Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN IDIOPATHIC TROMBOCYTOPENIC PURPURA
(ITP)

Disusun Oleh :

1. BECCA INTAN LESTARI NPM: 2126010001


2. RINDI YANI NPM: 2126010016
3. SINTA NURYA NPM: 2126010009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami selaku penyusun
dapat menyusun makalah ini yang berjudul "asuhan keperawatan pada klien
dengan Idiopathic Trombocytopenic Purpura (ITP) “ Makalah ini disusun agar
dapat memperluas ilmu tentang Apa itu, hipertensi yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terimakasih.

Bengkulu, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ITP..........................................................................................4
B. Etiologi ITP..........................................................................................4
C. Patofisiologi ITP...................................................................................4
D. WOC ITP..............................................................................................6
E. Gejala dan Tanda ITP...........................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang ITP.................................................................7
G. Penatalaksnaan ITP...............................................................................7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.............................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................11
C. Intervensi Keperawatan........................................................................12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................21
B. Saran.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan
bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam
sirkulasi berkisar antara 150.000-450000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-
kira 1/3 dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami
penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah
trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000-450000 sel trombosit
perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan
abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit
mencapai kurang dari 10.000/mL. (Sudoyo, dkk ,2016).
Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi
akibat penurunan reproduksi trombosit, seperti pada anemia aplastik,
mielofibrosis, terapi radiasi atau leukimia, peningkatan penghancuran
trombosit, seperti pada infeksi tertentu ; toksisitas obat, atau koagulasi
intravaskuler, diseminasi (DIC); distribusi abnormal atau sekuestrasi pada
limpa ; atau trombositopenia dilusional setelah hemoragi atau tranfusi sel
darah merah. (Sandara, 2013).
Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/ mm3) penyebab
tersering dari perdarahan abnormal karena produksi platelet yang menurun,
atau pun peninggian sekuestrasi atau destruksi yang bertambah. Penyebab
penurunan produksi platelet antaranya anemia aplastik, leukemia, keadaan
gagal sumsum tulang lain, dan setelah terapi khemoterapi sitotoksik. Penyebab
peninggian destruksi platelet antaranya trombositopenik purpura idiopatik
(autoimun), trombositopenia sekunder atau yang diinduksi obat-obatan,
purpura trombositopenia trombotik, sindroma uremik hemolitik, koagulasi
intravaskuler diseminata, dan vaskulitis.
Secara umum, jumlah platelet lebih dari 50.000/mm3 tidak berkaitan
dengan komplikasi perdarahan yang bermakna, dan perdarahan spontan berat

1
jarang dengan jumlah platelet lebih dari 20.000/mm3. Walau jarang, PIS
spontan bisa terjadi dan khas dengan onset yang tak jelas dari nyeri kepala,
diikuti perburukan tingkat kesadaran. Hematom subdural lebih jarang.
(sudoyo, dkk, 2016)
Penurunan produksi trombosit (platelets), dibuktikan dengan aspirasi
dan biopsi sumsum tulang, dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu
atau menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik,
mielofibrosis(penggantian unsur-unsur sumsum tulang dengan jaringan
fibrosa), leukemia akut, dan karsinoma metastatik lain yang mengganti unsur-
unsur sumsum normal. Agen-agen kemoterapeutik terutama bersifat toksik
terhadap sum-sum tulang, menekan produksi trombosit. Keadaan
trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh
penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan. Segala kondisi yang
menyebabkan spenomegal(lien membesar) dapat disertai trobositopenia.
(Sylvia & Wilson, 2016)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi ITP?
2. Bagaimana Etiologi ITP?
3. Bagaimana Patofisiologi ITP?
4. Bagaimana WOC ITP?
5. Bagaimana Gejala dan Tanda ITP?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang ITP?
7. Bagaimana Penatalaknsaan ITP?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui Definisi ITP.
2. Mengetahui Etiologi ITP.
3. Mengetahui Patofisiologi ITP.
4. Mengetahui WOC ITP.
5. Mengetahui Gejala dan Tanda ITP.

2
6. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ITP.
7. Mengetahui Penatalaksanaan ITP.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi ITP
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan suatu kelainan
yang berupa gangguan autoimun yang menetap (angka trombosit darah perifer
kurang dari 150.000 / ml) akibat autoantibody yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi premature trombosit dalam system
retikuloendotel terutama limpa (Sudoyo Aru. dkk, 2019)
Idiopatik Trombotopenik Purpura adalah suatu kondisi yang didalamnya
terdapat penurunan hitung trombosit yang bersikulasi dalam keadaan sumsum
normal (Cecily, 2019)
Trombositopenia bermanifestasi sebagai memar, perdarahan dan petekia
dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu terisolasi pada individu
dalam keadaan lainnya sehat (Hoffbrand. dkk, 2015).

B. Etiologi ITP
Sindrom ITP disebabkan oleh antibody trombosit spesifik yang
berkaitan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari
sirkulasi oleh system fagosit monokuler melalui reseptor FC makrofak. Masa
normal trombosit sekitar 7 hari, tetapi memendek pada ITP menjadi 2 – 3 hari
sampai beberapa menit. Pasien yang trombositopenia ringan sampai sedang
mempunyai masa hidup terukur yang lebih lama dibandingkan dengan pasien
dengan trombositopenia berat (Sudoyo Aru. Dkk, 2019)

C. Patofisiologi ITP
Trombositopenia terjadi akibat kerusakan trombosit melalui antibodi.
Pada umumnya, gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1
sampai 6 minggu sebelum timbul awitan gejala. Manifestasi klinisnya sangat
bervariasi. ITP dapat digolongkan menjadi tiga jenis: akut, kronis dan
kambuhan. Pada anak – anak mula – mula terdapat gejala seperti demam,

4
perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia, dan anemia. Prognosis
baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan akut. (Cecily, 2019)
IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah
diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik–teknik
khusus, immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan
trombosit.
Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa
merupakan tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi
trombosit yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita,
splenektomi akan dikuti kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan
remisi lengkap penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali, atau
mungkin disertai sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang
mungkin terjadi sebagai akibat bendungan sinusoid dan pembesaran folikel –
folikel limfoid, yang memiliki sentra germina mencolok.
Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat
menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit
hanya berinti satu dan diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat
dalam berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit
yang dipercepat. Kepentingan pemeriksaan susmsum ialah untuk
menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat kegagalan sumsum. Tentu saja
temuan penting pada umumnya terbatas pada perdarahan sekunder.
Perdarahan dapat tampak menyebar ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan
– lapisan serosa dan mukus. (Cecily & Sowden, 2019).

5
D. WOC ITP

Terbentuk antibodi
Menyerang platelet
Trombositopenia yang merusak
dalam darah
trombosit

Jumlah platelet menurun

Dihancurkan oleh makrofak Molekul Ig G reaktif dalam Platelet mengalami


dalam jaringan sirkulasi trombosit gangguan agresi

Penghancuran dan
pembuangan trombosit
meningkat

Menyumbat kapiler – Perfusi jaringan perifer tidak Risiko


kapiler darah efektif perdarahan

Suplai darah ke perifer


Dinding kapiler rusak
menurun

Penumpukan darah intra Kapiler pecah Kapiler bawah kulit pecah


dermal

Perdarahan intra dermal Tumbuh bintik merah


Menekan saraf nyeri

Gangguan integritas Gangguan citra tubuh


Merangsang SSP
kulit

Penurunan transport O2 dan


Muncul sensasi nyeri Penurunan metabolism
zat nutrisi lain kejaringan
anaerob

Nyeri
Kelemahan

Intoleransi aktivitas

(Cecily, 2009 dan Santosa, 2013)

6
E. Gejala dan Tanda ITP
Cecily (2019) mengatakan manifestasi klinis pada idiopatik
trombositopenia purpura adalah sebagai berikut :
1. Secara spontan timbul peteki dan ekimosis pada kulit
2. Mudah memar
3. Epistaksis (gejala awal pada anak)
4. Menoragia
5. Hematuria(jarang terjadi)
6. Perdarahan dari rongga mulut
7. Melena

F. Pemeriksaan Penunjang ITP


Menurut Cecily (2019) untuk menegakkan diagnosa pasti dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini :
1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3.
2. Hitung darah lengkap (CBC) : anemia karena ketidakmampuan sel darah
merah (SDM) menggunakan zat besi.
3. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit.
4. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
5. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan.
a. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik.
b. Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus
Eritematosus Sistemik (SLE).
c. Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.
d. Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
e. Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru
(efusi, fibrosis interstitial paru).

G. Penatalaksanaan ITP
Tujuan pengobatan pada ITP adalah mengurangi produksi antibody dan
destruksi trombosit, serta meningkatkan dan mempertahankan hitung

7
trombosit. Kortikosteroid sering kali digunakan pada awal terapi ITP. Jika
anak tidak berespon terhadap kortikosteroid, diberikan imunoglobulin secara
IV(IVIG). IVIG ini menstimulsi peningkatan hitung trombosit dengan pesat
dalam 24 jam setelah pemberian. (Cecily, 2019)

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluhan utama :
Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan
perdarahan pada gusi gigi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami ITP yg ditandai dengan Memar, bintik-bintik pada kulit,
keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
3. Riwayat penyakit dahulu
HIV AIDS yang mungkin diturunkan dari orang tua klien.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pihak keluarga mengalami HIV AIDS, kelainan hematologi.
5. Riwayat lingkungan
Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini bias
disebabkan oleh virus atau bakteri seperti rubella, rubiola dan paksinasi
dengan virus aktif.
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
1) Petekie terjadi spontan.
2) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
3) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
4) Menoragie.
5) Hematuria.
6) Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.

9
d. Aktivitas / istirahat.
 Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan rendah.
 Tanda : - takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
 Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI
kronis,
menstruasi berat.
- palpitasi (takikardia kompensasi).
 Tanda : - TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
 Gejala : - keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan:
penolakan transfuse darah.
 Tanda : - DEPRESI.
g. Eliminasi.
 Gejala : - Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi.
 Tanda : - distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
 Gejala : - penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
 Tanda : - turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
 Gejala : - sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
 Tanda : - epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
 Gejala : - nyeri abdomen, sakit kepala.

10
 Tanda : - takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
 Gejala : - nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
 Tanda : - takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah
sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit/jaringan b/d perubaan sirkulasi (ekimosis)
2. Nyeri b/d agen pencedera fisiologis (epistaksis).
3. Resiko perdarahan d/d gangguan koagulasi.
4. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin.
5. Resiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi.

11
C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


.
1. Gangguan Setelah dilakukan PERAWATAN INTEGRITAS KULIT
integritas intervensi keperawatan (I.11353)
kulit/jaringan 1x24 jam maka 1. Observasi
b/d perubaan Integritas Kulit dan Identifikasi penyebab gangguan
sirkulasi Jaringan dengan kriteria integritas kulit (mis. Perubahan
(ekimosis) hasil : L.14125 sirkulasi, perubahan status nutrisi,
-Kerusakan jaringan penurunan kelembaban, suhu
(menurun) lingkungan ekstrem, penurunan
-Kerusakan lapisan kulit mobilitas)
(menurun) 2. Terapeutik
-Perdarahan Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
(membaik) baring
-Kemerahan Lakukan pemijatan pada area
(membaik) penonjolan tulang, jika perlu
Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
3. Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotin, serum)
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkat asupan buah dan
saur

12
Anjurkan menghindari terpapar suhu
ektrime
Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
agen intervensi keperawatan 1. Observasi
pencedera 1x24 jam maka Tingkat -Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis (mis, nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
inflamasi, kriteria hasil : L.08066 nyeri
iskemia, -keluhan nyeri (menurun) -Identifikasi skala nyeri
neoplasma) -Meringis (menurun) -Identifikasi respon nyeri non verbal
-Gelisah (menurun) -Identifikasi faktor yang memperberat
-Muntah (menurun) dan memperingan nyeri
-Mual (menurun) -Identifikasi pengetahuan dan
-Frekuensi nadi keyakinan tentang nyeri
(membaik)
-Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
-Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

13
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
-Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
-Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
-Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3. Resiko Setelah dilakukan PENCEGAHAN PERDARAHAN
perdarahan d/d intervensi keperawatan (1.02067)
gangguan 1x24 jam maka Tingkat 1. Observasi
koagulasi. perdarahan menurun -Monitor tanda gejala perdarahan
dengan kriteria hasil : -Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
L.02017 sebelum dan setelah kehilangan darah
-kelembaban membrane -Monitor tanda-tanda vital ortostatik
meningkat (meningkat) -Monitor koagulasi
-Kelembaban kulit 2. Terapeutik
(meningkat) -Pertahankan bed rest selama
-Hemoptisis (menurun) perdarahan
-Hematemesis (menurun) -Batasi tindakan invasive, jika perlu
-Hematuria (menurun) -Gunakan kasur dekubitus
-Hemaglobin (membaik) -Hindari pengukuran rektal
-hematokrit (membaik) 3. Edukasi
-Jelaskan tanda gelaja perdarahan
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan

14
untuk menghindari konstipasi
-Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
-Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
4. Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
-kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu
-Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu

4. Perfusi perifer Setelah dilakukan PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)


tidak efektif intervensi keperawatan 1. Observasi
b/d penurunan 1x24 jam maka Perfusi -Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi
konsentrasi Perifer Meningkat perifer, edema, pengisian kalpiler,
hemoglobin. dengan kriteria hasil : warna, suhu, angkle brachial index)
L.02011 -Identifikasi faktor resiko gangguan
-denyut nadi perifer sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
(meningkat) tua, hipertensi dan kadar kolesterol
-edema perifer tinggi)
(menurun) -Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
-Nyeri ekstrimitas bengkak pada ekstremitas
(menurun) 2. Terapeutik
-Pengisian kapiler -Hindari pemasangan infus atau
(membaik) pengambilan darah di area keterbatasan
-Akral (membaik) perfusi
-Turgor Kulit (membaik) -Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi

15
-Hindari penekanan dan pemasangan
torniquet pada area yang cidera
-Lakukan pencegahan infeksi
-Lakukan perawatan kaki dan kuku
-Lakukan hidrasi
3. Edukasi
-Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
-Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
-Anjurkan minum obat pengontrol
tekakan darah secara teratur
-Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
-Ajurkan melahkukan perawatan kulit
yang tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
-Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
-Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan, omega3)
-Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

5. Resiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)


berhubungan intervensi keperawatan 1. Observasi
dengan luka. 1x24 jam maka Tingkat

16
Infeksi Menurun Identifikasi riwayat kesehatan dan
dengan kriteria hasil : riwayat alergi
L.14137 Identifikasi kontraindikasi pemberian
-demam (menurun) imunisasi
-Kemerahan (menurun) Identifikasi status imunisasi setiap
-Nyeri (menurun) kunjungan ke pelayanan kesehatan
-Bengkak (menurun)
-Kadar sel darah putih 2.Terapeutik
(membaik) Berikan suntikan pada pada bayi
dibagian paha anterolateral
Dokumentasikan informasi vaksinasi
Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat

3.Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan efek samping
Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah
Informasikan vaksinasi untuk kejadian
khusus
Informasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi kembli
Informasikan penyedia layanan pekan
imunisasi nasional yang menyediakan
vaksin gratis

17
6. Intoleransi Setelah dilakukan TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
aktifitas intervensi keperawatan 1. Observasi
berhubungan 1x24 jam maka -Identifikasi deficit tingkat aktivitas
dengan Toleransi Aktifitas -Identifikasi kemampuan berpartisipasi
immobilisasi. dengan kriteria hasil : dalam aktivotas tertentu
L.05047 -Identifikasi sumber daya untuk
-frekuensi nadi aktivitas yang diinginkan
(meningkat) -Identifikasi strategi meningkatkan
-Keluhan partisipasi dalam aktivitas
lemah(menurun) -Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
-Dipsne saat aktivitas bekerja) dan waktu luang
(menurun) -Monitor respon emosional, fisik,
-Dispne setelah aktifitas social, dan spiritual terhadap aktivitas
(menurun) 2. Terapeutik
-Warna kulit (membaik) -Fasilitasi focus pada kemampuan,
-Tekanan darah bukan deficit yang dialami
(membaik) -Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi danrentang
aktivitas
-Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis,
dan social
Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
-Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
-Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang

18
dipilih
-Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
-Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energy,
atau gerak
-Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
-Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
-Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
-Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implicit dan emosional (mis.
kegitan keagamaan khusu) untuk pasien
dimensia, jika sesaui
-Libatkan dalam permaianan kelompok
yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
-Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan ( mis.
vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana,
permaianan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kart)
-Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika
perlu
-Fasilitasi mengembankan motivasi dan

19
penguatan diri
-Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
-Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
-Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas
3. Edukasi
-Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
-Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
-Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
-Anjurka terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
-Anjurkan keluarga untuk member
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
4. Kolaborasi
-Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
-Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami atau pada
resiko tinggi untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini
dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun, distribusi trombosit
yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusi vaskuler.
Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darah pada urin
dan feses Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi
tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita.
Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat
menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan
menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang
lain. Tindakan keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau
mengatasi perdarahan yang terjadi.

B. Saran
Penulis yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna
karena dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan
semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun
sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada
kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena penulis hanyalah hamba
yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Behrman. 2016. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta

Cecily Lynn Betz dan Lindia A, Sowden. 2019. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik alih bahasa Eni Meiliya Edisi 5. Jakarta: EGC

Elizabeth, J, Corwin. 2019. Biku saku Fatofisiologi. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2015. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:


Salemba Medika.

Hoffbrand, A.V, Petit, J.E, Moss, P.A.H. 2015. Kapita Selekta Hematologi,
Jakarta : EGC

Pierce, A. Grace dan Neil R, Borley. 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta:
Erlangga

Santosa, Budi. 2016. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI Pusat

22

Anda mungkin juga menyukai