Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami
oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi
dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan
suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. (Townsend, 1998)
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock,
P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. (Carpenito, L
J, 1998).
2. Penyebab
Terjadinya faktor ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial
budaya. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya dengan orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain.
3. Rentang Respon
Hubungan dengan orang lain dan lingkungan menimbulkan respon sosial pada individu
Respon Adaptif :
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma - norma sosial dan
budaya yang umum berlaku (masih dalam batas normal), meliputi :
Menyendiri : respon seseorang untuk merenungkan apa yg telah dilakukan diilingkungan sosial dan juga suatu
caralmengevaluasi diri untuk menentukan langkah berikutnya.langkah berikutnya.
Otonomi : Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dlm hubungan sosialpikiran,
perasaan dlm hub sosial
Manipulasi : orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.diri
sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain
Impulsif : individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
tidak dapat diandalkanpengalaman, tidak dapat diandalkan
Narkisisme : harga diri yang rapuh, secara terussmenerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.orang lain tidak mdukung
d. Faktor biologis :
gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang abnormal ( atropi otak,
perubahan ukuran dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal).
Faktor Presipitasi
a. Faktor eksternal :
stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya ( keluarga.
b. Faktor Internal :
stresor psikologik : stres terjadi akibat ansietas berkepanjangan disertaiakibat keterbatasan
kemampuan matasinyaketerba
Perilaku
narik diri :
kurang spontan, apatis, ekspresiiwajah kurang berseri, defisit perawatan diri,wajah komunikasi
kurang, isolasi diri, aktivitas menurun, kurang berenergi, rendah diri, postur tubuh sikap fetus.
iga :
tidak percaya orang lain, bermusuhan, isolasi sosial, paranoiaisolasi
nipulasi :
kurang asertif, isolasi sosial, hargadiri rendah, tergantung pd orang lain, ekspresi perasaan tdk
langsung pd tujuan.
Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada
prilaku. Kekuatan dapat meliputi model, seperti intelegensi dan kretifitas yang tinggi. Orang tua
harus secara aktif mendidik anak anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping kerena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pangalaman.p
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan
pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis
kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
(1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia
sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
(2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon membaik pada ECT.
(3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan atau klien tidak dapat
menerima antidepresan.
b) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi lain berbahaya bagi
klien.
c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada skizofrenia yang
sudah lama tidak kambuh.
2) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya,
memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan
dan jujur kepada klien.
3) Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan
aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan
meningkatkan harga diri seseorang.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. (Keliat, 2004 : hal.1).
b) Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif
dan maladaptif. (Keliat, 2004 : hal.3).
c) Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK
Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.
(Keliat, 2004 : hal.14).
1) Psikoterapeutik
(1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada waktu interaksi dan tujuan.
(2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukan penghargaan yang
tulus.
(3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada orang
lain yang tidak berkepentingan.
(1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang sederhana.
(3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
(4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
(1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
(4) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
2) Pendidikan kesehatan
a) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata seperti menulis,
menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.
a) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan secara mandiri.
c) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar,
radio dan televisi.
a) Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain di lingkungan.
b) Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka waktu yang lama.
C. Masalah Keperawatan
2. Pohon Masalah
Halusinasi
Isolasi Sosial
DO :
- Klien menyendiri, banyak diam, tidak pernah memulai pembicaraan
- Klien tidak mau berbicara
- Tidak ada kontak mata
- Klien selalu menghindar
ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 27th
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Way Kanan
B. Alasan Masuk
Klien masuk RSJ lewat UGD pada tanggal 3 November 2011 pukul 11.00 WIB, klien
mengatakan masuk RSJ karena sering marah-marah di rumahnya semenjak dia berhenti dari
pekerjaanya sebagai cleaning service di Bekasi. Selain itu, keluarga klien juga mengatakan klien
selalu berdiam diri di kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di
rumahnya dan tetangga sekitarnya.
C. Faktor Predisposisi
1. Riwayat gangguan jiwa
Klien mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun 2009 karena klien
sering melempari batu ke rumah tetangga tetangganya sehingga membahayakan orang
disekitarnya, selain itu klien selalu marah dan mengamuk bila keinginanya tidak di turuti dan
yang kedua kalinya adalah sekarang, klien dimasukan ke RSJ provinsi lampung karena klien
selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik dengan keluarganya dan orang disekitarnya.
2. Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat ke paranormal tetapi tidak ada
perubahan. Selain itu pada tahun 2009 klien pernah di rawat di RSJ provinsi Lampung, namun
setelah pulang dari RSJ klien hanya berdiam diri di kamar dan tidak pernah bersosialisasi.
3. Riwayat penganiayaan
Klien mengatakan pernah dikeroyok oleh warga karena mabuk-mabukan minuman keras pada
tahun 2009 membawa motor hampir menabrak anak kecil.
4. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan dari masa sekolah hingga sekarang ia tidak pernah mengalami kejadian yang
tidak menyenangkan.
D. Fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmhg
Nadi : 94 x/menit
Suhu : 36,1 0C
Pernafasan : 20 x/menit
2. Ukur
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 178 cm
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan ia tidak memiliki keluhan fisik.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
E. Psikososial
1. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
27
: umur
: Klien
--------------- : Orang yang tinggal serumah dengan klien
: meninggal
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tubuhnya terlalu kurus, ia merasa jelek, klien juga mengatakan kalau pria
berbadan besar itu akan disegani orang.
b. Identitas diri
Klien mengatakan ia belum pernah menikah, klien anak pertama dari tiga bersaudara
c. Peran
Peren klien dalam keluarga adalah klien anak pertama dari tiga bersaudara. Klien membantu
orang tua mencari nafkah, namun semenjak dirawat di RSJ, klien tidak mempedulikan perannya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang, karena klien ingin
bekerja kembali seperti layaknya orang sehat.
e. Harga diri
Klien merasa sedih ketika ia berhenti dari pekerjaan sehingga klien merasa tidak berharga karena
tidak mampu membantu orang tuanya. Klien menyendiri di kamar, tidak berinteraksi dengan
orang lain.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah keluarganya. Keluarga klien adalah
orang yang mengerti dan memahami klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang ada di lingkungan
tempat tinggalnya, tetapi ia terkadang bermain sepak bola pada sore hari.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain.
Klien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena menurut klien tidak ada hal
yang perlu dibicarakan atau diceritakan kepada orang lain dan juga klien mengatakan dia
bingung apa yang ingin diceritakan. Klien sering diam, jarang bercakap-cakap dengan klien lain
di ruangan.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia dimasukkan ke RSJ kerena klien sering marah-marah, namun klien
tidak mengetahui bahwa klien mengalami gangguan jiwa, klien meyakini dirinya sehat.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien jarang melakukan ibadah sholat lima waktu. Begitu
juga saat masuk RSJ klien tidak pernah sholat lima waktu.
F. Status mental
a. Penampilan
Dalam berpakaian, klien terlihat kurang rapi. Rambut klien tidak tertata. Klien tampak kusam,
lesu, dan kuku klien tampak kotor. Klien mengatakan ia mandi dua kali sehari namun tidak
pernah pakai sabun dan shampo.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berhias
b. Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. Klien menjawab
pertanyaan seperlunya saja, terkadang pembicaraan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial & Kerusakan Komunikasi Verbal
c. Aktifitas motorik
Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang, klien lebih banyak diam ketika tidak
ditanya, terkadang malah pulang ke kamar.
Masalan keperawatan : Isolasi sosial
d. Alam perasaan
Klien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu keluarganya karena ia sudah
tidak bisa bekerja lagi dan pernah masuk RSJ selain itu menganggap dirinya tidak baik karena
dahulu klien pernah meresahkan tetangganya yaitu dengan merusak kaca tetangganya dengan
cara menimpukinya dengan batu dan dianggap buruk oleh lingkungannya, klien mengatakan dia
malu bila bertemu orang karena dia pernah masuk RSJ sebelumnya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
e. Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan seperlunya. Terkadang
klien langsung pergi ke kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
g. Persepsi
Klien mengatakan ia marah-marah karena dia mendengar ada bisikan-bisikan, klien mengatakan
suara suara itu adalah suara wanita, klien mengatkan suara wanita utu mengajak dia untuk
bersenang senang, dan paling sering suara itu terdengar pada saat ia sedang melamun. Tetapi
perawat saat ini belum pernah melihat tanda-tanda klien berhalusinasi auditori seperti berbicara
sendiri, tertawa sendiri.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
h. Proses pikir
Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih suka menyendiri.
Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak fokus,dialihkan bila ada klien lain,
pembicaraanya kacau terkadang tidak jelas.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
i. Isi Pikir
Klien saat ini berpikir untuk pulang, dan klien menyesal selama ini berkelakuan tidak baik
terhadap tetangga dan mengajak berantem orang tua.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
j. Tingkat Kesadaran
a. waktu : klien dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan dia mengrti kapan saja waktu ia
harus mandi
b. tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
c. orang : kilen sulit mengenali seseorang, jarang memulai perkenalan, di dalam ruangan pun
klien hanya hafal nama orang 3-5 orang saja.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
k. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi. Klien masih ingat jam
berapa dia bangun tadi, klien juga ingat tahun berapa klien berhenti kerja.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
m. Kemampuan Penilaian
Klien dapat menilai yang baik dan yang buruk dan klien juga mengetahui bahwa sebelum
dirawat perbuatannya yang sering melawan orang tua berkelahi, melempar batu ke rumah
tetangga termasuk perbuatan tercela (tidak baik).
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan
1. Makan
Klien mengatakan setiap kali makan mencuci tangan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain
. Klien mengatakan sering menghabiskan porsi makanan yang disediakan
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan
2. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB & BAK di kamar mandi dan klien menyiramnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan
3. Mandi
Klien mengatakan dalam sehari mandi 2 kali dengan menggunakan alat mandi yang benar,
namun klien jarang sikat gigi, sehingga giginya tampak kotor dan klien tidak mencuci rambut
dan sabunan.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri :Mandi
6. Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur dengan dosis yang benar.
Klien tidak tahu jenis dan manfaat obat yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila menurut klien sakitnya biasa
saja, klien tidak pergi ke dokter (seperti masuk angin, dll). Dan saat ini klien mengatakan rutin
minum obat dan obat yang diminum sesuai dengan yang diberikan oleh perawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
H. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Klien hanya berbicara seperlunya dengan pasien lain dan perawat.
b. Maladaptif
Klien mengatakan jika klien ada masalah, klien selalu memikirkan dan mencari jalan keluar
sendiri. Jika klien mampu menyelesaikan masalahnya sendiri akan diselesaikan sendiri. Namun
bila tidak mampu klien akan marah-marah., mengamuk, setelah mengamuk klien seperti hilang
ingatan(lupa) dan klien menyendiri lagi.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif
I. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
6. Masalah ekonomi
Klien mengatakan keluarganya cukup memenuhi keperluannya sehari-hari.
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan
K. Aspek Medis
1. Dx. Medis : Skizofrenia
2. Therapi medis (saat ini) :
Haloperidol (HLP) 5 mg 3x1
Trihexyphenidil (THP) 2 mg 3x1
Chlorpomazin (CPZ) 100 mg 1x1
M. Analisa Data
No. Analisa Data Maslah Keperawatan
1. DS :
Klien mengatakan bingung dalam memulai pembicaraan
karena menurut klien tidak ada bahan
pembicaraan untuk berinteraksi
DO : Isolasi Sosial
- Klien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Klien sering menyendiri
- Klien tidak pernah memulai pembicaraan, maupun
perkenalan
- Afek tumpul (hanya mampu tertawa saat ada simuluus
perawat tertawa
2. DS :
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan wanita
yang mengajak klien untuk melakukan hal yang tidak
benar. Halusinasi
DO :
- Klien sering menyendiri
- Klien terkadang berbicara sendiri
- Klien sering bengong / melamun
3. DS :
- Klien mengatakan dirinya jelek, badannya terlalu kurus.
- Klien mengatakan malu bila bertemu dengan orang yang Harga Diri Rendah
baru dikenal.
- Klien mengatkan takut berbicara banyak karena takut
menyakiti hati orang lain
DO :
- Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain
- Klien jarang memulai pembicaraan dengan orang lain
- Klien tidak mau menatap wajah lawan bicara
4. DS :
Klien mengatakan bila dia marah di lebih memilih untuk
menyendiri dan berdiam diri tidak ingin berbicara degan Koping Individu Tidak
orang lain atau terkadang dia memarahi orng tuanya. Efektif
DO :
- Klien tampak selalu menyendiri
- Klien terlihat jarang berbicara dengan orang lain
- Klien selalu diam
5. DS :
Klien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya saat ini. Kurang Pengetahuan
DO :
Klien tidak mampu menjawab pertanyaan saat ditanya
tentang penyakit yang dideritanya saat ini.
6. DS :
Klien mengatakan kalau ia lebih suka menyendiri Gangguan Proses Pikir
DO :
Klien sering terlihat melamum
Klien tidak suka memulai pembicaraan
Kontak mata klien tidaka fokus
7. DS :
Klien mengatakan bingung bila ingin memulai Kerusakan Komunikasi
pembicaraan dengan seseorang Verbal
Klien mengatakan malas berbicara karena menurut klien
tidak ada hal yang perlu dibicarakan.
DO :
Klien tidak pernah memulai pembicaraan kepada lawan
bicara
Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja
Pembicaraan klien inkoheren dengan pertanyaan yang
diajukan
N. Pohon Masalah
Kurang Pengetahuan
O. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Halusinasi
3. Harga diri Rendah
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Kurang Pengetahuan
6. Gangguan Proses Pikir
7. Kerusakan Komunikasi Verbal
8. Defisit Perawatan Diri
2.Diskusikan
dengan klien
penyebab menarik
diri / tidak mau
bergaul dengan
orang lain
3.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
3.Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi
4.Diskusikan
jadwal harian
yang dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5.Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang telah
dibuat
6.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulanya
melalui aktifitas
yang
dilaksanakan
2.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaaanya
4.Latih keluarga
cara merawat
klien menarik diri
5.Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang
dilatihkan
6.Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi
5.Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter
atau perawat jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan
2 Halusinasi TUM : klien
dapat
mengontrol
halusinasi
TUK :1
Klien dapat 1.1.Setelah 2X 1.bina hubungan Hubungan
membantu interaksi dengan saling percaya saling percaya
hubungan saling klien, klien dengan prinsip merupakan
percaya menunjukkan tanda komunikasi langkah awal
percaya kepada teraupetik : untuk
perawat : -sapa klien melakukan
-ekpresi bersahabat dengan ramah , interaksi
-ada kontak mata baik verbal
-menunjukkan rasa maupun non
senang verbal
-mau berjabat - perkenalkan
tangan nama lengkap,
-mau duduk nama panggilan
berdampingan dan tujuan
dengan perawat berkenalan
-mengungkapkan - tanyakan nama
masalah yang yang disukai klien
dihadapi -buat kontrak
yang jelas
-tunjukkan sikap
jujur dan
menepati janji
-beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien
-tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
TUK : 3
klien dapat 1.setelah ... kali 1.identifikasi
mengontrol interaksi klien bersama klien
halusinasi menyebutkan cara atau tindakan
tindakan yang yang dilakukan
biasanya dilakukan jika terjadi
untuk halusinasi Klien dapat
mengendalikan 2. diskusikan cara melakukan
halusinasinya yang digunakan tindakan yang
2. setelah... kali klien tepat saat
interaksi klien -jika cara yang halusinasinya
menyebutkan cara digunakan muncul
baru mengontrol adaptif, beri
halusinasi pujian
3. setelah .. kali -jika cara yang
interaksi klien digunkan
dapat memilih dan maladaptif
memperagakan diskusikan
cara megatasi kerugian cara
halusinasi tersebut
4. setelah.. klia 3. diskusikan cara
interaksi, klen baru untuk
melaksanakan cara mengontrol
yang telah dipilih halusinasi
untuk -katakan pada diri
mengendalikan sendiri ini tidak
halusinasi dengar nyata (saya tidak
5. setelah 2X mau mendengar)
interaksi, klien -menemui orang
mengikuti terapi tua /perawat
aktivitas kelompok untuk
menceritakan
tentang
halusinasinya
-membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disususn
TUK : 4 1.setelah 2X 1.diskusikan
klien dapat interaksi klien denagn klien
memanfaatkan dapat tentang manfaat
obat dengan menyebutkan : dan kerugian
baik -manfaat dari tidak minum obat,
minum obat nama, warna,
-kerugian tidak dosis, dan efek
minum obat terapi dan efek
-nama, warna, samping
dosis, efek terapi penggunaan obat
dan efek samping 2. pantau klien
obat saat penggunaan
2. setelah ... kali obat
interaksi klien 3. beri pujian bila
mendemonstrasikan klien
penggunaan obat menggunakan
dengan benar obat dengan benar
3. setelah.. kali 4. diskusikan
interaksi akibat berhenti
klienmenyebutkan minum obat tanpa
akibat berhenti konsultasi denagn
minum obat dokter
5. anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan.
2.beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
tentang penyakit
yang dideritanya
3.sediakan waktu
untuk
mendengarkan
klien
4.katakan pada
klien bahwa ia
adalah seorang
yang berharga dan
bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
TUK 2 :
Klien dapat Klien mampu 1.diskusikan
mengidentifikasi mempertahankan kemampuan dan
kemampuan dan aspek positif yang aspek positif yang
aspek positif dimiliki dimiliki klien dan
yang dimiliki beri pujian
/reinforcement
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
2.saat bertemu
klien, hindarkan
memberi
penilaian negatif.
Utamakan
memberi pujian
yang realistis
ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)
Disusun Oleh:
1. Priyo Tri Raharjo C1013029
2. Rizal Diakmal C1013030
3. Rizqi Ramadhan C1013031
4. Septian Munfiq I C1013032
5. Siti Fatimatul Jahro C1013033
Kelompok : 4
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jln. Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu Slawi 2015
DAFTAR ISI
2. Tujuan penulisan
Tujuan Umum: Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dg Isolasi
sosial (Menarik diri).
Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi Isolasi Sosial
b. Mahasiswa mampu mengetahui Penyebab Isolasi Sosial
c. Mahasiswa mampu mengetahui Akibat Isolasi Sosial
d. Mahasiswa mampu mengetahui Pathways Isolasi Sosial
e. Mahasiswa mampu mengetahui strategi pelaksanaan Isolasi Sosial
f. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Isolasi Sosial
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. PENYEBAB
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan
proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan
hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses.
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
2) Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan
oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota
masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas.
4) Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan,
bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat
yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
1) Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
(Ernawati, dkk, 2009)
Tanda dan Gejala
1) Ansietas tingkat tinggi
2) Enggan berkomunikasi dengan orang lain
3) Harga diri rendah
4) Sedih, efek datar
5) Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
4. AKIBAT
a. Penyebab
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3) Gangguan hubungan sosial
4) Percaya diri kurang
5) Mencederai diri
b. Tanda dan Gejala
1) Rambut botak karena terapi
2) Mengkritik/menyalahkan diri sendiri
3) Menarik diri
4) Sukar mengambil keputusan
5) Akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri
kehidupannya.
5. PATHWAYS
Gangguan ISOS
Harga diri Rendah
ISOLASI SOSIAL (Menarik diri)
Resiko Perubahan Sensori
Gangguan Konsep Diri
6. MASALAH KEPERAWATAN dan DATA YANG PERLU DIKAJI
a. Masalah Keperawatan
1) Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)
2) Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)
3) Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)
Do: Kurangnya rasa percaya kepada orang lain, Panik, Regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau, Perkembangan ego yang
lemah, Represi rasa takut.
Ds: Menyendiri dalam ruangan, Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak
mata, Sedih, afek datar, Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya,
Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna, Mengekspresikan
penolakan atau kesepian pada orang lain.
2) Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)
Do: Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain, Panik, Regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, Menarik diri
Ds: Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya, Menggunakan kata-kata simbolik
(neologisme), Menggunakan kata yang tak berarti, Kontak mata kurang / tidak mau menatap
lawan bicara.
3) Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)
Do: pasien mengatakan sering mendengar suara-suara, sering melihat bayangan-bayangan yang
mengajaknya untuk mengikutinya
Ds: pasien terlihat selalu menyendiri, selalu menghindar jika didekati, sering terlihat ketakutan.
= Laki-Laki
= Perempuan
= Klien
= Meninggal
Keterangan
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri: Klien merasa senang dengan tubuhnya, terutama bagian wajahnya dan
badannya,
2) Identitas Diri: Klien merasa tidak puas dengan dirinya
3) Peran Diri: Klien menyatakan kecewa dengan dirinya karena tidak dapat melaksanakan peran
sebagai anak.
4) Ideal Diri: Klien menyatakan ingin menjadi orang yang sukses dan ingin cepat sembuh.
5) Harga diri: Klien jarang bersosialisasi dengan tetangganya karena klien merasa terasing karena
mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri, harga diri rendah.
c. Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: Orang tuanya atau ibunya
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/sosial: peran serta dalam kegiatan pokok/sosial: klien
jarang ikut dalam kegiatan kelompok/ masyarakat.
3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: Kurang percaya diri terhadap diri sendiri, karena
klien lebih suka diam.dan mengatakan malu bergaul dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
d. Spiritual
1) Nilai dan Keyakinan: pasien beragama islam dan selalu berusaha mengerjakan sholat
2) Kegiatan ibadah: pasien sering kali menyempakan untuk sholat berjamaah di masjid dekat
rumahnya.
6. Status Mental
a. Penampilan
( ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) Berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Klien tidak rapi, baju klien terlihat terbalik, kusam, kotor, rambut kusut dan kuku
terlihat kotor
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri.
b. Pembicaraan
( ) Cepat keras ( ) Gugup ( ) Inkoheren
( ) Apatis ( ) Lambat ( ( Membisu
( ) Tidak mampu mulai pembicaraan
Jelaskan : Klien selama berkomunikasi secara kontak mata, klien menjawab dengan lambat.
Masalah keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal.
c. Aktivitas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Inkoheren ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasem ( ) Tremor ( ) Kompulsip
Jelaskan : Tangan Klien gemetar saat diajak bersalaman, dan pada saat beraktifisa klien tampak
tremor.
Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik/intoleransi aktivitas.
d. Alam perasaan :
( ) sedih ( ) ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira
Jelaskan : Klien merasa keluarga tidak peduli dengannya dan klien terlihat sedih karena berada di
RSJ medan.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
e. Afek
( ) datar ( ) tumpul ( ) labil ( ) tidak sesuai
Jelaskan : ekspresi wajah klien datar, klien kadang-kadang termenung.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
f. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
( ) curiga` ( ) defenitif ( ) kontak mata kurang
Jelaskan : Klien tampak tidak kooperatif saat di ajak berbicara kontak mata (-) suka menunduk
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
g. Persepsi halusinasi
( ) pendengaran ( ) penglihatan ( ) perabaan
( ) pengecapan ( ) penciuman
Jelaskan : Klien mengalami halusinasi terbukti dengan klien melihat/mendengar suara-suara
yang aneh.
Masalah keperawatan : Gangguan perubahan sensori (Halusinasi).
h. Proses pikir
( ) sirkumtansia ( ) tangensial ( ) kehilangan asosiasi
( ) flig if ideas ( ) bloking ( ) pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Selama wawan cara klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan topik
pembicaraan.
Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan.
i. Isi pikir
( ) obsesi ( ) fobia ( ) hipokondria
( ) derpersonalisasi ( ) ide yang terkait pikiran magis
Waham :
( ) agama ( ) somatik ( ) kebesaran ( ) curiga
( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir
Jelaskan :
klien tidak ada masalah dalam dalam gangguan waham
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
j. Tingkat kesadaran
( ) bingung ( ) sedasi ( ) stupor disorientasi
( ) waktu ( ) tempat ( ) orang
Jelaskan
Klien tau bahwa ia berada di RSJ Medan
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
k. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang
( ) gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan : Klien masih ingat kejadian yang ia alami masa lalu dan sekarang.
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi
( ) tidak mampu berhitung sederhan
Jelaskan: Klien mampu berhitung 20-100
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.
m. Kemampuan penilaian
( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapata membedakan antara kotor dan bersih..
Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan.
n. Daya tilik diri
( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menylahkan hal diluardirinya
Jelaskan : Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri.
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
b. Bak / Bab
( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
c. Mandi
( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
d. Berpakaian / berhias
( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
e. Intirahat tidur
( ) tidur siang lama : 14-00 s/d 15-00 WIB
( ) tidur malam : 20-00 s/d 05-00 WIB
f. Penggunaan obat
( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
g. Pemeliharaan Kesehatan
Keperawatan lanjutan Ya () Tidak ( )
Sistem pendukung Ya () Tidak ( )
h. Kegitan didalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya ( ) Tidak ( )
Menjaga kerapian rumah Ya ( ) Tidak ( )
Mencuci pakaian Ya ( ) Tidak ( )
Pengaturan uang Ya ( ) Tidak ( )
i. Kegiatan diluar rumah
Belanja Ya ( ) Tidak ( )
Trnfortasi Ya ( ) Tidak ( )
Lain-lain Ya ( ) Tidak ( )
Jelaskan : Klien malas keluar rumah dan bergaul dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial menarik diri
8. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
( ) berbicara dengan orang lain ( ) minum alkohol
( ) mampu menyelesaikan masalah ( ) reasksi lambat
( ) tehnik relaksasi ( ) berkerja berlebihan
( ) aktivitas konstruktif ( ) menghindar
( ) olah raga ( ) menciderai diri
( ) lainnya
Masalah keperawatan : Koping Individu inefektik.
9. Masalah Psikososial
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Klien merasa teman nya menghindar/menjauhi dirinya setelah sakit.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:
Klien tidak terima berada di RSJ Medan
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien tamatan SMU
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Klien pernah bekerja di suatu pabrik dan sekarang sudah berhenti
e. Masalah dengan perumahan, spesifik
Klien tinggal bersama orang tua, rumah milik peribadi
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik
Klien memiliki masalah ekonomi yang cukup dan biaya pengobatan di tanggung oleh orang tua.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Klien tidak mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan.
h. Masalah lainnya, spesifik
Masalah keperawatan : Gangguan hubungan sosial menarik diri.
10. Pengetahuan Tentang Koping
( ) penyakit jiwa ( ) sistem pendukung
( ) faktor presipitasi ( ) penyakit fisik
( ) Koping ( ) obat-obatan
( ) Lainnya
Masalah keperawatan: Koping individu inefektif .
11. Aspek Medis
Diagnosa medik : Skizoprenia Paranoid episode berulang
Terapi Medik: Cparpromazin 100 mg 3x1
Trihexyphenidry 2 mg 2x1
Halopheridole 5 mg 2x1
a. CPZ (Cparpromazin)
Indikasi: untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi
mental, waham halusinasi, gangguan perasaan, perilaku yang aneh dan tidak terkendali, berdaya
berat dalam kehidupan sehari-hari tidak mau bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.
Komposisi: Tiap tablet mengandung Clorpromazine HCL 25 mg, Clorpromazine 5 mg
b. THP (Trihexyphenidry)
Indikasi: sekala jenis penyakit parkinson, termasuk ensepalitis dan indiopatik, sindrom
prankinson akibat obat misalnya reserpina dan fenitiazine.
Komposisi: tiap tablet mengandung Trihexyphenidril hidroklorida 2 mg
c. HLP (Halopheridole)
Indikasi: berdaya berat dalam menilai kemampuan realita dan fungsi nertal serta dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
Komposisi: Tiap tablet mengandung 0,5 mg Haloperidol.
B. Analisa Data
Hari/tgl/ No. Masalah
Data paraf
Jam Dx Keperawatan
Kamis, 1. Ds: Klien mengatakan tidak suka berada di Gangguan
9/9/14 rumah sakit jiwa, Klien mengatakan takut Isolasi sosial:
10.00 dengan teman-temannya. menarik diri
Do: Klien suka melamun, Klien tampak
sedih, Klien suka menyendiri.
Kamis, 2. Ds: Klien mengatakan malu saat Gangguan
9/9/14 wawancara dengan perawat konsep diri:
10.00 Klien mengatakan malu untuk bergabung Harga diri
dengan teman-temannya rendah
Do: Klien menunduk saat menjawab
pertanyaan perawat
Kontak mata kurang menjawab pertanyaan
perawat
Kamis, 3. Ds: pasien mengatakan sering mendengar Gangguan
9/9/14 suara-suara, sering melihat bayangan- perubahan
10.00 bayangan yang mengajaknya untuk sensori
mengikutinya (Halusinasi)
Do: pasien terlihat selalu menyendiri,
selalu menghindar jika didekati, sering
terlihat ketakutan.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosia: menarik diri
2. Gangguan Konsep diri: Harga diri rendah
3. Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)
F. Rencana Keperawatan
Rencana Tindakan
Dx.
Kriteria Rasional
Kep Tujuan Tindakan Keperawatan
Hasil
Isos: TUM: Klien Setelah 2x1. Diskusikan
1. Dengan di ketahuinya
Menar dapat pertemuan kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek
mengidentifika Pasien yang dimilki yang dimiliki klien akan
ik
si kemampuan dapat 2. Setiap bertemu dengan lebih percaya diri
diri dan aspke menyebutka klien hindarkan
2. Dengan menghindarkan
negatif yang n minimal penilaian penilaian negatif
dimiliki satu 3. Utamakan diharapkan klien merasa
TUK: penyebab pujian/pemberian punya kemampuan yang
e. Klien dapat menarik diri pujian yang ralistis lebih
dari yang
4. Rencanakan bersama 3. Dengan memberikan
mengidentifika
berasal dari klien aktifitas yang pujian klien merasa
si penyebab : dapat dilakukannya benar-benar dihargai dan
isolasi sosial a. diri sendiri setiap hari sesuai klien akan merasa
b. orang lain dengan kemampuannya diperhatikan
f. Klien mampu
5. Tingkatkan kegiatan 4. Dengan menyusun
berinteraksi sesuai dengan kondisi rencana aktifitas sehari-
dengan orang klien hari dihapakan klien
6. Beri contoh cara dapat mengatur waktu
lain
pelaksanaan kegiatan dengan baik
g. klien mampu yang boleh dilakukan 5. Dengan meningkatkan
mengidentifika kegiatan sesuai dengan
si kemampuan kondisi klien diharapkan
klien tidak merasa jenuh
yang dapat 6. Dengan memberikan
dilakukannya contoh klien tidak
h. klien dapat bingung lagi untuk
beraktifitas
mengisi jadwal
yang diberikan
suster
Gang TUM: Klien Dalam 2x 1. Membina hubungan 1. Dengan terbinanya
guan mampu pertemuan saling percaya hubungan saling percaya
membina a. Salam terapeutik
konse pasien mau merupakan langkah
hubungan b. Perkenalkan diri
p diri: dengan orang meneirma dengan sopan utama untuk melakukan
HDR lain kehadiran c. Tanyakan nama terapeutik
TUK: Klien lengkap
perawat
dapat membina d. Tanyakan nama
berjabat panggilan yang
hubungan
tangan/bers disukainya
saling percaya, e. Jelaskan tujuan
alaman,
Klien dapat pertemuan
Klien mau f. Buat kontrak
mengidentifika
g. Dengarkan ungkapan
si kemampuan menyebut klien
dan aspek kan nama,
positif mau
menjawab
salam,
Klien mau
mengutarak
an
perasaannya
walaupun
sedikit
Gang TUM: Klien setelah 2x 3. Adakan kontak sering 1. Kontak dan singkat
guan dapat pertemuan dan singkat secara selain upaya membina
mengenal Klien tidak bertahap hubungan saling percaya
perub
halusinasi mencederai4. Observasi tingkah laku juga dapat memutuskan
ahan TUK: Klien diri sendiri, klien terkait halusinasinya.
sensor dapat orang lain halusinasinya, berbicara
2. Mengenal perilaku pada
dan dan tertawa tanpa saat halusinasi timbul
i menyebutkan
lingkungan stimulus memandang ke memudahkan perawat
(Halu waktu, isi dan kiri dan ke kanan seolah dalam melakukan
sinasi) frequensi ada teman bicara intervensi
5. Bantu klien mengenal 3. Dengan mengetahui
timbulnya
halusinasi dengan cara : waktu, isi, dan frekuensi
halusinasi, e. Jika menemukan klien munculnya halusinasinya
Klien dapat yang sedang halusinasi mempermudah tindakan
tanyakan apakah ada keperawatan yang akan
mengungkapka
suara yang di dengar dilakukan oleh perawat
n perasaan f. Jika klien menjawab
terhadap ada lanjutkan apa
halusinasinya. yang dikatakan
halusinasinya
g. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mendengar suara itu.
Namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
(dengan nada sahabat
tanpa menuduh)
h. Katakan pada klien
bahwa ada klien yang
seperti dia
i. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
G. Catatan Perkembangan
Nama : Tn.H No.RM : 00.01.80
Ruang : Bukit barisan Dx.Medis : Skizoid
Implementasi Evaluasi
Data: S: pasien mengatakan mendengar suara-
1. Ds: keluarga pasien mengatakan pasien suara dan melihat bayangan-bayangan saat
selalu murung, enggan bersosialisasi sendirian
dengan orang lain, pasien selalu merasa
tidak percaya diri karena kaka-kakanya
juga berada di RSJ
Do: paien tampak menutup diri, setiap
berbicara tidak fokus dan tatapan mata
menghindari lawan bicara, pasien selalu
menunjukan sikap tidak percaya diri. O: pasien masih terlihat menutup diri,
2. Ds : Klien menyatakan tidak mau bergaul pasien, pasien masih belum fokus jika
dengan teman-teman sekamarnya karena
berbicara, masih sering merasa ketakutan,
ia merasa dirinya sudah sembuh
Do : Klien tampak tampak lebih sering pasien masih sering Berhalusinasi, merasa
menyendiri ditempat tidurnya, Klien lebih dirinya tidak berharga, tidak mudah
banyak tidur siang percaya dengan orang yang baru
3. Ds: pasien mengatakan sering mendengar
suara-suara, sering melihat bayangan- dikenalnya
bayangan yang mengajaknya untuk
mengikutinya
Do: pasien terlihat selalu menyendiri,
A: Masalah-masalah yg masih ada
selalu menghindar jika didekati, sering
terlihat ketakutan. 1. Gangguan konsep diri (+)
Diagnosa: 2. Gangguan Isolasi Sosial (+)
1. Gangguan konsep diri (Harga Diri
rendah) 3. Gangguan perubahan sensori (+)
2. Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)
3. Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)
Tindakan: P: Lanjutkan intervensi dengan:
1. Membina hubungan saling percaya
1. Melatih pasien untuk melawan
a. Memberi Salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri dengan sopan halusinasinya
c. Menanyakan nama lengkap 2. Rencanakan bersama klien aktifitas yang
d. Menanyakan nama panggilan yang
dapat dilakukannya setiap hari sesuai
disukainya
e. Menjelaskan tujuan pertemuan dengan kemampuannya
f. Membuat kontrak 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
g. Mendengarkan ungkapan klien yang boleh dilakukan
2. Diskusikan kemampuan dan aspek yang
dimilki
3. Setiap bertemu dengan klien hindarkan
penilaian
4. Utamakan pujian/pemberian pujian yang
ralistis
5. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
kondisi klien
6. Bantu klien mengenal halusinasi dengan
cara :
a. Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi tanyakan apakah ada suara
yang di dengar
b. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa
yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu. Namun perawat
sendiri tidak mendengarnya (dengan nada
sahabat tanpa menuduh)
d. Katakan pada klien bahwa ada klien yang
seperti dia
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
RTL:
1. Adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap
2. Observasi tingkah laku klien terkait
halusinasinya, berbicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri dan ke kanan
seolah ada teman bicara
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain, individu tersebut
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tindakan mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan pikiran, prestasi atau kegagalan:
Klien dengan menarik diri mempunayai tingkah laku: tidak nafsu makan kurang
bergairah aktifitas menurun, ekspresi wajah kurang berseri. Mekanisme koping yang sering
digunakan pada menarik diri adalah koping yang berkaitan dengan kepribadian anti sosial dan
koping berhubungan dengan gangguan keperibadian.
Setelah diberikan pengobatan klien sudah mampu mengontrol emosi dan rasa menarik
dirinya dengan perlahan-lahan
2. SARAN
Kepada tim kesehatan yang ada di rumah sakit jiwa supaya dapat meningkat kan
kerjasama. Agar prosses keperawatan dapat tercapai seoptimal mungkin dan memberikan
keterampilan kepada kllien untuk mengisi hari2 yang telah di lewati klien di ruangan agar tidak
sering melamun.
Diharapkan kepada keluarga dan perawat yang menerapkan pendekatan diri dalam
mengarahkan klien menujukesembuhan pada klien yang sudah di rehabilitasi untuk selalu
memriksakan secara teratur dan tidak menghentikan keperawatan, nasehat dari dokter. Bagi
keluarga dan perawat diharapkan dapat menghindar klien dari berbagai stiuasi yang dapat
menimbulkan kembali gangguan/gejala dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://apd273.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-jiwa-halusinasi_6.html
file:///E:/ /kep.jiwa/Isolasi/20Sosial/2012Henri%20Setiawan/20Blog/27s.htm
file:///E:/meteri/keperawatanjiwa/kasus/2013/isos.htm
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, tidak hanya terbebas dari
penyakit serta kelemahan (http://hanafebriyanti.blogspot.com).
Gambaran menurut penelitian WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini
cukup tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk
dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu hidupnya. Usia ini
biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-20 tahun 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta
orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Salah satu
bentuk gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia didunia 0,1 per mil dengan tanpa memandang perbedaan
status sosial atau budaya (http://hanafebriyanti.blogspot.com).
Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian
tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di
berbagai Negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan
26,2% penduduk yang berusia 18-30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa, jika prevalensi
gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai
264 per 1000 penduduk (http://hanafebriyanti.blogspot.com).
Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional Tahun 2007, menyebutkan bahwa sebanyak 0,46
per mil masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Mereka adalah yang diketahui
mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan psikotik berat (Depkes RI, 2007).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provisi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta (24,3%), di ikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB
(10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008).
Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal 149 ayat (2)
mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat wajib melakukan pengobatan dan perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang,
mengancam keselamatan dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum, termasuk
pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakat miskin
(http://hanafebriyanti.blogspot.com).
Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera Utara, jumlah
pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada awal 2008, RSJ
Sumut menerima sekitar 50 penderita per hari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80
penderita untuk rawat jalan. Sementara pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita
per hari ( http//www.pikiran rakyat.com ).
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial
Menarik Diri meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif,
perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan
untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan
pencegahan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial Menarik Diri. Sedangkan pada peran kuratif
perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan untuk klien dan
keluarga. Kemudian peran rehabilitative berperan pada follow up perawat klien dengan
gangguan konsep diri : Isolasi Sosial Menarik Diri melalui pelayanan di rumah atau home visite.
Berdasarkan gambaran masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
Asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri di
Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, sebagai judul Karya
Tulis Ilmiah.
B. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan ini dilakukan terhadap Tn.A dengan masalah utama Gangguan
konsep diri Isolasi Sosial Menarik Diri di ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara, dikaji mulai tanggal 23 September 2013 sampai dengan tanggal 25
september 2013.
C. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri pada Tn.A di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dan perumusan yang hendak dicapai adalah kemampuan untuk:
1. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.A dengan gangguan konsep diri Isolasi Sosial Menarik
Diri.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.A dengan
gangguan konsep diri Isolasi Sosial Menarik Diri.
3. Mampu menyususn keperawatan pada Tn.A dengan gangguan konsep diri Isolasi Sosial Menarik
Diri.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.A dengan gangguan konsep diri Isolasi
Sosial Menarik Diri sesuai dengan keperawatan yang telah disusun.
5. Mampu melakukan evaluasi sesuai implementasi yang dilakukan pada Tn. A dengan gangguan
konsep diri Isolasi Sosial Menarik Diri.
D. Metode penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu
metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan teknik pengumpulan data melalui wawancara
terhadap pasien dan keluarga. Observasi pasien secara langsung, dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung, baik kepada pasien maupun
keluarga pasien untuk mendapatkan data yang subjektif maupun objektif dengan menggunakan
format pengkajian.
2. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung kepada pasien untuk
mendapatkan data yang objektif dengan menggunakan format pengkajian.
3. Dokumentasi
Catatan terhadap pasien serta hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, perawat, analis,
maupun tim medis lain.
4. Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku yang berhubungan dengan Karya Tulis Ilmiah ini.
E. Sistematika Penulisan
A. KONSEP DASAR
1. DEFENISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,
tidak terima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Deden dan Rusdi,2013,Hal.34 ).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam (Nanda-
1,2012).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan prilaku maladaktif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial ( Depkes RI, 2000 ).
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar dan
hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistis (Erlinafsiah,2010,Hal.101).
2. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
d) Faktor Biologis
Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social adalah otak,
misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan social memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-
sel.
2) Faktor Presipitasi
a) Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya seperti keluarga.
b) Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya (Ade Herman Surya Direja,2011,Hal.123).
3) Perilaku
Perilaku pada klien gangguan social menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih, afek
tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka terhadap
lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur.
Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang lain,
sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia. Kemudian perilaku pada klien dengan
gangguan social manipulasi adalah kurang asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri
rendah, dan sangat tergantung pada orang lain (Sujono Riyadi dan Teguh
Purwanto,2009,Hal.157).
4) Rentang Respon
Rentang respon berhubungan dapat berfluktuasi dari respons berhubungan adaktif samapai
maladaktif
1. Respon Adaktif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat di terima oleh norma-
norma sosial dan budaya yang umum berlaku ( masih dalam batas normal ), meliputi:
a) Menyendiri/solitude
Respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosial dan juga
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah berikutnya.
b) Otonomi
Kemampuang individu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam
hubungan sosial.
c) Bekerja Sama
Kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling member dan
menerima.
2. Respon Maladaktif
Respon individu dalam penyelesaianmasalah menyimpang dari norma-norma sosial dan
budaya lingkungannya, meliputi:
a) Manipulasi
Orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang
lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
b) Implusif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, dan tidak dapaat
diandalkan.
c) Narkisme
Harga diri yang rapuh, secara terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung (Deden Dermawan
Rusdi,2013,Hal.35).
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Stuart and Sundeen (1998). Salah satu gangguan berhubungan sosial
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga, yang bias dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Ernawati Dalami
dkk,,2009,Hal.10).
(Iyus Yosep,2007,Hal.230).
4. MANIFESTASI KLINIS
b) Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon social maladaktif menggunakan berbagai mekanisme
dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis
masalah hubungan yang spesifik (Gail,W Stuart 2006).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial antara lain proyeksi,
splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.
c) Sumber koping
Menurut Gail W. Stuart 2006, sumber koping berhubungan dengan respon social mal-adaptif
meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya
kesenian, music atau tulisan (Ernawati Dalami dkk,2009,Hal.10).
5. KOMPLIKASI
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi:
halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas
sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Deden Dermawan dan
Rusdi,2013,Hal.40).
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam
menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556 pernyataan benar atau salah.
2. Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara etiologi
fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3. Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan
oleh genetik.
4. Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur
anatomi tubuh.
7. PENATALAKSANAAN
1. Obat anti psikotik
a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya
berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b. Haloperidol (HLD)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam
fungsi kehidupan sehari hari.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti
kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung)
(http://nophienov.wordpress.com).
2. Therapy Farmakologi
3. Electro Convulsive Therapi
Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan Elektroshock adalah
suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock listrik dalam usaha pengobatannya.
Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat
psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist italia
Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia
mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi
(Therapeutic Clonic Seizure) setidaknya 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang
dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme pasti
dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan memuaskan. Namun
beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived
Neurotrophic Factor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsive terhadap terapi
farmakologis.
4. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi
klien dengan ganggua interpersonal.
5. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat
perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia.
Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik
maupun kondisi psikologis seseorang (Deden Dermawan dan Rusdi,2013,Hal..40).
1. PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan sosial, adalah :
1. Faktor Perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dilalui
individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas
perkembangan pada masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik
sendiri. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaktif.
System keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon social maladaktif.
Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang
tidak berhasil memisahkan dirinya dan orang tua. Norma keluarga yang tidak mendukung
hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga.
2. Faktor Biologis
Genetic merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian,
pada penderita skizofrenia 8% kelainan pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur lmbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
b. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress sperti
kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas. Stressor presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori :
1. Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa factor antara factor lain dan factor keluarga seperti
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.
2. Stressor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan (isolasi sosial).
c. Perilaku
Adapun perilaku yang bisa mucul pada isolasi sosial berupa : kurang spontan, apatis (kurang
acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih), afek tumpul.
Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak
ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri
(menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses,
aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janin saat tidur, menolak
hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-
cakap.
d. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaktif termasuk : keterlibatan
dalam berhubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman, menggunakan kreativitas
untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, music, atau tulisan.
e. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi
sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
1. Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima, secara sadar
dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan
defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan antara sikap dan
perilaku (Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar,2012,Hal.82).
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga.
b. Gejala Objektif :
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Tidak mengikuti kegiatan.
3) Banyak berdiam diri dikamar.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
7) Kurang spontan.
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9) Ekspresi wajah kurang berseri.
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11) Mengisolasi diri.
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13) Masukan makan dan minuman terganggu.
14) Aktivitas menurun.
15) Kurang energy (tenaga).
16) Rendah diri.
17) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fectus/janin (khususnya pada posisi tidur) (Iyus
Yosep,2011,Hal.231).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang diangakat adalah :
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Diagnosa II
Harga Diri Rendah Kronis
Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimilikinya
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif
3. Utamakan memberi pujian yang realistik
Diagnosa III
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Tujuan : Klien dapat mengenali halusinasinya
Intervensi :
1. Bantu klien mengenal halusinasinya.
2. Jika menemukan yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
3. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
4. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
5. Katakan bahwa klien ada juga yang seperti klien.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI