3. Metode
a) Ceramah
b) Diskusi
4. Media
a) Leaflet
5. Materi
a. Pengertian konstipasi
b. Penyebab konstipasi
c. Tanda dan gejala konstipasi
d. Penanganan konstipasi
e. Pencegahan konstipasi
6. Kegiatan Penyuluhan
7. Kriteria Evaluasi
Dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada pasien
a. Jelaskan apa itu konstipasi ?
b. Apa saja penyebab konstipasi?
c. Apa tanda dan gejala konstipasi ?
d. Apa komplikasi dari konstipasi
e. Bagaimana cara penanganan konstipasi.
KONSTIPASI
1. Pengertian
Konstipasi adalah Suatu penurunan frekwensi defekasi yang normal pada seseorang,
disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang
sangat keras dan kering.
Konstipasi adalah kondisi sulit atau jarang untuk defekasi. Karena frekwensi berbeda
pada setiap individu, definisi ini bersifat subjectif dan dianggap sebagai penurunan relative
jumlah buang air besar pada individu. (Corwin, 2009).
2. Penyebab
Penyebab paling umum dari konstipasi, antara lain:
a. Kurang cairan
Kurang mengonsumsi cairan bisa menyebabkan tinja menjadi keras sehingga
sulit dikeluarkan. Minum sedikitnya 8 gelas cairan sehari.
b. Terlalu banyak mengonsumsi daging
Pola makan yang rendah serat dan tinggi lemak seperti daging, telur atau keju
bisa membuat proses pencernaan menjadi lebih lambat. Karena itu penuhi pula
kebutuhan tubuh akan serat dengan mengonsumsi cukup sayuran dan buah.
c. Kurang olahraga
Gaya hidup kurang bergerak juga bisa memicu konstipasi. Lakukan aktivitas
fisik minimal 30 menit setiap hari.
d. Diet rendah serat
Diet rendah serat adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat
dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud dengan sisa adalah bagian-
bagian makanan yang tidak diserap seperti yang yang terdapat dalam susu dan produk
susu serta daging yang berserat kasar. Disamping itu, makanan lain yang merangsang
saluran cerna harus dibatasi.
g. mual-mual.
h. Kepala pusing.
Cara paling sederhana untuk mengatasi konstipasi adalah dengan meningkatkan asupan serat.
Serat adalah material dari tumbuhan yang tidak dicerna di saluran pencernaan manusia dan akan
membentuk suatu massa (voluminus) di usus yang akan mempermudah proses buang air besar.
Asupan serat dapat kita peroleh dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang cukup
setiap harinya. Untuk beberapa kasus tertentu, konstipasi tidak dapat ditangani dengan hanya
meningkatkan asupan serat dari makanan dan memerlukan penanganan/terapi melalui pemberian
obat laksatif. Beberapa kelompok laksatif yang dapat digunakan untuk menangani konstipasi
antara lain:
Bulk forming agent dapat menambahkan serat pada feses. Penambahan serat ini akan
merangsang kontraksi alami usus untuk proses BAB. Contoh senyawa yang termasuk
bulk forming agent adalah metilselulosa dan psylium.
b) Emolient laxative
Emolien merupakan surfaktan yang bekerja dengan membantu pencampuran air dan
lemak yang terdapat dalam saluran cerna, meningkatkan sekresi air dan elektrolit di usus
kecil dan usus besar. Emolien menghasilkan feses yang lunak dalam 1-3 hari sehingga
banyak digunakan untuk mencegah konstipasi. Contoh laksan yang termasuk kelompok
ini adalah natrium dokusat.
c) Lubrikan
Contoh lubrikan adalah minyak mineral. Minyak mineral merupakan laksatif yang sering
digunakan dan bekerja dengan melapisi feses sehingga mudah dikeluarkan. Efek senyawa
ini terhadap fungsi usus terlihat setelah 2-3 hari.
d) Laksan osmotik
Laksan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar sehingga feses
menjadi lunak dan mudah dikeluarkan. Laksan ini mengandung garam-garam katartika
(saline cathartics) atau mengandung gula. Saline cathartics terdiri dari ion-ion yang sulit
diabsorpsi seperti magnesium, sulfat, fosfat dan sitrat, yang memiliki efek osmotik dalam
menahan cairan di saluran cerna. Senyawa ini dapat diberikan secara oral ataupun melalui
rektal. Sementara laksan osmotik yang mengandung gula contohnya laktulosa, sorbitol,
dan polietilen glikol.
e) Stimulant laxative
Stimulant laxative bekerja secara langsung merangsang dinding usus besar untuk
berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Contoh senyawa yang termasuk stimulant laxative
adalah senna, kaskara (minyak jarak), bisakodil, dan fenolftalein. Stimulant laxative ini
sangat efektif namun dapat menimbulkan efek samping berupa diare berat yang
mengakibatkan dehidrasi dan hilangnya banyak elektrolit (terutama kalium). Laksan jenis
ini juga lebih sering menyebabkan terjadinya kram usus dibandingkan jenis laksan
lainnya. Selain itu, penggunaan berlebih juga dapat merusak saraf dan otot-otot pada usus
besar dan memperburuk konstipasi sehingga sebaiknya dijadikan pilihan terapi terakhir
jika penggunaan laksan jenis lainnya tidak berhasil mengatasi konstipasi.
5. Pencegahan Konstipasi
Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat setiap hari secara teratur akan
membantu meningkatkan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Sumber makanan
yang kaya serat antara lain adalah buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-
bijian.
Sebagian besar orang yang menderita konstipasi mengalami dehidrasi. Air sangat
penting dalam menggerakkan sampah atau feses dalam usus. Minum air putih
minimal 8 gelas setiap hari dapat mencegah munculnya konstipasi.Air dapat
membantu membuat feses menjadi lebih lunak sehingga tidak akan menimbulkan
sakit baik di usus maupun ketika dikeluarkan melalui anus.
Makan dalam porsi besar sekaligus dapat menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu,
direkomendasikan untuk makan dalam porsi kecil tapi sering. Makan 5-6 kali dalam
porsi kecil bisa mencegah terjadinya konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I Sigit, I.K. Adnyana, A.P. Setiadi, dan Kusnandar. 2009. ISO
FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Mutschler, Ernst. Terjemahan Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Rianti. 1991. Dinamika
Obat. Edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB,.