Anda di halaman 1dari 10

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Usia Kehamilan

Hasil penenilitian dari 34 responden iu bersalin di RSUD Kudus

menunjukkan bahwa usia termuda saat bersalin adalah 18 tahun dan usia tertua

43 tahun. Responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu usia < 20 tahun

sejumlah 1 orang dengan persentase 2,9%, usia 20 tahun-35 tahun sejumlah 23

orang persentase 67,6% dan > 35 tahun sejumlah 10 orang dengan persentase

29,4%. Ibu bersalin dijadikan responden karena persalinan adalah suatu

pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke

dunia luar.

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik usia responden urutan

pertama terbanyak adalah umur 20-35 tahun sebesar 35 orang dengan persentase

67,6%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia

reproduktif.

B. Gambaran Riwayat SC

Hasil penelitian terhadap 34 responden yang bersalin di RSUD Kudus

pada bulan Januari sampai Maret 2008 menunjukkan bahwa 6 (17,6%) responden

mempunyai riwayat sesar yaitu persalinan sebelumnya dengan operasi dan tidak

ada riwayat sesar sebesar 28 (82,4%).


Dari hasil penelitian didapatkan urutan pertama dari 34 responden adalah

responden yang tidak ada riwayat sesar yaitu sebesar 28 (82,4%). Urutan kedua

adalah responden yang memiliki riwayat sesar sebesar 6 (17,6%). Riwayat sesar

merupakan salah satu faktor yang bisa berhubungan dengan persalinan sesar yang

melaksanakan persalinan sesar di RSUD Kudus.

C. Gambaran KPD

Dari hasil penelitian terhadap 34 responden yang bersalin di RSUD Kudus

pada bulan Januari sampai Maret tahun 2008 terdapat 7 (20,6%) responden

dengan ketuban pecah dini dan 27 (79,4%) bukan karena ketuban pecah dini.

Menurut Dr. S B. Wahyudi, Sp.OG, dari RS Husada, yang dimaksud

ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda

persalinan. Robeknya kantung ketuban biasanya terjadi sesuai trauma, misalnya

ibu hamil terjatuh atau terbentur di bagian perut. Ketuban pecah dini juga bisa

terjadi karena mulut rahim yang lemah sehingga tidak bisa menahan kehamilan,

seperti kehamilan ganda atau hidramnion, kelainan letak janin seperti sungsang

atau melintang, atau kelainan bawaan dari selaput ketuban. Bisa pula karena

infeksi yang kemudian menimbulkan proses biomekanik pada selaput ketuban

sehingga memudahkan ketuban pecah.

D. Gambaran Persalinan Caesar

Persalinan caesar adalah suatu tindakan melahirkan bayi melalui perut.

Operasi caesar harus dilakukan berdasarkan indikasi medis, tetapi terkadang


operasi caesar dilakukan atas dasar permintaan dari sang ibu yang takut

melahirkan secara normal/alami. Indikasi dilakukan persalinan caesar didasarkan

atas faktor janin dan faktor ibu.

Berdasarkan faktor yang berhubungan dengan persalinan caesar ada 2

faktor yaitu dari faktor janin diantaranya bayi besar, kelainan letak bayi, bayi

abnormal, faktor plasenta, ancaman gawat janin, bayi kembar, kelainan tali pusat.

Sedangkan faktor ibu yang berhubungan dengan persalinan caesar

diantaranya usia, tulang panggul, persalinan sebelumnya dengan operasi caesar,

faktor hambatan jalan lahir, kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini, dan

rasa takut kesakitan (Kasdu, 2003).

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 34 responden di RSUD

Kudus pada bulan Januari sampai Maret tahun 2008 terdapat 19 (55,9%) ibu

bersalin dengan operasi caesar dan 15 (44,1%) ibu bersalin secara pervaginam.

Dari 19 (55,9%) responden yang bersalin dengan operasi caesar didasarkan atas

faktor ibu, persalinan sebelumnya dengan operasi caesar dan ketuban pecah dini.

E. Hubungan antara Usia dengan Kejadian Persalinan Caesar di RSUD Kudus

pada bulan Januari sampai Maret tahun 2008

Hasil penelitian yang dilakukan pada 34 responden penelitian, berdasarkan

uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ = 0,000, berarti nilai ρ < α (0,05)

didapatkan kesimpulan bahwa. Ha diterima (Ho ditolak), yang artinya ada

hubungan antara usia dengan kejadian persalinan caesar di RSUD Kudus pada

bulan Januari sampai Maret tahun 2008.


Seiring dengan majunya bidang-bidang yang berkaitan dengan operasi

caesar, kriteria perlu tidaknya suatu persalinan melalui operasi caesar juga ikut

berkembang. Dalam proses persalinan terdapat tiga faktor penentu, yakni power

(tenaga mengejan atau kontraksi otot dinding perut dan dinding rahim), passage

(keadaan jalan lahir), dan passenger (si janin yang akan dilahirkan). Mula-mula

indikasi operasi caesar hanya karena ada kelainan passage, sehingga kelahiran

tidak bisa melalui vagina. Namun, akhirnya merambat ke faktor 3P lainnya, yakni

power dan passanger. Kelainan proses yang mungkin dilakukannya operasi

caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit

menahun lain yang mempengaruhi tenaga. Kelainan passanger diantaranya anak

terlalu besar, anak “mahal”, anak dengan kelainan letak lintang, primigravida di

atas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas

panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau

dan melemah) (http://www.google.com).

Usia yang berhubungan dengan persalinan caesar adalah usia resiko tinggi

(<20 tahun dan > 35 tahun). Resiko pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul

karena belum ada kesiapan secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya

usia muda belum siap untuk menjadi ibu. Akibatnya, selain tidak ada persiapan,

kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat

ini dapat membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar

sehingga kemungkinan operasi caesar jadi lebih besar (http://www.mail-

aretive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/.
Kehamilan pertama diatas usia 35 tahun termasuk kehamilan yang

beresiko yang disebut dnegan primigravida tua. Kehamilan tua pertama diatas 35

tahun dianggap beresiko karena belum adanya catatan medis tentang perjalanan

persalinan ibu. Pada usia rawan, resiko kehamilan anak pertama tersebut

meningkat karena ada beberapa faktor ancaman tambahan. Bahaya yang

mengancam primigravida tua justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi

diatas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan

perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia. Bahaya lainnya adalah

meningkatnya resiko kelainan sindrom down pada janin.

F. Hubungan antara Riwayat Caesar dengan Kejadian Persalinan Caesar di

RSUD Kudus

Berdasarkan analisis diketahui bahwa responden yang tidak ada riwayat

SC sebesar 28 responden dengan persentase (53,4%) lebih besar dari pada

responden yang memiliki riwayat caesar sebesar 6 responden dengan persentase

(17,6%). Responden yang memiliki riwayat caesar cenderung bersalin dengan

operasi caesar. Pada responden dengan tidak ada riwayat SC cenderung tidak

dilakukan persalinan caesar sebesar 15 responden (44,1%) dan sisanya dilakukan

persalinan caesar, sedangkan responden dengan riwayat caesar cenderung

dilakukan persalinan caesar sebesar 6 responden (17,6%) dan tidak ada responden

yang tidak dilakukan persalinan caesar. Hasil uji statistik dengan Chi Square

diketahui adanya hubungan antara riwayat caesar dengan persalinan caesar (ρ ≤

0,05).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori (Kasdu, 2003), bahwa operasi

caesar akan dilakukan lagi pada persalinan kedua apabila operasi sebelumnya

menggunakan sayatan vertikal (corporal), namun operasi kedua bisa terjadi jika

pada operasi sebelumnya dengan teknik sayatan melintang, tetapi ada hambatan

pada persalinan pervaginam, seperti janin tidak maju, tidak bisa lewat panggul,

atau letak lintang.

Caesar klasik adalah sebuah irisan vertikal dibuat dibagian utama dari

uterus, yang sangat bersifat muscular dan karena itu mengandung pembuluh

darah yang lebih banyak. Secara umum telah diterima bahwa para wanita yang

memiliki irisan uterine klasik adalah tidak layak untuk kelahiran melalui vagina

dimasa mendatang, karena adanya resiko robeknya uterus melintang bahwa

(LSCS) yang lebih umum dan juga karena robeknya yang demikian dipercaya

lebih mungkin untuk bersifat yang serius. (Dewi, 2007).

G. Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Persalinan Caesar

Berdasarkan analisis diketahui bahwa responden dengan bukan ketuban

pecah dini sebesar 27 responden dengan persentase (79,4%) lebih besar daripada

responden dengan ketuban pecah dini sebesar 7 responden dengan persentase

(20,6%).

Menurut Dr. S.B. Wahyudi, Sp.OG, dari RS Husada, dokter akan

memantau kondisi ibu dan janinsetelah ketuban pecah. Bila ditemukan air

ketuban yang banyak dan jernih, berarti keadaan janin masih baik. Langkah

selanjutnya dilakukan terapi , jika kehamilan kurang dari 38 minggu akan


dilakukan metode konservatif. Ibu hamil diwajibkan istirahat, dibantu dengan

pemberian obat-obatan yang tidak menimbulkan kontraksi, biasanya melalui

infus. Bila si bayi belum cukup besar, dokter akan memberikan obat-obatan untuk

mematangkan paru agar jika terpaksa dilahirkan, janin sudah siap hidup diluar

rahim. Ibu akan diberi antibiotika untuk mencegah infeksi. Bila jumlah air

ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan beresiko asfiksia. Jika air

ketuban berwarna hijau, bisa membahayakan janin. Pada keadaan seperti itu

membuat persalinan dipercepat, baik persalinan alami lewat vagina maupun

operasi caesar.

Pada responden dengan ketuban pecah dini akan lahir dengan sendirinya

paling lam 2x24 jam. Apabila bayi tidak lahir juga lewat waktu itu, barulah

dokter melakukan tindakan bedah caesar. (Kasdu, 2003).

H. Keterbatasan Peneliti

Peneliti hanya melihat catatan persalinan media responden ibu bersalin

pada catat buku register di RSUD Kudus, tidak bisa melakukan pengamatan

secara langsung.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap variable dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Karakteristik persalinan caesar yaitu usia rata-rata ibu bersalin berusia 20-35

tahun 67,6% dan rata-rata paritas ibu bersalin multipara 52,9%.

2. Usia responden terhadap kejadian persalinan caesar sebesar 23 responden

dengan persentae (67,6%) pada usia 20-35 tahun, sedangkan pada usia <20

dan >35 tahun sebesar. 11 responden dengan persentase (32,4%)

3. Responden yang tidak memiliki riwayat caesar terhadap kejadian persalinan

caesar sebesar 28 responden dengan persentase (82,4%), sedangkan

responden yang memiliki riwayat caesar sebesar 6 responden dengan

persentase (17,6%).

4. Ketuban pecah dini terhadap kejadian caesar sebesar 27 responden dengan

persentase (79,4%) yang bukan ketuban pecah dini, sedangkan responden

dengan ketuban pecah dini sebesar 7 responden dengan persentase (20,6%)

5. Responden yang bersalin di RSUD Kudus dengan operasi caesar sebesar 19

responden dengan persentase (55,9%), sedangkan yang bersalin pervaginam

sebesar 15 responden dengan persentase (44,1%).


6. Usia 20-35 tahun pada kejadian persalinan caesar cenderung tidak dilakukan

caesar dengan persentase 41,2%, sedangkan pada usia <20 dan >35 tahun

cenderung dilakukan caesar dengan persentase (29,4%).

7. Ada hubungan antara usia dengan kejadian persalinan caesar.

8. Riwayat caesar pada kejadian persalinan caesar cenderung tidak dilakukan

caesar pada responden yang tidak ada riwayat dengan persentase (44,1%),

sedangkan responden yang memiliki riwayat cenderung dilakukan caesar

dengan presentase (17,6%).

9. Ada hubungan antara riwayat caesar dengan persalinan caesar.

10. Ketuban pecah dini pada kejadian persalinan ceacar cenderung tidak

dilakukan ceacar pada responden bukan ketuban pecah dini dengan persentase

(41,2%) sedangkan responden dengan ketuban pecah dini cenderung

dilakukan ceacar dengan persentase (17,6%).

11. Tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan persalinan caecar.

B. Saran

1. Bagi Ibu Bersalin

Bagi ibu yang akan bersalin dalam memutuskan memilih untuk

bersalin ceacar terlebih dahulu mengetahui indikasi dari persalinan ceacar itu

sendiri baik dari indikasi janin maupun ibu.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan disini khususnya bidan dalam memberikan

informasi kepada ibu yang akan bersalin , jika ada indikasi – indikasi untuk
persalinan ceacar maka ibunya disarankan untuk melahirkan dirumah sakit

untuk ditolong dokter spesialis kandungan.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya lebih banyak mencari informasi dari media

cetak maupun media elektronik khususnya tentang persalinan ceacar dengan

indikasi.

Anda mungkin juga menyukai