DISUSUN OLEH
KELOMPOK B
A. LATAR BELAKANG
Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu
faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi
terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di negara berkembang, sepertinya
halnya di Indonesia. Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi
normalnya. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang
tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian
penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu
sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa
penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejalagejala yang
spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama
beberapa tahun setelah terjadi hipertensi. Menurut Boedhi-Darmojo dan Parsudi (1988),
43,9% penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.
Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun
2009 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Masalah hipertensi di Indonesia cenderung meningkat,
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng,
2009). Menurut Depkes RI (2010), dari 33 propinsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang
kasus pasien hipertensi melebihi rata-rata nasional yaitu: Sulawesi Selatan (27%), Sumatera
Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara (24%), Sumatera Selatan
(24%), Riau (23%), dan Kalimantan Timur (22%).
Provinsi Sumatera Barat adalah satu dari dua provinsi dengan persentase penderita
hipertensi tertinggi di Indonesia. Hasil penelitian Gustrianda (2007) terhadap enam
kabupaten/kota yang tertinggi angka penderita hipertensi adalah Kota Bukittinggi (41,8%),
Kota Padang (29%), Kota Solok (25%), Kabupaten 50 Kota (22,2%), Kabupaten Solok
(25%), serta Kabupaten Padang Pariaman (20,2%).
Hipertensi memberikan dampak baik dari fisik maupun secara psikologis. Menurut Studi
Framingham (1948), pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna
untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001).
Seseorang yang terkena hipertensi akan mengalami gangguan psikis seperti ansietas dan atau
depresi. Gangguan psikis seperti ansietas di samping menimbulkan gangguan fungsional
jantung juga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung kororner. Selain itu,
ansietas dapat memperlambat penyembuhan, meningkatkan komplikasi, dan mortalitas
penderita hipertensi (Harapan, 2005).
Prevalensi ansietas cukup tinggi terutama pada pasien yang pertama kali mengetahui
dirinya mengidap penyakit seperti hipertensi (Harapan, 2005). Ansietas pada penderita
hipertensi umumnya berusia muda yaitu pada usia 30-40 tahun dan lebih banyak dijumpai
pada wanita dibandingkan pria. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei
dan Wang (2006) yang menyatakan bahwa terdapat 3 faktor umum yang biasanya berkaitan
antara ansietas pada pasien dengan hipertensi, yaitu pasien dengan jenis kelamin perempuan,
lamanya menderita hipertensi, dan pasien yang memiliki riwayat hospitalisasi karena
gangguan kardiovaskuler. Namun, penatalaksanaan ansietas yang memadai dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas penyakit jantung khususnya hipertensi serta memperbaiki kualitas
hidup pasien (Harapan, 2005).
Pasien ansietas akan mengalami peningkatan tekanan darah, akibat dari adanya
peningkatan adrenalin, kondisi ini dapat membahayakan bagi pasien hipertensi. Oleh karena
itu, pasien hipertensi yang mengalami ansietas memerlukan penanganan yang baik dalam
menurunkan ansietasnya. Untuk menurunkan tingkat ansietas, diperlukan terapi keperawatan
yang tepat, salah satunya adalah dengan pemberian terapi relaksasi otot progressif.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa selama 5 hari di Puskesmas
Lapai tepatnya di Poli Lansia, diperoleh gambaran bahwa 6 dari 10 orang lansia yang datang
berobat mempunyai riwayat penyakit hipertensi, berdasarkan hasil wawancara dengan 3
orang lansia 2 orang mengatakan cemas dengan penyakit yang dideritanya saat ini.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan
penyuluhan tentang penanganan kecemasan dengan teknik relaksasi otot progressif di
Puskesmas Lapai.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini peserta mampu memahami cara penanganan
anxietas pada pasien hipertensi
Tujuan Khusus
Menyebutkan pengertian hipertensi
Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
Menyebutkan faktor yang menyebabkan hipertensi
Menyebutkan pengertian kecemasan
Menyebutkan cara mengatasi kecemasan
Menyebutkan kembali cara teknik relaksasi otot progressif
Mendemontrasikan kembali cara teknik relaksasi otot progressif
C. Media
1. Power Point
2. Leaflet
3. Infokus
D. Metode
1. Ceramah
2. Peragaan/simulasi
3. Tanya jawab
E. Setting Tempat
P
M D
A F A F A
F A F A F
A A F A A
O
Keterangan :
P : Penyaji
A : Peserta
F
: Fasilitator
O
: Observer
D
: Demonstrator
M
: Moderator
F. Kegiatan Peyuluhan
No Waktu Kegiatan Kegiatan peserta
1 5 Pembukaan
menit
- mengucapkan salam - menjawab salam
- memperkenalkan anggota - mendengar dan
penyuluhan dan dosen memperhatikan
pembimbing
- menjelaskan kontrak
waktu dan bahasa yang
digunakan
- menjelaskan tujuan dan
aturan penyuluhan
3 15 Pelaksanaan
menit - menggali pengetahuan - mengemukakan pendapat
audien tentang pengertian
hipertensi
- memberikan reinfocement - mendengarkan
positif atas jawaban
peserta
- Menjelaskan pengertian - mendengarkan dan
hipertensi memperhatikan
- Menggali pengetahuan - mengemukakan pendapat
audien tentang tanda dan
gejala hipertensi
- Memberikan
reinfocement positif atas - mendengarkan
jawaban peserta
- Menjelaskan tentang
tanda dan gejala - mendengarkan dan
hipertensi. memperhatikan
- Menggali pengetahuan
audien tentang faktor - mengemukakan pendapat
yang mempengaruhi
hipertensi
- memberikan reinfocement
positif atas jawaban - mendengarkan
peserta
- Menjelaskan faktor yang
mempengaruhi hipertensi - mendengarkan dan
- menggali pengetahuan memperhatikan
audien tentang pengertian - mengemukakan pendapat
kecemasan
- memberikan reinfocement
positif atas jawaban - mendengarkan
peserta
- Menjelaskan pengertian
kecemasan - mendengarkan dan
- menggali pengetahuan memperhatikan
audien tentang cara - mengemukakan pendapat
mengatasi kecemasan
- memberikan reinfocement
positif atas jawaban - mendengarkan
peserta
- Menjelaskan cara
mengatasi kecemasan - mendengarkan dan
- Menggali pengetahuan memperhatikan
audien tentang teknik - mengemukakan pendapat
relaksasi otot progressif
- Memberikan
reinfocement positif atas - mendengarkan
jawaban peserta
- Menjelaskan teknik - mendengar dan
relaksasi otot progressif memperhatikan
- Mendemontrasikan teknik - melihat dan
relaksasi otot progressif memperhatikan
- Meminta peserta - mendemostrasikan
mendemonstrasikan kembali teknik relaksasi
kembali relaksasi otot otot progressif
progressif
3 10 Penutup
menit - Melakukan evaluasi
- Meminta pertanyaan - Berpartisipasi
peserta untuk penjelasan
yang kurang dipahami
- Menjawab pertanyaan - Menjawab pertanyaan
peserta
- Menyimpulkan materi - memperhatikan
yang telah disampaikan
- Mengucapkan salam - menjawab salam
G. Pengorganisasian
1. Penyaji : Asneli S.Kep
2. Moderator : Anita Destri Suryani, S.Kep
3. Observer : Mimit Sasmita, S.Kep
4. Demonstrator :Devizar Putri, S.Kep
5. Fasilitator :Yesi Wulandari, S.Kep
Sri idawaty, S.Kep
Andri Jaya, S.Kep
Rachmi An-nisa, S.Kep
Vanessia Uryani, S.Kep
Yuheldi Cendra, S.Kep
Ratna Wilis, S.Kep
H. Uraian Tugas
a. Moderator
- Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
- Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
- Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan audien
- Menyampaikan kontrak waktu
- Merangkum semua audien sesuai kontrak
- Mengarahkan diskusi padahal yang terkait pada tujuan diskusi
- Menganalisis penyajian
b. Penyaji
- Bertangung jawab memberikan penyuluhan
- Memahami topik penyuluhan
- Mengkaji tingkat pengetahuan audiens
- Menjelaskan materi
- Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audiens
c. Fasilitator
- Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal acara.
- Memperhatikan presentasi dari penyaji dan member kode pada moderator jika ada
ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
- Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam mengajukan
pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
- Membagikan leaflet di akhir acara.
6. Observer
- Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
- Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
- Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP
7. Demonstrator
- Mendemonstrasikan materi
I. Evaluasi
1. Evalusi Struktural
- Mahasiswa dan audiens sudah berada pada posisi yang direncanakan
- Tempat dan alat sesuai dengan perencanaan
- Preplanning telah disetujui
2. Evalusi Proses
- 70% audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
- 70% audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
- Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
3. Evalusi Hasil
- Peserta dapat menyebutkan pengertian hipertensi
- Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
- Peserta dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan hipertensi
- Peserta dapat menyebutkan pengertian kecemasan
- Peserta dapat menyebutkan cara mengatasi kecemasan
- Peserta dapat menyebutkan kembali cara teknik relaksasi otot progressif
- Peserta dapat mendemontrasikan kembali cara teknik relaksasi otot progressif.
MATERI PENYULUHAN
Penanganan kecemasan pada penderita hipertensi Dengan
teknik relaksasi otot progressif Di puskesmas lapai
1. Definisi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah peningkatan
abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik.
Dalam keadaan normal, tekanan darah sistolik (saat jantung memompakan darah) kurang
dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik (saat jantung istirahat) kurang dari 80
mmHg (Smeltzer, 2008).
2. Gejala Klinis
Menurut Corwin (2001), sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan
manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang dan pusing.
3. Faktor yang menyebabkan hipertensi
Stress
Kegemukan
Usia
Pola hidup : Merokok
Pola makan
Aktivitas fisik
Keturunan/genetik
4. Pengertian kecemasan
Herdman (2012, dalam NANDA 2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan
tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat
akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam itu
dapat terjadi (Videbeck, 2008).
5. Cara mengurangi kecemasan
Nafas dalam
Teknik distraksi 5 jari
Relaksasi Otot Progresif
Kelola pikiran
6. Pengertian Teknik Relaksasi Otot Progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah jenis manajemen relaksasi dengan cara
menegangkan dan mengendurkan otot-otot pada bagian tubuh dalam suatu waktu yang
bertujuan untuk mendapatkan kondisi rileks secara fisik (Synder & Lindquist, 2002).
7. Tujuan Teknik Relaksasi Otot Progresif
1. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan
terhadap stres;
2. Mengurangi masalah-masalah akibat stres seperti hipertensi, sakit kepala, dan
insomnia;
3. Mengurangi tingkat kecemasan;
4. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan keterampilan fisik;
5. Mengatasi kelelahan;
6. Meningkatkan konsep diri, tingkat harga diri dan keyakinan diri;
7. Meningkatkan hubungan interpersonal.
8. Pelaksanaan
1. Persiapan
1. Kondisi ruangan yang tenang
2. Dilakukan di tempat tidur atau kursi yang ada sandarannya
3. Menggunakan pakaian longgar
4. Kacamata, jam tangan, gelang, sepatu dan ikat pinggang dilepas