Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah

Keperawatan Anak II

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK

“KONSEP KEGANASAN ITP PADA ANAK”

Dosen Pembimbing :

Ns. Agnita Utami., M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

Kelompok 1B

1. Zulkhairina Ummil Husna (19031047)


2. Ismawati (19031056)
3. Yulna Azeri (19031068)
4. Siti Maisarah (19031075)
5. Vidya Putri Sira (19031078)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Keperawatan Anak II.
Didalam makalah ini kami akan membahas tentang “Konsep Keganasan ITP Pada Anak”.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang ikut serta dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami juga mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
penulisan dan penyampaian informasi nantinya.

Kami juga mengharapkan kritikan dan saran kepada rekan-rekan semua agar
terciptanya komunikasi yang baik dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Pekanbaru, 16 November 2021

Kelompok 1B

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi ITP ............................................................................................................................... 3


2.2 Manifestasi Klinis ITP .............................................................................................................. 3
2.3 Etiologi ITP ............................................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ITP ....................................................................................................................... 4
2.5 Klasifikasi ITP .......................................................................................................................... 5
2.6 Pemeriksaan Penunjang ITP ..................................................................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan ITP ................................................................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian ................................................................................................................................. 7


3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................... 11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trombositopenia menempati urutan kedua setelah anemia sebagai kelainan hematologi


yang paling umum ditemui selama kehamilan. Trombositopenia dalam kehamilan dapat
terjadi karena banyak hal termaksud thrombositopenia gestational, Immune
thrombocytopenia (ITP), tekanan darah tinggi saat kehamilan seperti preklamsi, the syndrome
of hemolysis, elevated liver enzyms and low platelets (HELLP), kasus yang jarang berupa
thrombotic thrombocytopenia purpura (TTP) dan Hemolytic-uremic syndrome (HUS),
perlemakan pada hati saat kehamilan, dan sebagainya.

Regulator utama produksi trombosit adalah hormone trombopoietin (TPO), yang


terutama disintesis di hepar. Trombosit berada dalam sirkulasi dengan rerata masa hidup 7-10
hari. Sekitar satu per tiga jumlah trombosit tinggal di dalam limpa, dan akan meningkat
secara proporsional sesuai ukuran limpa, walaupun jumlah trombosit jarang turun sampai
<40.000/ul pada pembesaran limpa. Insidensi trombositopenia gestational, sebesar 75%
kasus. Angka kejadian kelainan hipertensi sebesar 21% dimana trombositopenia lebih sering
terjadi pada pasien dengan eklampsia dibandingkan pasien dengan preklamsia ringan dan
berat. Sebagian kecil pasien preklampsia berat akan mengalami manifestasi Hemolysis,
elevated liver enzyme dan low platelet counts (HELLP syndrome).

ITP merupakan suatu gangguan autoimmune yang memiliki karakteristik penderitanya


memiliki sebuah antibody dan sel mediasi yang menghancurkan platelet dan mempercepat
pematangan sel megakarosit. Nilai trombosit pada trombositopenia kurang dari 150.000/ul
dikatakan trombositopenia. ITP memiliki prevalensi sekitar 1 dalam 1000-4000 kehamilan
atau sekitar 1-4% dari semua kasus trombositopenia dalam kehamilan.Nilai trombosit antara
100.000- 150.000/ul dipertimbangkan sebgai trombositopenia ringan, 50.000/ul-100.000/ul
trombositopenia sedang dan kurang dari 50.000/ul merupakan trombositopenia berat.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi serta mengetahui apa saja Konsep Keganasan Pada Anak
dengan ITP

1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Definisi ITP
2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Manifestasi Klinis ITP
3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Etiologi ITP
4. Untuk Mengetahui Dan Memahami Patofisiologi ITP
5. Untuk Mengetahui Dan Memahami Klasifikasi ITP
6. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pemeriksaan Penunjang ITP
7. Untuk Mengetahui Dan Memahami Penatalaksanaan ITP

1.3. Manfaat Penulisan

Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan
mengenai Konsep Keganasan Pada Anak dengan ITP.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi ITP

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak
diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping
darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
Istilah ITP juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. Idiopatik
thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan perdarahan di mana sistem kekebalan
tubuh menghancurkan trombosit asli.Fungsi utama trombosit berperan dalam proses
pembekuan darah, bila terdapat luka trombosit akan berkumpul ke tempat luka kemudian
memicu pembuluh darah untuk mengkerut atau agar tidak banyak darah yang keluar. Dalam
kondisi ini merupakan autoantibodi dihasilkan terhadap antigen trombosit. ITP
mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria dan lebih sering terjadi pada anak-anak
daripada orang dewasa (Sheema, 2017).

2.2 Manifestasi Klinis ITP

Gejala yang paling sering ditemukan pada ITP adalah purpura, perdarahan dinding
mukosa, sesak, dan kadang kadang asimpotmatik.Berdasarkan criteria American society of
Hematology Tahun 2011, diagnosis ITP dapat ditegakan berdasarkan anamnesis yang sesudai
dengan trombositopenia tanpa gejala konstitusi lain, seperti :

1. Penurunan berat badan.


2. Nyeri tulang, tanpa adanya hepatosplenomegali dan limfadenopati,
3. Apusan darah tepi yang menunjukkan ukuran trombosit yang normal atau besarm
dengan morfologi eritrosi dan leukosit yang normal. Hal ini sesuai dengan
keadaan pasien saat ini dimana di tidak ditemukannya pembesaran organ pada
emeriksaan abdomen dan pembesaran kelenjar saat dilakukan pemeriksaan
kelenjar getah bening. Pada morfologi darah tepi ditemukan adanya ukuran
trombosit yang besar diikuti ukuran eritrosit dan leukosit yang normal.

3
2.3 Etiologi

Menurut Nurafif & Kusuma (2015), Penyebab ITP yang pasti belum diketahui , tetapi
Dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah :

1. Thrombositopenia ( Jumlah trombosit apat sedikit atau sangat menurun, bila kurang
dari 20.000 bahkan mencapai 0).
2. Infeksi virus ( demam berdarah , morbili, varisela, rubella, dll).
3. Bahan kimia.
4. Pengaruh fisis (radiasi, panas).
5. Kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi ).
6. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit

2.4 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya thrombositopenia pada ITP ternyata lebih komples dri yang
semula diduga . kerusakn trombosit pada ITP melibatkan otoantibodi terhadap glikoprotein
yang terdapt pda membran trombosit . sehinga terjadi penghancuran terhadap trombosit yang
diselimuti antibodi oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial
lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang belakang bias normal atau meningkat pada ITP.
Sedangkan kadar trombopoiton dalm plasma yang merupakan progenitor proliferasi dan
maturasi dari trombosit mngalami penurunan yang berarti , terutapa pada ITP Kronis.

Adanya perbedaan secara klinis maupun epidermiologis antar ITP Akut dan Kronis.,
menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya
thrombositopenia diantara keduanya. Pada ITP Akut , telah dipercaya bahwa penghancurn
trombosit meningkt karena adanya antibody yang dibentuk saaat terjadi respon imun terhadap
infeksi bakteri/virus atau pada pemberin imunisasi, yang bereaksi silang dengan aantigen
daari trombosit. Mediator-mediator lain yang meningkat selama terjadinya respon imun
terhadap infeksi , dapat berperan dalam terjadinya penekaan terhadap produksi trombosit.
Pada ITP Kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi system imun seperti pada
penyakit otoimun lainnya , yang berakibat terbentuknya antibody spesifik terhadap trombosit.

4
2.5 Klasifikasi ITP

Klasifikasi ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. ITP akut ini berlangsung kurang selama 6 bulan dan riwayat penyakit yang khas :
timbul memr dan peteki secara mendadak pada anak yang sehat dalam 1-4 minggu
setelah terpapar infeksi virus.
2. ITP kronis bila ITP yang berlangsung lebih dari 6 bulan , harus diperiksa penyakit
yang mendasarinya seperti imunodefisiensi , misalnya HIV dan gangguan
autoimunatau ada keganasan

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang ITP adalah :

a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa :


1. Hb sedikit berkurang, erotrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
Mycrosyter.
2. Leukosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
3. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal
4. Lympositosis dan eosinifilia terutama pada anak
b. Pemeriksaan darah tepi
1. Hematokrit normal atau sedikit berkurang
c. Aspirasi sumsum tulang
1. Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekai morfologi
megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma
berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
2. Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan
pemeriksaan laboratorium pertama yang terpenting. Karena dengan cara ini dapat
dintentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat
ditentukan penyebabnya.

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum bertujuan untuk mencegah perdarahan serius selama


periode trombositopenia. Pengobatan harus dipertimbangkan berdasarkan pada gejala klinis
serta tanda perdarahan kulit, dan tidak hanya berdasarkan jumlah trombosit saja. Anak-anak

5
dengan ITP akut serta gejala klinisnya ringan, mungkin bisa diobati secara suportif dan perlu
pengawasan dalam waktu 24 jam, dengan mengabaikan jumlah trombosit. Pemeriksaan darah
lengkap harus diulang dalam waktu 10 hari mulai dari saat diagnosis untuk mengetahui
bahwa tidak ada perkembangan ke arah gangguan sumsum tulang yang serius.

Ada beberapa terapi untuk meningkatkan angka trombosit lebih cepat dari pada tidak
diobati. Pendekatan ini dilakukan untuk anak-anak dengan gejala perdarahan berat yaitu
dengan pemberian steroid, IgIV. Tranfusi trombosit dapat menaikkan angka trombosit dengan
cepat, namun juga dengan cepat akan dihancurkan oleh tubuh. Tranfusi trombosit harus
diberikan bila ada perdarahan intrakranial atau perdarahan lain yang mengancam jiwa, dan
dosis yang diberikan lebih besar dari pada untuk kelainan sumsum tulang. Pada saat yang
sama diberikan juga imuno-modulator (IgIV) bersama-sama dengan steroid intra-vena dosis
tinggi.

Anak-anak dengan ITP kronik yang berat harus dikirim ke dokter spesialis anak ahli
hematologi untuk penanganan dan pemantauan jangka panjang. Splenektomi jarang
diindikasikan pada ITP anak.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian

I. Identitas
1. Anak
Nama :
Anak yang ke :
Tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
2. Orang Tua
Ibu dan Ayah
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
II. Genogram
III. Alasan dirawat
1. Keluhan utama :
2. Riwayat penyakit :
IV. Riwayat anak (0-6 6ahun), tergantung penyakit
1. Perawatan dalam masa kandungan :
Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak :
Berapa kali :
Kapan :
Tempat di :
Kesan pemeriksaan tentang kehamilan :
Obat-obat yang telah diminum :
Imunisasi :
Pemeriksaan lain :

7
Penyakiya yang pernah diderita ibu :
Penyakiya dalam keluarga :
2. Perawatan pada waktu kelahiran :
Umur kehamilan :
Dilahirkan di :
Ditolong oleh :
Berlangsungnya kelahiran :
Lamanya proses persalinan :
Keadaan bayi setelah lahir :
BB bayi :
PBL :
LK/LD :
V. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-SpiritualDalam kehidupan Sehari-hari
1. Bernafas
a. Kesulitan bernafas
b. Kesulitan yang dirasakan
c. Keluhan yang dirasa
d. Suara nafas
2. Makan dan minum
a. Bayi :
ASI/PASI :
(berapa kali, pengenceran, sampai umur berapa, alasan) :
Makanan pendamping ASI :
Makanan cair ) air buah/sari buah) diberi umur :
Bubur susu diberi umur :
Nasi tim saring diberi umur :
Nasi tim diberi umur :
Makanan tambahan lainnya :
Pola makan :
b. Anak-anak
Keadaan sebelum sakit (nafsu makan, berapa kali sehari, jenis makanan
pokok, jenis lauk, jenis sayurzn, jenis buah, makanan pantang, kebiasaan
makan termasuk cara menyajikan makanan, jenis makanan selingan,
kebiasaan jajan) :

8
Keadaan sesudah sakit :
3. Eleminasi BAB/BAK
Biasa memeberitahu/tidak :
Melakukan sendiri/tidak :
Tempat BAB/BAK :
Frekuensi :
Warna :
Bau :
Konsistensi :
Kelainan :
4. Aktifitas
Permainan :
Suka bermain/tidak, permainan yang disukai, mainan yang dimilki, teman
bermain :
5. Rekreasi
Pernah/jarang/kadang-kadang, jenis rekreasi :
6. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur (mencuci kaki sebelum tidur, kencing sebelum tidur,
mengompol, mengorok, mengugau, sering terjaga, kebiasaan tidur yang
lain/tidak, tidur malam mulai jam berapa, bangun pagi jam berapa, tidur
ditemani/tidak, biasa tidur siang/tidak, berapa jam) :
7. Kebersihan Diri
Mandi :
Mandi sendiri/dibantu oleh :
Memakai sabun/tidak :
Dikeringkan dengan handuk/tidak :
Gosok gigi (dikerjakan sendiri/ditolong, menggunakan pasta gigi, waktu
menggosok gigi) :
8. Pengaturan Suhu Tubuh
9. Rasa Nyaman
10. Rasa Aman
11. Belajar (anak dan orang tua)
Pengetahuan tentang makanan, sebab-sebab penyakit, kesehatan lingkungan,
personal hygiene, tumbuh kembang anak, pendidikan seks, keluarga berencana :

9
12. Prestasi
Kepandaian anak sekarang, prestasi yang dimiliki :
13. Hubungan Sosial Anak
Hubungan inter keluarga (orang yang dirasa paling dekat, orang yang dominan,
orang disegani, hubungan, komunikasi anak dan orang tua serta anggota
keluarga lain) :
14. Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlaukan terutama saat anak
sakit) :
VI. Pengawasan Kesehatan
Bila sehat diawasi tidak/ ya di puskesmas, doktr, dll :
Bila sakit minta pertolongan kepada :
Kunjungan ke posyandu :
Pengawasan anak di rumah :
Imunisasi (1-5 tahun) :
VII. Penyakit Yang Pernah Diderita
Jenis penyakit, akut/kronis/menular/tidak, umur saat sakit, lamanya, pertolongan
VIII. Kesehatan Lingkungan
IX. Perkembangan Anak (0-6 tahun)
(motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)
X. Pemeriskaan Fisik
Kesan umum, warna kulit, suara waktu menangis, tonus otot, turgor kulit, udema,
kepala, mata, hidung, telinga, mulut, leher, thorak, janung, pernafasan, abdomen,
ekstremitas, alat kelamin, anus, antropemetri, gejala cardinal
XI. Pemeriksaan Penunjang
XII. Hasil Observasi
XIII. Interaksi anak dengan orang tua
a. Bentuk/arah komunikasi
b. Ambi valensi/kontradiksi perilaku
c. Rasa aman anak

10
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai


Darah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

3. Risiko perdarahan dibuktikan dengan trombositopenia

3.3 Rencana Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)

(NOC)

1. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan penilaian


jaringan perifer keperawatan selama 1 x 24 sirkulasi perifer secara
berhubungan dengan jam, tidak terjadi perfusi komprehensif
penurunan suplai darah jaringan perifer yang tidak (misalnya mengecek
efektif dengan KH : nadi perifer, edema,
1. Tekanan systole dan waktu pengisian
dyastol dalam kisaran kapiler, warna dan
normal suhu kulit
2. Pengisian kapiler jari 2. Inspeksi kulit apakah
dalam batas normal (< 2 terdapat luka tekan
detik) dan jaringan yang
3. Suhu kulit ujung kaki tidak utuh
dan tangan tetap hangat 3. Tinggikan kaki 20o
4. Muka tidak pucat atau lebih tinggi dari
5. Hb dalam batas normal jantung
4. Ubah posisi pasien
setiap 2 jam sekali
5. Pertahankan hidrasi
yang cukup untuk
mnurunkan viskositas
darah.
6. Berikan transfusi
darah yang sesuai

11
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tentang nyeri
dengan agen cedera biologis keperawatan selama 1x 24 secara komprehensif
jam, nyeri berkurang atau (lokasi, karakteristik,
hilang dengan KH: frekuensi, kualitas,
1. Tidak ada nyeri yang intensitas, faktor
dilaporkan. pencetus)
2. Tidak ada ekspresi 2. Observasi adanya
wajah nyeri. petunjuk nonverbal
3. Bisa beristirahat dengan megenai
nyaman. ketidaknyamanan
4. TTV normal. pada mereka yang
5. Skala nyeri nol. tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
3. Gunakan strategi
komunukasi
terapeutik
4. Berikan informasi
tentang nyeri,
penyebab, berapa
lama dan antisipasi
ketergantunagan
5. Gunakan teknik
nonfarmakologik
untuk mengurangi
nyeri
6. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
7. Berikan pasien
penurun nyeri yang

12
optimal dengan
peresepan analgesic

3. Risiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor dengan ketat


dibuktikan dengan keperawatan selama 1. x 24 risiko terjadinya
trombositopenia jam, perdarahan tidak perdarahan pada
terjadi dengan KH: pasien
1. Tidak ada perdarahan 2. Instruksikan pasien
2. Tidak ada memar yang masih bisa
3. Tidak ada purpura berjalan untuk selalu
4. Tidak ada ekimosis menggunakan sepatu
5. Gusi tidak berdarah 3. Gunakan sikat gigi
6. Hasil plateket (PLT) yang berbulu lembut
dalam batas normal untuk perawatan
rongga mulut
4. Beri produk – produk
darah (misalnya
trombosit dan plasma
beku segar) dengan
tepat
5. Pertahankan agar
pasien tetap tirah
baring jika terjadi
perdarahan aktif.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak
diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping
darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
Istilah ITP juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. Idiopatik
thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan perdarahan di mana sistem kekebalan
tubuh menghancurkan trombosit asli.Fungsi utama trombosit berperan dalam proses
pembekuan darah, bila terdapat luka trombosit akan berkumpul ke tempat luka kemudian
memicu pembuluh darah untuk mengkerut atau agar tidak banyak darah yang keluar. Gejala
yang paling sering ditemukan pada ITP adalah purpura, perdarahan dinding mukosa, sesak,
dan kadang kadang asimpotmatik.

Mekanisme terjadinya thrombositopenia pada ITP ternyata lebih komples dri yang
semula diduga . kerusakn trombosit pada ITP melibatkan otoantibodi terhadap glikoprotein
yang terdapt pda membran trombosit . sehinga terjadi penghancuran terhadap trombosit yang
diselimuti antibodi oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial
lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang belakang bias normal atau meningkat pada ITP.
Sedangkan kadar trombopoiton dalm plasma yang merupakan progenitor proliferasi dan
maturasi dari trombosit mngalami penurunan yang berarti , terutapa pada ITP Kronis. Ada
beberapa terapi untuk meningkatkan angka trombosit lebih cepat dari pada tidak Diobati.
Pendekatan ini dilakukan untuk anak-anak dengan gejala perdarahan berat yaitu dengan
pemberian steroid, IgIV.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Teny Tjitra. 2018. Immune Thrombocytopenic Pupura. Sari pediatric Vol. 20 No. 1.
Wenno, Chesaria Mauren. Dkk. 2019. IMMUNE THROMBOSITOPENIA PURPURA IN
PREGNANCY AT THE UNDATA GENERAL HOSPITAL PALU. Jurnal medical
Profession. Vol. 3 No.3.
Setyoboedi, Bagus.2016. Purpura Thrombositopeik Idiopatika Pada Anak. Vol 6. No. 1.

15

Anda mungkin juga menyukai