Anda di halaman 1dari 16

(SAP)

Apendisitis pada Anak


Di RSUD M.DJAMIL PADANG

Pokok Bahasan : Apendisitis (Usus Buntu)


Sasaran : Keluarga klien di Ruang Mawar RSUD M.Djamil
Hari / Tanggal : Senin,17 April 2017
Waktu : 10.00 WIB s/d 10:30 WIB
Tempat : RSUD M.Djamil Padang

A. Latar belakang
Appendiks merupakan suatu bagian seperti kantong yang non fungsional dan
terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Berdasarkan data WHO tahun 2005 didapatkan bahwa jumlah penderita
apendiksitis berjumlah sekitar 50 %. Adapun jumlah penderita penyakit
apendiksitis pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah
penduduk Indonesia.
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (appendiks). Infeksi ini dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan.
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara
operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara
appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang
appendiks ( Puruhito ; 2009).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan
pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 2010).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal
tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup
empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang
menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
B. Tujuan
 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Hasil dari proses penyuluhan, klien dan keluarga klien dapat


menginformasikan dan mengetahui tentang penyakit apendisitis sehingga dapat
menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.

 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga klien dapat :
1. Mengetahui pengertian dari penyakit apendisitis.
2. Mengetahui klasifikasi dari penyakit apendisitis.
3. Mengetahui penyebab dari penyakit apendisitis.
4. Mengetahui tanda dan gejala – gejala dari penyakit apendisitis.
5. Mengetahui cara pencegahan secara sekunder,primer dan tersier dari
penyakit apendisitis.
6. Mengetahui cara pengobatan dari penyakit apendisitis.

C. Manfaat
a. Bagi Klien dan Keluarga
Mengetahui cara mencegah dan mengobati penyakit apendisitis.

D. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik
Penyakit apendisitis
2. Sub Pokok Bahasan
1. Menjelaskan Pengertian dari Penyakit apendisitis.
2. Mengetahui klasifikasi dari penyakit apendisitis.
3. Menjelaskan Penyebab dari Penyakit apendisitis.
4. Menjelaskan Tanda dan gejala dari Penyakit apendisitis.
5. Menjelaskan cara pencegahan sekunder,primer dan tersier dari
Penyakit apendisitis.
6. Menjelaskan Cara pengobatan dari Penyakit apendisitis.
3. Sasaran dan target
a. Klien dan keluarga
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

5. Media dan alat


a. Media
1) LCD
2) Leaflet

b. Alat
1) Laptop
2) LCD
3) Sound System
4) Meja

6. Waktu dan tempat


Hari / Tanggal : Senin,17 April 2017
Jam : 10.00 wib – 10:30 wib
Waktu Pertemuan : 30 Menit
Tempat : Di RSUD M.Djamil Padang

E. Materi
1. Pengertian dari Penyakit apendisitis.
2. klasifikasi dari penyakit apendisitis.
3. Penyebab dari Penyakit apendisitis.
4. Tanda dan gejala dari Penyakit apendisitis.
5. Cara pencegahan sekunder,primer dan tersier dari Penyakit apendisitis.
6. Cara pengobatan dari Penyakit apendisitis.
F. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Sri Wahyuni
2. Moderator : Dessy Ardianty Syahrial
3. Presenter : Muhammad Almusawi
4. Fasilitator : Silvia Jenesa
Retno Jayenti Efendi
Putri Mainila
Devina Jusmulia
Tessa Delvita Sari
5. Observer : Welya Safitri

G. Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri,anggota kelompok, dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. Membuka dan menutup kegiatan
d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. Mengarahkan jalannya kegiatan
f. Memberi kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan

2. Tugas presenter
a. Menyusun rencana kegiatan SAP
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan kepada
audience
d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan umpan
balik

3. Tugas Fasilitator
a. Memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan
4. Tugas Observer
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan

H. Pengaturan Tempat

Keterangan

: Penanggung jawab
: Moderator
: Presenter
: Klien / Peserta
: Fasilitator
: Observer

: Media / Model
I. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan
dan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
( 5 menit )  Memperkenalkan diri,  Mendengarkan dan
anggota kelompok dan memperhatikan
pembimbing
 Menjelaskan topik  Mendengarkan
penyuluhan
 Membuat kontrak waktu dan  Menyetujui kontrak
bahasa waktu
 Menjelaskan tujuan kegiatan  Mendengarkan dan
memperhatikan

Pelaksanaan  Menggali pengetahuan  Mengemukakan


( 20 menit ) audiens tentang pengertian pendapat
Penyakit apendisitis.
 Memberi reinforcemen  Mendengarkan dan
positif pada audiens atas memperhatikan
pendapat audiens
 Menjelaskan materi  Mendengarkan dan
tentang memperhatikan
Pengertian Penyakit  Mengemukakan
apendisitis pendapat
 Menggali pengetahuan
audiens tentang klasifikasi  Mendengarkan dan
Penyakit apendisitis. memperhatikan
 Memberi reinforcemen
positif pada audiens atas  Mendengarkan dan
pendapat audiens memperhatikan
 Menjelaskan materi
tentang  Mengemukakan
klasifikasi Penyakit pendapat
apendisitis
 Menggali pengetahuan  Mendengarkan dan
audiens tentang penyebab memperhatikan
Penyakit apendisitis.
 Memberi reinforcemen  Mendengarkan dan
positif pada audiens atas memperhatikan
pendapat audiens
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang :
penyebab Penyakit
apendisitis.
 Menggali pengetahuan
audiens tentang tanda dan
gejala Penyakit apendisitis
 Memberi reinforcemen
positif pada audiens atas
pendapat audiens
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang :
Tanda dan gejala penyakit
apendisitis.
 Menggali pengetahuan
audiens tentang cara
pencegahan Penyakit
apendisitis

 Memberi reinforcemen
positif pada audiens atas
pendapat audiens
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang :
Cara pencegahan penyakit
apendisitis.
 Menggali pengetahuan
audiens tentang cara
pengobatan Penyakit
apendisitis

 Memberi reinforcemen
positif pada audiens atas
pendapat audiens
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang :
 Cara pengobatan penyakit
apendisitis

Penutup  Memberikan kesempatan  Memberikan


( 5 menit ) pada audien untuk bertanya pertanyaan
 Memberi reinforcement  Mendengarkan dan
pada audiens atas memperhatikan
pertanyaan audiens
 Memberikan kesemspatan  Mengemukakan
audiens lain untuk memberi pendapat
pendapat
 Melengkapi atau  Mendengarkan dan
memberikan penjelasan atas memperhatikan
pertanyaan audiens
 Mengevaluasi dan  Mendengarkan dan
menyimpulkan materi memperhatikan serta
penyuluhan yang telah ikut menyimpulkan
disampaikan
 Salam penutup  Menjawab salam
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang direncanakan
b. Setting tempat sesuai dengan yang direncanakan
c. Tempat dan media sesuai dengan yang direncanakan

2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu sesuai dengan yang direncana
c. Selama proses berlangsung diharapkan audiens dapat mengikuti seluruh
kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan
d. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif

3. Evaluasi Hasil
a. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian
kebahagiaan dengan bahasa sendiri
b. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan manfaat
kebahagian bagi kesehatan
c. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan cara
mendapatkan kebahagiaan.
LAMPIRAN MATERI
Penyakit Jantung Bawaan

1. Pengertian Penyakit Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang
ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).
Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung
kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2010)

2. Klasfikasi apendisitis
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta
difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva
yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

3. Penyebab apendisitis
A. Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang


diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan
lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab
lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang
disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut
diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,
65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
apendisitis akut dengan rupture.
B. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.


Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen
apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
C. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
D. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi
dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.
E. Faktor infeksi saluran pernapasan

Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza


dan pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena
penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan
apendisitis.
4. Tanda dan gejala apendisitis

 Anoreksia biasanya tanda pertama


 Lekositosis
 Rasa nyeri yang dimulai dari bagian tengah perut dan berpindah
kebagian bawah sebelah kanan perut, dengan perut kaku seperti
papan.
 Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.
 Rasa nyeri semakin meningkat dan terasa ada tekanan pada bagian
kanan bawah saat berjalan.
 Sembelit sehingga penderita memerlukan obat pencahar.
 Bagian kiri bawah perut terlalu lunak untuk disentuh, diperkirakan
bagian perut mengalami peradangan
 Demam, suhu badan akan meninggi, dan akan merasa mual sampai
menusuk. Rasa mual di sebabkan rangsangan usus buntu yang
meradang pada selaput lendir perut (peritoneum).

5. Pencegahan primer ,sekunder, dan tersier dari Penyakit apendisitis


a) Pencegahan Primer

Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap


kejadian appendicitis. Upaya pencegahan primer dilakukan secara
menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan antara lain:
a. Diet tinggi serat

Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat


dan insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian
membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian

penyakit saluran pencernaan.40 Serat dalam makanan mempunyai


kemampuan mengikat air, selulosa, dan pektin yang membantu
mempercepat sisi-sisa makanan untuk diekskresikan keluar sehingga tidak
terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada dinding kolon.\
b. Defekasi yang teratur

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran feces.


Makanan yang mengandung serat penting untuk memperbesar volume feces dan
makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Individu yang makan pada waktu
yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di
kolon.
Frekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi feces
yang lebih padat sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi menaikkan tekanan
intracaecal sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks dan
meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon. Pengerasan feces
memungkinkan adanya bagian yang terselip masuk ke saluran appendiks dan
menjadi media kuman/bakteri berkembang biak sebagai infeksi yang
menimbulkan peradangan pada appendiks.

b) Pencegahan sekunder

Pada pencegahan sekunder lalukan pemeriksaan fisik.


a. Inspeksi pada appendicitis akut tidak ditemukan gambaran yang
spesifik dan terlihat distensi perut.
b. Palpasi pada daerah perut kanan bawah, apabila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan
perut kanan bawah merupakan kunci diagnosa appendicitis. Pada
penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah yang disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan
bawah yang disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
c. Pemeriksaan rektum, pemeriksaan ini dilakukan pada appendicitis
untuk menentukan letak appendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika
saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan
appendiks yang meradang terletak di daerah pelvic.
d. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan
dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan
atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.
Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka
tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Pada uji obturator
dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada
posisi terlentang. Bila appendiks yang meradang kontak dengan
obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka
tindakan ini akan menimbulkan nyeri.

c) Pencegahan tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya


komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama
adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi
maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca
appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan
lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen

6. Cara pengobatan Apendisitis

Untuk tingkat penyakit usus buntu yang tidak terlalu parah masih bisa di laklukan
beberapa cara berikut :
 Pijat kaki
 Minur air putih hangat
 Oleskan minyak goreng bersih pada kaki
 Lakukan senam perut
 Tidur dengan posisi kaki lebih tinggi
 Dalam pengobatan usus buntu bisa dengana melakukan operasi
pengangkatan usus buntu atau yang lebih dikenal dengan istilah
apendektomi. Menjalani operasi akan jauh lebih aman dibandingkan
menunggu adanya masalah lain seperti adanya peradangan usus buntu
karena resiko usus buntu pecah akan menjadi semakin bertambah. Usus
buntu merupakan salah satu organ yang tidak memiliki fungsi terlalu
penting dalam tubuh manusia, serta pengangkatannya pun tidak akan
menyebabkan masalah kesehatan dalam jangka panjang.
 Obat tradisional

1. Sambiloto

Daun sambiloto bisa digunakan untuk mengobati penyakit usus buntu.


Adapun bahan-bahan yang harus disiapkan untuk mengobati usus buntu yaitu
daun sambiloto 30 gram, 400 ml air, dan 1 sdm madu. Caranya, rebus sebanyak
30 gram daun sambiloto yang sudah dibersihkan ke dalam 400ml air. Rebus
hingga tersisa setengahnya, lalu saring air rebusan tadi dan tambahkan 1 sdm madu
murni. Setelah dingin, minum ramuan tradisional ini sebanyak 3 kali dalam sehari
secara rutin.

2. Temulawak

Cara mengobati usus buntu selanjutnya adalah dengan memanfaatkan


temulawak. Adapun bahan-bahan yang harus disediakan adalah temulawak segar
30 gram, kunyit 25 gram dan 500 ml air. Cara pengolahannya adalah cuci dan
bersihkan temulawak dan kunyit yang sudah disediakan, lalu rebus campuran
temulawak dan kunyit tersebut ke dalam 500 ml air hingga tersisa setengahnya.
Setelah itu, saring air rebusan tadi, lalu minum dengan teratur.

3. Mengkudu dan madu

Campuran mengkudu dan madu juga berkhasiat menyembuhkan usus


buntu. Bahan-bahannya adalah 1 sdm madu, 1 buah mengkudu masak. Cara
pengolahannya cukup mudah, bersihkan mengkudu terlebih dahulu hingga bersih,
lalu parut buah mengkudu yang sudah dibersihkan dan peras airnya. Ambil air
mengkudu, lalu campurkan dengan 1 sdm madu. Setelah itu, minum ramuan
tersebut sebanyak 2 kali sehari. Ramuan tradisional di atas terbukti berkhasiat
untuk meredakan penyakit usus buntu yang diderita tanpa harus menjalani
operasi. Selain itu, menggunakan obat tradisional usus buntu lebih aman dan lebih
murah!
Daftar Pustaka

Latief , dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak ,buku kuliah 2. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Price, SA, Wilson, LM. .1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama.
Edisi 4. Jakarta:. EGC.

Smeltzer, Bare .1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC
S. Heru Adi. 1995. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. : EGC

Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai penerbit FKUI

Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai