Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KONSTIPASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing : Ns. Priyanto, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB.

Disusun oleh :

Nama : Ade Ila Wahyu Nuraini

NIM : 010115A003

Prodi : PSKep-A/ Semeseter 4

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KONSTIPASI

Topik : Gangguan Pencernaan

Sub Topik : Konstipasi

Sasaran : Ny. X

Hari/tanggal : Senin, 20 Maret 2017

Waktu : Pukul 08.00-08.10 WIB

Tempat : Rumah Sakit Ngudi Waluyo

Nama Penyuluh : Ade Ila Wahyu Nuraini

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan diharapkan Ny. X dapat
memahami dan mengerti tentang konstipasi dan cara penanganan yang
benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang konstipasi dan cara
penanganan yang benar, Ny. X diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian konstipasi.
2. Menjelaskan penyebab dari konstipasi.
3. Menjelaskan tanda dan gejala dari konstipasi.
4. Menjelaskan pengobatan dari konstipasi.
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian konstipasi.
2. Penyebab dari konstipasi.
3. Tanda dan gejala dari konstipasi.
4. Cara pengobatan dari konstipasi.
D. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
E. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Lembar balik
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur:
a. Satuan Acara Penyuluhan sudah siap sesuai dengan masalah
keperawatan.
b. Kontrak waktu sudah tepat dengan Ny. X
c. Media sudah disiapkan : leaflet dan lembar balik.
2. Evaluasi Proses :
a. Ny. X sudah bersedia.
b. Media dapat digunakan dengan baik.
c. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu.
d. Partisipasi dari Ny. R
e. Ny. R dapat mengikuti sampai akhir.
3. Evaluasi Hasil :
a. Evaluasi dilakukan secara langsung dengan tanya jawab.
b. Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan Ny. X dapat mengerti dan
mengetahui : pengertian konstipasi, penyebab dari konstipasi, tanda
dan gejala dari konstipasi, dan cara pengobatan konstipasi.
G. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode
1. 2 Pembukaan:
menit Memberi salam Menjawab Lisan
Memperkenalkan salam,
diri mendengarkan
Menjelaskan
kontrak: waktu,
topik, tempat Memperhatikan
serta tujuan dan
penyuluhan. mendengarkan
2. 5 Pelaksanaan :
menit Mengkaji Mengemukakan Ceramah
pengetahuan pendapat,
klien tentang mendengarkan
pengertian dan
konstipasi dan memperhatikan
memberikan Mendengarkan
reinforcement dan
positif. memoerhatikan
Menjelaskan Mendengarkan
pengertian dan
konstipasi. memperhatikan
Menjelaskan Mendengarkan
penyebab dari dan
konstipasi memperhatikan
Menjelaskan Mendengarkan
tanda dan gejala dan
dari konstipasi memperhatikan
Menjelaskan
cara pengobatan
dari konstipasi.
3. 3 Penutup:
menit Memberikan Menjawab Lisan
pertanyaan pertanyaan,
kepada pasien mendengarkan,
tentang materi dan
dan memberikan memperhatikan
reinforcement Mendengarkan
positif dn
Menyimpulkan memperhatikan
materi
Menutup acara Menjawab
dengan salam
mengucapkan
salam

LAMPIRAN
KONSTIPASI
1. Pengertian Konstipasi
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya
frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat
rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Disepakati bahwa buang
air besar yang norma frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam
praktek sehari-hari dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali
seminggu atau 3 hari tidak buang air besar atau buang air besar diperlukan
mengejan secara berlebihan (Djojoningrat, 2009).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang
atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam
usus besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran.
Hal ini terjadi akibat tidak adanya gerakan peristaltik pada usus besar sehingga
memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul perasaan tidak nyaman pada
perut (Akmal, dkk, 2010).
2. Penyebab Konstipasi

Adapun etiologi dari konstipasi sebagai berikut :


1. Pola hidup ; diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang
tidak teratur, kurang olahraga.

a). Diet rendah serat :

Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga
menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses
defekasi. Makan rendah serat seperti ; beras, telur dan daging segar bergerak lambat
di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu
meningkatkan pergerakan makanan tersebut (Siregar, 2004).

b). Kurang cairan/minum :

Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan


cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan
untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika
ia lewat di sepanjang kolon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningktakan
reabsorbsi dari chyme (Siregar, 2004).

c). Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur :

Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah


kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau
diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika
kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.

Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini; orang


dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat
inap bisa menekan keinginan buar air besar karena malu menggunakan bedpan atau
karena proses defekasi yang tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat
berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah
membiasakan BAB teratur dalam kehidupan (Siregar, 2004).

2. Obat obatan
Banyak obat yang menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di
antaranya seperti ; morfin, codein sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan
antikolinergik, melambatkan pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada
sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat
besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa
usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan
dapat menyebabkan diare pada sebagian orang (Siregar,2004).

3. Kelainan struktural kolon ; tumor, stiktur, hemoroid, abses perineum, magakolon.

4. Penyakit sistemik ; hipotiroidisme, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus.

5. Penyakit neurologik ; hirschprung, lesi medulla spinalis, neuropati otonom.

6. Disfungsi otot dinding dasar pelvis.

7. Idiopatik transit kolon yang lambat, pseudo obstruksi kronis

8. Irritable Bowel syndrome tipe konstipasi (Djojoningrat, 2009).

3. Manifestasi Klinik

Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan gejala yang umum
ditemukan pada sebagian besar atau terkadang beberapa penderita sembelit sebagai
berikut:

a. Perut terasa begah, penuh dan kaku

b.Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk

c.Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi, mengakibatkan


stress, rentan sakit kepala bahkan demam

d. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak


bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan produktivitas
kerja
e. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada
biasanya

f. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika buang air besar, pada saat bersamaan
tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan atupun menekan-nekan
perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang feses ( bahkan
sampai mengalami ambeien/wasir )

g. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu
disertai rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena
mengalami wasir sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman

h. Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya

i. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), ada
bunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya
lebih lambat daripada biasanya

j. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar

Adapun untuk sembelit kronis ( obstipasi ), gejalanya tidak terlalu berbeda hanya

sedikit lebih parah, diantaranya:

a. Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas

b. Feses sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil

c. Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu

d. Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat

e. Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri

f. Tetap merasa lapar, tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi

ketika hamil perut akan tersa mulas ) karena ruang dalam perut berkurang dan

mengalami mual bahkan muntah.

4. Pengobatan Konstipasi
Penatalaksanaan konstipasi kronis adalah untuk mengurangi gejala,
mengembalikan kebiasaan defekasi yang normal, keluarnya feses yang berbentuk
dan lunak setidaknya 3 kali per minggu tanpa mengejan, dan meningkatkan
kualitas hidup dengan efek samping minimal.
o Non-farmakologis

1. Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan dua kali lipat


risiko konstipasi. Tirah baring dan imobilisasi berkepanjangan juga sering
dihubungkan dengan konstipasi.

2. Latihan

Sebagian kemampuan defekasi merupakan suatu refleks yang


dikondisikan. Sebagian besar pasien dengan pola defekasi teratur melaporkan
bahwa pengosongan saluran cernanya pada saat yang hampir sama setiap
hari. Saat optimal untuk defekasi adalah segera setelah bangun tidur dan
setelah makan, saat transit kolon tersingkat. Pasien-pasien harus mengenali dan
merespons keinginan defekasi, jika gagal dapat mengakibatkan menumpuknya
feses yang berlanjut diabsorpsi cairan yang membuatnya makin sulit dikeluarkan.

3. Posisi Saat Defekasi

Suatu penelitian yang membandingkan posisi-posisi defekasi


menyimpulkan bahwa pasien harus dimotivasi untuk mengadopsi posisi
setengah berjongkok atau semi-squatting untuk defekasi. Kebanyakan orang tidak
terbiasa dengan posisi berjongkok, tetapi dapat dibantu dengan menggunakan
pijakan kaki dan membungkuk badan ke depan saat di toilet. Bantal juga dapat
digunakan untuk membantu untuk menguatkan otot-otot abdomen.

4. Konsumsi Air

Konsumsi air adalah kunci penatalaksanaan, pasien harus dianjurkan


minum setidaknya 8 gelas air per hari (sekitar 2 liter per hari). Konsumsi
kopi, teh, dan alkohol dikurangi semaksimal mungkin atau konsumsi segelas
air putih ekstra untuk setiap kopi, teh, atau alkohol yang diminum.

5. Serat

Meningkatkan konsumsi serat umum direkomendasikan sebagai terapi


awal konstipasi. Rekomendasi makanan tinggi serat (buah dan sayur) atau
suplemen-suplemen serat Psyllium (kulit ari ispaghula/ispaghula husk,
metilselulosa, polycarbophil, atau kulit padi/bran) perlu dilanjutkan selama 2-3
bulan sebelum ada perbaikan gejala yang bermakna. Pendekatan ini hanya
efektif pada sebagian pasien dan masih sedikit bukti penelitian klinis yang
mendukung cara ini.
o Farmakologis

Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis,


dan biasnya dipakai obat-obatan golongan pencahar, ada 4 tipe golongan obat
pencahar:

a. Memperbesar dan melunakkan masa feses, antara lain : Cereal, Methyl


Selulose, Psilium.
b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan
tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.
Contoh Minyak Kasto, Golongan docusate.
c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman digunakan,
misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : Sorbitol, Lactulose,
Glycerin.
d. Merangsang peristaltik sehingga meningkatkan motilitas usus besar
(Pranaka, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Konstipasi.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41747/4/Chapter%20II
.pdf (diakses 24 Maret 2017 16:56)

Sianipar NB. 2015. Konstipasi pada Pasien Geriatri.


http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_231CMEKonstipasi%20pada%20P
asien%20Geriatri.pdf (diakses 25 Maret 2017 18:44)

Etiologi dari Konstipasi.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/60854/4/Chapter%20II.pdf(
diakses 25 Maret 2017 20:04)

Anda mungkin juga menyukai