Pembimbing :
Disusun Oleh :
Judul Paper:
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jendreal Ahmad Yani Metro Fakultas
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Diah Astika Rini, Sp.A selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan paper ini, serta
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR ISI
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu penyakit autoimun yang ditandai dengan jumlah trombosit kurang dari
Insiden ITP adalah 100 kasus per 1 juta orang pertahun dan setengah dari
kasus ini terjadi pada anak-anak. (Faried, et al, 2016) Angka kejadian ITP
Indonesia, Insiden ITP akut pada anak, 4 – 5,3 kasus per 100.000 per tahun,
distribusi hampir sama antara pria (52%) dan wanita (48%). Sekitar 7 – 28%
diperkirakan terjadi pada 3 – 4 dari 100.000 kasus ITP dewasa per tahun
sampai 65 tahun dan pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria (2,6 : 1).
1
Di Asia, 12 HPA dikelompokkan menjadi enam bineal (HPA1α/1β, 2α/2β,
sampel penelitian mewakili semua suku (Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja) di
Human Platelet Antigen (Ig-G anti-HPA) dapat dilakukan dengan metode Enzyme
Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Tes ini mendeteksi konsentrasi Ig-G anti-
HPA, sensitif mendeteksi Ig-G yang terikat pada trombosit tetapi kurang spesifik,
karena trombosit dari pasien dengan trombositopenia imun serta nonimun dapat
tetapi metode ini dapat diaplikasikan dalam pelayanan pasien, karena lebih mudah
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
1.2.2 Manfaat
untuk tenaga medis pada umumnya dan untuk anak co-asst stase anak pada
khususnya, dengan harapan bahwa apa yang ditulis penulis dalam makalah ini
2
akan bermanfaat dan menambah wawasan pembaca mengenai idiopatik
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
yang ditandai dengan trombositopeni yang menetap (di darah tepi angka
trombosit < 150 x 109 /l) disebabkan karena ikatan antara antibodi dengan
(Emillia, 2020).
jumlahnya kurang dari 100.000/mm3 dan lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan-
keadaan lain yang mendasari atau yang menyertai, seperti leukemia atau
trombosit yang rendah dengan hasil pemeriksaan darah lengkap lain serta apusan
darah tepi normal) pada pasien tanpa ada gejala klinis yang dihubungkan dengan
4
dengan obat tertentu, alloimmune thrombocytopenia, dan trombo-sitopenia
2.2 Epidemiologi
Insiden ITP adalah 100 kasus per 1 juta orang pertahun dan setengah dari
kasus ini terjadi pada anak-anak. (Faried, et al, 2016) Angka kejadian ITP
Di Indonesia, Insiden ITP akut pada anak, 4 – 5,3 kasus per 100.000 per tahun,
distribusi hampir sama antara pria (52%) dan wanita (48%). Sekitar 7 – 28%
diperkirakan terjadi pada 3 – 4 dari 100.000 kasus ITP dewasa per tahun
sampai 65 tahun dan pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria (2,6 :
Insiden ITP pada anak-anak antara 4 – 5,3 per 100.000. Biasanya terjadi
secara akut, sering meng-ikuti infeksi virus atau imunisasi. Sebagian besar anak-
anak tidak membutuhkan pengobatan dan 80-85% kasus akan membaik dalam 6
bulan. Sebanyak 15-20% akan menjadi bentuk ITP kronik. Insiden ITP kronik
pada anak-anak diperkirakan 0,46 per 100.000 anak-anak per tahun dan
prevalensinya 4,6 per 100.000 anak-anak pada suatu waktu tertentu (Price &
Wilson, 20019).
5
2.3 Etiologi
sekunder. ITP primer merupakan jenis ITP terbanyak, tidak ditemukan adanya
kondisi atau penyakit yang mendasari terjadinya ITP (Mcrae, 2017). ITP primer
Trombosit yang berikatan dengan IgG dapat dikenali oleh sel fagosit yang
2018).
jumlah trombosit (Swinkles, 2017). ITP yang memiliki faktor yang mendasari
disebut ITP sekunder. ITP sekunder dapat disebabkan oleh infeksi, seperti virus
pylori. Pada kasus infeksi, proses terjadinya ITP mungkin disebabkan antigen
virus yang mirip antigen trombosit, disebut juga molecular mimicry, yang
Etiologi ITP primer masih belum jelas, faktor lingkungan dan genetik
6
rasio sel T Helper, menyebabkan terbentuknya autoantibodi spesifik yang
lisis dan bersihan di limpa dan hati. Autoantibodi tersebut pada tahap awal,
dapat terjadi pada mukokutaneus seperti rongga mulut dan kulit. Perdarahan
kulit dapat berupa purpura tanpa penyebab yang jelas, pada mukosa dapat
7
berupa mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan saluran gastrointestinal
0,2% dan terjadi pada jumlah trombosit kurang dari 10.000/µL (Kistanguri,
2013). Keluhan lain yang sering diabaikan adalah kelelahan (fatigue). Gejala ini
bisa terjadi pada pasien ITP dengan trombosit di bawah 10.000/ µL, perdarahan,
serta terapi steroid. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa rasa lelah dapat
2.5 Diagnosis
mukokutan dan persendian; namun pada sebagian besar pasien ITP tidak
didapati kelainan pada pemeriksaan fisik (Stasi, 2012). Pada pasien ITP juga
8
ditandai dengan menurunnya jumlah trombosit terisolasi kurang dari
gangguan morfologi serta jumlah eritrosit dan leukosit (Stasi, 2012). Menurut
perlu karena pemeriksaan apusan darah tepi yang cermat sudah dapat
2.6 Penatalaksanaan
Pasien anak yang baru didiagnosis ITP dan tidak memiliki gejala
membutuhkan terapi spesifik dan disarankan istirahat total (bed rest) (Neunet,
2017). Pasien dewasa yang baru terdiagnosis ITP dengan jumlah trombosit di
anak. Hal ini karena banyak pasien ITP dewasa berkembang menjadi kasus
kronis dan risiko perdarahan menjadi lebih besar (Kistanguri, 2013). Target
2013).
Apabila jumlah trombosit di atas 50x109 /L, terapi tidak lagi diperlukan.
Pada ITP sekunder yang disebabkan infeksi HCV, eliminasi infeksi dengan
9
autoantibodi, namun interferon juga dapat menyebabkan trombositopenia.
Apabila terjadi perdarahan, IVIg dapat menjadi lini pertama.1 Pada ITP
diberikan; terapi ITP jika diperlukan adalah IVIg, kortikosteroid, dan anti-D
H.pylori. Pada ITP primer, terapi lini pertama terdiri dari kortikosteroid, IVIg,
dan IV anti-D, sedangkan terapi lini kedua terdiri dari splenektomi dan
parah, dan tidak membutuhkan infus intravena, terdiri dari dua regimen, yaitu
hari berturut-turut dan dapat diulang hingga 3 siklus; dosis tersebut adalah
dosis tinggi. Pada penelitian Wei Y, et al, pengobatan ITP dewasa yang baru
gejala perdarahan terutama pada stadium awal ITP dan dosis tinggi
10
Intravena (IVIg) dapat digunakan jika membutuhkan peningkatan trombosit
secara cepat, terutama pada kasus perdarahan yang mengancam jiwa (Neunert,
2017).
IVIg memiliki beberapa kekurangan, misalnya biaya mahal, tidak nyaman saat
pemberian, serta efek samping yang dapat berupa trombosis, insufisiensi renal,
nyeri kepala, dan reaksi anafilaksis pada pasien defisiensi IgA. Anti-D
kurang dari 10 g/dL, atau pada pasien dengan penurunan fungsi sumsum tulang
belakang. Terapi ini tidak efektif pada pasien Rh-negatif atau pasien yang telah
11
Terapi Lini Kedua
Terapi lini kedua dapat digunakan pada pasien ITP yang resisten
waktu remisi yang lebih panjang daripada terapi lini kedua lain, namun
monoklonal CD20. CD20 banyak terdapat pada permukaan sel B dan berperan
antineoplastik pada limfoma.5 Untuk terapi ITP dapat digunakan dosis 375
(TRA) digunakan apabila terapi lini pertama serta splenektomi tidak berhasil
berikatan dengan reseptor trombopoietin. Obat kelas ini yang tersedia adalah
trombopoietin endogen. Obat ini diberikan satu kali tiap minggu sebagai
12
injeksi subkutan dengan dosis 1 – 10 µg/kg untuk menjaga jumlah trombosit di
agonist yang kecil dan memiliki mekanisme yang sama dengan romiplostim.2
trombosit selama 6 bulan penelitian. Obat ini efektif pada pasien yang sudah
pasien ITP.7,13 Tindakan ini efektif hingga saat ini (Johnsen, 2016).
enam kali lipat lebih banyak untuk mengalami trombositopenia. Sebanyak 66%
jumlah trombosit normal tanpa terapi lain selama observasi rata-rata 29 bulan
(Johnsen, 2016).
13
BAB III
KESIMPULAN
ITP adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan jumlah trombosit terisolasi
kurang dari 100.000/µL, dapat tanpa gejala. Anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan apusan darah tepi berperan penting untuk diagnosis. Terapi steroid menjadi
terapi lini pertama, di samping IVIg dan anti-D; bila tidak berespons baik, dapat
digunakan terapi lini kedua. Pasien dengan trombosit di atas 30.000/µL tanpa gejala
14
1. Gupta, V., V. Tilak, and B. D. Bhatia. 2008. “Immune Thrombocytopenic
2. Bergmann, Anke K., Rachael F. Grace, and Ellis J. Neufeld. 2018. “Genetic
5. Liu, Chuan Chuan et al. 2014. “B Cells Facilitate Platelet Production Mediated
12.
7. Kunichi TJ., Nugent DJ. 2017. Churchill livingstone Elsevier Human Platelet
Practice.
management. 30 ;126-34.
15
9. Emilia G., Morselli M., Luppi M., et al. 2020. Longterm salvage therapy with
Society of Hematology.
10. Price & Wilson. 2019. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
11. Neunert C, Lim W, Crowther M, Cohen A, Solberg Jr L, Crowther MA. The American
12. Kistanguri G, Mc Crae K. Immune thrombocytopenia. Hematol Oncol Clin North Am.
2013;3: 495-520.
2017;78(6):358-73.
17. Zufferey A, Kapur R, Semple JW. Pathogenesis and therapeutic mechanisms in immune
thrombocytopenia (ITP). J Clin Med. 2017;6(2). pii: E16. doi: 10.3390/ jcm6020016.
Hematology. 2013;2013:276-82.
16
20. Wei Y, Ji XB, Wang YW, Wang Jx, Yang EQ, Wang ZC, et al. High-dose dexamethasone
21. Bohn JP, Steurer M. Current and evolving treatment strategies in adult immune
17