Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar
500.000 penderita baru diseluruh dunia dan umumnya terjadi dinegara berkembang.

Penyakit ini berawak dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan
terapi utama penyakit ini dimasa datang.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. Sementara itu di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia produktif. Hampir 80% kasus berada di
negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker serviks merupakan penyebab utama
kematian wanita dan kasusnya turun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknik
skrining papsmear oleh Papanikolau. Namun sayang hingga saat ini program skrining belum
lagi memasyarakat dinegara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker
serviks masih tetap tingg i (Aziz,F,2007).

Dalam hal ini tenaga kesehatan dituntut untuk mampu memberikan asuhan kepada pasien
dengan kanker serviks, serta bagaimana cara pencegahannya sehingga diharapkan angka
kejadian kanker serviks dapat dikurangi. Perawat sebagai salah satu bagian dari tenaga
kesehatan mempunyai peranan penting dalam memberikan perawatan pada pasien dengan
kanker serviks, oleh karena itu perawat harus mengetahui tentang penyakit kanker serviks ini
yaitu landasan teori dan asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan kanker
serviks.

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit kanker serviks untuk memudahkan kita sebagai perawat dalam merawat
pasien dengan penyakit kanker serviks .
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita?


2. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks ?
3. Bagaimana etiologi terjadi kanker serviks ?
4. Apa manifestasi / tanda dan gejala dari kanker serviks ?
5. Apa klasifikasi atau stadium dari kanker serviks?
6. Bagaimana patofisiologi kanker serviks ( WOC ) ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan diagnostik pada kanker serviks ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan kanker serviks ?
9. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan kanker serviks ?
10. Apa diagnosa keperawatan (NANDA) yang akan muncul pada pasien kanker
serviks ?
11. Bagaimana NOC dan NIC penyakit kanker serviks?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini di buat bertujuan untuk :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.
b. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan kanker serviks .
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Landasan Teori pada penderiat kanker serviks
b. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien kanker
serviks
c. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
kanker serviks
d. Mampu menentukan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada klien kanker serviks.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


a. Genitalia eksternal
 Mons pubis : suatu bantalan lemak bundar dan jaringan ikat di atas simfisis
pubis.
 Labia mayora : memanjang dari mons pubis ke perineum.
 Labia minora : terletak didalam dan disepanjang labia mayora.
- Bagian atas dibagi menjadi lamela atas dan bawah
- Dua lamela atas bergabung untuk membentuk prepusium (satu
selubung berbentuk mirip kerudung di atas klitoris).
- Dua lamela bawah membentuk frenulum (bagian posterior dari
klitoris)
- Labia minora mengandung kelenjar sebasea, yang mensekresikan
pelumas yang juga berperan sebagai bakterisida.
 Klitoris : mengandung jaringan erektil, rongga kavernosa, dan korpuskula
sensorik khusus.
 Kelenjar skene : menghasilkan mukus;terletak di kedua sisi lubang uretra.
 Kelenjar bartholini : terletak di kedua sisi lubang vagina dalam.
 Meatrus uretra : lubang tempat urine keluar dari tubuh
 Lubang vagina : terletak di bagian tengah vestibulum.
 Perineum : suatu stryktur kompleks yang tersusun atas otot, pembuluh
darah, fasua, saraf, dan limfe yang terletak diantara vagina bawah dan
lubang anus.
Gambar 1 : Genitalia Eksterna wanita

b. Genitalia internal
- Vagina
Suatu lubang otot yang sangat elastis. Terdiri dari tiga lapisan jaringan
pada dinding vagina : jaringan epitel, jaringan ikat longgar, dan jaringan
otot. Tersambug ke uterus oleh serviks uteri. Mempunyai empat fornises
(relungan dalam dinding vagina) yang mengelilingi serviks. Vagina
mempunyai tiga fungsi utama :
 Mengakomodasi penis selama koitus
 Menyalurkan pengeluaran darah selama menstruasi
 Berperan sebagai jalan lahir selama proses melahirkan
- Serviks
 Menonjol ke dalam bagian atas vagina
 Lubang serviks bawah merupakan os eksterna, lubang atas
merupakan os interna.
- Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara
kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin
dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian
bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus
sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu : peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1. Peritoneum
a. Meliputi dinding rahim bagian luar
b. Menutupi bagian luar uterus
c. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d. pembuluh darah limfe dan urat saraf
e. Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2. Lapisan otot
a. Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
b. Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c. Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri
dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat
terhenti.
3. Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah.
Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang
merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
4. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a. Ligamentum latum
 Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding
panggul
 Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
 Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
 Ligamentum rotundum (teres uteri)
 Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai
labia mayus
 Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
 Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi

b. Ligamentum infundibulo pelvikum


 Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
 Menggantung uterus ke dinding panggul
 Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
c. Ligamentum kardinale machenrod
 Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
 Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
 Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d. Ligamentum sacro uterinum Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e. Ligamentum vesika uterinum
 Dari uterus menuju ke kandung kemih
 Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5. Pembuluh darah uterus
a. Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan
memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk
arteri spinalis uteri
b. Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan
ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6. Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.
- Tuba fallopii

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga
suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di
tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada
dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1. Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
2. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian
yang paling sempit.
3. Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4. Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4. Tempat terjadinya konsepsi.
5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap mengadakan implantasi.
- Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan
melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1. Korteks ovarii
- Mengandung folikel primordial
- Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
- Terdapat corpus luteum dan albikantes
2. Medula ovarii
- Terdapat pembuluh darah dan limfe
- Terdapat serat saraf

Gambar 2 : Genitalia Interna Wanita


B. Definisi

Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses
perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30-50 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini, yaitu 18 tahun (Mitayani, 2011)

C. Etiologi

Penyebab pasti pada kanker ini belum diketahui, timbulnya kanker serviks berkaitan
erat dengan hal berikut :

a. Kegiatan seksual (persetubuhan) pada umur muda


b. Persetubuhan yang sering dengan pasangan multiple
c. Infeksi serviks yang disebabkan oleh virus terutama human papilomavirus (HPV)
yang diperoleh melalui kontak seksual.

Faktor resiko kanker serviks :

a. Status sosial ekonomi yang rendah


b. Koitus pada umur muda
c. Kehamilan pertama pada usia muda
d. Pasangan seksual multiple
e. Imunosupresi seperti HIV dan HPV
f. Multiparitas
g. Prostitusi

Faktor resiko potensial kanker serviks

a. Pemakaian talek yang berlebihan


b. Perokok
c. Pemakai kontrasepsi oral
d. Kurangnya vitamin A dan C
e. Terganggunya metabolisme asam folat
f. Diabetes

D. Tanda dan Gejala


1. Kanker preinvasif tidak memilki gejala atau perubahan klinis lain
2. Kanker invasif dini
 Perdarahan vagina seperti sekret vagina terus menerus yang berwarna
kekuningan, disertai darah dan bau tidak sedap, nyeri setelah koitus dan
perdarahan.
 Perdarahan diantara periode menstruasi
 Menstruasi sangat banyak tidak seperti biasanya.
3. Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti :
 Nyeri pada pinggul dan kaki
 Nyeri saat berkemih
 Hematuria
 Perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan BAB
 Penyebaran ke kelnjar getah bening dapt menimbulkan oedema tungkai
bawah
 uremia
E. Klasifikasi / Stadium Kanker Serviks
Stadium kanker menurut FIGO 2000
Stadium 0
Karsinoma in situ, karsinoma intra epitel
Stadium I
Kanker terbatas hanya pada serviks (perluasan ke korpus harus disingkirkan)
Stadium IA
Lesi ganas pre klinik pada serviks terdiagnosis hanya dengan pemeriksaan
mikroskopis
Stadium IA1
Adanya invasi ke stroma secara minimal yang ditemukan pada pemeriksaan
mikroskopis dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan lebar kurang dari 7
mm.
Stadium IA2
Lesi terdeteksi secara mikroskopis, berukuran 3-5 mm dari dasra lapisan
epitel, dapat berasal dari permukaan atau kelenjar, lebar lesi tidak melebihi 7
mm
Stadium IB
Lesi berukuran kedalaman > 5 mm dan lebar > 7 mm, tampak secara klinik
maupun tidak (keterlibatan bagian lain yang cendrung terbentuk tidak
mengubah stadium, namun harus dicatat untuk menentukan keputusan
penatalaksanaan mendatang).
Stadium IB1
Lesi tampak berukuran <4 cm
Stadium IB2
Lesi tampak berukuran > 4 cm
Stadium II
Perluasan lesi diluar serviks, namun tidak sampai ke dinding pelvis.
Stadium IIA
Kanker melibatkan vagina, namun belum menyebar sampai ke sepertiga
bagian bawah vagina.
Stadium IIB
Keterlibatan parametrium yangjelas
Stadium III
Kanker meluas sampai ke dinding pelvis;pada pemeriksaan colok dubur,
tidak ada ruang bebas kanker diantara tumor dan dinding pelvis; melibatkan
sepertiga bagian bawah vagina;dapat menyebabkan obstruksi ureter.
Stadium IIIA
Tidak terdeteksi perluasan ke dinding pelvis.
Stadium IIIB
Perluasan ke dinding pelvis dan obstruksi ureter.
Stadium IV
Perluasan diluar pelvis atau keterlibatan kandung kemih atau mukosa rektum.
Stadium IVA
Kanker telah menyebar ke organ sekitar
Stadium IVB
Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh.
F. Patofisiologi

Sekitar 95% dari kanker serviks adalah sel skuamosa yang berasal dari lapisan
epidermal serviks. Displasia sel (perkembangan sel yang tidak normal) menunjukkan adanya
lesi lama yang disebut neoplasia serviks intra-epitel (cervical intra-epithelial neoplasia, CIN)
yang dibagi atas tiga tahap:

a. CIN I displasia ringan sampai sedang


b. CIN II displasia sedang sampai berat
c. CIN III displasia berat sampai karsinoma insitu

Kanker serviks bisa menyebar melalui peredaran darah, ekstensi langsung, dan
kelenjar limfa bisa membesar yang kemudian menghambat sirkulasi darah vena dan
menimbulkan edema pada ekstremitas bawah. Pembesaran kelenjar limfa bisa juga
menyebabkan obstruksi ureter dan atau hidronefrosis. Kanker bisa menyebar ke paru-paru,
mediastinum, hepar, dan tulang.

Kanker serviks sifatnya asimtomatis pada tahap awal. Sering perkembangannya, ada
sedikit sekresi berupa cairan dari vagina, dan sewaktu-waktu ada bloody spotting
(pendarahan sangat sedikit yang hanya menodai celana dalam) setelah persetubuhan. Kanker
yang sudah berkembang akan menimbulkan sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau
karena kerusakan jaringan epitel. Rasa nyeri adalah tanda akhir yang dirasakan pasien pada
bagian pelvis, lumbar, dan abdomen. Tumor yang membesar bisa menekan vesika urinaria
dan rektum. Pendarahan bisa timbul apabila kanker sudah mengadakan infiltrasi.

WOC Terlampir
G. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa cara memeriksakan kanker serviks, diantaranya: 

 Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear

Pemeriksaan Pap Smear adalah satu cara pemeriksaan sel serviks yang dapat
mengetahui perubahan perkembangan sel rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel
kanker tubuh lagi pada bagian atas vagina setelah dilakukan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi
aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami
aktivitas seksualnya memeriksakan diri.

 Biopsi

Bila pemeriksaan kolposkopi terlihat ada kelainan epitel atau kelainan pembuluh
darah maka harus dibuktikan dengan pemeriksaan patologi yaitu dengan melakuakan biopsi
(dengan biops target atau dengan loop electrical excision of the transformation zone (LETZ)
mengambil sedikit sayatan jaringan menggunakan alat loop tenaga listrik.

 Konisasi

Bila pemeriksaan kolposkopi tidak akurat tetapi pada pemeriksaan pap smear
terdapat lesi prekanker maka diagnosis sebaiknya ditetapkan dengan pemeriksaan konisasi.
Konisasi adalah mengambil jaringan servikal dengan pembedahan kecil, serviks diambil
dengan bentuk irisan seperti kerucut.Irisan dapat dilakukan dengan pisau, kawat
listrik/kauter, atau dengan laser.Kadang memerlukan anestesi lokal.

 IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin dengan
menggunakan asam asetat 3-5%. Alat ini begitu sederhana sebab saat memeriksakannya tidak
perlu ke laboratorium dan dapat dilakukan oleh bidan. 
 Mendiagnosis serviks dengan kolposkop

Koloskopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat permukaan


serviks.Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar
permukaan serviks.Perbesarannya dari 10-40 kali dari ukuran normal.Ini dapat membantu
mengidentifikasi area permukaan serviks yang menunjukkan ketidaknormalan.

 Vagina inflammation self test card

Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang dapat menjadi
“warning sign”. Yang ditest dengan alat ini adalah tingkat keasaman (pH), test ini cukup
akurat, sebab pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan
kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu maka melalui tets ini paling tidak wanita
dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara kasar.

 Schillentest

       Cara kerja pemeriksaan ini adalah:

1. Serviks diolesi dengan larutan yodium


2. Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat.

       Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.Jika terkena
karsinoma tidak berwarna

 Kolpomikroskopi 

Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan pap smear.


Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali.

 Gineskopi

Gineskopi adalah teropong monocular, ringan, pembesaran 2.5x(lebihsederhana dari


kolposkopi)
H. Penatalaksanaan

Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal
Ib, Iia Histeroktomi radikal dengan dengan limfadenoktomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfa para aorta (bila terdapat metastatis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan)

IIb, III, dan IV Histeroktomi transvaginal


Iva dan Ivb Radioterapi, Radiasi paliatif, kemoterapi
I. Tabel 1 : penatalaksanaan pengobatan kanker tiap stadium

Kanker serviks yang telah mengalami metastasis ditangani dengan pemberian agen
chemoteraphic seperti cisplatin, tapi ini rata – rata berefek rendah dan jangka pendek. Klien
yang ditangani dengan radioterapi dan kemoterapi adalah yang telah mengalami kerusakan
pelvic partial atau keseluruhan yang diikuti dengan uterostomi dan kolonostomi (Reeder,
1995).

Selain penanganan secara medis, kanker serviks juga melibatkan intervensi dari
keperawatan. Peran perawat disini dapat berupa memberikan pendidikan dan informasi untuk
mengatasi kurang pengetahuan, ketakutan dan kecamasan klien. Perawat memberikan
dorongan kepada pasien untuk mampu merawat diri sendiri untuk menjaga kesehatan dan
mencegah komplikasi. Perawat perlu untuk mengidentifikasi bagaimana klien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksinya. Pada beberapa wanita masalah harga
diri dan body image bisa terjadi. Intervensi difokuskan untuk membantu klien dan
pasangannya untuk menerima perubahan fisik dan psikososia terkait dengan perubahan dan
ketidakmampuan (Reeder, 1995).

Pengetahuan mengenai faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian kanker perlu
diinformasikan pada wanita muda, diantaranya tentang hubungan seksual dini dan memiliki
banyak pasangan seksual dapat meningkatkan terjadinya kanker dan juga betapa pentingnya
dilakukannya Pap Smear.
Adanya jenis diet yang mempengaruhi kejadian kanker perlu juga untuk diinfokan.
Konsumdi rendah vitamin A, beta karoten, vitamin C atau asam folat dapat dihubungkan
dengan peningkatan prevalensi kanker serviks. Vitamin A dan prekursornya dapat
menghambat tahapan dari rangkaian karsinogenesis, mengontrol perubahan sel atau
menghambat perubahan efek faktor pertumbuhan. Vitamin C membantu untuk
mempertahankan epitel normal dan membantu untuk melawan efek dari karsinogen. Ia akakn
membantu mengubah struktur karsinogen dan mencegah kontak karsinogen dengan jaringan
target. Asam folat dapat menghambat atau merangsang enzim tertentu yang oenting untuk
perubahan sel.

I. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan keputihan, siklus menstruasi tidak teratur, tidak menstruasi sama
sekali, pengeluaran sekret vagina yang tidak normal, pendarahan setitik
setelah senggama, nyeri tajam pada paha dan sampai tungkai
- Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama pada saat sekarang ini
dengan dahulu. Riwayat kesehatan yang lalu tentang penyakit yang
berhubungan dengan kanker, terdapat riwayat infeksi HPV, infeksi virus
herpes tipe II, hygiene seksual yang jelek.
- Riwayat kesehatan keluarga
Apakah klien memiliki anggota keluarga yang juga pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien, dan riwayat pasangan yang menderita infeksi
reproduksi.
- Riwayat perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini (< 16 tahun), mempunyai pasangan
yang lebih dari satu, sering melahirkan dan jarak kehamilan yang dekat
- Riwayat keluarga berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Dilihat kesadaran pasien.apakah bisa cooperative atau tidak.
2. Tanda-tanda vital
3. TB/BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala : Inspeksi dan palpasi biasanya tidak ada kelainan.
b) Mata : Kesimetrisan kedua mata, conjunctiva anemis atau tidak, sklera
ikterik atau tidak.
c) Hidung : Periksa kepatenan jalan nafas, apakah ada penyumbatan atau
tidak, lihat kebersihan rongga hidung.
d) Wajah : Lihat kesimetrisan wajah, apakah ada edema atau tidak.
e) Telinga : Biasanya tidak ada kelainan.
f) Mulut : Dilihat kebersihan rongga mulut pasien, apakah ada caries atau
tidak, keadaan gusi apakah ada peradangan atau tidak.
g) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.
h) Dada/ Thorak
I :.
P:
P:
A:
i) Jantung
I:
P:
P:
A:
j) Abdomen : dilihat apakah ada pembesaran (acites)
k) Kulit : kebersihan kulit, ada atau tidaknya alergi.
l) Genitalia : kebersihan, ada atau tidak sekret/cairan yang keluar, lihat
warna dan banyaknya serta bagaimana baunya.
m) Ekstremitas : lihat pergerakan pasien dan kekuatan otot pada tangan dan
kaki.
5. Pengkajian 11 fungsional gordon
1. Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,
pengetahuan tentang praktek kesehatan.
Komponen:
 gambaran kesehatan secara umum dan saat ini
 alasan kunjungan
 gambaran terhadap sakit yang diderita dan penyebabnya dan penanganan yang
dilakukan,
 Penggunaan obat resep dan warung,
2. Nutrisi dan Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,mual / muntah,
kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, makanan kesukaan.
Komponen :
 Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
 Tipe dan intake cairan
 Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
3. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Komponen :
 Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
 Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
 Gambaran pola BAB, karakteritik 
 Penggunaan alat bantu
 Bau badan, Keringat berlebih,lesi & pruritus
4. Aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen :
 Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
 Aktivitas saat senggang/waktu luang
 Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada, palpitasi,
nyeri pada tungkai.
5. Istirahat dan Tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen :
 Berapa lama tidur dimalam hari
 Jam berapa tidur-bangun
 Apakah terasa efektif 
 Adakah kebiasaan sebelum tidur 
 Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6. Kognitif dan Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman, perseps
i nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.
Komponen :
 Kemampuan berbahasa
 Kemampuan belajar 
 Kesulitan dalam mendengar 
 Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
7. Persepsi Diri dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Komponen :
 Bagaimana menggambarkan diri sendiri
 Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
 Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana gambarannya
8. Peran dan Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.
Komponen :
 Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
 Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
 Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterikatan
 Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik 

9. Seksualitas dan Reproduksi


Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen :
 Apakah kehidupan seksual aktif 
 Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks.

10. Koping dan Toleransi Stress


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung.
Komponen :
 Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir 
 Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
 Apakah selalu santai/tegang setiap saat
11. Nilai dan Keyakinan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup.
Komponen :
 Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
 Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup?
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat muncul antara lain :

a. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi


b. Nyeri b.d agen cedera fisik dan biologi (kompresi/destruksi jaringan saraf,
kekurangan suplai vascular, inflamasi, obstruksi jaras saraf, efek samping
berbagai agen terapi).
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
memasukkan dan mencerna makanan karena faktor biologi dan psikologi (status
metabolik berkenaan dengan kanker, konsentrasi kemoterapi dan radsiasi, distress
emosional)
d. Ansietas b.d krisis situasional (kanker, ancaman atau perubahan kesehatan,
ancaman kematian, perpisahan dengan keluarga).
e. Gangguan harga diri rendah b.d efek samping kemoterapi atau radioterapi.
f. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
(muntah dan perdarahan).
g. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan prosedur
invasive.
h. Resiko cedera b.d abnormalitas sel darah
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


No Aktivitas
Keperawatan (NOC) (NIC)

1 Nyeri b.d agen cedera Level Kenyamanan 1.Manajemen Nyeri · Lakukan penilaian nyeri secara
fisik dan biologi komprehensif dimulai dari lokasi,
 Mengekspres
(kompresi/destruksi karakteristik, durasi, frekuensi,
ikan kepuasan dengan
jaringan saraf, kualitas, intensitas dan penyebab.
kontrol nyeri
kekurangan suplai · Kaji ketidaknyamanan secara
 Melaporkan
vascular, inflamasi, nonverbal, terutama untuk pasien
kenyamanan fisik dan
obstruksi jaras saraf, yang tidak bisa
psikologis
efek samping berbagai mengkomunikasikannya secara
agen terapi). efektif
Kontrol Nyeri · Gunakan komunikasi yang
terapeutik agar pasien dapat
 Melaporkan
menyatakan pengalamannya
nyeri berkurang
terhadap nyeri serta dukungan dalam
 Menggunaka
merespon nyeri
n metode non-analgesik
· Pertimbangkan pengaruh budaya
dan analgetik
terhadap respon nyeri
· Tentukan dampak nyeri terhadap
kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
makan, aktivitas, kesadaran, mood,
hubungan sosial, performance kerja
dan melakukan tanggung jawab
sehari-hari)
· Evaluasi pengalaman pasien atau
keluarga terhadap nyeri kronik atau
yang mengakibatkan cacat
· Evaluasi bersama pasien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam menilai
efektifitas pengontrolan nyeri yang
pernah dilakukan
· Bantu pasien dan keluarga mencari
dan menyediakan dukungan.
· Menyediakan informasi tentang
nyeri, contohnya penyebab nyeri,
bagaimana kejadiannya,
mengantisipasi ketidaknyamanan
terhadap prosedur
· Kontrol faktor lingkungan yang
dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien (suhu
ruangan, pencahayaan, keributan)
· Ajari untuk menggunakan tehnik
non-farmakologi (spt: biofeddback,
TENS, hypnosis, relaksasi, terapi
musik, distraksi, terapi bermain,
acupressure, apikasi hangat/dingin,
dan pijatan ) sebelum, sesudah dan
jika memungkinkan, selama puncak
nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan sepanjang nyeri itu
masih terukur.
· Evaluasi efektifitas metoda yang
digunakan dalam mengontrol nyeri
secara berkelanjutan

· Menentukan lokasi, karakteristik,


mutu, dan intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
· Periksa order/pesanan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi yang
ditentukan analgesic
· Cek riwayat alergi obat
· Mengevaluasi kemampuan pasien
dalam pemilihan obat penghilang
sakit, rute, dan dosis, serta

2. Pemberian Analgesik melibatkan pasien dalam pemilihan


tersebut
· Tentukan jenis analgesic yang
digunakan (narkotik, non narkotik
atau NSAID) berdasarkan tipe dan
tingkat nyeri.
2 Gangguan nutrisi: Status nutrisi 1. Manajemen Nutrisi  Kaji
kurang dari kebutuhan apakah klien punya alergi makanan
 Intake nutrisi
tubuh b.d  Kolaborasi
adekuat
ketidakmampuan dengan ahli gizi jumlah kalori dan
 Energi
memasukkan dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
meningkat
mencerna makanan  Anjurkan
 Berat badan
karena faktor biologi klien untuk meningkatkan intake Fe
normal
dan psikologi (status
 Hb dan Ht
metabolik berkenaan  Anjurkan
dengan kanker, normal klien untuk meningkatkan intake
konsentrasi kemoterapi protein dan vit. C
dan radsiasi, distress  Tawarkan
Status nutrisi: Intake nutrisi
emosional) klien untuk mengkonsumsi snack,
 Intake kalori, seperti : buah segar, jus buah
protein, lemak,  Berikan
karbohidrat, vitamin, makanan yang lunak dan lembut
mineral, dan kalsium  Monitor
dalam batas normal intake nutrisi dan kalori
 Timbang
BB jika diperlukan
 Berikan
klien menu tinggi protein, tinggi
kalori, makanan dan minuman
bernutrisi yang siap konsumsi

 Timbang
BB tiap hari
 Hitung
haluaran
 Pertahanka
2. Manajemen Cairan n intake yang akurat
 Pasang
kateter urin
 Monitor
status hidrasi (seperti :kelebapan
mukosa membrane, nadi)
 Monitor
status hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
 Monitor
hasil lab. terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
 Monitor
TTV
 Kaji
ketersediaan produk darah untuk
trsanfusi
 Berikan
terapi IV
 Berikan
cairan
3 Resiko kekurangan Keseimbangan cairan dan 1. Manajemen Cairan dan Elektrolit  Monitor keabnormalan level
volume cairan b.d elektrolit untuk serum
kehilangan volume  Dapatkan specimen lab untuk
 TTV dalam
cairan aktif (muntah memonitor level cairan/ elektrolit
batas normal
dan perdarahan) (seperti Ht, BUN,sodium, protein,
 Hidrasi kulit
potassium )
normal
 Timbang berat badan tiap hari
 Membran
 Beri cairan
mukosa lembab
 Promosikan intake oral
 Hb dan Ht
 Pasang infuse IV
dalam batas normal
 Monitoring status hemodinamik,
 Kadar
termasuk MAP, PAP,PCWP
elektrolit darah normal
 Pertahankan keakuratan catatan
 Intake dan
intake dan output
output cairan normal
 Pertahankan cairan IV yang
 Tidak
mengandung elektrolit pada
muncul rasa haus yang
frekuensi tetes yang konstan
abnormal
 Kaji sclera,kulit untuk mencari
indikasi kekurangan keseimbangan
cairan dan elektrolit
 Monitor kehilangan cairan
( seperti; pendarahan, muntah,
takipneu )

 Monitor tekanan darah, nadi,


suhu, dan pernafasan, jika
diindikasikan.
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah.
 Monitor kualitas nadi.
 Monitor kuat/lemahnya tekanan
nadi.
 Monitor irama dan frekuensi
jantung.
2. Pemantauan TTV  Monitor bunyi jantung.
 Monitor frekuensi dan irama
nafas.
 Monitor suara paru.
 Monitor adanya abnormalitas
pola nafas.
 Monitor warna, suhu, dan
kelembaban kulit.
 Identifikasi faktor penyebab
perubahan tanda-tanda vital.
BAB III

ANALISIS JURNAL

Judul : Cervical Cancer Screening Among Ethnically Diverse Black Women :


Knowledge, Attitudes, Beliefs, and Practice.

Penulis : Diane R. Brawn,PhD; Rula M. Wilson, DNSc, RN; Makini A.S.


Boothe,BA; Caroline E.S Harris,BA

Tahun : 2011

Desain Penelitian : Penelitian Qualitatif, yaitu studi deskriftif tentang pengetahuan, sikap,
keyakinan dan tindakan tentang Ca Cervix pada wanita etnis kulit hitam.

Latar Belakang dari penelitian ini yaitu dari data epidemiologi menunjukkan bahwa
nagka kejadian kanker serviks tinggi pada wanita berkulit hitam yaitu 4,3 per 100.000 jiwa,
sedangkan pada ras lain hanya 3,0 per 100.000 jiwa untuk wanita ras hispanik dan 2,2 untuk
wanita kulit putih. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada wanita ras kulit
hitam. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya ngka kematian ini diantaranya :
pengetahuan, sikap, tindakan, keadaan sosial ekonomi, pendidikan, akses ke pelayanan
kesehatan serta pemanfatan fasilitas kesehatan.

Sampel dalam penelitian dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5-10 peserta dan
totalnya 44 orang. Pembagian kelompok yaitu kelompok satu wanita kulit hitam keturunan
Haiti (n=8); kelompok 2 wanita keturunan perempuan imigran Afrika (n=5); 2 kelompok
fokus pada wanita kulit hitam dari karibia (n=12); dan 2 kelompok lagi wanita Afrika
Amerika (n=19).Kriteria inklusi yaitu usia 15-50 tahun dan tidak pernah menderita Ca
Cervix. Setiap sesi dilakukan wawancara selama 1-2 jam dan direkam dengan menggunakan
tape rocorder. Sebelum itu peserta diminta untuk mengisi kuesioner untuk mengisi data
demografis.
Hasil penelitian pada variabel pengetahuan dan tindakan diperoleh bahwa sebagian
besar responden tidak tahu apa itu kanker serviks, ini dilihat dari jawaban responden yang
masih bingung dalam menjawab pertanyaan. 56,1 % responden menyatakan bahwa mereka
tidak tahu apa itu HPV. Kemudian pada pertanyaan tentag pernah tidaknya melakukan Pap
Smear sebanyak 57, 5% responden melakukan pap smear dalam 1 tahun terakhir; 25 % pada
3 tahun yang lalu; dan 17,5 % tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Sedangkan
pada Fasilitator skrining Kanker serviks, responden menjawab mereka melakukan skrining
atas anjuran dari dokter, bukan karena dari kesadaran responden tersebut.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan wanita
yang ras hitam afrika lebih rendah dibandigkan dengan wanita ras hitam yang tinggal di
Amerika. Untuk mengurangi angka kejadian Ca serviks pada wanita ras kulit hitam dapat
dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan dan informasi tentang kanker. Serviks
dengan memperhatikan keyakinan budaya; menganjurkan untuk melakukan skrining/ test
papsmear sehingga dapat mengurangi angka kejadian Ca servix.

Salah satu penyebab responden tidak pernah melakukan skrining karena alasan
ekonomi lemah sementara biaya yang diperlukan lumayan banyak , oleh sebab itu diharapkan
pemerintah setempat dapat memberikan asuransi kesehatan kepada mereka yang ekonominya
menengah ke bawah.

Hambatan dalam memberikan pendidikan tentang kanker serviks yaitu masalah


budaya seperti masih adanya masyarakat yang mempunyai terlalu banyak anak. Untuk
mengatasi hal ini pelatihan kompetensi bagi penyedia pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat adat, dengan menggunakan strategi penggunaan jarigan sosial yang ada,
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses
perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30-50 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini, yaitu 18 tahun (Mitayani, 2011)

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan Ca cerviks yaitu : Pola nafas
tidak efektif b.d hiperventilasi; Nyeri b.d agen cedera fisik dan biologi (kompresi/destruksi
jaringan saraf, kekurangan suplai vascular, inflamasi, obstruksi jaras saraf, efek samping
berbagai agen terapi); Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
memasukkan dan mencerna makanan karena faktor biologi dan psikologi (status metabolik
berkenaan dengan kanker, konsentrasi kemoterapi dan radsiasi, distress emosional); Ansietas
b.d krisis situasional (kanker, ancaman atau perubahan kesehatan, ancaman kematian,
perpisahan dengan keluarga); Gangguan harga diri rendah b.d efek samping kemoterapi atau
radioterapi; Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif (muntah
dan perdarahan); Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan prosedur
invasive dan Resiko cedera b.d abnormalitas sel darah.

B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan hendaknya perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan Ca cervix, dan dengan memberikan pendidikan kesehatan
pada wanita dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai