2015
PENYUSUN
(Edisi 2006)
KONTRIBUTOR
Prof. Dr. Aboe Amar Joesoef, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya
Prof. Bambang Hartono,dr, Sp.S(K), Ph.D (alm)
FK UNDIP Semarang
Billy Indra Gunawan,dr, Sp.S(K)
FK UNSRI Palembang
Darwin Amir,dr, Sp.S
FK UNAND Padang
Hasan Sjahrir,dr, Sp.S(K)
FK USU Medan
ii
Nani Kurniani, dr, Sp.S
FK UNPAD Bandung
Nizar Yamanie, dr, Sp.S(K)
FK UI Jakarta
S.C. Siwi Kotambunan, dr, Sp.S
FK UNSRAT Manado
Dr. Suroto, dr, Sp.S(K)
FK UNS Surakarta
TIM REVISI
(Edisi 2015)
Ketua
Mohammad Saiful Islam, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya
Anggota
Prof (ret). Harsono, dr, Sp.S(K)
FK UGM Yogyakarta
Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya
Dr. DPG Purwa Samatra, dr, SpS(K)
FK UNUD Denpasar
Eva Dewati, dr, Sp.S(K)
FK UI Jakarta
Wardah Rahmatul Islamiyah, dr,Sp.S
FK UNAIR Surabaya
Para Ketua Departemen Neurologi
Para KPS Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi
iii
PENGANTAR TIM REVISI
(Edisi 2015)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya tugas tim revisi
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia. Standar kompetensi memang
memerlukan revisi secara berkala karena standar kompetensi bersifat dinamis, dengan arti
ada kecenderungan untuk mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, pembangunan kesehatan di Indonesia,
dan tuntutan pemangku kepentingan. Revisi ini menguraikan lebih rinci tentang berbagai
indikator hasil pembelajaran atau pencapaian kompetensi yang diatur dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK).
Mudah-mudahan semua upaya ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
pengelola PPDSN agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang lebih berkualitas, dan para
peserta didik agar menjadi lulusan yang lebih profesional.
Tentu masih banyak kekurangan dalam revisi ini. Karenanya, kritik dan saran sangat
kami harapkan.
Tim Revisi
iv
SAMBUTAN KETUA UMUM
(Edisi 2015)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan terbitnya buku Revisi
Standard Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia yang merupakan
penyempurnaan dari buku yang sama terbitan tahun 2006, yang disusun oleh Kolegium
Neurologi Indonesia.
Pengurus Pusat PERDOSSI menyampaikan terima kasih kepada tim revisi Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia dari KNI yang telah bekerja dengan penuh
dedikasi. Semoga menjadi amalan baik disisi Allah SWT.
Ketua Umum
v
SAMBUTAN
(Edisi 2015)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridha, taufik dan hidayah-Nya
sehingga Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) mampu menyelesaikan revisi Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia. Revisi ini didasarkan atas semangat
perbaikan mutu berkelanjutan, serta memperhatikan perubahan dan kemajuan yang terjadi
di ranah ilmu kedokteran, pendidikan, maupun praktik sehari-hari. Dengan demikian standar
kompetensi diupayakan untuk selalu mengikuti perkembangan yang ada agar pendidikan
dokter spesialis neurologi di Indonesia selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang kedokteran.
Kami menyampaikan terima kasih secara tulus dan penghargaan yang tinggi kepada
tim revisi yang dikoordinasi oleh dr. Mohammad Saiful Islam, Sp.S(K), dan diarahkan oleh
Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K), yang telah menyelesaikan tugasnya dengan penuh
dedikasi. Semoga seluruh upaya tim revisi menjadi amal ibadah. Amin.
Ketua
vi
DAFTAR ISI
viii
MPK : Mata kuliah Pengembangan Kepribadian
MMSE : Mini Mental State Examination
MSLT : Multiple sleep latency test
MRA : Magnetic Resonance Angiography
MRI : Magnetic Resonance Imaging
MRS : Magnetic Resonance Spectroscopy
MS : Multiple sclerosis
OAE : Obat anti-epilepsi
OSCE : Objective Structured Clinical Examination
PERDOSSI : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
PET : Positron Emission Tomography
PPT : Power point
Prodi : Program studi
PPDS : Program Pendidikan Dokter Spesialis
RM : Retardasi mental
RTSW : Repeated test of sustained wakefulness
SAR : Serum antirabies
SOL : Space occupying lession
SPECT : Single-photon Emission Computed Tomography
SSEP : Somatosensory evoked potentials
SSP : Sistem saraf pusat
SST : Sistem saraf tepi
TCD : Transcranial Doppler
TIA : Transient ischemic attack
TIK : Tekanan intrakranial
VAR : Vaksin antirabies
VCT : Voluntary Counceling Test
VEP : Visual evoked potentials
ix
SK KKI HALAMAN 1
x
SK KKI HALAMAN 2
xi
SK KKI HALAMAN 3
xii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Sampai dengan tahun 2006, prosedur perizinan pendirian program
pendidikan dokter spesialis neurologi dimulai dengan penilaian kelayakan
oleh Consorsium of Health Sciences (CHS) yang kemudian memberi
rekomendasi kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Setelah itu,
prosedur perizinan melalui proses evaluasi meja (desk evaluation) dan
visitasi lapangan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) bersama-sama
dengan Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Kolegium
Neurologi Indonesia (KNI), atas permintaan dari Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi. Hasil evaluasi meja dan visitasi dilaporkan oleh KKI
kepada Dirketur Jenderal Pendidikan yang kemudian menerbitkan izin
penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis neurologi.
B. Latar Belakang
Sebagai konsekuensi terbitnya Undang-Undang Praktik Kedokteran
(tahun 2004), maka program pendidikan dokter spesialis neurologi (PPDSN)
harus didukung oleh Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi. Untuk
ini KNI telah menyusun buku Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf
(tahun 2006) dan buku Standar Pendidikan Dokter Spesialis Saraf (tahun
2007). Kedua buku standar tersebut telah direvisi oleh Komisi
Pengembangan Kurikulum KNI periode 2011-2015, dengan judul Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia dan Standar Kompetensi
Dokter Spesialis Neurologi Indonesia yang disyahkan tahun 2015. Di
samping itu, kurikulum pendidikan dokter spesialis neurologi tahun 2001
(yang sudah direvisi pada tahun 2003), telah pula direvisi oleh Komisi
Pengembangan Kurikulum KNI, dan disyahkan tahun 2015. Kurikulum ini
merupakan kurikulum inti yang harus dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis neurologi di setiap Program
Studi (Prodi) PPDSN di Indonesia dalam menyusun kurikulum institusional.
Berdasarkan kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis
Neurologi tahun 2015, pendidikan dokter spesialis telah berkembang
dengan program yang lebih rinci dan dititikberatkan pada pendalaman
neurosains dan penelitian klinis (terapan). Kurikulum merupakan
perangkat pendidikan yang dinamis. Perubahan kurikulum memang harus
3
terjadi seiring dengan dinamika perubahan masyarakat dan tuntutan
global. Kurikulum yang statis tidak akan memberi makna pencapaian
tujuan pendidikan yang lebih baik. Kurikulum tidak terlepas dari usaha
terencana dan terancang dalam mempersiapkan masa depan peserta didik
untuk dapat berkembang dan berinteraksi secara harmonis dengan pasien,
sumber pembelajaran, lingkungan dan masyarakat di tempat ia berada.
Oleh karena itu, perlu dilakukan revisi standar kompetensi dokter spesialis
saraf dengan menggunakan berbagai indikator keberhasilan atau
pencapaian yang diatur dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pada gilirannya standar kompetensi yang dicapai setelah
menyelesaikan pendidikan, bukan saja berupa pengetahuan, melainkan
juga keterampilan, nilai, serta pola berpikir dan bertindak. Dengan
demikian, kompetensi yang dimiliki para lulusan merupakan refleksi
pemahaman dan penghayatan dari bidang neurologi yang telah dipelajari
selama proses pendidikan serta pengalaman bermasyarakat.
C. Landasan Hukum
Landasan hukum yang dijadikan acuan dalam menyusun standar
kompetensi dokter spesialis neurologi di Indonesia adalah Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah, serta Peraturan Menteri yang terkait dengan
dokter spesialis.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa standar
nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. Dalam penjelasan pasal 35 ayat (1) disebutkan bahwa standar isi
mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
ke dalam persyaratan tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
4
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati.
Surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional No. 1386/D/5/2004 merupakan tonggak
pembaharuan dalam bidang pendidikan kedokteran di Indonesia.
Kompetensi, sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional No 045/U/2002, adalah seperangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu. Dalam bidang kedokteran, kompetensi dokter adalah
aplikasi pengetahuan yang diperlihatkan melalui ketrampilan/kecakapan/
kemampuan profesional dalam hubungan antar orang, pengambilan
keputusan, psikomotor, moral dan etika yang dimiliki dokter dalam praktik,
dalam konteks kesehatan masyarakat, keselamatan, dan keamanan pasien.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
mengatur beberapa hal yang berkenaan dengan sistem perguruan tinggi,
termasuk pendidikan dokter spesialis. Disebutkan bahwa Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menjadi acuan pokok dalam
penetapan kompetensi lulusan pendidikan akademik, pendidikan vokasi
dan pendidikan profesi.
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI, menyebutkan
penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan
dengan jenjang kualifikasi pada KKNI, bahwa lulusan spesialis setara
dengan jenjang 8 atau 9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI untuk Pendidikan Kedokteran juga
menyebutkan bahwa kualifikasi sesuai KKNI untuk lulusan pendidikan
profesi dokter spesialis/subspesialis setara dengan S3 adalah jenjang 9.
Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73
Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi
menyebutkan bahwa lulusan pendidikan spesialis satu setara dengan
jenjang 8, dan lulusan pendidikan spesialis dua setara dengan jenjang 9.
5
D. Pengertian Umum
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Dalam program pendidikan dokter spesialis neurologi, kompetensi
mencakup kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi dinyatakan dalam berbagai indikator
hasil pembelajaran atau pencapaian pembelajaran yang diuraikan dalam
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Berbagai hal pokok yang berkaitan
dengan kompetensi diuraikan dalam Bab berikutnya.
7
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
A. Prinsip Kompetensi
Kompetensi meliputi kemampuan dalam menunjukkan keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan lainnya, sehubungan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Consistency, kemampuan mengulang teknik-praktik dan keluaran
yang sama;
2. Independence, kemampuan praktik tanpa bantuan pihak lain;
3. Timeliness, kemampuan praktik dalam jangka waktu tertentu demi
keselamatan penderita;
4. Accuracy, kemampuan praktik dengan menggunakan teknik yang
benar untuk mencapai tujuan yang diharapkan;
5. Appropriateness, kemampuan praktik sehubungan dengan standar
klinik dan protokol dalam ruang lingkup jurisdiksi praktik;
6. Accountability, kemampuan untuk memikul tanggung jawab profesi
sesuai dengan prinsip-prinsip keselamatan pasien.
B. Katagori Kompetensi
Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 045/
U/2002 pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa kompetensi hasil didik suatu
program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan
kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama.
1. Kompetensi utama
Kompetensi utama merupakan kompetensi penciri lulusan program
studi neurologi, sebagai pembeda dengan program studi lainnya.
Kompetensi utama ini berkisar antara 40-80% dari keseluruhan
kompetensi.
8
2. Kompetensi pendukung
Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang ditambahkan oleh
program studi neurologi untuk memperkuat kompetensi utamanya
dan memberi ciri keunggulan program studi tersebut. Kompetensi
pendukung ini dapat berkisar antara 20 - 40% dari keseluruhan
kompetensi.
3. Kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi
utama, yaitu kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh perguruan
tinggi/ program studi sendiri sebagai ciri lulusannya dan untuk
memberi bekal lulusan agar mempunyai keluasan dalam memilih
bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Kompetensi ini berkisar antara 0-30% dari kompetensi secara
keseluruhan.
C. Elemen Kompetensi
Sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/
U/2002 pasal 2 ayat (2) disebutkan adanya 5 (lima) elemen kompetensi,
yaitu:
1. Landasan kepribadian, dalam mata kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK);
2. Penguasaan ilmu dan keterampilan, dalam mata kuliah Keilmuan dan
Ketrampilan (MKK);
3. Kemampuan berkarya, dalam mata kuliah Keahlian Berkaya (MKB);
4. Sikap, perilaku dan akuntabilitas dalam berkarya menurut tingkat
keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, dalam
mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB);
5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan
pilihan keahlian dalam berkarya, dalam mata kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat (MBB).
9
D. Area dan Komponen Kompetensi
Terdapat 9 (sembilan) area kompetensi, yaitu pengetahuan
kedokteran, ketrampilan klinik, kecakapan untuk mengambil keputusan
klinik, keterampilan interpersonal, sikap dan perilaku profesional,
keterampilan manajerial, advokasi dan edukasi kesehatan, penghayatan
praktik kedokteran, dan wawasan yang luas di bidang neurologi. Setiap
area kompetensi dijabarkan dalam komponen kompetensi.
Rincian area kompetensi dan komponen kompetensi masing-masing
area kompetensi dapat dibaca pada Lampiran 1 (Tabel 1.1).
F. Standar Kompetensi
Dalam bidang pendidikan, terdapat dua jenis standar, yaitu standar
akademik (academic content standard) dan standar kompetensi (performance
standard). Standar akademik merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan
esensial setiap disiplin ilmu yang harus dipelajari dan dikuasai oleh seluruh
peserta didik. Sedangkan standar kompetensi ditujukan dalam bentuk
proses dan hasil kegiatan yang ditunjukkan oleh peserta didik sebagai
penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajarinya.
Secara operasional, standar kompetensi merupakan standar
kemampuan minimal dan memadai yang harus dipunyai oleh seorang
dokter spesialis dalam bentuk:
1. Pengaplikasian pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan pada
tingkat atau situasi yang khusus;
2. Pendemonstrasian tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktik
10
dan pengambilan keputusan;
3. Pembatasan dan/atau penyesuaian praktiknya apabila disadari
terdapat gangguan fungsi sebagai dokter oleh karena disabilitas
mental dan fisik.
G. Capaian Pembelajaran
Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 tentang
KKNI, penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui
pendidikan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI, lulusan spesialis setara
dengan jenjang 8 atau 9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) untuk Pendidikan Kedokteran pasal 4 menyebutkan bahwa
kualifikasi sesuai KKNI untuk lulusan pendidikan profesi dokter
spesialis/subspesialis setara dengan S3 adalah jenjang 9. Sedangkan
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73
Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi Pasal 3
Ayat 4, lulusan pendidikan spesialis satu setara dengan jenjang 8, dan
lulusan pendidikan spesialis dua setara dengan jenjang 9. Berbagai upaya
untuk pencapaian jenjang tersebut diserahkan kepada masing-masing prodi
pendidikan dokter spesialis neurologi.
11
yang dipelajarinya. Beberapa hal yang terkait secara langsung dengan KBK
adalah sebagai berikut:
1. Penetapan standar kompetensi peserta didik;
2. Pengembangan kurikulum inti;
3. Penilaian hasil belajar secara nasional;
4. Penyusunan pedoman pelaksanaan KBK;
5. Penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan kalender
pendidikan dan jumlah jam belajar setiap semester.
I. Ciri-ciri KBK
Ciri-ciri KBK adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi dinyatakan secara jelas dalam proses pembelajaran,
baik secara individual maupun klasikal;
2. Kurikulum berorientasi pada keluaran belajar (outcome-based
curriculum);
3. Proses pembelajaran memberi bekal untuk tercapainya kompetensi;
4. Proses pembelajaran melalui clinical teaching yang bersifat
menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai, dengan pendekatan student-centered learning yang
variasinya meliputi independent learning, collaborative learning,
cooperative learning, case-based learning (pada hakekatnya adalah
problem solving), dan problem-based learning;
5. Seluruh aktivitas pembelajaran dijiwai oleh self-directed learning
dan adult learning. Pendekatan tersebut akan memudahkan peserta
didik mencapai kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum;
6. Proses pembelajaran lebih mengutamakan keterpaduan penguasaan
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik;
7. Sumber belajar tidak hanya guru, tapi juga sumber belajar lain yang
memenuhi unsur edukatif;
8. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan
untuk mendemonstrasikan keterpaduan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
12
J. Ruang Lingkup Kompetensi Lulusan
Ruang lingkup kompetensi di bidang neurologi mencakup beberapa
hal sebagai berikut:
1. Lulusan PPDSN mempunyai pengetahuan dan pengertian menyeluruh
tentang penyakit dan keluhan yang mengawali penyakit saraf dengan
menampilkan konsep neurosains, neurologi klinik di dalam pelayanan
neurologi, khususnya tentang pelayanan medik dan keadaan/penyakit
lain yang terkait;
2. Lulusan PPDSN mampu menguraikan makna, tanda dan gejala
tertentu serta hasil-hasil pemeriksaan klinik lainnya, menunjukkan
pengertiannya tentang berbagai cara pengobatan yang tepat untuk
sekelompok kelainan atau masalah tertentu, serta bagaimana
mekanismenya agar intervensi itu dapat berhasil;
3. Lulusan PPDSN mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
dan mengambil keputusan klinik neurologik, mengenal masalah-
masalah klinik, mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut
dari berbagai sumber, menilai masalah tersebut, menegakkan
diagnosis atas dasar data yang terkumpul, menggunakan kesimpulan
tersebut untuk merumuskan serta merencanakan manajemen secara
tepat beserta evaluasinya, kemudian membuat prakiraan perjalanan
penyakit saraf dan penyakit atau keadaan lain yang terkait;
4. Lulusan PPDSN memiliki keterampilan dalam hal prosedur dan
tindakan klinik, yaitu melaksanakan berbagai prosedur utama yang
memerlukan ketrampilan (aspek psikomotorik), termasuk di dalamnya
adalah melakukan berbagai aspek pemeriksaan fisik, prosedur
diagnostik dan melakukan prosedur terapetik dalam bidang neurologi
dan keadaan atau penyakit lain yang terkait, dengan kemungkinan
melibatkan disiplin ilmu kedokteran lain untuk keselamatan pasien;
5. Lulusan PPDSN memiliki keterampilan interpersonal dan interprofe-
sional, meliputi:
a. Kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian dan
memahami perilaku penderita, baik yang terucap maupun tersirat
13
melalui bahasa tubuh, membesarkan hati penderita, bereaksi wajar
terhadap perasaan pasien;
b. Kemampuan menggunakan keterampilan interprofesional untuk
bekerjasama dengan sesama insan profesi kesehatan lainnya
dengan mengutamakan keselamatan pasien.
6. Lulusan PPDSN memiliki kebiasaan kerja dan sikap profesional, yaitu:
a. dalam melakukan tanggung jawab profesi senantiasa menampilkan
obyektivitas, ketelitian, kegigihan, efisiensi, handal, dan penuh
kewaspadaan terhadap situasi yang dapat membahayakan
keselamatan pasien (situational awareness);
b. senantiasa siap untuk melakukan tanggung jawab profesinya
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil perawatan kedokteran/
kesehatan yang maksimal;
c. senantiasa melakukan tanggung jawab profesinya berlandaskan
kode etik kedokteran.
7. Lulusan PPDSN memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas penelitian neurosains, klinis (terapan), dan komunitas.
8. Lulusan PPDSN mempunyai motivasi internal yang tinggi untuk
mengembangkan pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai
tingkat akademik yang lebih tinggi.
14
BAB III
PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. PENGALAMAN PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran merupakan proses aktif dan interaktif antara
peserta didik PPDSN dan dosen untuk mengembangkan potensi, sehingga
mereka memahami dan menguasai pengetahuan serta memiliki kemam-
puan untuk melakukan sesuatu, baik secara akademik maupun profesi-
onal. Untuk pencapaian kompetensi melalui pengalaman pembelajaran
dapat bersifat one-to-one learning, one-to-many learning, maupun many-to-
many learning.
Rincian tahapan pencapaian kompetensi dan pengalaman
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembekalan: semester I
a. Mata Kuliah Dasar Umum;
b. Pendidikan Gawat Darurat;
c. Pembelajaran terkait akreditasi, misalnya patient safety, Undang-
Undang Praktik Kedokteran.
2. Tahap magang: semester II s/d VI
a. Semester II dan III: tugas bangsal (neuro-anatomi, pemeriksaan fisik
neurologi, rencana pemeriksaan penunjang, diagnosis banding,
diagnosis, rencana terapi, rencana rujukan, kegawatdaruratan terkait
kasus neurologi);
b. Semester IV: tugas rawat jalan, presentasi poster acara ilmiah
nasional;
c. Semester V: laboratorium EEG, laboratorium EMG, Neurobehavior;
d. Semester VI: rotasi di divisi dan departemen lain yang terkait dengan
neurologi (psikiatri, radiologi, neuropediatri, bedah saraf, ortopedi,
penyakit dalam, kardiologi, rehabilitasi medik).
3. Tahap mandiri: semester VII, VIII
15
a. Semester VII: Chief resident untuk rawat inap, rawat jalan, rawat
bersama, konsultan, rawat darurat;
b. Semester VIII: pengalaman kerja mandiri di RS jejaring dan presentasi
tugas akhir.
B. EVALUASI
Evaluasi hasil pembelajaran (student assessment) dapat berupa :
1. Portofolio;
2. Observasi oleh dosen/pembimbing secara langsung (observasi pasif,
mengajukan pertanyaan);
3. Tes formatif dan sumatif;
4. Ujian presentasi naskah ilmiah berupa laporan kasus pada pertemuan
ilmiah tingkat nasional, regional, atau internasional;
5. Ujian presentasi karya tulis (referat);
6. Ujian presentasi hasil penelitian (tesis);
7. Ujian nasional (CBT dan OSCE) yang diselenggarakan oleh KNI.
16
Umpan balik (feedback) evaluasi dapat berupa:
1 Minimal feedback (memberi komentar benar atau salah);
2 substantive feedback (alasan/penjelasan mengapa salah atau benar,
saran, kritik);
3 promote self-direction (planning, self-assessment).
17
BAB IV
KARAKTERISTIK PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. KATAGORI KOMPETENSI
Seperti telah diuraikan Bab sebelumnya, bahwa kompetensi hasil
didik suatu program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi
pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan
kompetensi utama. Karakteristik pencapaian kompetensi berdasarkan
katagori kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi Utama
a. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
baru di dalam bidang neurologi atau praktik profesionalnya melalui
penelitian, hingga menghasilkan karya kreatif, original dan teruji.
1) mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran terkini guna meningkatkan ketrampilan klinik
praktis dalam bidang spesialisasi neurologi;
2) mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui
kegiatan penelitian dalam bidang spesialisasi neurologi;
3) mampu mengembangkan teknologi kedokteran baru yang
inovatif, kreatif dan teruji dalam bidang spesialisasi neurologi
melalui kegiatan penelitian dalam bidang spesialisas neurologi.
b. Mampu memberikan solusi segala permasalahan sains, teknologi,
dan atau seni di dalam bidang neurologi melalui pendekatan inter,
multi, dan transdisipliner.
1) mampu merangkum interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik,
uji laboratorium, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai
18
spesialisasi, untuk menegakkan diagnosis, dengan mengacu
pada evidence-based medicine;
2) mampu melakukan prosedur klinis dalam bidang spesialisasi
sesuai masalah, kebutuhan pasien dan kewenangannya,
berdasarkan kelompok/nama penyakit serta masalah/tanda
atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis;
3) mengembangkan konsep atau prinsip baru dalam bidang ilmu
biomedik, klinik, ilmu perilaku, humaniora, dan ilmu kesehatan
masyarakat sesuai dengan bidang spesialisasi neurologi;
4) mampu memimpin tim untuk menyelesaikan masalah
kesehatan pada individu, keluarga, atau masyarakat secara
komprehensif dalam konteks pelayanan kesehatan sekunder
atau tersier;
5) mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang
penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu
kedokteran mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum;
6) mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana –
prasarana pelayanan kesehatan dalam bidang spesialisasi
neurologi secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan
sekunder dan tersier;
7) mampu mendidik peserta program pendidikan dokter.
c. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan penelitian
neurologi dan pengembangan ilmu yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu
mendapat pengakuan nasional maupun internasional.
1) mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah
penelitian multidisiplin terkait bidang spesialisasi neurologi
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran bidang supspesialiasi neurologi yang bermanfaat
bagi masyarakat dan ilmu kesehatan serta mampu mendapat
pengakuan nasional maupun internasional;
2) mampu mengelola penelitian melalui pengkajian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran di
bidang spesialisasi neurologi yang hasilnya dapat diaplikasikan
19
pada tahap nasional dan internasional dan layak
dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional;
3) mampu mengelola penelitian untuk menapis ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran terkini di bidang spesialis neurologi
yang aplikasinya sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat dan
ilmu pengetahuan di tingkat nasional dan internasional.
2. Kompetensi Pendukung
Kompetensi pendukung merupakan kompetensi yang diperlukan untuk
dapat mendukung pencapaian kompetensi utama, dan merupakan
kurikulum institusional yang ditetapkan oleh institusi penyelenggara
program studi.
B. JENIS KOMPETENSI
20
3) keterampilan berkomunikasi (Tabel 2.3);
4) diagnosis banding, pemeriksaan lebih lanjut dan manajemen awal
(Tabel 2.4);
5) kualitas perorangan (Tabel 2.5): mengidentifikasi kekuatan,
kemampuan diri, keterbatasan, dan perilaku peserta didik, serta
mampu mengubah perilakunya dengan cara menerima feedback
dan melakukan refleksi diri;
6) bekerjasama dengan sejawat atau profesi lain (Tabel 2.6):
menggunakan pendekatan tim, memahami dan menghargai upaya
pihak lain, memberi kontribusi dan mau berkompromi, serta
mampu menganalisis tujuan tim secara umum dan menghargai
keputusan tim;
7) mengelola pelayanan (Tabel 2.7): mendukung anggota tim untuk
mengembangkan peran dan tanggung jawab mereka, serta
melanjutkan untuk menelaah kinerja seluruh anggota tim untuk
memastikan apakah hasil yang ada sesuai dengan perencanaan;
8) meningkatkan mutu pelayanan (Tabel 2.8): memastikan
keselamatan pasien sepanjang waktu, terus-menerus
mengupayakan inovasi dan memfasilitasi transformasi;
9) menyiapkan dan menentukan arah manajemen (Tabel 2.9);
10) farmakologi klinik terkait dengan sistem saraf (Tabel 2.10);
11) keterampilan presentasi dan audit (Tabel 2.11);
12) perhatian khusus terhadap kelompok perempuan dan kehamilan
(Tabel 2.12);
13) perhatian khusus terhadap kelompok anak dan remaja (Tabel
2.13);
14) perhatian khusus terhadap kelompok lanjut usia (Tabel 2.14);
15) perhatian khusus terhadap kesulitan belajar (Tabel 2.15);
16) perhatian khusus terhadap pasien dalam keadaan terminal (Tabel
2.16);
17) perhatian khusus terhadap kelompok kelainan neurologik yang
berpotensi mengalami masalah medikolegal (Tabel 2.17);
21
b. Kelompok berdasarkan gangguan atau penyakit, terdiri dari 22
(duapuluh dua) kompetensi dasar. Rincian jenis kompetensi dan
indikator hasil pembelajarannya dapat dibaca pada Lampiran 3 (Tabel
3.1- 3.22 ). Kelompok ini meliputi:
1) neurotraumatologi (Tabel 3.1);
2) nyeri kepala (Tabel 3.2);
3) gangguan kesadaran (Tabel 3.3);
4) gangguan tidur (Tabel 3.4);
5) gangguan fungsi luhur dan perilaku (neurobehavior) (Tabel 3.5);
6) kejang dan epilepsi (Tabel 3.6);
7) stroke dan gangguan neurovaskular lain (Tabel 3.7);
8) tumor susunan saraf (neuro-onkologi) (Tabel 3.8);
9) infeksi susunan saraf (neuro-infeksi) (Tabel 3.9);
10) gangguan serebrospinal (Tabel 3.10);
11) demielinasi dan vaskulitis (Tabel 3.11);
12) komplikasi neurologik dari imunosupresi (Tabel 3.12);
13) Parkinsonisme dan gangguan gerak (Tabel 3.13);
14) penyakit motor neuron (Tabel 3.14);
15) gangguan metabolik dan toksik (Tabel 3.15);
16) gangguan saraf kranialis (I-XII) (Tabel 3.16);
17) gangguan neuro-oftalmologik (Tabel 3.17);
18) gangguan kolumna vertebralis, medula spinalis, radiks, dan
cedera spinal (Tabel 3.18);
19) gangguan sistem saraf tepi (Tabel 3.19);
20) gangguan sistem saraf otonom (Tabel 3.20);
21) gangguan otot (Tabel 3.21);
22) nyeri (Tabel 3.22);
22
2 Kompetensi penunjang
Kompetensi penunjang merupakan kategori kompetensi yang diperlukan
untuk dapat menunjang pencapaian kompetensi dasar. Jenis
kompetensi ini terdiri dari 11 (sebelas) kompetensi penunjang. Rincian
jenis kompetensi dan indikator hasil pembelajarannya dapat dibaca pada
Lampiran 4 (Tabel 4.1- 4.11). Kompetensi penunjang ini meliputi:
1) neurofisiologi klinik (Tabel 4.1);
2) neuro-intervensi (Tabel 4.2);
3) neuro-endokrinologi (Tabel 4.3);
4) neurogenetik (Tabel 4.4);
5) neuro-intensif dan neuro-emergensi(Tabel 4.5);
6) neuro-otologi (Tabel 4.6);
7) neuropediatri (Tabel 4.7);
8) neuro-imaging (Tabel 4.8);
9) neurorestorasi (Tabel 4.9);
10) neuro-urologi (Tabel 4.10);
11) neuro-imunologi (Tabel 4.11).
3 Kompetensi lainnya
Kompetensi ini disesuaikan dengan karakteristik program studi
neurologi masing-masing, misalnya penyakit dekompresi (caisson
disease) (Lampiran 5, Tabel 5.1).
23
Daftar Capaian Kompetensi
Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik disusun
berdasarkan jenis kompetensi. Capaian kompetensi tersebut berasal dari
survei dan masukan dari seluruh Prodi PPDSN di seluruh Indonesia. Daftar
capaian kompetensi ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam
penyelenggaraan aktivitas pendidikan, termasuk dalam menentukan
wahana pendidikan. Dalam daftar capaian kompetensi (Lampiran 6), setiap
capaian jenis kompetensi diuraikan tentang tingkat kemampuan yang
harus dicapai oleh peserta didik pada akhir masa pendidikan. Daftar
capaian kompetensi berdasarkan jumlah kasus yang telah dikelola oleh
peserta didik pada akhir masa pendidikan, ditentukan dalam peraturan
khusus yang ditetapkan oleh KNI.
Tingkat kemampuan dasar kelompok gangguan atau penyakit yang
harus dicapai (Tabel 6.1) dikatagorikan dalam 4 (empat) tingkatan sebagai
berikut:
Tingkat Kemampuan 1
Mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan
subspesialistik dan tindak lanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan
pasien serta tindaklanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 3
Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan bukan gawat darurat, menentukan rujukan subspesialistik
yang paling tepat bagi penanganan pasien dan tindak lanjut pasca
rujukan.
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
24
Sedangkan tingkat kemampuan dasar kelompok penunjang yang
harus dicapai (Tabel 6.2) dikatagorikan dalam 4 (empat) tingkatan sebagai
berikut:
Tingkat Kemampuan 1
Mengetahui dan menjelaskan tentang ketrampilan klinik tersebut (prinsip,
indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul).
Tingkat Kemampuan 2
Pernah melihat dan mengamati atau didemonstrasikan tentang
ketrampilan klinik tersebut
Tingkat Kemampuan 3
Pernah melakukan atau menerapkan ketrampilan klinik tersebut dibawah
supervisi
Tingkat Kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri keterampilan klinik tersebut dengan
menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara
melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.
25
BAB V
PENUTUP
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN
27
Lampiran 1
KOMPETENSI
No. Area
Kompetensi Komponen Kompetensi
1 Pengetahuan Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru dan lebih
kedokteran maju di bidang neurologi
Memiliki kemampuan menyelesaikan masalah di bidang
neurologi berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru
dan lebih maju di bidang neurologi
2 Keterampilan Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis
klinik Melakukan pemeriksaan fisik secara efektif
Menunjukkan kemampuan dalam pendekatan diagnostik
Menunjukkan kecakapan dalam hal ketrampilan teknik
pemeriksaan penunjang
3 Kecakapan Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik
untuk Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
mengambil Memahami keterbatasan pengetahuan yang dimiliki seseorang
keputusan Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan
klinik biaya yang ditanggung oleh pasien
4 Keterampilan Memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun
interpersonal dengan pasien dan keluarganya
Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan sejawat, tenaga
kesehatan lainnya, dan dinas atau instansi kesehatan terkait
5 Sikap dan a. Akuntabilitas Profesi
perilaku Bertanggung jawab atas tugas yang diembannya
profesional Membuat rekam medik secara lengkap, tepat waktu, dan mudah
terbaca oleh pihak lain
Siap dan bersedia untuk berperan sebagai konsultan terhadap
sejawat dan profesi kesehatan lainnya apabila diperlukan
Memberi kesempatan, membantu dan memudahkan pasien dan
keluarganya, mahasiswa, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya, untuk belajar atau memahami sesuatu yang terkait
dengan profesinya di bidang neurologi
b. Pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning)
Memiliki kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis setiap
informasi terbaru di bidang kedokteran dan ilmiah lainnya yang
gayut dengan praktik kedokteran di bidang neurologi dan
penerapannya
28
No. Area
Kompetensi Komponen Kompetensi
Memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam hal evaluasi diri
tentang pengetahuan mutakhir di bidang neurologi dan
ketrampilan klinik
c. Menjunjung tinggi kemanusiaan
Mampu menunjukkan integritas dan kejujuran
Mampu menunjukkan empati kepada pasien & keluarganya
Mampu menunjukkan sikap menghargai hak pribadi pasien
Mampu menunjukkan sikap dalam menghargai pasien sebagai
individu, termasuk budaya, jenis kelamin, dan umur
d. Perilaku bermoral, beretika, dan taat hukum
Mampu berperilaku dan bersikap sesuai dengan standar moral
dan perilaku etika secara konsisten
Mentaati perundang-undangan dan aturan yang berlaku
e. Keselamatan pasien (patient safety)
Menunjukan kepedulian dan berpartisipasi dalam
mengupayakan keselamatan pasien
Menyadari keterbatasan kompetensinya dalam menangani
pasien
6 Keterampilan Mampi bekerja di unit kerja pelayanan kesehatan secara efektif
manajerial dan efisien
Mampu menggunakan teknologi informasi untuk kepentingan
perawatan pasien, pembelajaran sepanjang hayat, dan aktivitas
lainnya
Memiliki ketrampilan kerja dasar yang penting untuk
manajemen secara efektif
7 Advokasi dan Memiliki kemampuan untuk mempromosikan kesehatan dan
edukasi pencegahan penyakit, baik individual mapun komunitas
kesehatan Mampu membantu dan memberi nasihat untuk kepentingan
pasien
8 Penghayatan Mampu mengelola dokumen medik secara lengkap dan mudah
praktik terbaca (patient-oriented medical record)
kedokteran
9 Wawasan Memiliki kemampuan berfikir strategis, kritis, dan tidak
yang luas bersikap apriori
29
Tabel 1.2 Peran Utama Dokter Spesialis Neurologi
31
Tabel 2.3 Keterampilan Komunikasi
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Keterampilan Mampu a. Mampu berkomunikasi dengan bahasa yang
Komunikasi berkomunikasi sederhana dan mudah dipahami oleh pasien
dengan pasien dan dan keluarganya.
keluarga pasien b. Mampu melakukan negosiasi dengan sejawat
tentang penyakit, dari disiplin ilmu lain dan tenaga kesehatan
rencana demi kepentingan pasien tanpa mengabaikan
pemeriksaan dan kerahasiaan pasien
terapi, serta c. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan
prognosis dengan pasien yang memiliki keterbatasan tertentu
bahasa yang mudah atau latar belakang yang beragam
dipahami dan d. Mampu menjelaskan prognosis kepada pasien
beretika dan keluarganya untuk memperoleh
kesepakatan penuh dalam pemeriksaan dan
pemberian terapi
e. Mampu membuat ringkasan kasus secara jelas
untuk diketahui oleh para sejawatnya dengan
memperhatikan kerahasiaan pasien
Tabel 2.4 Diagnosis Banding, Pemeriksaan Lebih Lanjut dan Manajemen Awal
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Diagnosis Mampu melakukan a. Mampu menganalisis formulasi urutan
banding, penatalaksanaan awal diagnosis banding berdasarkan kondisi
pemeriksaan berdasarkan diagnosis pasien (termasuk ras, sosial, etnis), riwayat
lebih lanjut dan banding dan hasil penyakit dahulu, dan masalah terbaru, serta
manajemen pemeriksaan lanjutan kemungkinan penyebabnya
awal yang direncanakan b. Mampu menganalisis perbedaan manifestasi
berbagai penyakit saraf yang tercantum
dalam diagnosis banding
c. Mampu melakukan perencanaan
pemeriksaan penunjang yang relevan dan
memiliki dasar rasional untuk
menyingkirkan diagnosis banding
d. Mampu menganalisis hasil konsultasi
dengan sejawat lain terkait diagnosis banding
yang dibuat dengan mengutamakan
kepentingan pasien.
e. Mampu melakukan observasi dan penatalak-
sanaan awal dengan efektif untuk mengatasi
kegawatan pasien berdasarkan urutan
diagnosis banding dan alasan yang rasional
f. Mampu menunjukkan kemampuan dalam
mengoordinasi tim medis dan yuniornya
32
Tabel 2.5 Kualitas Perorangan
33
Tabel 2.6 Bekerja Sama Dengan Sejawat atau Profesi Lain
34
Tabel 2.7 Mengelola Pelayanan
35
Tabel 2.8 Meningkatkan Mutu Pelayanan
36
Tabel 2.9 Menyiapkan dan Menentukan Arah Manajemen
37
Tabel 2.10 Farmakologi Klinik Terkait dengan Sistem Saraf
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Farmakologi Mampu menerapkan a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip neuro-
klinik terkait prinsip farmakologi farmakokinetika dan farmakodinamika
dengan penyakit klinik dalam setiap b. Memiliki pengetahuan tentang prinsip terapi,
saraf penatalaksanaan khususnya untuk penyakit vaskular, migren,
kasus neurologi epilepsi, nyeri, gangguan psikiatrik, gangguan
gerak, multiple sclerosis, gangguan autoimun,
infeksi, demensia dan penyakit motor-neuron
c. Menganalisis keterbatasan yang mencakup
ketaatan, efek samping, interaksi dan
implikasi harga obat
d. Mampu untuk merencanakan pengobatan
farmakologis secara aman dan efektif
e. Mampu melakukan penatalaksanaan penyakit
saraf dengan selalu mengacu kepada pedoman
lokal dan nasional, serta sumber bukti dan
informasi tentang terapi
f. Mampu memberikan segala informasi pada
pasien dan keluarganya terkait terapi yang
dibutuhkan oleh pasien dalam bahasa yang
mudah dipahami dan santun
g. Menggunakan mekanisme pelaporan kejadian
efek samping obat, baik di dalam maupun di
luar organisasi kepada institusi nasional
Tabel 2.11 Kompetensi Utama Kelompok Umum dan Profesional:
Ketrampilan Presentasi dan Audit
40
Tabel 2.15 Perhatian Khusus Terhadap Kesulitan Belajar
41
Tabel 2.17 Perhatian Khusus terhadap Pasien yang Berpotensi Mengalamai
Masalah Medikolegal
42
Lampiran 3
KOMPETENSI DASAR:
43
Tabel 3.2 Nyeri Kepala
44
Tabel 3.3 Gangguan Kesadaran
45
Tabel 3.4 Gangguan Tidur
46
Tabel 3.5 Gangguan fungsi luhur dan perilaku (neurobehavior)
47
Tabel 3.6 Kejang dan Epilepsi
50
Tabel 3.9 Infeksi Susunan Saraf (Neuroinfeksi)
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
52
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Malaria serebral
a. Mampu menguraikan manifestasi klinis
malaria serebral
b. Mampu menjelaskan epidemiologi dan
pencegahan malaria
c. Mampu menyimpulkan diagnosis dan
diagnosis banding malaria serebral
d. Mampu menjelaskan farmakologi dan
farmakokinetik obat-obat antimalaria
e. Mampu merencanakan dan memberikan
obat antimalaria secara parenteral
Tetanus
a. Mampu menyimpulkan diagnosis dan
diagnosis banding kasus tetanus
b. Mampu melaksanakan rujukan pada bidang
terkait dalam tatalaksana tetanus
c. Mampu melaksanakan terapi kausatif dan
suportif/ simtomatik pada tetanus
d. Mampu menjelaskan dosis dan cara
pemberian vaksin dan serum anti tetanus
53
Tabel 3.11 Demielinasi dan Vaskulitis
54
Tabel 3.13 Parkinsonisme dan Gangguan Gerak
Kompetensi
Materi pokok Indikator Hasil Pembelajaran
Dasar
Parkinsonisme Mampu a. Mampu menyimpulkan adanya gangguan gerak
dan gangguan melakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
gerak penatalaksanaan yang sistematis
kasus gangguan b. Mampu menyimpulkan jenis gangguan gerak:
gerak secara hiperkinesia atau hipokinesia
holistik dan c. Mampu menafsirkan gambaran/ gejala gangguan
sesuai standar gerak dan penyakit yang mendasarinya
operasional (parkinsonisme, atetosis, mioklonus, tics, khorea,
prosedur asteriksis, tremor, distonia)
d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EEG dan
radiologi (CT/ MRI)
e. Mampu menyimpulkan hubungan antara khorea
dengan kelainan katub jantung
f. Mampu menangani kasus gangguan gerak
(terutama parkinson) dengan optimal dan holistik
g. Mampu menangani kasus gangguan gerak dengan
etiologi tidak jelas (spasme hemifasial, distonia)
h. Mampu melaksanakan terapi botox pada gerakan
tidak terkendali
i. Mampu merencanakan tindakan operatif apabila
resisten terhadap terapi botox
j. Membedakan antara penyakit Parkinson dan
parkinsonisme
k. Identifikasi gambaran klinik umum dan khusus
serta kriteria diagnostik penyakit Parkinson
l. Identifikasi perjalanan penyakit sesuai dengan
pentahapan menurut Hoehn dan Yahr
m. Identifikasi komplikasi penyakit yang dapat terjadi
n. Menetapkan diagnosis banding penyakit
Parkinson
o. Menganjurkan pemeriksaan penunjang
(laboratorium, CT scan, MRI, PET) bila terdapat
indikasi
p. Melakukan pengobatan sesuai dengan algoritma
penatalaksanaan dalam ’Konsensus Tatalaksana
Penyakit Parkinson’
q. Melakukan penilaian kemajuan pengobatan
dengan menggunakan Skala Terpadu Penilaian
Penyakit Parkinson (STP3)
r. Menganjurkan fisioterapi
s. Menganjurkan tindakan operasi pada penyakit
yang sudah tidak dapat diatasi lagi dengan terapi
medikamentosa.
55
Tabel 3.14 Penyakit Motor Neuron
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Penyakit Motor Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang gambaran
Neuron penatalaksanaan klinis dan diagnosis banding sindroma motor
kasus penyakit neuron, serta terapi untuk memodifikasi
motor neuron penyakit dan terapi simtomatik
secara holistik dan b. Memiliki pengetahuan tentang prognosis dan
sesuai standar penyampaian berita buruk; aspek perawatan
operasional paliatif; pengetahuan tentang semangat
prosedur hidup
c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan
penyakit motor neuron
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya
57
Tabel 3.17 Gangguan Neuro-oftalmologik
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Nervi Mampu melakukan a. Menyimpulkan anatomi dan faal terkait dengan
Neuro- penatalaksanaan sistem visual dan okulomotor; evaluasi klinis
oftalmologik kasus gangguan mata dan organ tambahan, visus (ketajaman,
neuro-oftalmologik lapang penglihatan dan fungsi luhur); gambaran
secara holistik dan klinis dan kondisi yang dapat mengganggu sistem
sesuai standar visual
operasional prosedur b. Melakukan penatalaksanaan pasien gangguan
sistem visual, penurunan visus, gangguan
okulomotor dan penyakit hipofisis
c. Menunjukkan kompetensi yang bersifat profesio-
nal sesuai dengan kasus yang ditanganinya
Penurunan visus
a. Mampu mengidentifikasi kelainan berdasarkan
penyebabnya
b. Mampu menguraikan anatomi pembuluh darah
sirkulasi anterior serta seluruh percabangannya
c. Mampu membedakan kebutaan yang ada
dengan buta kortikal berdasarkan pemeriksaan
klinis
d. Mampu melaksanakan pemeriksaan TCD dan
sonografi dupleks
e. Mampu merencanakan pemeriksaan MRA untuk
diagnostik
f. Mampu melaksanakan pemeriksaan funduskopi
(mengidentifikasi papil edema, papil atrofi, dan
kelainan di retina)
g. Mampu melaksanakan pemeriksaan kampus visi
h. Mampu memberikan jawaban konsultasi dari
spesialis mata dan sebaliknya
Diplopia
a. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi N.III,
IV, VI
b. Mampu menyimpulkan kelumpuhan saraf okuler
c. Mampu membedakan kelumpuhan pada N.III, IV
dan VI
d. Mampu menyimpulkan adanya peningkatan
tekanan intrakranial dengan melihat gejala
ikutan
e. Mampu menyimpulkan kelainan metabolik yang
dapat menyebabkan diplopia (misal: DM)
f. Mampu melaksanakan tes cover – uncover
g. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologi
yang diusulkan
h. Mampu menyimpulkan penyebab diplopia
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan neurologik
dan penunjang
58
Tabel 3.18 Gangguan Kolumna Vertebralis, Medula Spinalis, Radiks, dan
Cedera Spinal
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Menyimpulkan anatomi kolumna vertebralis,
Kolumna penatalaksanaan medula spinalis, radiks spinalis; gambaran
Vertebralis, gangguan kolumna klinis sindrom medulla spinalis, radiks dan
Medula vertebralis, medula kauda ekuina; indikasi untuk pemeriksaan
Spinalis, spinalis, radiks, yang bersifat segera; potensi dan
Radiks, dan dan cedera spinal keterbatasan pemeriksaan CT, MRI,
Cedera Spinal secara holistik dan mielografi dan angiografi spinal
sesuai standar b. Melakukan penatalaksanaan kedaruratan
operasional medulla spinalis atau kompresi radiks;
prosedur cedera spinal; manajemen nyeri leher dan
punggung bawah dan skiatika
c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien
dengan gangguan kolumna vertebralis,
medulla spinalis dan radiks; dan
konsekuensi akut dan kronis dari cedera
medulla spinalis termasuk dampak dari
paralisis, disfungsi autonom dan hilangnya
fungsi sensorik
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya
59
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
f. Mampu menganalisis diagnosis topis keluhan
pasien dengan dasar neuroanatomi, pemeriksaan
fisik dan EMG yang benar.
g. Mampu menyimpulkan penyebab yang
mendasari terjadinya neuropati (defisiensi,
metabolik, trauma/kompresi, keganasan,
genetik, imunologik)
h. Mampu menjelaskan perjalanan penyakit,
sindroma prototip, gejala yang dominan
(motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala
atipikal, serta gejala lain yang menyertai
i. Mampu merencanakan pemeriksaan
laboratorium, lumbal pungsi dan PA
j. Mampu menangani kasus gangguan saraf tepi
yang meliputi penanganan kausa, pencegahan
komplikasi, fisioterapi, mengobati penyakit yang
menyertai, menghentikan obat-obatan yang
bersifat neurotoksik, memperbaiki metabolisme,
kompensasi malnutrisi, memberikan obat yang
membantu regenerasi saraf, dan imunoterapi
sesuai indikasi
k. Mampu menjelaskan indikasi intraoperative
monitoring
l. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan
intraoperative monitoring
Sindroma Guillain-Barre
a. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus
sindrom Guillain-Barre secara holistik dan
sesuai standar prosedur operasional.
b. Mampu menjelaskan patogenesis, patofisiologi
dan kelainan molekuler sindrom Guillain-Barre
(SGB)
c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinik
SGB dan variannya
d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan pungsi
lumbal yang dilaksanakan sendiri
e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EMG,
KHS (termasuk F-wave) yang dilakukan sendiri
f. Mampu menangani kasus GBS termasuk
perawatan intensif di ICU bila terdapat ancaman
gagal nafas
g. Mampu menangani kasus SGB dengan terapi
spesifik berupa pemberian Ig intravena atau
plasmaparesis
h. Mampu menangani pencegahan komplikasi
i. Mampu merencanakan program fisioterapi
60
Tabel 3.20 Gangguan Sistem Saraf Otonom
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Mampu melaksanakan anamnesis tentang
sistem saraf penatalaksanaan keluhan utama secara sistematik, mengarah
otonom gangguan sistem ke gangguan neurologik atau mekanik/non-
saraf otonom neurologik serta etiologik
secara holistik dan b. Mampu melakukan pemeriksaan tes
sesuai standar keringat (perspirasi) sesuai prosedur dan
operasional menganalisis hasil pemeriksaan
prosedur c. Mampu melaksanakan pemeriksaan
hipotensi postural
d. Mampu melaksanakan pemeriksaan dengan
tilt table
e. Mampu melaksanakan pemeriksaan
urodinamik dengan supervisi
f. Mampu menyimpulkan jenis-jenis impotensi
dan manajemennya
g. Mampu menyimpulkan sindrom Horner dan
latar belakangnya
h. Mampu melakukan penatalaksanaan
gangguan saraf otonom secara holistik dan
sesuai standar prosedur operasional
61
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
62
Tabel 3.22 Nyeri
63
Lampiran 4
KOMPETENSI PENUNJANG
64
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Brain Mapping
Mampu melakukan tahapan pemeriksaan brain
maping dengan supervisi sesuai standar
prosedur operasional.
a. Mampu melaksanakan prosedur perekaman
EEG
b. Mampu menjelaskan human functional
neuroanatomy
c. Mampu menjelaskan teknologi komputer
d. Mampu menyimpulkan glucose uptake,
konsumsi oksigen dan aliran darah di regio–
regio yang berbeda
e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan PET
(Positron Emission Tomography)
f. Mampu menyimpulkan indikasi utama
pemeriksaan brain mapping
Polisomnografi
Mampu melaksanakan pemeriksaan gangguan
tidur: Epworth sleepiness scale, nocturnal
polysomnography, multiple sleep latency test
(MSLT), repeated test of sustained wakefulness
(RTSW), pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan polisomnografi, dengan supervisi
ENMG (elektroneuromiografi)
Mampu melakukan pemeriksaan ENMG,
kecepatan hantar saraf (KHS), stimulasi repetitif
dengan memperhatikan prinsip teknik;
abnormalitas dalam nerve entrapments yang
sering dijumpai, neuropati perifer; penyakit
motor neuron; gangguan neuromuscular
junction; penyakit otot
Evoked Potentials (EP)
Mampu menganalisis hasil pemeriksaan Evoked
Potentials – abnormalitas yang sering dijumpai
dalam penyakit saraf terutama demielinisasi,
peran intraoperative EP
65
Tabel 4.2 Neuro-intervensi
67
Tabel 4.3 Neuro-endokrinologi
Kompetensi
Materi pokok Indikator Hasil Pembelajaran
Dasar
Neurogenetika Mampu a. Menyimpulkan dasar genetika termasuk
menganalisis pola pewarisan dan metode umum
indikasi diagnostik; peran riwayat keluarga secara
pemeriksaan rinci dan tes diagnostik berdasarkan DNA
neurogenetika b. Menganalisis kontribusi genetik pada
terkait kasus penyakit saraf multifaktorial (misal: Stroke,
neurologis sesuai MS, SAH, epilepsi)
standar c. Menafsirkan gambaran klinis penyakit
operasional genetik (misal: ataksia herediter, penyakit
Huntington, neuropati herediter, penyakit
dengan tepat
otot, dan sindrom neurokutaneus)
d. Menafsirkan peran bioinformatic database of
human disease
e. Menjelaskan tentang prinsip genetika
sebagai ilmu terapan dalam penyakit saraf
f. memiliki kemampuan untuk
menginterpretasikan laporan genetik
g. Memiliki kemampuan untuk memberi
penjelasan kepada pasien dan keluarganya
sebelum melakukan tes genetik
h. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi
dengan sejawat pakar genetika
i. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya
68
Tabel 4.5 Neuro-intensif dan emergensi
69
Tabel 4.6 Neuro-otologi
70
Tabel 4.7 Neuropediatri
71
Tabel 4.8 Neuro-imaging
72
Tabel 4.10 Neuro-urologi
Multiple Sclerosis
Mampu melakukan penatalaksanaan kasus
multiple sclerosis secara holistik dan sesuai
standar prosedur operasional
a. Mampu menjelaskan epidemiologi
multiple sclerosis
b. Mampu menjelaskan patogenesis,
patofisiologi dan kelainan molekuler
multiple sclerosis
c. Mapu menyimpulkan gejala dan tanda
klinis multiple sclerosis
d. Mampu menjelaskan kriteria diagnosis
multiple sclerosis
e. Mampu merencanakan pemeriksaan
penunjang radiologi berupa MRI dan
MRS dengan dasar indikasi yang jelas
f. Mampu melaksanakan pungsi lumbal
dan analisis cairan serebrospinal umum
dan khusus (indeks IgG, oligoclonal
band)
g. Mampu melaksanakan pemeriksaan
evoked potential (VEP, SSEP, BAEP)
dengan supervisi
h. Mampu menangani kasus multiple
sclerosis dengan prioritas pencegahan
kekambuhan dan progresivitas ( immu-
nomodulatory drugs, plasmaferesis, IVIg)
dan terapi simtomatik
i. Mampu merencanakan rehabilitasi baik
terapi fisik maupun okupasi
Mampu menjelaskan tentang penyakit
dan prognosis pada pasien dan keluarga
pasien
74
Lampiran 5
KOMPETENSI LAIN
75
Lampiran 6
Tingkat
kemampuan
No. Kelompok gangguan atau penyakit
1 2 3 4
76
Tingkat
kemampuan
No. Kelompok gangguan atau penyakit
1 2 3 4
Tingkat kemampuan 1:
Mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan subspesialistik dan
tindak lanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 2:
Mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan pasien
serta tindaklanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 3:
Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan bukan gawat darurat, menentukan rujukan subspesialistik yang paling
tepat bagi penanganan pasien dan tindak lanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 4:
Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.
77
Tabel 6.2 Capaian kompetensi penunjang
Tingkat
kemampuan
No. Kelompok penunjang
1 2 3 4
78
Tingkat
kemampuan
No. Kelompok penunjang
1 2 3 4
Tingkat Kemampuan 1
Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang ketrampilan klinik
tersebut (prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul).
Tingkat Kemampuan 2
Pernah melihat dan mengamati atau didemonstrasikan tentang
ketrampilan klinik tersebut
Tingkat Kemampuan 3
Pernah melakukan atau menerapkan ketrampilan klinik tersebut
dibawah supervisi
Tingkat Kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri keterampilan klinik tersebut dengan
menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara
melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.
79