OLEH :
Kelompok K17
Dola Desriyesi,S.Kep
Febby Handriany,S.Kep
Firsha Vellya Arda,S.Kep
Indri Patricia,S.Kep
Leyla Beno Safira,S.Kep
Lina Annisa Fauziyyah,S.Kep
Rahma Nike,S.Kep
Tri Fuji Rahmi Zalni,S.Kep
Wahyu Astuti,S.Kep
Wulan Rija Pratiwi,S.Kep
A. Latar Belakang
Rasa cemas merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan
sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, ditandai oleh kekhawatiran,
ketidakenakan dan perasaan tidak baik yang tidak dapat dihindari, disertai perasaan
tidak berdaya karena menemui jalan buntu dan ketidakmampuan untuk
menemukan pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi. Hipertensi
sebagai penyakit yang menyebabkan berbagai penyakit lain dan sering disebut
penyakit yang tidak bergejala, semakin membuat khawatir klien dan keluarga.
Terutama pada klien dengan kondisi keuangan yang minim, tentu saja biaya rawat
hipertensi yang tak sedikit akan terus menyelimuti pola pikir.
Tekanan mental atau kecemasan diakibatkan oleh kepedulian yang
berlebihan akan masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun yang dibayangkan
mungkin terjadi. Kecemasan yang paling sering terjadi disebabkan karena penyakit,
salah satunya hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang menyebabkan
masalah-masalah baru, seperti stroke, gagal jantung, ginjal dan pastinya semuanya
berdampak terjadinya kematian. Sehingga perlu adanya pencegahan lebih dini agar
hipertensi tidak menyebabkan permasalahan baru bagi pasien. Hal inilah yang
membuat pasien dan keluarga cemas akan keadaan pasien.
Kecemasan atau ansietas dalam diri klien dan keluarganya salah satunya
karena khawatir dengan keadaan pasien. Keluarga akan mengalami cemas dan
disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus
dirawat di rumah sakit. Klien menderita hipertensi dalam waktu yang lama akan
lebih membuat cemas. Hal ini karena mereka takut akan kematian, kecacatan atau
biaya yang banyak. Pada umumnya klien dan keluarga memperlihatkan wajah yang
sarat dengan bermacam-macam stressor yaitu ketakutan, perubahan pola,
kekhawatiran akan biaya perawatan. Semua stressor ini menyebabkan keluarga
jatuh pada kondisi dimana koping mekanisme yang digunakan menjadi cemas akan
mendominasi perilaku keluarga.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, angka kematian
akibat hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hipertensi dapat
berkembang menjadi gagal jantung kronik sebesar 91%. Hal ini berarti kejadiannya
tiga kali lebih besar daripada orang dengan tekanan darah normal. Di banyak negara
saat ini, prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup
seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hipertensi sudah
menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi
masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini.
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan primer
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi,
yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Prevalensi berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan 7,2%. Dari jumlah itu hanya sekitar 0,4% kasus yang
meminum obat hipertensi untuk pengobatan. Selain itu hipertensi menjadi penyebab
kematian nomor tiga setelah stroke, dan tuberkulosis.
Dari winshield survey yang dilakukan kelompok terhadap 20 keluarga yang
ada di RT 02 Kelurahan Koto Panjang didapatkan 10 keluarga diantaranya
mempunyai penyakit hipertensi, dan 8 keluarga mengalami kecemasan terhadap
penyakit hipertensi yang dideritanya. Berdasarkan dengan permasalahan diatas
maka kami kelompok Praktek Profesi Keperawatan Jiwa Komunitas Fakultas
Keperawatan UNAND tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang penanganan
ansietas pada penderita hipertensi yang berguna untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang manfaat dan pelaksanaan penanganan ansietas pada hipertensi
atau tekanan darah tinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu melakukan
penanganan ansietas pada penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan lansia mampu:
a. Menyebutkan pengertian ansietas
b. Menyebutkan tanda dan gejala ansietas
c. Menyebutkan mekanisme koping adaptif pada penanganan
ansietas penderita hipertensi
d. Menyebutkan penanganan ansietas penderita hipertensi
e. Mendemonstrasikan penanganan ansietas pada penderita
hipertensi : teknik nafas dalam
C. Materi (Terlampir)
D. Pelaksanaan
1. Topik
Penanganan Ansietas Pada Penderita Hipertensi
2. Sasaran/ target
a. Sasaran : Seluruh Masyarakat yang menderita hipertensi di Koto
Panjang RT 02 RW 08 kelurahan Limau Mani
b. Target :Masyarakat yang cemas terhadap hipertensi yang
dideritanya di Koto Panjang RT 02 RW 08 kelurahan Limau
Manis.
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Demonstrasi
4. Media dan alat
a. Leaflet
b. LCD
c. Laptop
d. PPT
F. Pengorganisasian
G. Kegiatan Penyuluhan
No KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta Waktu
1 Pembukaan 5 menit
Keterangan :
: Moderator
: PPT : Observer
: Penyaji : Audiens
: Fasilitator : Pembimbing
I. Uraian Tugas
1. Pemateri
Mempresentasikan materi
Mengevaluasi peserta tentang materi yang diberikan
2. Moderator
a. Pada acara pembukaan
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa dan dosen
pembimbing
Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu
b. Kegiatan Inti
Meminta peserta memberikan pertanyaan atas
penjelasan yang tidak dipahami.
Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas
jawaban yang diajukan untuk menjawab.
c. Pada acara penutup
Menyimpulkan dan menutup diskusi
Mengucapkan salam
3. Fasilitator
Memotivasi peserta agar berperan aktif
Membuat absensi penyuluhan
Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan
penyuluhan
4. Observer
Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai
akhir
Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
60 % atau lebih undangan menghadiri acara
Alat dan media sesuai dengan rencana
Peran dan fungsi masing masing sesuai dengan yang
direncanakan
2. Evaluasi proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang
direncanakan
Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
3. Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 60 % masyarakat mampu :
Menyebutkan pengertian ansietas (kecemasan)
Menyebutkan penyebab kecemasan
Menyebutkan tingkatan ansietas
Menyebutkan hubungan kecemasan dengan hipertensi
Menyebutkan pengertian teknik nafas dalam
Menyebutkan manfaat teknik nafas dalam
Menyebutkan langkah-langkah teknik nafas dalam
Mendemonstrasikan kembali cara teknik relaksasi nafas dalam
MATERI
A. ANSIETAS (KECEMASAN)
1. DEFINISI
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat
diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck,2008). Ansietas merupakan alat
peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu.
2. ETIOLOGI (PENYEBAB)
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan
sebagainya.
3. TINGKATAN ANSIETAS
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
2) Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons
dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik :
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif :
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
3) Respons emosional :
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka.
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Jakarta: EGC.
Dalimarta, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Videbeck, S.J. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama