( K.B.S.I. )
STANDAR PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF
i
ii
STANDAR PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF INDONESIA
Tim Penyusun
Ketua : Prof.dr. RM. Padmosanjoto Sp.BS
diterbitkan oleh :
KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA
Jakarta - Februari 2007
iii
iv
Daftar Isi
Daftar Singkatan
7
Bab 1 Pendahuluan
1
Bab 2 Misi, Tujuan dan Luaran Pendidikan
3
Misi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf
..................................... 3
Tujuan Pendidikan
................................................................................. 3
Luaran Pendidikan
................................................................................ 4
Bab 3 Program Pendidikan
5
Pendekatan Pembelajaran
.................................................................... 5
Metoda Ilmiah
....................................................................................... 6
Isi Pendidikan
........................................................................................ 6
Struktur, Komposisi dan Lama Pendidikan
........................................... 6
Hubungan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
................................ 7
Menejemen Proses Pendidikan
............................................................. 7
Bab 4 Sistem Evaluasi Peserta Didik
8
Metoda Penilaian
...................................................................................8
Penyelenggaraan dan Dokumentasi
..................................................... 8
Bab 5 Peserta Didik
9
Sistem Penerimaan Peserta Didik
......................................................... 9
Kebijakan Seleksi
.................................................................................. 9
Jumlah Peserta Didik
............................................................................ 9
Kondisi Kerja Peserta Didik
.................................................................10
Sistem Perwakilan Peserta Didik
........................................................ 10
Bab 6 Staf Akademik
11
Kriteria Staf Akademik
........................................................................ 11
Penerimaan Dan Pengembangan Staf
................................................ 11
Bab 7 Sumber Daya Pendidikan
12
Fasilitas Pendidikan Dan Pelatihan
..................................................... 12
Fasilitas Fisik
....................................................................................... 12
Tim Klinik
............................................................................................. 12
Teknologi Informasi
............................................................................. 13
Fasilitas Riset
...................................................................................... 13
Ekspertis Pendidikan
........................................................................... 13
Perukaran Staf
.....................................................................................13
v
Bab 8 Evaluasi Program
14
Sistem Evaluasi Program
.................................................................... 14
Umpan Balik Pendidikan Dan Pserta Didik
......................................... 14
Kinerja Luaran Pendidikan
...................................................................14
Kewenangan Dan Pemantauan Program Pendidikan
......................... 14
Keterlibatan Stake Holders
................................................................. 14
Bab 9 Administrasi Pendidikan & Penyeleggaraan Program
15
Penyelenggaraan Program
.................................................................. 15
Kepemimpinan Akademik
................................................................... 15
Alokasi Anggaran Dan Sumber Daya
.................................................. 15
Tenaga Administrasi Dan Menejemen
................................................. 15
Interaksi Dengan Sektor Kesehatan
.................................................... 15
Bab 10 Lain-lain
16
Perbaikan Berkesinambungan
............................................................ 16
Aturan Tambahan
................................................................................ 16
Bab 12 Penutup
17
vi
Daftar Singkatan
vii
viii
Bab 1
Pendahuluan
1
Di dalam penjelasan pasal 7 ayat 2 Undang Undang Praktik Kedokteran , No
29 Tahun 2004 disebutkan bahwa standar pendidikan profesi dokter dan dok-
ter gigi adalah pendidikan profesi yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian, apabila setiap komponen pendidikan yang terkait dengan
pendidikan dokter spesialis mempunyai standar yang sama maka dokter spe-
sialis yang dihasilkan akan dijamin mempunyai mutu yang sama pula.
Standar pendidikan dokter spesialis bedah saraf Indonesia merupakan suatu
instrumen yang dapat dipergunakan untuk menjaga mutu serta menilai perbai-
kan kualitas proses pendidikan dokter spesialis bedah saraf oleh institusi
pendidikan dokter spesialis (IPDS) bedah saraf yang bertanggung jawab untuk
hal tersebut. Standar bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan
sesuai kompetensi yang ditetapkan. Standar dapat pula dipergunakan oleh
IPDS untuk menilai dirinya sendiri serta sebagai dasar perencanaan program
perbaikan kualitas proses pendidikan secara berkelanjutan.
Komponen standar pendidikan meliputi isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,serta evaluasi
proses pendidikan. Standar dari masing-masing komponen pendidikan terse-
but harus selalu ditingkatkan secara berencana dan berkala mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran (medical science
and technology), perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan kedokteran
(medical education and technology) dan tuntutan masyarakat terhadap pelay-
anan kesehatan (health needs and demands).
Standar pendidikan dokter spesialis dan sub-spesialis disusun secara garis
besar sehingga dapat diimplementasikan untuk semua program studi pendidi-
kan dokter spesialis dan sub-spesialis yang saat ini sudah ada. Dokumen
WFME dipergunakan sebagai acuan untuk pengembangan standar pendidikan
dokter spesialis dan subspesialis. Substansi standar pendidikan yang terinci
dan terukur untuk masing masing program studi perlu dikembangkan oleh
masing-masing kolegium yang terkait.
Untuk memenuhi standar pendidikan dokter spesialis bedah saraf , setiap
IPDS bedah saraf seharusnya mampu menunjukkan dokumen yang dibutuh-
kan, baik dokumen tentang proses penyusunan maupun dokumen tentang
implementasi proses pendidikan yang dilakukan.
Berbagai hal yang terkait dengan standar pendidikan diuraikan lebih lanjut
pada bab selanjutnya.
2
Bab 2
Misi, Tujuan dan Luaran Pendidikan
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan Umum
Tujuan Umum Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah :
2.1. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam pengamalan ilmu bedah
saraf sesuai dengan kebijakan pemerintah berdasarkan Pancasila.
2.2. Mempunyai pengetahuan dalam bidang bedah saraf serta mempunyai
ketrampilan dan pola pikir yang positif, sehingga dapat memecahkan
masalah bedah saraf secara ilmiah dan dapat mengamalkan ilmu
bedah saraf kepada masyarakat secara optimal.
2.3. Mampu menentukan, merencanakan, dan melaksanakan pendidikan
dan penelitian secara mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat
akademik yang lebih tinggi.
2.4. Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan akhlak, etik
keilmuan dan etik profesional.
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah :
3
Mampu melakukan pelayanan bedah saraf sesuai dengan standar pela-
yanan medik bedah saraf di Indonesia.
3. Luaran Pendidikan
Luaran pendidikan adalah seorang spesialis bedah saraf yang berakhlak,
profesional dan memiliki :
3.1. Kompetensi untuk menyelesaikan masalah bedah saraf sesuai
dengan standar pelayanan medik bedah saraf di Indonesia.
3.2. Kompetensi untuk memberi penyuluhan bedah saraf dalam bidang
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3.3. Kesiapan untuk melakukan penelitian dan mengikuti pendidikan
profesional berkelanjutan.
4
Bab 3
Program Pendidikan
1. Pendekatan Pembelajaran
1.1. Ilmu Bedah Saraf adalah Ilmu Saraf (Neurologi) ditambah Ilmu Bedah,
khususnya Bedah Saraf.
1.2. Program pendidikan spesialis bedah saraf diselenggarakan di Pusat
Pendidikan yang ada di Indonesia dan telah terakreditasi.
1.3. Pelaksanaan pendidikan di IPDS baru harus melalui tahapan
pembinaan dari pusat pendidikan yang telah berdiri dan mengikuti
peraturan yang ditentukan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
1.4. Program pendidikan spesialis bedah saraf disesuaikan dengan sifat
bedah saraf. Pendidikan mengarah kepada pembentukan sikap
seorang spesialis bedah.
1.4.1. Dapat membuat keputusan dan koreksi sewaktu
1.4.2. Siap bekerja tanpa mengenal waktu
1.5. Program pendidikan berbasis teori dan praktek yang komprehensif,
dan diselenggarakan melalui tahapan :
1.5.1. Tahap Pengayaan
Berisikan pendidikan teori dan pengetahuan dasar.
1.5.2. Tahap Magang
Merupakan latihan mengintegrasikan teori dan praktek.
1.5.3. Tahap Mandiri
Melatih kemampuan melakukan sintesa dan praktek yang
bertanggung jawab.
1.6. Pendidikan spesialis bedah saraf mengacu kepada ketentuan yang
dibuat dan dievaluasi secara berkala oleh KBSI.
1.7. Peserta didik dihimpun dalam satu perhimpunan yang diperuntukkan
mengurusi kepentingan peserta didik.
5
2. Metoda Ilmiah
Analitis sistematis, memecahkan masalah dan berbasis bukti (evidence
based medicine).
3. Isi Pendidikan
3.1. Ilmu bedah saraf mencakup semua tindakan yang memerlukan
pengobatan secara bedah atau potensial memerlukan pembedahan,
terhadap kelainan yang potensial ataupun telah mengakibatkan
gangguan susunan saraf.
3.2. Termasuk dalam isi pendidikan adalah pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skill), pemahaman perilaku (attitude).
3.2.1. Ilmu kedokteran dasar yang menunjang ilmu bedah saraf.
3.2.2. Ilmu bedah saraf yang sesuai dengan kompetensi yang telah
ditentukan.
3.2.3. Ilmu pengetahuan di luar kompetensi yang ditentukan,
diajarkan pengetahuan dasar untuk dapat dikembangkan di
kemudian hari.
3.2.4. Kemampuan dalam memberikan penyuluhan di bidang bedah
saraf.
3.3. Isi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf dituangkan di dalam
Kurikulum Nasional Pendidikan Bedah Saraf (KNPBS) yang disusun
oleh KBSI.
3.4. Pelaksanaan isi pendidikan dipantau melalui Log Book.
3.5. Evaluasi pencapaian isi pendidikan dilakukan secara berkala.
6
5. Hubungan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
Peserta didik dalam tahap Mandiri harus bertanggung jawab penuh terha-
dap semua tindakan yang dilakukan oleh ybs dalam pelayanan kesehatan
di RS pendidikan.
7
Bab 4
Sistem Evaluasi Peserta Didik
1. Metoda Penilaian
Penilaian pada peserta didik berbentuk :
1.1. Penilaian kemampuan pada setiap akhir pendidikan ilmu kedokteran
dasar yang menunjang ilmu bedah saraf.
1.2. Penilaian kegiatan
1.2.1. Semua kegiatan peserta didik dicatat dalam log book.
1.2.2. Dilakukan secara berkala pada setiap akhir tahap pendidikan.
1.3. Penilaian Karya Tulis
1.3.1. Dilakukan pada akhir tahap proses pendidikan.
1.3.2. Karya tulis dimaksud berkaitan dengan bedah saraf.
1.4. Ujian Akhir
1.4.1. Berbentuk Uji Kompetensi yang diselenggarakan secara
nasional oleh KBSI.
1.4.2. Materi mengacu pada tujuan dan isi Pendidikan.
1.4.3. Angka Kelulusan ditetapkan oleh KBSI
1.5. Hasil Penilaian dan Hasil Ujian Akhir
1.5.1. Kelulusan dari Ujian Akhir akan dinyatakan dalam predikat,
yang disesuaikan dengan angka kelulusan.
1.5.2. Peserta didik yang tidak lulus dari ujian berkala atau ujian akhir,
diberi kesempatan untuk memperbaiki.
8
Bab 5
Peserta Didik
2. Kebijakan Seleksi
2.1. IPDS yang mempunyai jumlah lulusan seleksi masuk di bawah daya
tampung, dapat menerima limpahan dari IPDS yang jumlah lulusan
seleksi masuknya berlebih.
2.2. Calon yang tidak lulus seleksi, dapat diberi kesempatan 1 (satu) kali
lagi untuk memperbaiki.
2.3. Calon yang telah dinyatakan tidak lulus di satu IPDS, tidak dapat
diterima di IPDS lain yang ada di Indonesia.
9
3.2. Peserta didik adaptasi dari spesialis lulusan luar negeri, diatur oleh
KKI
10
Bab 6
Staf Akademik
11
Bab 7
Sumber Daya Pendidikan
2. Fasilitas Fisik
2.1. IPDS Bedah Saraf harus memiliki fasilitas pendidikan :
2.1.1. Mempunyai ruang pertemuan
2.1.2. Memiliki perpustakan dan fasilitas penelitian
3. Tim Klinik
3.1. Tersedia program pertemuan klinik bersama ( join meeting ) antar
disiplin terkait.
3.1.1. Mencari pemecahan masalah pasien
3.1.2. Mengatur kelompok kerja untuk menangani satu kasus
12
3.1.3. Membicarakan kasus kematian ( dead case )
4. Teknologi Informasi
4.1. IPDS perlu memiliki dan mengembangkan fasilitas teknologi informasi
yang memadai bagi staf dan peserta didik
4.2. Seluruh sivitas akademika dapat memanfaatkan fasilitas teknologi
informasi yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan program
pendidikan.
5. Fasilitas Riset
5.1. Kegiatan riset merupakan bagian proses pendidikan.
5.2. Setiap peserta didik diwajibkan melaksanakan kegiatan riset
5.3. IPDS menyediakan fasilitas riset yang memadai serta membentuk
kerjasama kegiatan riset antar institusi, sehingga aktivitas riset dapat
terlaksana dengan baik
6. Ekspertis Pendidikan
6.1. Setiap IPDS Bedah Saraf dapat memanfaatkan pakar dari IPDS lain
dengan cara mengangkat pakar tersebut sebagai Dosen Luar Biasa
dari Universitas terkait.
6.2. Alih teknologi oleh pakar dari luar negeri harus mendapat persetujuan
dari KBSI.
7. Perukaran Staf
7.1. Untuk mendapat pengalaman dari staf IPDS lain, maka dilakukan
pertukaran peserta didik antar IPDS.
7.2. Setiap IPDS dapat mengusahakan peluang bagi peserta didik untuk
menambah pengalaman di luar negeri, di luar program dan waktu
yang telah ditentukan oleh KBSI.
13
Bab 8
Evaluasi Program
14
Bab 9
Administrasi Pendidikan & Penyeleggaraan Program
1. Penyelenggaraan Program
1.1. Penyelengaraan Program Pendidikan adalah IPDS yang dimiliki oleh
Fakultas Kedokteran dari Universitas terkait.
1.2. Kurikulum dan cara penyelenggaraan program (buku panduan)
mengacu pada ketentuan KBSI.
1.3. Luaran adalah lulusan Ujian Nasional (Ujian Kompetensi) yang
dilaksanakan oleh KBSI.
2. Kepemimpinan Akademik
2.1. IPDS dipimpin oleh Ketua Program Studi (KPS), dapat dibantu SPS,
staf pengajar dari fakultas tempat IPDS berada.
2.2. KPS dan / atau SPS secara otomatis menjadi anggota KBSI.
2.3. Kinerja KPS dapat dievaluasi dalam rapat anggota KBSI.
15
Bab 10
Lain-lain
1. Perbaikan Berkesinambungan
Penilaian Program Pendidikan, Mutu Luaran, dan perbaikan yang diperlu-
kan akan diatur oleh KBSI.
2. Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur didalam ketentuan di atas, akan diatur kemudian
sesuai ketentuan dan kondisi pada saat tertentu.
16
Bab 12
Penutup
17