau
pasif dan masage otot leher.
Dukung untuk menemukan posisi yang Menurunkan iritasi meningeal, resultan
nyaman(kepala agak tinggi) ketidaknyamanan lebih lanjut
Berikan latihan rentang gerak aktif/ Dapat membantu merelaksasikan
pasif. ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut

11
Gunakan pelembab hangat pada nyeri Meningkatkan relaksasi otot dan
leher atau pinggul menurunkan rasa sakit/ rasa tidak
nyaman
Kolaborasi
Berikan anal getik, asetaminofen, Mungkin diperlukan untuk
codein menghilangkan nyeri yang berat

Diagnosa 2 : Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan


sepsis.
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi
Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000
Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
Intervensi Rasional
Mandiri
Beri tindakan isolasi sebagai Pada fase awal meningitis, isolasi
pencegahan mungkin diperlukan sampai organisme
diketahui/dosis antibiotik yang cocok
telah diberikan untuk menurunkan resiko
penyebaran pada orang lain
Pertahankan teknik aseptik dan teknik Menurunkan resiko pasien terkena
cuci tangan yang tepat. infeksi sekunder. Mengontrol
penyebaran sumber infeksi
Ubah posisi pasien secara teratur, Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin Obat yang dipilih tergantung pada tipe
ampisilin, klorampenikol, gentamisin. infeksi dan sensitivitas individu

12
Diagnosa 3 : Gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang
mengubah/ menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis
Intervensi Rasional
Mandiri
Tirah baring dengan posisi kepala Perubahan tekanan CSS mungkin
datar. merupakan potensi adanya resiko
herniasi batang otak yang memerlukan
tindakan medis dengan segera
Bantu berkemih, membatasi batuk, Aktivitas seperti ini akan meningkatkan
muntah mengejan. tekanan intratorak dan intraabdomen
yang dapat men9ingkatkan TIK.
Kolaborasi.
Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 Peningkatanaliran vena dari kepal akna
derajat. menurunkan TIK
Berikan cairan iv (larutan hipertonik, Meminimalkan fluktuasi dalam aliran
elektrolit ). vaskuler dan TIK.
Berikan obat : steroid, clorpomasin, Menurunkan permeabilitas kapiler untuk
asetaminofen membatasi edema serebral, mengatasi
kelainan postur tubuh atau menggigil
yang dapat meningkatkan TIK,
menurunkan konsumsi oksigen dan
resiko kejang

13
Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang
umum/lokal, kelemahan umum.
Tujuan : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
Mandiri
Pertahankan penghalang tempat tidur Melindungi pasien bila terjadi kejang
tetap terpasang dan pasang jalan nafas
buatan
Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma
ketika terjadi vertigo, sinkop, atau
ataksia
Kolaborasi
Berikan obat : venitoin, diaepam, Merupakan indikasi untuk penanganan
venobarbital. dan pencegahan kejang

Diagnosa 5 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


neuromuskular, penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil : Klien tidak merasa lemah
Intervensi Rasional
Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
Berikan perawatan kulit, masase Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit,
dengan pelembab. dan menurunkan resiko terjadinya
ekskoriasi kulit

Berikan matras udara atau air, Menyeimbangkan tekanan jaringan,


perhatikan kesejajaran tubuh secara meningkatkan sirkulasi dan membantu
fumgsional. meningkatkan arus balik vena untuk

14
menurunkan resiko terjadinya trauma
jaringan.
Berikan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat
penggunaan alat mobilisasi. seringkali menyertai trauma kepala dan
pemulihan secara fisik merupakan bagian
yang amat penting dari suatu program
pemulihan tersebut.

Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan


myelin pada akson dan whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri
Hilangkan suara bising yang berlebihan. Menurunkan ansietas, respons emosi
yang berlebihan/bingung yang
berhubungan dengan sensorik yang
berlebihan
Validasi persepsi pasien dan berikan Membantu pasien untuk memisahkan
umpan balik. pada realitas dari perubahan persepsi
Beri kesempatan untuk berkomunikasi Menurunkan frustasi yang berhubungan
dan beraktivitas. dengan perubahan kemampuan/pola
respons yang memanjang
Kolaborasi
ahli fisioterapi Pendekatan antardisiplin dapat
Terapi okupasi,wicara dan kognitif. menciptakan rencana penatalaksanaan
terintegrasi yang didasarkan atas
kombinasi kemampuan/ketidakmampuan
secara individu yang unik dengan
berfokus pada fungsi fisik, kognitif, dan
keterampilan perceptual

15
Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi Rasional
Mandiri
Berikan kompres hangat 1. Pengeluaran panas secara konduksi
Anjurkan klien untuk menggunakan 2. Pengeluaran panas secara evaporasi
baju yang tipis. 3. Menentukan keberhasilan tindakan
Observasi Suhu tubuh klien
Kolaborasi dengan dokter
1. Berikan obat penurun panas. 1. Membantu menurunkan suhu tubuh

D. Evaluasi
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah radang membran pelindung system saraf
pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik, kanker,
obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua
penyakit ini hampir sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh
karena itu penatalaksanaannyapun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi
dan non farmakologi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/


2007/12/askep-pada-meningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember
2009 pukul 18.40

Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-


makalah/kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009
pukul 18.40

Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses


tanggal 12 Desember 2010.

Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-


keperawatan-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-
images/kernigs-sign-of-meningitis.html. Diakses tanggal 12 Desember
2010

18
MAKALAH
ENSEFALITIS

Disusun oleh :
Muh Ismail Marzuki
Muh Sarifudin Firdaus

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2012

19
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ensefalitis”. Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah serta menambah
pengetahuan kami ilmu keperawatan khususnya maternitas.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan
dan masukan dari berbagai pihak, maka tak lupa ungkapan terima kasih juga
penyusun sampaikan kepada semua pihak yang membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini. Dengan segenap kemampuan penyusun telah berupaya
untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun kami juga menyadari
bahwa makalah penyusun belum sempurna. Oleh karena itu atas segala kritik dan
saran yang membangun akan penyusun terima dengan kelapangan hati guna
perbaikan penyusunan makalah pada masa yang akan datang.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami dan semua pembaca.

Ungaran, April 2012

Penyusun

20
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
B. Latar Belakang .......................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
D. Tujuan ....................................................................................... 1
E. Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Definisi ..................................................................................... 3
B. Etiologi...................................................................................... 3
C. Patofisiologi .............................................................................. 6
D. Manifestasi Klinis ..................................................................... 6
E. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 7
F. Komplikasi ................................................................................ 7
G. Penatalaksanaan ........................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................... 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 17
A. Kesimpulan .............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

21
iii

Anda mungkin juga menyukai