OLEH:
C. Perencanaan
1. Tujuan
a. Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan dalam sekali pertemuan dengan
estimasi waktu sekitar 20 menit, audiens diharapkan mampu memahami
tentang diet hipertensi yang benar.
b. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, audiens diharapkan mampu:
1) Mengetahui, memahami, dan menyebutkan pentingnya menjaga
kestabila tekanan darah
2) Mengetahui, memahami, dan menyebutkan bentuk pola diet hipertensi
3) Mengetahui, memahami, dan menyebutkan cara mencegah komplikasi
hipertensi
2. Intervensi
Penyuluhan kesehatan melalui kegiatan komunikasi, pemberian informasi dan
edukasi interaktif mengenai diet hipertensi.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Fase Estimasi
Aktivitas Respon Forum
Kegiatan Waktu
Fase Mengumpulkan informasi - 2 hari
Prainteraksi mengenai bagaimana pola sebelum
diet hipertensi yang benar pelaksanaan
kegiatan
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Pengorganisasian dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan berjalan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun pada masa pra-interaksi
b) Audiens yang hadir dan berpartisipasi mencapai target yang diharapkan
2. Evaluasi Proses
a) Penyelenggaraan kegiatan berlangsung secara kondusif dan interaktif
b) Audiens mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan
secara aktif dan antusias dalam menanggapi, mengajukan pertanyaan,
mempraktikkan, dan menyimpulkan penjelasan yang telah disampaikan
3. Evaluasi Hasil
a) Menyebutkan kembali pentingnya menjaga pola diet hipertensi
b) Menyebutkan kembali cara pola diet hipertensi
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
“Pendidikan Kesehatan Mengenai Diet Hipertensi”
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan
keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan untuk tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg (Kemenkes, 2020). Penyakit ini juga sering disebut The
Silent Killer karena seseorang yang mengalami sering kali tanpa diikuti
dengan adanya keluhan. Selain itu hipertensi termasuk dalam kategori
penyakit kronis. Hipertensi ini merupakan suatu penyakit yang memiliki
faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Kebanyakan
penderita yang mengalaminya tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap
hipertensi dan biasanya baru mengetahui ketika telah terjadi gangguan pada
organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke (Kemenkes, 2017).
2. Faktor resiko/penyebab hipertensi
Terdapat beberapa faktor resiko atau penyebab terjadinya hipertensi
yang dialami oleh seseorang. yaitu:
1. Usia
Usia dapat menyebabkan faktor resiko terjadinya hipertensi dimana usia >40
tahun memiliki resiko lebih besar mengalami hipertensi daripada usia 18 –
40 tahun (E Degli et al, 2003). Pada usia >40 tahun mengalami penurunan
elastisitas arteri yang menyebabkan lebih mudah mengalami arterosklerosis
dan rentan mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi). Sedangkan, pada
usi 18 – 40 tahun masih memiliki aktivitas yang tinggi dan kegiatan yang
banyak, sehingga status kesehatan masih baik (Sutanto, 2010)
2. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi antara laki-laki dan perempuan sama. Akan
tetapi, laki-laki lebih rentan karena kebanyakan laki-laki memiliki kebiasaan
buruk yaitu merokok sedangkan perempuan tidak banyak yang merokok.
Pada laki-laki memiliki resiko 2-3x resiko lebih rentan terhadap penyakit
hipertensi dibandingkan perempuan. Namun, jika pada perempuan
mengalami menopause maka akan lebih beresiko terkena hipertensi. Setelah
menginjak usia 65 tahun keatas perempuan lebih memiliki kerentanan
terhadap hipertensi karena faktor hormonal pada perempuan.
3. Riwayat Keluarga
Faktor genetik atau keturunan dapat menyebabkan resiko tinggi terjadinya
hipertensi terutama hipertensi primer (essensial) (Depkes, 2009). Faktor
genetik berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rasio yang rendah antara potassium terhadap sodium invidu dengan orang
tua dengan hipertensi. Hal ini dapat menyebabkan resiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi.
4. Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya seperti nikotin dan
karbonmonoksida. Apabila zat-zat kimia tersebut terhisap masuk di dalam
tubuh sehingga masuk ke dalam aliran darah, dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri. Pembuluh darah arteri yang rusak menyebabkan
terjadinya proses artereosklerosis dan tekanan darah menjadi meningkat
(hipertensi).
5. Kurang Olahraga
Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi, karena kurangnya aktivitas dapat menyebabkan resiko
tekanan darah menjadi naik karena berat badan menjadi bertambah (gemuk).
Seseorang yang tidak aktif bergerak cenderung memiliki detak jantung lebih
cepat dan otot jantung yang bekerja lebih keras setipa kontraksi. Jantung
yang sering memompa darah secara berlebihan dapat menyebabkan kekuaan
sehingga mendesak arteri. Seseorang yang tidak biasa melakukan aktivitas
fisik memiliki resiko hipertensi 4,73 kali lebih besar daripada orang yang
aktif melakukan aktivitas fisik.
6. Obesitas
Obesitas terjadi karena mengkonsumsi makanan yang terlalu berlebihan,
mengkonsumsi makanan yang digoreng atau berminyak, dan makanan yang
berlemak seperti daging dan santan. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
mengalami obesitas adalah 25 – 29,9 (heavily weight) dan ≥30 (overweight).
Perubahan fisiologis menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan
dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, perubahan fisik pada ginjal, dan aktivasi saraf simpatis
(Hall, 1994). Obesitas memiliki resiko 0,192 kali lebih besar menyebabkan
hipertensi tidak terkendali daripada yang tidak mengalami obesitas
(Sulistyowati, 2009).
7. Stres
Terdapat hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi yang dialami
oleh seseorang dimana stress dapat meningkatkan resiko hipertensi 11,019
kali lebih tinggi daripada seseorang yang tidak mengalami stress
(Sulistyowati, 2009). Saat mengalami stres, hormone adrenalin akan
meningkat sehingga aktivitas syaraf simpatis juga ikut meningkat. Aktivitas
syaraf yang meningkat, mengakibatkan jantung akan memompa darah lebih
cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
8. Pola Asupan Garam dalam Diet
Konsumsi natrium yang berlebihan dapat menyebabkan konsentrasi natrium
di dalam caira ekstraseluler menjadi meningkat. Volume cairan ekstraseluler
menjadi meningkat karena cairan intraseluler ditarik ke luar agar menjadi
normal. Peningkatan volume cairan ekstraseluler ini menyebabkan volume
darah menjadi meningkat dimana berdampak pada timbulnya hipertensi.
WHO merekomendasikan untuk mengatur pola konsumsi garam sehingga
dapat mencegah resiko terjadinya hipertensi (konsumsi sodium 2,4 gram
atau 1 sendok teh garam/hari).
3. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat meningkatkan resiko komplikasi apabila tidak segera
dikendalikan. Komplikasi hipertensi dapat mempengaruhi pada organ jantung,
otak,mata, sampai gangguan pada aktivitas seksualitas. Berikut ini komplikasi
hipertensi, yaitu:
1. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
Beberapa penyakit jantung yang menjadi komplikasi hipertensi seperti
penyakit jatung koroner, pembesaran jantung sebelah kiri, serangan jantung,
dan gagal jantung. Hipertensi yang tidak segera ditangani dapat
mengakibatkan pembuluh darah rusak, mengeras dan mengencang yang
dapat menebabkan aliran darah menuju jantung terhambat dan
mengakibatkan neri pada bagian dada (angina) hingga sesak napas.
2. Penyakit ginjal
Hipertensi yang tidak segera dikendalikan ataupun dikontrol dapat
mengakibatkan komplikasi aitu penakit ginjal kronis dan gagal ginjal.
3. Gangguan pada otak, seperti stroke dan demensia
Penyebab stroke diakibatkan karena terdapat sumbatan pada pembuluh
darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik)
pada area otak. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan terganggunya aliran
darah dan oksigen di otak, sehingga menyebabkan terjadinya kematian pada
sel-sel di otak.
4. Gangguan pada mata
Komplikasi hipertensi dapat menerang area mata disebut dengan retinopati
hipertensi. Hipertensi yang tidak segera dikendalikan dapat membuat
pembuluh darah di retina menebal, lalu menyempit, dan mengambat aliran
darah di sekitar retina.
5. Disfungsi seksual
Komplikasi hipertensi dapat berupa disfungsi seksual pada pria maupun
wanita. Tekanan darah yang tinggi dapat menghalangi aliran darah ke organ
reproduksi, sehingga pada pria yang mengalami hipertensi akan mengalami
disfungsi ereksi atau kesulitan mempertahankan ereksi penis, sedangkan
pada wanita dengan hipertensi dapat membuat vagina menjadi kering,
mengurangi hasrat seksual, dan kesulitan mencapai orgasme.
6. Sindrom metabolis
Komplikasi hipertensi yang mempengaruhi sindrom metabolik dapat
membuat penderita hipertensi mudah terkenan penakit jantung, diabetes,
dan stroke.
4. Pengendalian Hipertensi
Adapun cara mengendalikan Hipertensi dengan PATUH (Kemkes,
2019) , yaitu :
*P*eriksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
*A*tasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
*T*etap diet dengan gizi seimbang
*U*payakan aktivitas fisik dengan aman.
*H*indari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik
Beberapa hal yang bisa dilakukan bagi penyandang hipertensi (Penyakit
Tidak Menular):
1. Mengukur tekanan darah secara rutin. Deteksi dini mengukur tekanan darah
ini jadi kunci untuk pencegahan dan pengendalian hipertensi. Monitoring
kesehatan masyarakat sendiri sudah digalakan melalui Pos Binaan Terpadu
(Posbindu).
2. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter sesuai dengan penyakit
yang diderita. Simpan nomor kontak Dokter /fasyankes tempat berobat.
3. Penting untuk memastikan makanan yang disantap sehari-hari tetap sehat.
Misalnya dengan membatasi konsumsi gula, garam, hingga lemak. Terkait
makanan ini, perlu pula memperbanyak makan buah dan sayur.
4. Beberapa hari sebelum obat habis segera hubungi kontak dokter atau
fasyankes tersebut dan konsultasikan tentang kelanjutan konsumsi obatnya.
5. Istirahat cukup (tidur 6-8 jam sehari) dan kelola stres
6. Upayakan aktivitas fisik 30 menit/hari atau sesuai saran dokter, misalnya
berjalan cepat, jogging, bersepeda, atau berenang. Waktu 30 menit itu dapat
pula dibagi dengan berlatih 10 menit pada pagi hari, 10 menit pada siang
hari, dan 10 menit sore hari.
7. Berjemur 15-20 menit setiap hari di antara waktu pukul 08.00-11.00
8. Berhenti/tidak Merokok
DAFTAR PUSTAKA
Alfhad, Haekal., dkk. 2020. Dampak Infeksi Sars Cov-2 Terhadap penderita
Andjani, Tri Ayu Diah. 2016. Perbedaan Pengaruh Masase Punggung Dengan
Slow Stroke Back Massage (SSBM) Terhadap Tekanan Darah pada Lansia
Jember.
https://covid19.kemkes.go.id/downloads/#.XtvakWgzbIU
15.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Apa itu Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi).
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/page/2/apa-itu-hipertensi-tekanan-darah-
http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-
Kemkes RI. 2019. Kendalikan Hipertensi dengan PATUH. Apa itu PATUH?.
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-
dan-pembuluh-darah/page/12/kendalikan-hipertensi-dengan-patuh-apa-itu-
Kemkes RI. 2020. Apa yang Harus Dilakukan Bagi Penyandang PTM di Masa
jakarta/apa-yang-harus-dilakukan-bagi-penyandang-ptm-di-masa-
Tiksnadi, Badai Bhatara, Nova Sylviana, Adi Imam Cahyadi, Alberta Claudia
Cardiology. 41:112-119.