PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat bila program skrining
sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar
500.000 penderita baru diseluruh dunia dan umumnya terjadi dinegara berkembang.
Penyakit ini berawak dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan
terapi utama penyakit ini dimasa datang.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. Sementara itu di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia produktif. Hampir 80% kasus berada di
negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker serviks merupakan penyebab utama
kematian wanita dan kasusnya turun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknik
skrining papsmear oleh Papanikolau. Namun sayang hingga saat ini program skrining belum
lagi memasyarakat dinegara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker
serviks masih tetap tingg i (Aziz,F,2007).
Dalam hal ini tenaga kesehatan dituntut untuk mampu memberikan asuhan kepada pasien
dengan kanker serviks, serta bagaimana cara pencegahannya sehingga diharapkan angka
kejadian kanker serviks dapat dikurangi. Perawat sebagai salah satu bagian dari tenaga
kesehatan mempunyai peranan penting dalam memberikan perawatan pada pasien dengan
kanker serviks, oleh karena itu perawat harus mengetahui tentang penyakit kanker serviks ini
yaitu landasan teori dan asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan kanker
serviks.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit kanker serviks untuk memudahkan kita sebagai perawat dalam merawat
pasien dengan penyakit kanker serviks .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini di buat bertujuan untuk :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.
b. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan kanker serviks .
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Landasan Teori pada penderiat kanker serviks
b. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien kanker
serviks
c. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
kanker serviks
d. Mampu menentukan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada klien kanker serviks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Genitalia internal
- Vagina
Suatu lubang otot yang sangat elastis. Terdiri dari tiga lapisan jaringan
pada dinding vagina : jaringan epitel, jaringan ikat longgar, dan jaringan
otot. Tersambug ke uterus oleh serviks uteri. Mempunyai empat fornises
(relungan dalam dinding vagina) yang mengelilingi serviks. Vagina
mempunyai tiga fungsi utama :
Mengakomodasi penis selama koitus
Menyalurkan pengeluaran darah selama menstruasi
Berperan sebagai jalan lahir selama proses melahirkan
- Serviks
Menonjol ke dalam bagian atas vagina
Lubang serviks bawah merupakan os eksterna, lubang atas
merupakan os interna.
- Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara
kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin
dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian
bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus
sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu : peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1. Peritoneum
a. Meliputi dinding rahim bagian luar
b. Menutupi bagian luar uterus
c. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d. pembuluh darah limfe dan urat saraf
e. Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2. Lapisan otot
a. Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
b. Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c. Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri
dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat
terhenti.
3. Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah.
Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang
merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.
4. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a. Ligamentum latum
Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding
panggul
Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
Ligamentum rotundum (teres uteri)
Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai
labia mayus
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga
suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di
tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada
dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1. Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
2. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian
yang paling sempit.
3. Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4. Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4. Tempat terjadinya konsepsi.
5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap mengadakan implantasi.
- Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan
melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1. Korteks ovarii
- Mengandung folikel primordial
- Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
- Terdapat corpus luteum dan albikantes
2. Medula ovarii
- Terdapat pembuluh darah dan limfe
- Terdapat serat saraf
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses
perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30-50 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini, yaitu 18 tahun (Mitayani, 2011)
C. Etiologi
Penyebab pasti pada kanker ini belum diketahui, timbulnya kanker serviks berkaitan
erat dengan hal berikut :
Sekitar 95% dari kanker serviks adalah sel skuamosa yang berasal dari lapisan
epidermal serviks. Displasia sel (perkembangan sel yang tidak normal) menunjukkan adanya
lesi lama yang disebut neoplasia serviks intra-epitel (cervical intra-epithelial neoplasia, CIN)
yang dibagi atas tiga tahap:
Kanker serviks bisa menyebar melalui peredaran darah, ekstensi langsung, dan
kelenjar limfa bisa membesar yang kemudian menghambat sirkulasi darah vena dan
menimbulkan edema pada ekstremitas bawah. Pembesaran kelenjar limfa bisa juga
menyebabkan obstruksi ureter dan atau hidronefrosis. Kanker bisa menyebar ke paru-paru,
mediastinum, hepar, dan tulang.
Kanker serviks sifatnya asimtomatis pada tahap awal. Sering perkembangannya, ada
sedikit sekresi berupa cairan dari vagina, dan sewaktu-waktu ada bloody spotting
(pendarahan sangat sedikit yang hanya menodai celana dalam) setelah persetubuhan. Kanker
yang sudah berkembang akan menimbulkan sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau
karena kerusakan jaringan epitel. Rasa nyeri adalah tanda akhir yang dirasakan pasien pada
bagian pelvis, lumbar, dan abdomen. Tumor yang membesar bisa menekan vesika urinaria
dan rektum. Pendarahan bisa timbul apabila kanker sudah mengadakan infiltrasi.
WOC Terlampir
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Pap Smear adalah satu cara pemeriksaan sel serviks yang dapat
mengetahui perubahan perkembangan sel rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel
kanker tubuh lagi pada bagian atas vagina setelah dilakukan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang tinggi
aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami
aktivitas seksualnya memeriksakan diri.
Biopsi
Bila pemeriksaan kolposkopi terlihat ada kelainan epitel atau kelainan pembuluh
darah maka harus dibuktikan dengan pemeriksaan patologi yaitu dengan melakuakan biopsi
(dengan biops target atau dengan loop electrical excision of the transformation zone (LETZ)
mengambil sedikit sayatan jaringan menggunakan alat loop tenaga listrik.
Konisasi
Bila pemeriksaan kolposkopi tidak akurat tetapi pada pemeriksaan pap smear
terdapat lesi prekanker maka diagnosis sebaiknya ditetapkan dengan pemeriksaan konisasi.
Konisasi adalah mengambil jaringan servikal dengan pembedahan kecil, serviks diambil
dengan bentuk irisan seperti kerucut.Irisan dapat dilakukan dengan pisau, kawat
listrik/kauter, atau dengan laser.Kadang memerlukan anestesi lokal.
Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin dengan
menggunakan asam asetat 3-5%. Alat ini begitu sederhana sebab saat memeriksakannya tidak
perlu ke laboratorium dan dapat dilakukan oleh bidan.
Mendiagnosis serviks dengan kolposkop
Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang dapat menjadi
“warning sign”. Yang ditest dengan alat ini adalah tingkat keasaman (pH), test ini cukup
akurat, sebab pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan
kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu maka melalui tets ini paling tidak wanita
dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara kasar.
Schillentest
Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.Jika terkena
karsinoma tidak berwarna
Kolpomikroskopi
Gineskopi
Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal
Ib, Iia Histeroktomi radikal dengan dengan limfadenoktomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfa para aorta (bila terdapat metastatis dilakukan
radioterapi pasca pembedahan)
Kanker serviks yang telah mengalami metastasis ditangani dengan pemberian agen
chemoteraphic seperti cisplatin, tapi ini rata – rata berefek rendah dan jangka pendek. Klien
yang ditangani dengan radioterapi dan kemoterapi adalah yang telah mengalami kerusakan
pelvic partial atau keseluruhan yang diikuti dengan uterostomi dan kolonostomi (Reeder,
1995).
Selain penanganan secara medis, kanker serviks juga melibatkan intervensi dari
keperawatan. Peran perawat disini dapat berupa memberikan pendidikan dan informasi untuk
mengatasi kurang pengetahuan, ketakutan dan kecamasan klien. Perawat memberikan
dorongan kepada pasien untuk mampu merawat diri sendiri untuk menjaga kesehatan dan
mencegah komplikasi. Perawat perlu untuk mengidentifikasi bagaimana klien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksinya. Pada beberapa wanita masalah harga
diri dan body image bisa terjadi. Intervensi difokuskan untuk membantu klien dan
pasangannya untuk menerima perubahan fisik dan psikososia terkait dengan perubahan dan
ketidakmampuan (Reeder, 1995).
Pengetahuan mengenai faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian kanker perlu
diinformasikan pada wanita muda, diantaranya tentang hubungan seksual dini dan memiliki
banyak pasangan seksual dapat meningkatkan terjadinya kanker dan juga betapa pentingnya
dilakukannya Pap Smear.
Adanya jenis diet yang mempengaruhi kejadian kanker perlu juga untuk diinfokan.
Konsumdi rendah vitamin A, beta karoten, vitamin C atau asam folat dapat dihubungkan
dengan peningkatan prevalensi kanker serviks. Vitamin A dan prekursornya dapat
menghambat tahapan dari rangkaian karsinogenesis, mengontrol perubahan sel atau
menghambat perubahan efek faktor pertumbuhan. Vitamin C membantu untuk
mempertahankan epitel normal dan membantu untuk melawan efek dari karsinogen. Ia akakn
membantu mengubah struktur karsinogen dan mencegah kontak karsinogen dengan jaringan
target. Asam folat dapat menghambat atau merangsang enzim tertentu yang oenting untuk
perubahan sel.
1 Nyeri b.d agen cedera Level Kenyamanan 1.Manajemen Nyeri · Lakukan penilaian nyeri secara
fisik dan biologi komprehensif dimulai dari lokasi,
Mengekspres
(kompresi/destruksi karakteristik, durasi, frekuensi,
ikan kepuasan dengan
jaringan saraf, kualitas, intensitas dan penyebab.
kontrol nyeri
kekurangan suplai · Kaji ketidaknyamanan secara
Melaporkan
vascular, inflamasi, nonverbal, terutama untuk pasien
kenyamanan fisik dan
obstruksi jaras saraf, yang tidak bisa
psikologis
efek samping berbagai mengkomunikasikannya secara
agen terapi). efektif
Kontrol Nyeri · Gunakan komunikasi yang
terapeutik agar pasien dapat
Melaporkan
menyatakan pengalamannya
nyeri berkurang
terhadap nyeri serta dukungan dalam
Menggunaka
merespon nyeri
n metode non-analgesik
· Pertimbangkan pengaruh budaya
dan analgetik
terhadap respon nyeri
· Tentukan dampak nyeri terhadap
kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
makan, aktivitas, kesadaran, mood,
hubungan sosial, performance kerja
dan melakukan tanggung jawab
sehari-hari)
· Evaluasi pengalaman pasien atau
keluarga terhadap nyeri kronik atau
yang mengakibatkan cacat
· Evaluasi bersama pasien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam menilai
efektifitas pengontrolan nyeri yang
pernah dilakukan
· Bantu pasien dan keluarga mencari
dan menyediakan dukungan.
· Menyediakan informasi tentang
nyeri, contohnya penyebab nyeri,
bagaimana kejadiannya,
mengantisipasi ketidaknyamanan
terhadap prosedur
· Kontrol faktor lingkungan yang
dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien (suhu
ruangan, pencahayaan, keributan)
· Ajari untuk menggunakan tehnik
non-farmakologi (spt: biofeddback,
TENS, hypnosis, relaksasi, terapi
musik, distraksi, terapi bermain,
acupressure, apikasi hangat/dingin,
dan pijatan ) sebelum, sesudah dan
jika memungkinkan, selama puncak
nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan sepanjang nyeri itu
masih terukur.
· Evaluasi efektifitas metoda yang
digunakan dalam mengontrol nyeri
secara berkelanjutan
Timbang
BB tiap hari
Hitung
haluaran
Pertahanka
2. Manajemen Cairan n intake yang akurat
Pasang
kateter urin
Monitor
status hidrasi (seperti :kelebapan
mukosa membrane, nadi)
Monitor
status hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
Monitor
hasil lab. terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
Monitor
TTV
Kaji
ketersediaan produk darah untuk
trsanfusi
Berikan
terapi IV
Berikan
cairan
3 Resiko kekurangan Keseimbangan cairan dan 1. Manajemen Cairan dan Elektrolit Monitor keabnormalan level
volume cairan b.d elektrolit untuk serum
kehilangan volume Dapatkan specimen lab untuk
TTV dalam
cairan aktif (muntah memonitor level cairan/ elektrolit
batas normal
dan perdarahan) (seperti Ht, BUN,sodium, protein,
Hidrasi kulit
potassium )
normal
Timbang berat badan tiap hari
Membran
Beri cairan
mukosa lembab
Promosikan intake oral
Hb dan Ht
Pasang infuse IV
dalam batas normal
Monitoring status hemodinamik,
Kadar
termasuk MAP, PAP,PCWP
elektrolit darah normal
Pertahankan keakuratan catatan
Intake dan
intake dan output
output cairan normal
Pertahankan cairan IV yang
Tidak
mengandung elektrolit pada
muncul rasa haus yang
frekuensi tetes yang konstan
abnormal
Kaji sclera,kulit untuk mencari
indikasi kekurangan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Monitor kehilangan cairan
( seperti; pendarahan, muntah,
takipneu )
ANALISIS JURNAL
Tahun : 2011
Desain Penelitian : Penelitian Qualitatif, yaitu studi deskriftif tentang pengetahuan, sikap,
keyakinan dan tindakan tentang Ca Cervix pada wanita etnis kulit hitam.
Latar Belakang dari penelitian ini yaitu dari data epidemiologi menunjukkan bahwa
nagka kejadian kanker serviks tinggi pada wanita berkulit hitam yaitu 4,3 per 100.000 jiwa,
sedangkan pada ras lain hanya 3,0 per 100.000 jiwa untuk wanita ras hispanik dan 2,2 untuk
wanita kulit putih. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada wanita ras kulit
hitam. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya ngka kematian ini diantaranya :
pengetahuan, sikap, tindakan, keadaan sosial ekonomi, pendidikan, akses ke pelayanan
kesehatan serta pemanfatan fasilitas kesehatan.
Sampel dalam penelitian dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5-10 peserta dan
totalnya 44 orang. Pembagian kelompok yaitu kelompok satu wanita kulit hitam keturunan
Haiti (n=8); kelompok 2 wanita keturunan perempuan imigran Afrika (n=5); 2 kelompok
fokus pada wanita kulit hitam dari karibia (n=12); dan 2 kelompok lagi wanita Afrika
Amerika (n=19).Kriteria inklusi yaitu usia 15-50 tahun dan tidak pernah menderita Ca
Cervix. Setiap sesi dilakukan wawancara selama 1-2 jam dan direkam dengan menggunakan
tape rocorder. Sebelum itu peserta diminta untuk mengisi kuesioner untuk mengisi data
demografis.
Hasil penelitian pada variabel pengetahuan dan tindakan diperoleh bahwa sebagian
besar responden tidak tahu apa itu kanker serviks, ini dilihat dari jawaban responden yang
masih bingung dalam menjawab pertanyaan. 56,1 % responden menyatakan bahwa mereka
tidak tahu apa itu HPV. Kemudian pada pertanyaan tentag pernah tidaknya melakukan Pap
Smear sebanyak 57, 5% responden melakukan pap smear dalam 1 tahun terakhir; 25 % pada
3 tahun yang lalu; dan 17,5 % tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Sedangkan
pada Fasilitator skrining Kanker serviks, responden menjawab mereka melakukan skrining
atas anjuran dari dokter, bukan karena dari kesadaran responden tersebut.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan wanita
yang ras hitam afrika lebih rendah dibandigkan dengan wanita ras hitam yang tinggal di
Amerika. Untuk mengurangi angka kejadian Ca serviks pada wanita ras kulit hitam dapat
dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan dan informasi tentang kanker. Serviks
dengan memperhatikan keyakinan budaya; menganjurkan untuk melakukan skrining/ test
papsmear sehingga dapat mengurangi angka kejadian Ca servix.
Salah satu penyebab responden tidak pernah melakukan skrining karena alasan
ekonomi lemah sementara biaya yang diperlukan lumayan banyak , oleh sebab itu diharapkan
pemerintah setempat dapat memberikan asuransi kesehatan kepada mereka yang ekonominya
menengah ke bawah.
A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses
perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30-50 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini, yaitu 18 tahun (Mitayani, 2011)
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan Ca cerviks yaitu : Pola nafas
tidak efektif b.d hiperventilasi; Nyeri b.d agen cedera fisik dan biologi (kompresi/destruksi
jaringan saraf, kekurangan suplai vascular, inflamasi, obstruksi jaras saraf, efek samping
berbagai agen terapi); Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
memasukkan dan mencerna makanan karena faktor biologi dan psikologi (status metabolik
berkenaan dengan kanker, konsentrasi kemoterapi dan radsiasi, distress emosional); Ansietas
b.d krisis situasional (kanker, ancaman atau perubahan kesehatan, ancaman kematian,
perpisahan dengan keluarga); Gangguan harga diri rendah b.d efek samping kemoterapi atau
radioterapi; Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif (muntah
dan perdarahan); Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan prosedur
invasive dan Resiko cedera b.d abnormalitas sel darah.
B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan hendaknya perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan Ca cervix, dan dengan memberikan pendidikan kesehatan
pada wanita dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit ini.