Anda di halaman 1dari 100

KONSIL KEDOKTERAN

INDONESIA

KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
INDONESIA
(Revisi Tahun 2015)

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA
2015
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
INDONESIA
(Revisi Tahun 2015)

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA
2015
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA
(Revisi Tahun 2015)

© Hak Cipta Dilindungi Undang-undang


All Right Reserved

Penyusun:
Mohammad Saiful Islam, dr, Sp.S(K)
Prof (ret). Harsono, dr, Sp.S(K)
Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K)
Dr. DPG Purwa Samatra, dr, SpS(K)
Eva Dewati, dr, Sp.S(K)
Wardah Rahmatul Islamiyah, dr,Sp.S

Penerbit:
KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SYARAF INDONESIA

Diaspora Publisher-Bintang Offset


Ruko Borobudur Indah Kav. 16 - Malang
Telp. 0341 403399
Email: bintangoffsetmlg@yahoo.co.id

Perpustakaan Nasional Rl:


Katalog Dalam Terbitan (KDT)
STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA
(REVISI TAHUN 2015)

106 hlm; 17,5x23


ISBN : 978-979-16414-4-9
Edisi Revisi 2015, Cetakan Pertama, 2015

i
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

PENYUSUN
(Edisi 2006)
Prof. Harsono, dr., Sp.S(K)
FK UGM Yogyakarta
Jofizal Jannis, dr., Sp.S(K)
FKUI Jakarta

KONTRIBUTOR
Prof. Dr. Aboe Amar Joesoef, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya
Prof. Bambang Hartono.dr, Sp.S(K), Ph.D (aim)
FK UNDIP Semarang
Billy Indra Gunawan.dr, Sp.S(K)
FK UNSRI Palembang
Darwin Amir.dr, Sp.S
FK UNAND Padang
Hasan Sjahrir.dr, Sp.S(K)
FK USU
Medan I. Wayan Kondra, dr.Sp.S
FKUNUDDenpasar
Muh. Akbar, dr, Sp.S, Ph.D
FK UNHAS Makassar
M. Dalhar, dr, Sp.S
FK UNIBRAW Malang
Mohammad Saiful Islam, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya

ii
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Nani Kurniani, dr, Sp.S


FK UNPAD Bandung
Nizar Yamanie, dr, Sp.S(K)
FK Ul Jakarta
S.C. Siwi Kotambunan, dr, Sp.S
FK UNSRAT Manado
Dr. Suroto, dr, Sp.S(K)
FK UNS Surakarta

TIM REVISI
(Edisi 2015)
Ketua
Mohammad Saiful Islam, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya

Anggota
Prof (ret). Harsono, dr, Sp.S(K)
FK UGM Yogyakarta
Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K)
FK UNAIR Surabaya
Dr. DPG Purwa Samatra, dr, SpS(K)
FK UNUD Denpasar
Eva Dewati, dr, Sp.S(K)
FK Ul Jakarta
Wardah Rahmatul Islamiyah, dr.Sp.S
FK UNAIR Surabaya
Para Ketua Departemen Neurologi
Para KPS Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi

iii
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

PENGANTAR TIM REVISI


(Edisi 2015)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya tugas tim revisi
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia. Standar kompetensi memang
memerlukan revisi secara berkala karena standar kompetensi bersifat dinamis, dengan arti
ada kecenderungan untuk mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, pembangunan kesehatan di Indonesia,
dan tuntutan pemangku kepentingan. Revisi ini menguraikan lebih rinci tentang berbagai
indikator hasil pembelajaran atau pencapaian kompetensi yang diatur dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK).

Revisi ini melibatkan seluruh Ketua Departemen Neurologi dan KPS


(Ketua/Koordinator Prodi) dari 13 (tigabelas) Program Pendidikan Dokter Spesialis
Neurologi di Indonesia. Untuk itu tim revisi menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih secara tulus atas kerja samanya yang sangat baik.

Mudah-mudahan semua upaya ini bermanfaat bag! kita semua, khususnya para
pengelola PPDSN agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang lebih berkualitas, dan
para peserta didik agar menjadi lulusan yang lebih profesional.

Tentu masih banyak kekurangan dalam revisi ini. Karenanya, kritik dan saran
sangat kami harapkan.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2015

Tim Revisi

iv
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SAMBUTAN KETUA UMUM


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI)
(Edisi 2015)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan terbitnya buku Revisi
Standard Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia yang merupakan
penyempurnaan dari buku yang sama terbitan tahun 2006, yang disusun oleh Kolegium
Neurologi Indonesia.

Seperti diketahui standar kompetensi merupakan suatu keharusan untuk dipahami


oleh setiap profesi baik di bidang neurologi atau bidang pelayanan medis lain. Jelas bagi
kita kemampuan profesional seorang dokter spesialis neurologi didukung oleh kurikulum
pendidikan yang memenuhi standar internasional. Perkembangan ilmu kedokteran yang
sangat pesat serta timbulnya subspesialisasi di bidang klinis berdampak pada pelayanan
medik yang tumpang tindih antarspesialisasi. Standar kompetensi menjelaskan dengan
gamblang apa saja kemampuan yang harus dimiliki dokter spesialis neurologi sebagai
profesi dalam pelayanan kedokteran serta tanggung jawabnya terhadap pasien yang
dilayani. Pengurus Pusat PERDOSSI mengharuskan setiap dokter spesialis neurologi
memahami kompetensi dan batas kemampuan profesinya dalam melayani pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.

Pengurus Pusat PERDOSSI menyampaikan terima kasih kepada tim revisi Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia dari KNI yang telah bekerja dengan
penuh dedikasi. Semoga menjadi amalan baik disisi Allah SWT.

Wabillahittaufiq wal hidayah.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2015


Ketua Umum

Prof.Dr. H. M. Hasan Machfoed, dr, MS, SpS(K)

v
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

SAMBUTAN
KETUA KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA (KNI)
(Edisi 2015)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridha, taufik dan hidayah-Nya
sehingga Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) mampu menyelesaikan revisi Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia. Revisi ini didasarkan atas semangat
perbaikan mutu berkelanjutan, serta memperhatikan perubahan dan kemajuan yang
terjadi di ranah ilmu kedokteran, pendidikan, maupun praktik sehari-hari. Dengan demikian
standar kompetensi diupayakan untuk selalu mengikuti perkembangan yang ada agar
pendidikan dokter spesialis neurologi di Indonesia selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran.

Kami menyampaikan terima kasih secara tulus dan penghargaan yang tinggi
kepada tim revisi yang dikoordinasi oleh dr. Mohammad Saiful Islam, Sp.S(K), dan
diarahkan oleh Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K), yang telah menyelesaikan tugasnya
dengan penuh dedikasi. Semoga seluruh upaya tim revisi menjadi amal ibadah. Amin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2015


Ketua

Prof. (Ret). Dr. Harsono, Sp.S(K)

vi
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

DAFTAR ISI
Tim Revisi .................................................................................................................... iii
PengantarTim Revisi .................................................................................................... iv
Sambutan Ketua Umum PERDOSSI ........................................................................... v
Sambutan Ketua Kolegium Neurologi Indonesia ......................................................... vi
Daftar Isi ...................................................................................................................... vii
Daftar Singkatan .......................................................................................................... viii
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ....................................................................... x

BAB I. Pendahuluan ................................................................................................ 1

BAB II. Kompetensi .................................................................................................. 8


A. Prinsip Kompetensi .................................................................................
B. Katagori Kompetensi .............................................................................. 8
C. Elemen Kompetensi ............................................................................... 9
D. Area dan Komponen Kompetensi ........................................................... 10
E. Peran Dokter Spesialis Neurologi Berkaitan dengan Kompetensi .......... 10
F. Standar Kompetensi ............................................................................... 10
G. Capaian Pembelajaran ........................................................................... 11
H. Implikasi Pengembangan KBK ............................................................... 11
I. Ciri-ciri KBK .............................................................................................. 12
J. Ruang Lingkup Kompetensi Lulusan ....................................................... 13

BAB III. Pencapaian Kompetensi .............................................................................. 15


A. Pengalaman Pembelajaran .................................................................... 15
B. Evaluasi .................................................................................................. 16

BAB IV. Karakteristika Pencapaian Kompetensi ...................................................... 18


A. Katagori Kompetensi .............................................................................. 18
B. Jenis Kompetensi ................................................................................... 20

BAB VI. Penutup ....................................................................................................... 26

Daftar Kepustakaan ..................................................................................................... 27


Lampiran 1 ................................................................................................................... 28
Lampiran 2 ................................................................................................................... 32
Lampiran 3 ................................................................................................................... 45
Lampiran 4 ................................................................................................................... 67
Lampiran 5 ................................................................................................................... 79
Lampiran 6 ................................................................................................................... 81

vii
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

DAFTAR SINGKATAN

ADHD : Attention deficit hyperactivity disorder


BAEP : Brainstem auditory evoked potentials
CBT : Computer based testing
CK : Creatine kinase
CPD : Continuing professional development
CSS : Cairan serebrospinal
CT scan : Computed Tomography
DMP : Dystrophia musculorum progressiva
DSA : Digital substraction angiography
DSM-V : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V
DVT : Deep vein thrombosis
EEC : Elektroensefalografi
EKG : Elektrokardiografi
EMG : Elektroneuromiografi
EP : Evoked potentials
GBS : Guillain-Barre Syndrome
GCS : Glasgow Coma Scale
GMP : Good Medical Practice
ICU : Intensive Care Unit
IDASI : Ikatan Dokter Ahli Saraf Indonesia
lg : Imunoglobulin
ILAE : International League Against Epilepsy
IVIg : Intravenous immunogtobuline
KBK : Kurikulum berbasis kompetensi
KHS : Kecepatan hantarsaraf
KKI : Konsil Kedokteran Indonesia
KKNI : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
KNI : Kolegium Neurologi Indonesia
KPS : Ketua/Koordinator Program Studi
LDH : Lactate dehydrogenase
MBB : Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat
MG : Miastenia gravis
MKB : Mata kuliah Keahlian Berkarya
MKK : Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan

viii
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

MKKI : Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia


MPB : Mata kuliah Perilaku Berkarya
MPK : Mata kuliah Pengembangan Kepribadian
MMSE : Mini Mental State Examination
MSLT : Multiple sleep latency test
MRA : Magnetic Resonance Angiography
MRI : Magnetic Resonance Imaging
MRS : Magnetic Resonance Spectroscopy
MS : Multiple sclerosis
OAE : Obat anti-epilepsi
OSCE : Objective Structured Clinical Examination
PERDOSSI : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
PET : Positron Emission Tomography
PPT : Power point
Prodi : Program studi
PPDS : Program Pendidikan Dokter Spesialis
RM : Retardasi mental
RTSW : Repeated test of sustained wakefutness
SAR : Serum antirabies
SOL : Space occupying lession
SPECT : Single-photon Emission Computed Tomography
SSEP : Somatosensory evoked potentials
SSP : Sistem saraf pusat
SST : Sistem saraf tepi
TCD : Transcranial Doppler
TIA : Transient ischemic attack
TIK : Tekanan intrakranial
VAR : Vaksin antirabies
VCT : Voluntary Counceling Test
VEP : Visual evoked potentials

ix
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2015
TENTANG
STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPES1AUS NEUROLOGI INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa standar kompetensi sebagai bagian dari standar nasional
pendidikan tinggi berisi kriteria minimal mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
profesi dokter, harus diupayakan selalu mengikut: perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. bahwa standar pendidikan profesi dokter spesialis neurologi
Indonesia dalam Keputusan KKI Nomor 27/KKI/Kep/IV/2008 tentarig
Pengesahan Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter
Spesialis Saraf pertu direvisi dengan mengacu perkembangan
konsep dan konteks untuk perbaikan kualitas lulusan Institusi
Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi di Indonesia;
c. bahwa Kolegium Neurologi Indonesia telah menyusun revisi Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia;
d. bahwa bcrdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huaif b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6
dan Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nornor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, perlu menetapkart Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia tentang Standar Kompetensi Dokter Spesialis
Neurologi Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran (Lernbafan Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5434);

x
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

3. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2011


tentang Organisasi dan Tata Kerja Konsil Kedokteran Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 351)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Perubatian Atas Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Konsil Kedokteran Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG


STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIAUS NEUROLOGI
INDONESIA.

Pasal 1
(1) Standar Kompetensi Dokter Spesiaiis Neuroiogi Indonesia merupakan bagian dari
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesiaiis Neuroiogi Indonesia
(2) Standar Kornpetensi Dokter Spesiaiis Neuroiogi Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat {1} tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini.

Pasal 2
Pada saat Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai berlaku, Keputusan Konsil
Kedokteran Indonesia Nomor 27/KKI/Kep/IV/2Q08 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter Spesiaiis Saraf, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 3
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juni 2015

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

BAMBANG SUPRIYATNO

xi
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

LAMPIRAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2015
TENTANG
STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIAUS NEUROLOGI INOONESIA

SISTEMATIKA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KOMPETENSI
A. Prinsip Kompetensi
B. Kategori Kompetensi
C. Elemen Kompetensi
D. Area dan Komponen Kompetensi
E. Peran Dotcter Spesialis Neuroiogi Berkaitan dengan Kompetensi
F. Standar Kompetensi
G. Capaian Pembelajaran
H. Implikasi Pengembangan KBK Ciri-ciri KBK
I. Ruang Lingkup Kompetensi Lulusan
BAB III PENCAPAiAN KOMPETENSI
A. Pengalaman Pembelajaran
B. Evaluasi
BAB IV KARAKTERISTIKA PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. Kategori Kompetensi
B. Jenis Kompetensi
BAB V PENUTUP DAFTAR KEPUSTAKAAN

xii
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Kompetensi dokter spesialis neurologi tidak terlepas dari filosofi dan ruang lingkup
neurologi itu sendiri. Neurologi merupakan salah satu bidang ilmu kedokteran yang
mengkaji otak dan sistem saraf lainnya, serta sistem yang terkait dengannya. Dengan
demikian neurologi juga mencakup seluruh keluhan yang merupakan manifestasi penyakit
dan kelainan yang mempengaruhi otak dan sistem saraf, baik disebabkan oleh kelainan
fungsional maupun struktural.
Kompetensi dokter spesialis neurologi meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pengetahuan (cipta), sikap (rasa) dan ketrampilan (karsa) yang dikenal pula sebagai ranah-
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, merupakan tiga ranah terpadu yang merefleksikan
kompetensi seseorang setelah melalui serangkaian pendidikan dan/atau pelatihan. Seorang
dokter spesialis neurologi secara internal harus menguasai ketiga ranah tadi secara lengkap,
dan secara eksternal harus mampu menunjukkan kompetensinya kepada pihak lain dalam
kaitan academic contract maupun professional contract.
Penyakit saraf (meliputi latar belakang anatomi, fisiologi, biokimiawi, dan biologi
molekular) menuntut dokter spesialis neurologi untuk menguasai dan mengimplementasikan
ketiga ranah tadi dengan penuh rasa tanggung jawab dan sekaligus memperlihatkan social
accountability sebagaimana dituntut oleh masyarakat. Dengan demikian kompetensi harus
dibangun secara komprehensif, terpadu, terstruktur, akademik, dan profesional. Tuntutan
seperti ini dapat dijawab dengan menyediakan kurikulum berbasis kompetensi, yang dalam
implementasinya memerlukan konsistensi, disiplin, dan komitmen yang tinggi. Hal ini
didasarkan atas kenyataan bahwa kurikulum merupakan instrumen yang tidak hanya
memiliki implikasi edukatif, melainkan juga memiliki implikasi administratif, ekonomi,
sosial, dan politik.

1
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

A. Sejarah Singkat
Program pendidikan dokter spesialis neurologi di Indonesia, diawali sejak tahun
1950-an. Ketika itu, program pendidikan spesialis neurologi masih tergabung dalam
program pendidikan dokter spesialis saraf dan jiwa. Seorang dokter yang dididik di bagian
neuorologi dan psikiatri, setelah lulus mendapat sertifikat keahlian (brevet) ahli neurologi
dan psikiatri, dengan sebutan (gelar) di belakang nama dokter: neuroloog dan psikiater.
Sejak tahun 1955, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia memulai program
pendidikan dokter spesialis saraf (neurologi) secara terpisah dari program pendidikan dokter
spesialis jiwa (psikiatri). Hal ini kemudian diikuti oleh FK Universitas Airlangga. Setelah
itu, FK Universitas Padjadjaran membuka program pendidikan dokter spesialis saraf
(neurologi) pada tahun 1980, yang kemudian berturut-turut diikuti oleh FK Universitas
Diponegoro (1983), FK Universitas Gadjah Mada (1987), FK Universitas Hasanuddin
(1988), FK Universitas Sumatera Utara (1993), FK Universitas Sriwijaya (2003), FK
Universitas Andalas (2006), FK Universitas Udayana (2006), FK Universitas Brawijaya
(2010), FK Universitas Sebelas Maret (2010), dan FK Universitas Sam Ratulangi (2010).
Pada tahun 1993 dibentuk organisasi Konsilium Neurologi, sebagai unit organisasi di
bawah Ikatan Dokter Ahli Saraf Indonesia (IDASI). Selanjutnya organisasi IDASI berubah
nama menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Konsilium
Neurologi bertugas untuk membina dan mengelola pendidikan dokter spesialis saraf.
Sebagai Ketua Konsilium Neurologi adalah Prof. Dr. Mahar Mardjono. Pada tahun 1996
nama Konsilium Neurologi berubah menjadi Kolegium Neurologi Indonesia (KNI), dengan
tugas membina dan mengelola pendidikan dokter spesialis spesialis saraf dan subspesialis
(konsultan). Sebagai Ketua KNI berturut-turut adalah sebagai berikut: periode 1997-2000
adalah Prof. Dr. Mahar Mardjono, DSS(K), periode 2000 - 2003 adalah dr. Merdias
Almatsier, Sp.S(K), periode 2003 - 2007 adalah dr. Samino, Sp.S(K), periode 2007 -2011
adalah Prof. dr. Harsono, Sp.S(K), dan periode 2011 -2015 adalah Prof, dr, Harsono,
Sp,S(K).

2
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Sampai dengan tahun 2006, prosedur perizinan pendirian program pendidikan dokter
spesialis neurologi dimulai dengan penilaian kelayakan oleh Consorsium of Health Sciences
(CHS) yang kemudian memberi rekomendasi kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
Setelah itu, prosedur perizinan melalui proses evaluasi meja (desk evaluation) dan visitasi
lapangan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) bersama-sama dengan Majelis Kolegium
Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Kolegium Neurologi Indonesia (KNI), atas permintaan
dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Hasil evaluasi meja dan visitasi dilaporkan oleh
KKI kepada Dirketur Jenderal Pendidikan yang kemudian menerbitkan izin
penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis neurologi.

B. Latar Belakang
Sebagai konsekuensi terbitnya Undang-Undang Praktik Kedokteran (tahun 2004),
maka program pendidikan dokter spesialis neurologi (PPDSN) harus didukung oleh Standar
Pendidikan dan Standar Kompetensi. Untuk ini KNI telah menyusun buku Standar
Kompetensi Dokter Spesialis Saraf (tahun 2006) dan buku Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Saraf (tahun 2007). Kedua buku standar tersebut telah direvisi oleh Komisi
Pengembangan Kurikulum KNI periode 2011-2015, dengan judul Standar Pendidikan
Dokter Spesialis Neurologi Indonesia dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia yang disyahkan tahun 2015. Di samping itu, kurikulum pendidikan dokter
spesialis neurologi tahun 2001 (yang sudah direvisi pada tahun 2003), telah pula direvisi
oleh Komisi Pengembangan Kurikulum KNI, dan disyahkan tahun 2015. Kurikulum ini
merupakan kurikulum inti yang harus dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan
pendidikan dokter spesialis neurologi di setiap Program Studi (Prodi) PPDSN di Indonesia
dalam menyusun kurikulum institusional.
Berdasarkan kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi tahun 2015,
pendidikan dokter spesialis telah berkembang dengan program yang lebih rinci dan
dititikberatkan pada pendalaman neurosains dan penelitian Minis (terapan). Kurikulum
merupakan perangkat pendidikan yang dinamis. Perubahan kurikulum memang harus terjadi

3
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

seiring dengan dinamika perubahan masyarakat dan tuntutan global. Kurikulum yang statis
tidak akan memberi makna pencapaian tujuan pendidikan yang lebih baik. Kurikulum tidak
terlepas dari usaha terencana dan terancang dalam mempersiapkan masa depan peserta didik
untuk dapat berkembang dan berinteraksi secara harmonis dengan pasien, sumber
pembelajaran, lingkungan dan masyarakat di ternpat ia berada. Oleh karena itu, perlu
dilakukan revisi standar kompetensi dokter spesialis saraf dengan menggunakan berbagai
indikator keberhasilan atau pencapaian yang diatur dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).
Pada gilirannya standar kompetensi yang dicapai setelah menyelesaikan pendidikan,
bukan saja berupa pengetahuan, melainkan juga keterampilan, nilai, serta pola berpikir dan
bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki para lulusan merupakan refleksi
pemahaman dan penghayatan dari bidang neurologi yang telah dipelajari selama proses
pendidikan serta pengalaman bermasyarakat.

C. Landasan Hukum
Landasan hukum yang dijadikan acuan dalam menyusun standar kompetensi dokter
spesialis neurologi di Indonesia adalah Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, serta
Peraturan Menteri yang terkait dengan dokter spesialis.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan
secara berencana dan berkala. Dalam penjelasan pasal 35 ayat (1) disebutkan bahwa standar
isi mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan ke dalam
persyaratan tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan

4
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang
telah disepakati.
Surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional No. 1386/D/5/2004 merupakan tonggak pembaharuan dalam bidang pendidikan
kedokteran di Indonesia. Kompetensi, sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional No 045/U/2002, adalah seperangkat tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Dalam bidang
kedokteran, kompetensi dokter adalah aplikasi pengetahuan yang diperlihatkan melalui
ketrampilan/kecakapan/ kemampuan profesional dalam hubungan antar orang, pengambilan
keputusan, psikomotor, moral dan etika yang dimiliki dokter dalam praktik, dalam konteks
kesehatan masyarakat, keselamatan, dan keamanan pasien.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi mengatur
beberapa hal yang berkenaan dengan sistem perguruan tinggi, termasuk pendidikan dokter
spesialis. Disebutkan bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menjadi
acuan pokok dalam penetapan kompetensi lulusan pendidikan akademik, pendidikan vokasi
dan pendidikan profesi.
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI, menyebutkan penyetaraan
capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan dengan jenjang kualifikasi pada
KKNI, bahwa lulusan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9. Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI untuk Pendidikan Kedokteran
juga menyebutkan bahwa kualifikasi sesuai KKNI untuk lulusan pendidikan profesi dokter
spesialis/subspesialis setara dengan S3 adalah jenjang 9. Sedangkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang
Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa lulusan pendidikan spesialis satu setara dengan
jenjang 8, dan lulusan pendidikan spesialis dua setara dengan jenjang 9.

5
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

D. Pengertian Umum
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Dalam program pendidikan dokter spesialis neurologi, kompetensi mencakup
kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi
dinyatakan dalam berbagai indikator hasil pembelajaran atau pencapaian pembelajaran yang
diuraikan dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Berbagai hal pokok yang berkaitan
dengan kompetensi diuraikan dalam Bab berikutnya.

E. Pengertian Standar Kompetensi


Standar kompetensi merupakan standar minimal kompetensi lulusan. Sebelumnya,
Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) telah menyusun buku Standar Kompetensi Dokter
Spesialis Saraf (tahun 2006) dan telah digunakan sebagai acuan dalam pengembangan uji
kompetensi dokter spesialis neurologi yang bersifat nasional. Namun standar kompetensi
memerlukan revisi secara berkala karena bersifat dinamis, dengan arti ada kecenderungan
untuk mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kedokteran, pembangunan kesehatan di Indonesia, dan tuntutan pemangku
kepentingan.

F. Manfaat Standar Kompetensi


Beberapa manfaat standar kompetensi adalah sebagai berikut:
1. Standar kompetensi merupakan pedoman utama dalam penyelenggaraan pendidikan
dan kelulusan peserta didik sebagai dokter spesialis neurologi. Standar kompetensi
dokter spesialis neurologi dicapai melalui kurikulum yang dijalankan selama proses
pendidikan dokter spesialis neurologi.

6
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

2. Standar kompetensi merupakan standar kompetensi minimal yang harus dicapai oleh
setiap lulusan melalui uji kompetensi dokter spesialis neurologi oleh Kolegium
Neurologi Indonesia (KNI).
3. Standar kompetensi merupakan acuan dasar bagi setiap dokter spesialis neurologi di
Indonesia dalam menjalankan profesinya.

7
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

Berbagai hal pokok yang berkaitan dengan standar kompetensi diuraikan


berikut ini.

A. Prinsip Kompetensi
Kompetensi meliputi kemampuan dalam menunjukkan keterampilan, pengetahuan,
dan kemampuan lainnya, sehubungan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Consistency, kemampuan mengulang teknik-praktik dan keluaran yang sama;
2. Independence, kemampuan praktik tanpa bantuan pihak lain;
3. Timeliness, kemampuan praktik dalam jangka waktu tertentu demi keselamatan
penderita;
4. Accuracy, kemampuan praktik dengan menggunakan teknik yang benar untuk
mencapai tujuan yang diharapkan;
5. Appropriateness, kemampuan praktik sehubungan dengan standar klinik dan protokol
dalam ruang lingkup jurisdiksi praktik;
6. Accountability, kemampuan untuk memikul tanggung jawab profesi sesuai dengan
prinsip-prinsip keselamatan pasien.

B. Katagori Kompetensi
Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 045/U/2002 pasal
2 ayat (1) disebutkan bahwa kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas
kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan
gayut dengan kompetensi utama.
1. Kompetensi utama
Kompetensi utama merupakan kompetensi penciri lulusan program studi neurologi,
sebagai pembeda dengan program studi lainnya. Kompetensi utama ini berkisar
antara 40-80% dari keseluruhan kompetensi.

8
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

2. Kompetensi pendukung
Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang ditambahkan oleh program studi
neurologi untuk memperkuat kompetensi utamanya dan memberi ciri keunggulan
program studi tersebut. Kompetensi pendukung ini dapat berkisar antara 20 - 40%
dari keseluruhan kompetensi.
3. Kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utarna, yaitu
kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi/ program studi sendiri
sebagai ciri lulusannya dan untuk memberi bekal lulusan agar mempunyai keluasan
dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Kompetensi ini berkisar antara 0-30% dari kompetensi secara keseluruhan.

Kompetensi pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut
dengan kompetensi utama program studi neurologi ditetapkan oleh institusi penyelenggara
program studi.

C. Elemen Kompetensi
Sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/ U/2002 pasal 2 ayat
(2) disebutkan adanya 5 (lima) elemen kompetensi, yaitu:
1. Landasan kepribadian, dalam mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK);
2. Penguasaan ilmu dan keterampilan, dalam mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan
(MKK);
3. Kemampuan berkarya, dalam mata kuliah Keahlian Berkaya (MKB);
4. Sikap, perilaku dan akuntabilitas dalam berkarya menurut tingkat keahlian
berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, dalam mata kuliah Perilaku
Berkarya (MPB);
5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya, dalam mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).

9
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

D. Area dan Komponen Kompetensi


Terdapat 9 (sembilan) area kompetensi, yaitu pengetahuan kedokteran, ketrarnpilan
klinik, kecakapan untuk mengambil keputusan klinik, keterampilan interpersonal, sikap dan
perilaku profesional, keterampilan manajerial, advokasi dan edukasi kesehatan, penghayatan
praktik kedokteran, dan wawasan yang luas di bidang neurologi. Setiap area kompetensi
dijabarkan dalam komponen kompetensi.
Rincian area kompetensi dan komponen kompetensi masing-masing area
kompetensi dapat dibaca pada Lampiran 1 (Tabel 1.1).

E. Peran Dokter Spesialis Neurologi berkaitan dengan Kompetensi


Dengan menguasai ke-9 area kompetensi tersebut di atas, maka diharapkan para
dokter spesialis neurologi mampu melaksanakan 7 (tujuh) peran utama dalam menjalankan
profesinya, yaitu sebagai pakar kedokteran, komunikator dan edukator, kolaborator,
manajer, penasihat, cendekiawan, dan profesional di bidang neurologi.
Rincian tentang peran dokter spesialis neurologi berkaitan dengan kompetensinya
dapat dibaca pada Lampiran 1 (Tabel 1.2).

F. Standar Kompetensi
Dalam bidang pendidikan, terdapat dua jenis standar, yaitu standar akademik
(academic content standard) dan standar kompetensi (performance standard). Standar
akademik merefleksikan pengetahuan dan ketrarnpilan esensial setiap disiplin ilmu yang
harus dipelajari dan dikuasai oleh seluruh peserta didik. Sedangkan standar kompetensi
ditujukan dalam bentuk proses dan hasil kegiatan yang ditunjukkan oleh peserta didik
sebagai penerapan pengetahuan dan ketrarnpilan yang telah dipelajarinya.
Secara operasional, standar kompetensi merupakan standar kemampuan minimal
dan memadai yang harus dipunyai oleh seorang dokter spesialis dalam bentuk:
1. Pengaplikasian pengetahuan dan ketrarnpilan yang diperlukan pada tingkat atau situasi
yang khusus;
2. Pendemonstrasian tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktik dan pengambilan
keputusan;
10
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

3. Pembatasan dan/atau penyesuaian praktiknya apabila disadari terdapat gangguan fungsi


sebagai dokter oleh karena disabilitas mental dan fisik.

Standar kompetensi, selain merupakan standar minimal kompetensi lulusan, juga


digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan.

G. Capaian Pembelajaran
Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 tentang KKNI,
penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan dengan jenjang
kualifikasi pada KKNI, lulusan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9. Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) untuk Pendidikan Kedokteran pasal 4 menyebutkan bahwa
kualifikasi sesuai KKNI untuk lulusan pendidikan profesi dokter spesialis/subspesialis
setara dengan S3 adalah jenjang 9. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Pendidikan
Tinggi Pasal 3 Ayat 4, lulusan pendidikan spesialis satu setara dengan jenjang 8, dan lulusan
pendidikan spesialis dua setara dengan jenjang 9. Berbagai upaya untuk pencapaian jenjang
tersebut diserahkan kepada masing-masing prodi pendidikan dokter spesialis neurologi.

H. Implikasi Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Perubahan yang terjadi di masyarakat dan tuntutan globalisasi akan menimbulkan
beberapa implikasi dalam pengambilan kebijakan terhadap pelaksanaan pendidikan. KBK
merupakan perangkat standar program pendidikan yang dapat mengantarkan peserta
Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi untuk menjadi kompeten dalam
pengetahuan neurologi yang dipelajarinya.

11
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Beberapa hal yang terkait secara langsung dengan KBK adalah sebagai berikut:
1. Penetapan standar kompetensi peserta didik;
2. Pengembangan kurikulum inti;
3. Penilaian hasil belajar secara nasional;
4. Penyusunan pedoman pelaksanaan KBK;
5. Penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan kalender pendidikan dan
jumlah jam belajar setiap semester.

I. Ciri-ciri KBK
Ciri-ciri KBK adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi dinyatakan secara jelas dalam proses pembelajaran, baik secara
individual maupun klasikal;
2. Kurikulum berorientasi pada keluaran belajar (outcome-based curriculum);
3. Proses pembelajaran memberi bekal untuk tercapainya kompetensi;
4. Proses pembelajaran melalui clinical teaching yang bersifat menyeluruh dan terpadu
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, dengan pendekatan student-centered
learning yang variasinya meliputi independent learning, collaborative learning,
cooperative learning, case-based learning (pada hakekatnya adalah problem
solving), dan problem-based learning;
5. Seluruh aktivitas pembelajaran dijiwai oleh self-directed learning dan adult learning.
Pendekatan tersebut akan memudahkan peserta didik mencapai kompetensi yang
ditetapkan oleh kurikulum;
6. Proses pembelajaran lebih mengutamakan keterpaduan penguasaan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik;
7. Sumber belajar tidak hanya guru, tapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur
edukatif;
8. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk
mendemonstrasikan keterpaduan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

12
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

J. Ruang Lingkup Kompetensi Lulusan


Ruang lingkup kompetensi di bidang neurologi mencakup beberapa hal sebagai
berikut:
1. Lulusan PPDSN mempunyai pengetahuan dan pengertian menyeluruh tentang
penyakit dan keluhan yang mengawali penyakit saraf dengan menampilkan konsep
neurosains, neurologi klinik di dalam pelayanan neurologi, khususnya tentang
pelayanan medik dan keadaan/penyakit lain yang terkait;
2. Lulusan PPDSN mampu menguraikan makna, tanda dan gejala tertentu serta hasil-
hasil pemeriksaan klinik lainnya, menunjukkan pengertiannya tentang berbagai cara
pengobatan yang tepat untuk sekelompok kelainan atau masalah tertentu, serta
bagaimana mekanismenya agar intervensi itu dapat berhasil;
3. Lulusan PPDSN mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan
mengambil keputusan klinik neurologik, mengenal masalah-masalah klinik,
mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut dari berbagai sumber, menilai
masalah tersebut, menegakkan diagnosis atas dasar data yang terkumpul,
menggunakan kesimpulan tersebut untuk merumuskan serta merencanakan
manajemen secara tepat beserta evaluasinya, kemudian membuat prakiraan
perjalanan penyakit saraf dan penyakit atau keadaan lain yang terkait;
4. Lulusan PPDSN memiliki keterampilan dalam hal prosedur dan tindakan klinik,
yaitu melaksanakan berbagai prosedur utama yang memerlukan ketrampilan (aspek
psikomotorik), termasuk di dalamnya adalah melakukan berbagai aspek
pemeriksaan fisik, prosedur diagnostik dan melakukan prosedur terapetik dalam
bidang neurologi dan keadaan atau penyakit lain yang terkait, dengan kemungkinan
melibatkan disiplin ilmu kedokteran lain untuk keselamatan pasien;
5. Lulusan PPDSN memiliki keterampilan interpersonal dan interprofesional,
meliputi:

13
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

a. Kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memahami perilaku


penderita, baik yang terucap maupun tersirat melalui bahasa tubuh,
membesarkan hati penderita, bereaksi wajar terhadap perasaan pasien;
b. Kemampuan menggunakan keterampilan interprofesional untuk bekerjasama
dengan sesama insan profesi kesehatan lainnya dengan mengutamakan
keselamatan pasien.
6. Lulusan PPDSN memiliki kebiasaan kerja dan sikap profesional, yaitu:
a. dalam melakukan tanggung jawab profesi senantiasa menampilkan obyektivitas,
ketelitian, kegigihan, efisiensi, handal, dan penuh kewaspadaan terhadap situasi
yang dapat membahayakan keselamatan pasien (situational awareness);
b. senantiasa siap untuk melakukan tanggung jawab profesinya sedemikian
rupa sehingga diperoleh hasil perawatan kedokteran/kesehatan yang maksimal;
c. senantiasa melakukan tanggung jawab profesinya berlandaskan kode etik
kedokteran.
7. Lulusan PPDSN memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
penelitian neurosains, Minis (terapan), dan komunitas.
8. Lulusan PPDSN mempunyai motivasi internal yang tinggi untuk mengembangkan
pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai tingkat akademik yang lebih
tinggi.

14
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB III
PENCAPAIAN KOMPETENSI

Pencapaian kompetensi lulusan PPDSN dilakukan melalui berbagai proses


pengayaan melalui pengalaman pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran

A. PENGALAMAN PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran merupakan proses aktif dan interaktif antara peserta didik
PPDSN dan dosen untuk mengembangkan potensi, sehingga mereka memahami dan
menguasai pengetahuan serta memiliki kemam-puan untuk melakukan sesuatu, baik secara
akademik maupun profesi-onal. Untuk pencapaian kompetensi melalui pengalaman
pembelajaran dapat bersifat one-to-one learning, one-to-many learning, maupun many-to-
many learning.
Rincian tahapan pencapaian kompetensi dan pengalaman pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Tahap pembekalan: semester I
a. Mata Kuliah Dasar Umum;
b. Pendidikan Gawat Darurat;
c. Pembelajaran terkait akreditasi, misalnya patient safety, Undang-Undang Praktik
Kedokteran.
2. Tahap magang: semester II s/d VI
a. Semester II dan III: tugas bangsal (neuro-anatomi, pemeriksaan fisik neurologi,
rencana pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, diagnosis, rencana terapi,
rencana rujukan, kegawatdaruratan terkait kasus neurologi);
b. Semester IV: tugas rawat jalan, presentasi poster acara ilmiah nasional;
c. Semester V: laboratorium EEG, laboratorium EMG, Neurobehavior;
d. Semester VI: rotasi di divisi dan departemen lain yang terkait dengan neurologi
(psikiatri, radiologi, neuropediatri, bedah saraf, ortopedi, penyakit dalam,
kardiologi, rehabilitasi medik).

15
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

3. Tahap mandiri: semester VII, VIII


a. Semester VII: Chief resident untuk rawat inap, rawat jalan, rawat bersama,
konsultan, rawat darurat;
b. Semester VIII: pengalaman kerja mandiri di RS jejaring dan presentasi tugas akhir.
Rincian bentuk pembelajaran yang digunakan dalam pencapaian kompetensi dan
pengalaman pembelajaran adalah sebagai berikut:
1 Kuliah/tutorial;
2 Tugas baca (artikel, jurnal, buku teks);
3 Menyusun dan menyajikan naskah ilmiah dan laporan kasus;
4 Mengikuti dan membantu kegiatan mendidik;
5 Diskusi kelompok dan bimbingan sub-divisi (sub-spesialis);
6 Mengikuti workshop, simposium keahlian, pelatihan;
7 Melakukan tugas jaga atau neurologi terintegrasi;
8 Menyusun dan mempresentasikan hasil kegiatan tugas jaga atau neurologi terintegrasi;
9 Tugas laboratorium;
10 Mengikuti dan melakukan tindakan intensif dan emergensi;
11 Menyusun dan menyajikan naskah ilmiah berupa laporan kasus pada pertemuan ilmiah
tingkat nasional, regional, atau internasional;
12 Penyusunan dan presentasi karya tulis (referat);
13 Penyusunan proposal tesis;
14 Pelaksanaan penelitian;
15 Penyusunan hasil penelitian (tesis)

B. EVALUASI
Evaluasi hasil pembelajaran (student assessment) dapat berupa :
1. Portofolio;
2. Observasi oleh dosen/pembimbing secara langsung (observasi pasif, mengajukan
pertanyaan);

16
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

3. Tes formatif dan sumatif;


4. Ujian presentasi naskah ilmiah berupa laporan kasus pada pertemuan ilmiah tingkat
nasional, regional, atau internasional;
5. Ujian presentasi karya tulis (referat);
6. Ujian presentasi hasil penelitian (tesis);
7. Ujian nasional (CBT dan OSCE) yang diselenggarakan oleh KNI.

Umpan balik (feedback) evaluasi dapat berupa:


1 Minimal feedback (memberi komentar benar atau salah);
2 substantive feedback (alasan/penjelasan mengapa salah atau benar, saran, kritik);
3 promote self-direction (planning, self-assessment).

Sistem evaluasi secara rinci telah diatur dalam Buku Standar Pendidikan
Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Revisi Tahun 2015)

17
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB IV
KARAKTERISTIK PENCAPAIAN KOMPETENSI

Pada hakekatnya karakteristik pencapaian kompetensi diwarnai oleh isi, proses


pembelajaran, dan evaluasinya. Rincian karakteristika pencapaian kompetensi dalam
kurikulum disusun berdasarkan kategori kompetensi dan jenis kompetensi.

A. KATAGORI KOMPETENSI
Seperti telah diuraikan Bab sebelumnya, bahwa kompetensi hasil didik suatu
program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain
yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama. Karakteristik pencapaian
kompetensi berdasarkan katagori kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi Utama
a. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di dalam
bidang neurologi atau praktik profesionalnya melalui penelitian, hingga
menghasilkan karya kreatif, original dan teruji.
1) mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini
guna meningkatkan ketrampilan klinik praktis dalam bidang spesialisasi
neurologi;
2) mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui kegiatan penelitian
dalam bidang spesialisasi neurologi;
3) mampu mengembangkan teknologi kedokteran baru yang inovatif,
kreatif dan teruji dalam bidang spesialisasi neurologi melalui kegiatan
penelitian dalam bidang spesialisas neurologi.
b. Mampu memberikan solusi segala permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di
dalam bidang neurologi melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.
1) mampu merangkum interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai spesialisasi, untuk
menegakkan diagnosis, dengan mengacu pada evidence-based medicine',
18
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

2) mampu melakukan prosedur klinis dalam bidang spesialisasi sesuai masalah,


kebutuhan pasien dan kewenangannya, berdasarkan kelompok/nama penyakit
serta masalah/tanda atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis;
3) mengembangkan konsep atau prinsip baru dalam bidang ilmu biomedik,
klinik, ilmu perilaku, humaniora, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai
dengan bidang spesialisasi neurologi;
4) mampu memimpin tim untuk menyelesaikan masalah kesehatan pada individu,
keluarga, atau masyarakat secara komprehensif dalam konteks pelayanan
kesehatan sekunder atau tersier;
5) mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah
kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran mutakhir untuk mendapat
hasil yang optimum;
6) mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana -prasarana pelayanan
kesehatan dalam bidang spesialisasi neurologi secara efektif dan efisien dalam
pelayanan kesehatan sekunder dan tersier;
7) mampu mendidik peserta program pendidikan dokter.
c. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan penelitian neurologi dan
pengembangan ilmu yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan
umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional.
1) mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah penelitian multidisiplin
terkait bidang spesialisasi neurologi untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran bidang supspesialiasi neurologi yang bermanfaat
bagi masyarakat dan ilmu kesehatan serta mampu mendapat pengakuan
nasional maupun internasional;
2) mampu mengelola penelitian melalui pengkajian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran di bidang spesialisasi neurologi yang
hasilnya dapat diaplikasikan pada tahap nasional dan internasional dan layak
dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional;

19
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

3) mampu mengelola penelitian untuk menapis ilmu pengetahuan dan teknologi


kedokteran terkini di bidang spesialis neurologi yang aplikasinya sesuai dan
bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan di tingkat nasional dan
internasional.
2. Kompetensi Pendukung
Kompetensi pendukung merupakan kompetensi yang diperlukan untuk dapat
mendukung pencapaian kompetensi utama, dan merupakan kurikulum institusional
yang ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi.
3. Kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama.
Kompetensi khusus merupakan kompetensi lain yang gayut dengan kompetensi utama.
Kompetensi ini sering kali menjadi unggulan di tiap program studi namun tetap relevan
dengan kompetensi utama serta mempertimbangkan batasan kompetensi bidang
neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya.

B. JENIS KOMPETENSI
Jenis kompetensi meliputi 3 (tiga) kelompok kompetensi, yaitu kompetensi
dasar, kompetensi penunjang, dan kompetensi lainnya.
1. Kompetensi dasar diuraikan dalam 2 (dua) kelompok, yaitu (a) kelompok umum dan
profesional, serta (b) kelompok berdasarkan gangguan atau penyakit.
a. Kelompok umum dan profesional, terdiri dari 17 (tujuhbelas) kompetensi dasar.
Rincian jenis kompetensi dan indikator hasil pembelajarannya dapat dibaca pada
Lampiran 2 (Tabel 2.1- 2.22 ). Kelompok ini meliputi:
1) anamnesis (Tabel 2.1);
2) pemeriksaan neurologik (Tabel 2.2);
3) keterampilan berkomunikasi (Tabel 2.3);
4) diagnosis banding, pemeriksaan lebih lanjut dan manajemen awal (Tabel 2.4);

20
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

5) kualitas perorangan (Tabel 2.5): mengidentifikasi kekuatan, kemampuan diri,


keterbatasan, dan perilaku peserta didik, serta mampu mengubah perilakunya
dengan cara menerima feedback dan melakukan refleksi diri;
6) bekerjasama dengan sejawat atau profesi lain (Tabel 2.6): menggunakan
pendekatan tim, memahami dan menghargai upaya pihak lain, memberi
kontribusi dan mau berkompromi, serta mampu menganalisis tujuan tim secara
umum dan menghargai keputusan tim;
7) mengelola pelayanan (Tabel 2.7): mendukung anggota tim untuk
mengembangkan peran dan tanggung jawab mereka, serta melanjutkan untuk
menelaah kinerja seluruh anggota tim untuk memastikan apakah hasil yang ada
sesuai dengan perencanaan;
8) meningkatkan mutu pelayanan (Tabel 2.8): memastikan keselamatan pasien
sepanjang waktu, terus-menerus mengupayakan inovasi dan memfasilitasi
transformasi;
9) menyiapkan dan menentukan arah manajemen (Tabel 2.9);
10) farmakologi klinik terkait dengan sistem saraf (Tabel 2.10);
11) keterampilan presentasi dan audit (Tabel 2.11);
12) perhatian khusus terhadap kelompok perempuan dan kehamilan (Tabel 2.12);
13) perhatian khusus terhadap kelompok anak dan remaja (Tabel 2.13);
14) perhatian khusus terhadap kelompok lanjut usia (Tabel 2.14);
15) perhatian khusus terhadap kesulitan belajar (Tabel 2.15);
16) perhatian khusus terhadap pasien dalam keadaan terminal (Tabel 2.16);
17) perhatian khusus terhadap kelompok kelainan neurologik yang berpotensi
mengalami masalah medikolegal (Tabel 2.17);

21
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

b. Kelompok berdasarkan gangguan atau penyakit, terdiri dari 22 (duapuluh dua)


kompetensi dasar. Rincian jenis kompetensi dan indikator hasil pembelajarannya
dapat dibaca pada Lampiran 3 (Tabel 3.1- 3.22 ). Kelompok ini meliputi:
1) neurotraumatologi (Tabel 3.1);
2) nyeri kepala (Tabel 3.2);
3) gangguan kesadaran (Tabel 3.3);
4) gangguan tidur (Tabel 3.4);
5) gangguan fungsi luhur dan perilaku (neurobehavior) (Tabel 3.5);
6) kejang dan epilepsi (Tabel 3.6);
7) stroke dan gangguan neurovaskular lain (Tabel 3.7);
8) tumor susunan saraf (neuro-onkologi) (Tabel 3.8);
9) infeksi susunan saraf (neuro-infeksi) (Tabel 3.9);
10) gangguan serebrospinal (Tabel 3.10);
11) demielinasi dan vaskulitis (Tabel 3.11);
12) komplikasi neurologik dari imunosupresi (Tabel 3.12);
13) Parkinsonisme dan gangguan gerak (Tabel 3.13);
14) penyakit motor neuron (Tabel 3.14);
15) gangguan metabolik dan toksik (Tabel 3.15);
16) gangguan saraf kranialis (I-XII) (Tabel 3.16);
17) gangguan neuro-oftalmologik (Tabel 3.17);
18) gangguan kolumna vertebralis, medula spinalis, radiks, dan cedera spinal (Tabel
3.18);
19) gangguan sistem saraf tepi (Tabel 3.19);
20) gangguan sistem saraf otonom (Tabel 3.20);
21) gangguan otot (Tabel 3.21);
22) nyeri (Tabel 3.22);

22
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

2. Kompetensi penunjang
Kompetensi penunjang merupakan kategori kompetensi yang diperlukan untuk dapat
menunjang pencapaian kompetensi dasar. Jenis kompetensi ini terdiri dari 11 (sebelas)
kompetensi penunjang. Rincian jenis kompetensi dan indikator hasil pembelajarannya
dapat dibaca pada Lampiran 4 (Tabel 4.1- 4.11). Kompetensi penunjang ini meliputi:
1) neurofisiologi klinik (Tabel 4.1);
2) neuro-intervensi (Tabel 4.2);
3) neuro-endokrinologi (Tabel 4.3);
4) neurogenetik (Tabel 4.4);
5) neuro-intensif dan neuro-emergensi(Tabel 4.5);
6) neuro-otologi (Tabel 4.6);
7) neuropediatri (Tabel 4.7);
8) neuro-imaging (Tabel 4.8);
9) neurorestorasi (Tabel 4.9);
10) neuro-urologi (Tabel 4.10);
11) neuro-imunologi (Tabel 4.11).

3. Kompetensi lainnya
Kompetensi ini disesuaikan dengan karakteristik program studi neurologi masing-
masing, misalnya penyakit dekompresi (caisson disease) (Lampiran 5, Tabel 5.1).

23
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Daftar Capaian Kompetensi


Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik disusun berdasarkan jenis
kompetensi. Capaian kompetensi tersebut berasal dari survei dan masukan dari seluruh
Prodi PPDSN di seluruh Indonesia. Daftar capaian kompetensi ini sangat penting untuk
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan aktivitas pendidikan, termasuk dalam menentukan
wahana pendidikan. Dalam daftar capaian kompetensi (Lampiran 6), setiap capaian jenis
kompetensi diuraikan tentang tingkat kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik
pada akhir masa pendidikan. Daftar capaian kompetensi berdasarkan jumlah kasus yang
telah dikelola oleh peserta didik pada akhir masa pendidikan, ditentukan dalam peraturan
khusus yang ditetapkan oleh KNI.
Tingkat kemampuan dasar kelompok gangguan atau penyakit yang harus dicapai
(Tabel 6.1) dikatagorikan dalam 4 (empat) tingkatan sebagai berikut:

Tingkat Kemampuan 1
Mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara
yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut,
selanjutnya menentukan rujukan subspesialistik dan tindak lanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan
rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan pasien serta tindaklanjut pasca
rujukan.
Tingkat Kemampuan 3
Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
bukan gawat darurat, menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi
penanganan pasien dan tindak lanjut pasca rujukan.
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut
secara mandiri dan tuntas.

24
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Sedangkan tingkat kemampuan dasar kelompok penunjang yang harus dicapai (Tabel
6.2) dikatagorikan dalam 4 (empat) tingkatan sebagai berikut:

Tingkat Kemampuan 1
Mengetahui dan menjelaskan tentang ketrampilan klinik tersebut (prinsip, indikasi, dan
komplikasi yang mungkin timbul).
Tingkat Kemampuan 2
Pernah melihat dan mengamati atau didemonstrasikan tentang ketrampilan klinik tersebut
Tingkat Kemampuan 3
Pernah melakukan atau menerapkan ketrampilan klinik tersebut dibawah supervisi
Tingkat Kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri keterampilan klinik tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi.

25
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

BAB V
PENUTUP

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia in: merupakan revisi dari
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf Tanur 2006 yang disahkan oleh KKI dengan
Keputusan KKI Nomor 27/KKI/Kep/IV/2008 tentang Pengesahan Standar Pendidikan dan
Stanaar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia yang telah direvisi ini disusun oleh Kolegium Neurologi Indonesia dan dalam
penyusunannya telah berkoordinasi dengar pemangku kepentingan atau pengandil terkait
lainnya sesuai tiengar. ketentuan peraturan perundang-undangan.
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia merupakar standar
kompetensi minimal yang harus dicapai oleh setiap lulusar. Program Pendidikan Dokter
Spesialis Neurologi di Indonesia. Ketentuan mengenai pemenuhan Standar Kompetensi
Dokter Spesialis Neurologi Indonesia oleh institusi penyelenggara Program Pendidikan
Dokter Spesialis Neurologi dilakukan melalui uji kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
oleh Kolegium Neurologi Indonesia (KNI).
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi dicapai melalui kurikulum yang
dijalankan selama proses pendidikan dokter spesialis neurologi. Dengan demikian standar
kompetensi ini merupakan pedoman bagi seluruh program studi yang mengelola Program
Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi di Indonesia, sebagai bahan uji kompetensi dan
pedoman dalam penentuan kelulusan peserta didik, serta sebagai acuan dasar bagi setiap
dokter spesialis neurologi di Indonesia dalam menjalankan profesinya.
Standar kompetensi bersifat dinamis, dengan arti ada kecenderungan untuk
rnengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kedokteran dan tuntutan pemangku kepentingan.

26
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Biller J et al. De Myer's Neurologic Examination, 6th ed. McGraw-Hill Companies, Inc.
New York, 2011.
2. Campbell, WW. DeJong's The Neurologic Examination, 6th ed. Lippincott Williams &
Wilkins, 2005.
3. Daroff RB et al. Bradley's Neurology in Clinical Practice 6th ed. Elsevier Saunders,
Philadelphia, 2012.
4. Joint Royal Colleges of Physicians Training Board. Specialty Training Curriculum for
Neurology. London, 2007
5. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tahun
2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa.
6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tahun
2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
7. Kolegium Neurologi Indonesia (KNI). Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf
Tahun 2006. Jakarta, 2006.
8. Lee K. Neuro ICU Books. McGraw-Hill Companies, Inc. New York 2012.
9. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 tahun 2013 tentang
Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi.
10. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penerapan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk Pendidikan Kedokteran.
11. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
12. Posner JB et al. Plum and Posner's Diagnosis of Stupor and Coma 4th ed. Oxford
University Press, New York, 2007.
13. Ropper AH et al. Adam and Victor's Principles of Neurology, 10th ed. McGraw-Hill
education, New York, 2014.
14. Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi). Direktorat Akademik Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah alternatif penyusunan kurikulum), Jakarta
2008.
15. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Nomor 1386/D/5/2004.
16. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

27
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA

LAMPIRAN 1
KOMPETENSI

28
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Lampiran 1
KOMPETENSI

Tabel 1.1 Area dan Komponen Kompetensi

Area
No. Komponen Kompetensi
Kompetensi
1 Pengetahuan - Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru dan lebih maju
kedokteran di bidang neurologi
- Memiliki kemampuan menyelesaikan masalah di bidang
neurologi berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru
dan lebih rnaju di bidang neurologi
2 Keterampilan - Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis Melakukan
klinik perneriksaan fisik secara efektif
- Menunjukkan kemampuan dalam pendekatan diagnostik
- Menunjukkan kecakapan dalam hal ketrampilan teknik
perneriksaan' penunjang
3 Kecakapan untuk - Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik
mengambil - Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
keputusan klinik - Memahami keterbatasan pengetahuan yang dimiliki seseorang
- Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan
biaya yang ditanggung oleh pasien
4 Keterampilan - Memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun
interpersonal dengan pasien dan keluarganya
- Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan sejawat, tenaga
kesehatan lainnya, dan dinas atau instansi kesehatan terkait
5 Sikap dan a. Akuntabilitas
perilaku - Profesi Bertanggung jawab atas tugas yang diembannya
profesional - Membuat rekam medik secara lengkap, tepat waktu, dan mudah
terbaca oleh pihak lain
- Siap dan bersedia untuk berperan sebagai konsultan terhadap
sejawat dan profesi kesehatan lainnya apabila diperlukan
- Memberi kesempatan, membantu dan memudahkan pasien dan
keluarganya, mahasiswa, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya,
untuk belajar atau memahami sesuatu yang terkait dengan
profesinya di bidang neurologi
b. Pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) Memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis setiap informasi
terbaru di bidang kedokteran dan ilmiah lainnya yang gayut
dengan praktik kedokteran di bidang neurologi dan
penerapannya Memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam hal
29
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Area
No. Komponen Kompetensi
Kompetensi
evaluasi diri tentang pengetahuan mutakhir di bidang neurologi
dan ketrampilan klinik
c. Menjunjung tinggi kemanusiaan
- Mampu menunjukkan integritas dan kejujuran
- Mampu menunjukkan empati kepada pasien & keluarganya
- Mampu menunjukkan sikap menghargai hak pribadi pasien
- Mampu menunjukkan sikap dalam menghargai pasien sebagai
individu, termasuk budaya, jenis kelamin, dan umur
d. Perilaku bermoral, beretika, dan taat hukum Mampu berperilaku
dan bersikap sesuai dengan standar moral dan perilaku etika
secara konsisten Mentaati perundang-undangan dan aturan yang
berlaku
e. Keselamatan pasien (patient safety) Menunjukan kepedulian
dan berpartisipasi dalam mengupayakan keselamatan pasien
Menyadari keterbatasan kompetensinya dalam menangani pasien
6 Keterampilan - Mampi bekerja di unit kerja pelayanan kesehatan secara efektif
manajerial dan efisien
- Mampu menggunakan teknologi informasi untuk kepentingan
perawatan pasien, pembelajaran sepanjang hayat, dan aktivitas
lainnya
- Memiliki ketrampilan kerja dasar yang penting untuk
manajemen secara efektif
7 Advokasi dan - Memiliki kemampuan untuk mempromosikan kesehatan dan
edukasi pencegahan penyakit, baik individual mapun komunitas
kesehatan - Mampu membantu dan memberi nasihat untuk kepentingan
pasien
8 Penghayatan - Mampu mengelola dokumen medik secara lengkap dan mudah
praktik terbaca (patient-oriented medical record)
kedokteran
9 Wawasan yang - Memiliki kemampuan berfikir strategis, kritis, dan tidak bersikap
luas apriori

30
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 1.2 Peran Utama Dokter Spesialis Neurologi

No. Peran utama Kompetensi utama


1 Pakar kedokteran  Menunjukkan ketrampilan diagnostik dan terapetik untuk kepentingan
perawatan pasien secara efektif
 Mempunyai akses informasi dan menggunakan informasi sesuai
dengan kepentingan praktik klinik
 Menunjukkan kemampuannya sebagai konsultan yang efektif
sehubungan dengan perawatan pasien, pendidikan, dan aspek hukum
2 Komunikator dan  Cakap dalam berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
edukator sehubungan dengan terapi
 Cakap dalam melakukan anamnesis dan sintesis hasil anamnesis
terhadap pasien, keluarga, dan pihak lain
 Mampu bersikap sebagai pendengar yang efektif
 Berdiskusi secara efektif dengan pasien, keluarga, sejawat dan
3 Kolaborator  Berkonsultasi secara efektif dengan sejawat dan profesi kesehatan
lainnya
 Memberi sumbangan pikiran atau pendapat dalam aktivitas tim
interdisipliner
4 Manajer  Menggunakan berbagai sumber secara efektif untuk keseimbangan
perawatan pasien, kebutuhan pembelajaran, dan aktivitas lainnya
 Bekerja secara efektif dan efisien di dalam organisasi pelayanan
kesehatan
 Menggunakan teknologi informasi untuk mengoptimalkan perawatan
pasien, pembelajaran sepanjang hayat, dan aktivitas lainnya
5 Penasihat  Mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi kesehatan
individu
 Memberi sumbangan yang efektif untuk meningkatkan kesehatan
pasien dan komunitas
 Mengenal dan menanggapi berbagai hal penting yang memerlukan
advokasi kesehatan
6 Cendekiawan  Mengembangkan, mengimplementasikan, dan memantau strategi
pendidikan berkelanjutan
 Bersikap kritis terhadap informasi kedokteran
 Memberi bantuan/memudahkan pasien, perawat, mahasiswa, dan
profesi kesehatan lainnya untuk belajar
 Memberi sumbangan dalam pengembangan pengetahuan baru/lanjut
7 Profesional  Memberi pelayanan dengan mutu terbaik disertai integritas, kejujuran,
dan kasih sayang
 Menunjukkan perilaku profesional yang konsisten
 Praktik kedokteran dengan etika dan tanggung jawab secara konsisten

31
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA

LAMPIRAN 2
KOMPETENSI DASAR:
Kelompok Umum dan Profesional

32
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Lampiran 2
KOMPETENSI DASAR:
Kelompok Umum dan Profesional

Tabel 2.1 Anamnesis


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Anamnesis Mampu melakukan a. Melakukan anamnesis riwayat penyakit secara
anamnesis sistematis sistematik
dengan dasar yang b. Mampu membedakan antara pertanyaan
rasional dan beretika terbuka dan tertutup
c. Mampu melakukan anamnesis secara terpusat
dan komprehensif, termasuk informasi dari
orang lain yang dianggap perlu, dan
mengkomunikasikan secara verbal atau tertulis
dan meringkasnya
d. Mampu memprediksi kemungkinan pengaruh
faktor lain yang sensitif, misalnya status sosio-
ekonomi, keluarga tidak mampu, status
pekerjaan
e. Mampu membina sambung rasa dengan pasien
dan keluarganya secara baik sesuai norma etika.
f. Mampu menilai perilaku pasien dan
pengaruhnya terhadap status kesehatannya

Tabel 2.2 Pemeriksaan Neurologik


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Pemeriksaan Mampu menafsirkan a. Mampu melakukan pemeriksaan fisik,
neurologik hasil pemeriksaan neurologis, dan status mental secara
neurologik yang menyeluruh, terarah
dilakukan menjadi b. Mampu menganalisis temuan klinis berdasarkan
diagnosis klinis, topis pengetahuan neuro-anatomi dan fisiologi
dan etiologis dengan c. Mampu mengkomunikasikan kesimpulan hasil
dasar yang rasional pemeriksaan secara verbal dan tertulis d.
Mampu berinteraksi dengan pasien dengan
memperhatikan aspek etika

33
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.3 Keterampilan Komunikasi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Keterampilan Mampu a. Mampu berkomunikasi dengan bahasa yang
Komunikasi berkomunikasi sederhana dan mudah dipahami oleh pasien dan
dengan pasien dan keluarganya.
keluarga pasien b. Mampu melakukan negosiasi dengan sejawat dari
tentang penyakit, disiplin ilmu lain dan tenaga kesehatan demi
rencana pemeriksaan kepentingan pasien tanpa mengabaikan
dan terapi. serta kerahasiaan pasien
prognosis dengan c. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan
bahasa yang mudah pasien yang memiliki keterbatasan tertentu atau
dipahami dan latar belakang yang beragam
beretika d. Mampu menjelaskan prognosis kepada pasien dan
keluarganya untuk memperoleh kesepakatan
penuh dalam pemeriksaan dan pemberian terapi
e. Mampu membuat ringkasan kasus secara jelas
untuk diketahui oleh para sejawatnya dengan
memperhatikan kerahasiaan pasien

Tabel 2.4 Diagnosis Banding, Pemeriksaan Lebih Lanjut dan Manajemen Awal
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Diagnosis Mampu melakukan a. Mampu rnenganalisis formulasi urutan diagnosis
banding, penatalaksanaan banding berdasarkan kondisi pasien (termasuk
pemeriksaan awal berdasarkan ras, sosial, etnis), riwayat penyakit dahulu, dan
lebih lanjut dan diagnosis banding masalah terbaru, serta kemungkinan penyebabnya
manajemen dan hasil b. Mampu rnenganalisis perbedaan manifestasi
awal pemeriksaan berbagai penyakit saraf yang tercantum dalam
lanjutan yang diagnosis banding
direncanakan c. Mampu melakukan perencanaan pemeriksaan
penunjang yang relevan dan memiliki dasar
rasional untuk menyingkirkan diagnosis banding
d. Mampu rnenganalisis hasil konsultasi dengan
sejawat lain terkait diagnosis banding yang dibuat
dengan mengutamakan kepentingan pasien.
e. Mampu melakukan observasi dan penatalak-
sanaan awal dengan efektif untuk mengatasi
kegawatan pasien berdasarkan urutan diagnosis
banding dan alasan yang rasional
f. Mampu menunjukkan kemampuan dalam
mengoordinasi tim medis dan yuniornya

34
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.5 Kualitas Perorangan


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Kualitas Mampu melakukan a. Mampu menerima segala umpan balik terkait
perorangan pengembangan diri kinerja diri dalam proses pendidikan dan
terkait hasil evaluasi pelayanan
diri dengan b. Memiliki kesadaran bahwa setiap peserta didik
memperhatikan memiliki nilai diri sendiri dan prinsip bagaimana
potensi dan membedakan dirinya dengan orang dan/ atau
kelemahan diri kelompok lain
c. Mampu melakukan tugas akademik dan
pelayanan secara konsisten dan akuntabel
d. Mampu melakukan perbaikan dan pengendalian
diri sesuai dengan kritik dan saran terhadap
perbaikan perilaku dan kinerjanya
e. Mampu mengelola beban kerja secara efektif
dan fleksibel
f. Mampu menunjukkan penghargaan terhadap
keragaman dan perbedaan dengan pihak lain
g. Mampu menunjukkan komitmen untuk
melakukan Continuing Professional
Development (CPD) yang mencakup pelatihan,
pengembangan diri, dan belajar dari sejawat
lain, serta menerima kritik
h. Menunjukkan kemampuan dalam hal self-
management dengan memperhatikan prioritas
pihak lain

35
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.6 Bekerja Sama Dengan Sejawat atau Profesi Lain


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Bekerja sama Mampu bekerja a. Mampu menganalisis berbagai gaya
dengan sejawat sama dengan kepemimpinan serta mampu menerapkannya
atau profesi lain sejawat atau profesi kepada orang lain dalam situasi yang berbeda
lain dalam proses b. Mampu menganalisis peran dan pentingnya
pendidikan, anggota kelompok yang berbeda karakternya
pelayanan, c. Mengimplementasikan rencana secara
penelitian dan individual maupun kelompok, serta mampu
pengabdian membuat keputusan
masyarakat. d. Menilai sejawat junior dan mahasiswa
e. Mampu mempertahankan hubungan dengan
pihak lain dengan cara mendengarkan,
membantu pihak lain, meningkatkan
kepercayaan, dan menunjukkan bahwa dia
memahami situasi
f. Menunjukkan kemauan untuk menjadi
pemimpin, mentor, pendidik dan role model
g. Mampu menjadi penghubung dan
berkomunikasi dengan pihak lain dalam arti
konstruktif dan profesional, dalam kaitannya
dengan pasien dan perawatnya
h. Menunjukkan kemampuannya dalam hal
pendekatan tim, menghargai sejawat, termasuk
profesional non-medik
i. Memberi kontribusi dalam pertemuan atau
mampu menjadi pemimpin pertemuan
j. Menghargai keragaman status dan nilai-nilai
yang dimiliki pasien dan sejawatnya

36
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.7 Mengelola Pelayanan


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Mengelola Manapu a. Memiliki pengetahuan tentang legislasi dan
pelayanan mengoordinir kebijakan SDM
potensi anggota tim b. Mampu menunjukkan kewajiban, hak dan
mulai tahap tanggung jawabnya sebagai petugas dan teman
perencanaan hingga kerja
evaluasi c. Mampu menunjukkan pengetahuannya tentang
keberhasilan telaah kinerja perorangan
program d. Mampu menganalisis peran, kompetensi dan
kecakapan tenaga profesional lain (yang bekerja
dalam satu tim)
e. Mampu memanfaatkan peran audit (memperbaiki
pelayanan dan perawatan pasien, manajemen
risiko, dsb)
f. Memberi kontribusi terhadap pengembangan staf
dan pelatihan, termasuk mentoring, supervisi dan
telaah hasil
g. Menulis rincan tugas, termasuk spesifikasi
personal dan membuat daftar kriteria singkat
h. Memberi kontribusi terhadap pengembangan
organisasi sesuai dengan kebijakan kesehatan
baru
i. Memiliki komitmen terhadap komunikasi yang
baik, juga menginspirasi kepercayaan dan percaya
diri
j. Mengelola sumberdaya: tahu sumber daya apa
yang tersedia dan menggunakan pengaruhnya
untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan
secara efisien dan aman
k. Mengelola orang: memberi arahan, telaah kinerja
dan memotivasi orang lain
l. Mengelola kinerja: menjaga dan mengendalikan
orang lain agar bertanggung jawab terhadap hasil
pelayanan

37
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.8 Meningkatkan Mutu Pelayanan


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Meningkatkan Mampu a. Mampu mempraktikkan manajemen risiko
mutu menunjukkan beserta instrumennya
pelayanan peningkatan kinerja b. Mampu membuat peraturan yang berkaitan
yang selalu dengan pelayanan kesehatan dan pengaruhnya
mengutamakan terhadap perawatan pasien
kepentingan dan c. Mampu mengaplikasikan berbagai metodologi
keselamatan pasien untuk mengembangkan solusi yang kreatif, guna
secara holistik meningkatkan pelayanan
d. Mampu menceritakan kembali manajemen dan
penilaian risiko
e. Mampu mengidentifikasi pedoman manajemen
risiko, misalnya penulisan resep yang benar,
benda-benda tajam, cedera karena tertusuk jarum
f. Melaporkan kecelakan klinik
g. Menilai dan mengelola risiko pada pasien
h. Memantau mutu alat dan keselamatan
lingkungan, sesuai dengan spesialisasinya
i. Memastikan penggunaan alat medik secara benar
dan aman, memastikan bahwa alat-alat medik
yang rusak sudah dilaporkan sebagaimana
mestinya
j. Mengajukan pertanyaan tentang praktik sehari-
hari dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
k. Mencari saran dan bantuan ketika ada masalah
keselamatan pasien
l. Membantu teman sejawat untuk mengajukan
gagasan barn dan terbuka untuk gagasan baru

38
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.9 Menyiapkan dan Meneutukan Arab Manajemen


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Menyiapkan Mampu a. Mampu menunjukkan pengetahuannya tentang
dan mengidentiiikasi fungsi dan tanggung jawab institusi nasional,
menentukan konteks untuk universitas, fakultas, badan-badan perwakilan,
arah perubahan dan dan peraturan-peraturan yang terkait dengan
manajemen mampu membuat pendidikan
keputusan yang b. Mampu menunjukkan pengetahuannya tentang
relevan strategi dan komunikasi dalam organisasi
c. Berdiskusi tentang prioritas kesehatan lokal,
regional dan nasional, serta bagaimana
dampaknya terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan bidang spesialis yang dipelajarinya
d. Melaksanakan pertemuan dan bekerja secara
kolegial dan kolaboratif dengan beberapa orang
yang beragam karakternya
e. Memiliki kemauan untuk mengutarakan gagasan
strategis dan menggunakan ketrampilan untuk
mempengaruhi secara efektif
f. Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam
proses pembuatan keputusan di luar konteks
perawatan klinik
g. Menerapkan pengetahuan dan bukti:
mengumpulkan informasi untuk menghasilkan
evidence-based yang menantang sistem dan
proses, dalam rarigka mengidentifikasi peluang
untuk meningkatkan mutu pelayanan
h. Membuat keputusan: mengintegrasikan nilai-nilai
dalam bukti guna meneinformasikan keputusan

39
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.10 Farmakologi Klinik Terkait dengan Sistem Saraf


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Farmakologi Mampu menerapkan a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip neuro-
klinik terkait prinsip farmakologi farmakokinetika dan farmakodinamika
dengan penyakit klinik dalam setiap b. Memiliki pengetahuan tentang prinsip terapi,
saraf penatalaksanaan khususnya untuk penyakit vaskular, migren, epilepsi,
kasus neurologi nyeri, gangguan psikiatrik, gangguan gerak, multiple
sclerosis, gangguan autoimun, infeksi. demensia dan
penyakit motor-neuron
c. Menganalisis keterbatasan yang mencakup ketaatan,
efek samping, interaksi dan implikasi harga obat
d. Mampu untuk merencanakan pengobatan
farmakologis secara aman dan efektif
e. Mampu melakukan penatalaksanaan penyakit saraf
dengan selalu mengacu kepada pedoman lokal dan
nasional, serta sumber bukti dan informasi tentang
terapi
f. Mampu memberikan segala informasi pada pasien
dan keluarganya terkait terapi yang dibutuhkan oleh
pasien dalam bahasa yang mudah dipahami dan
santun
g. Menggunakan mekanisme pelaporan kejadian efek
samping obat, baik di dalam maupun di luar
organisasi kepada institusi nasional

Tabel 2.1 1 Kompetensi Utama Kelompok Umum dan Profesional:


Ketrampilan Presentasi dan Audit
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Keterampilan Mampu a. Memiliki pengetahuan tentang pentingnya audit dan
Presentasi dan mempertanggung prosesnya
Audit jawabkan presentasi b. Mampu melakukan presentasi oral dengan
kasus neurologi menggunakan alat audio visual termasuk PPT.
dengan dasar ilmiah Presentasi tentang kasus klinik, audit atau makalah
dan rasional penelitian
c. Mampu untuk menjawab pertanyaan dari peserta
pertemuan
d. Mampu untuk menyesuaikan presentasinya terhadap
tanggapan peserta pertemuan
e. Mampu untuk merefleksikan perubahan di dalam
manajemen pasien sebagai hasil dari audit lengkap

40
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.12 Perhatian Khusus terhadap Kelompok Perempuan dan Kehamilan


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Perhatian Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang dampak menarke,
Khusus penatalaksanaan siklus menstruasi dan menopause terhadap penyakit
Terhadap kasus neurologi yang saraf yang sering dijumpai
Kelompok melibatkan kelompok b. Memiliki pengetahuan tentang metode kontrasepsi,
Perempuan dan perempuan dan tingkat kegagalan dan interaksi dengan obat lain
Kehamilan kehamilan secara (khususnya OAE); risiko teratogenik obat-obat
holistik yang sering diresepkan (khususnya OAE) serta
risiko genetik penyakit-penyakit saraf; diagnosis
pragejala/pranatal penyakit-penyakit saraf;
disfungsi psikoseksual pada berbagai penyakit saraf
(khususnya epilepsi)
c. Memiliki pengetahuan tentang dampak kehamilan
terhadap penyakit saraf yang diderita pasien, dan
penyakit saraf sebagai komplikasi kehamilan
d. Memiliki pengetahuan tentang komplikasi neonatal
pada perempuan dengan penyakit saraf, dampak
obat terhadap kehamilan (fetus dan ibu) serta
kehamilan terhadap obat
e. Melakukan penatalaksanaan pada perempuan
dengan penyakit saraf
f. Mengacu kepada pedoman tatalaksana penyakit
saraf
g. Bersedia untuk konsultasi dengan spesialis obstetri
& ainekologi

Tabel 2.13 Perhatian Khusus Terhadap Kelompok Anak dan Remaja


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Perhatian Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang penyakit-penyakit
Khusus penatalaksanaan saraf pada golongan anak dan remaja
Terhadap kasus neurologi yang b. Memiliki pengetahuan tentang penyakit-penyakit
Kelompok melibatkan kelompok saraf anak yang muncul pada golongan awal
Anak dan anak dan remaja dewasa (lihat bab neuropediatri)
Remaja secara holistic c. Menganalisis kebutuhan khusus para remaja,
terutama hal-hal yang bersifat rahasia dan masalah-
masalah transisional
d. Mengevaluasi, mendiagnosa dan mengelola para
remaja dengan penyakit saraf
e. Mampu untuk berinteraksi dengan spesialis
kesehatan anak dalam menangani pasien anak
sampai dewasa

41
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.14 Perhatian Khusus Terhadap Kelompok Lanjut Usia


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Perhatian Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang keadaan klinis dan
Khusus penatalaksanaan data radiologis normal pada lansia; penyakit-
Terhadap kasus neurologi penyakit saraf khusus pada lansia; pemeriksaan,
Lanjut Usia yang melibatkan diagnosis dan pengelolaan demensia; dampak
lanjut usia secara obat pada lansia, pelayanan lansia di rumah
holistik dan sesuai sakit dan komunitas; komunikasi dengan keluarga
standar operasional dan perawat lansia; peran bagian neurologi
prosedur terhadap lansia
b. Menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang perawatan lansia
c. Mampu mengelola lansia dengan penyakit
saraf
d. Mampu berinteraksi dengan sejawat dari
geriatri dan badan-badan yang terkait dengan
perawatan lansia (misalnya posyandu lansia)
e. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus
neurologi (stroke, infeksi, tumor, trauma dan
degeneratif) pada populasi lansia secara holistik
dan sesuai standar operasional prosedur.
f. Mampu menguraikan patogenesis, patofisiologi
dan kelainan molekuler demensia
g. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinik
demensia
h. Mampu membedakan antara demensia Alzheimer
dengan demensia vaskular atau demensia karena
penyebab lain
i. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan
penunjang CT scan, MRI, PET dan EEG yang
direncanakan
j. Mampu menyimpulkan diagnosis dini dari hasil
pemeriksaan MMSE
k. Mampu menyimpulkan diagnosis berdasarkan
DSM-IV
l. Mampu menangani kasus demensia dengan
prioritas pencegahan progresivitas penyakit,
terapi farmakologik dan non farmakologik
m. Mampu menjelaskan informasi dan edukasi
kepada keluarga dan pasien tentang penyakit serta
prognosisnya

42
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.15 Perhatian Khusus Terhadap Kesulitan Belajar


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Perhatian Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang penyebab umum
Khusus penatalaksanaan gangguan belajar, serta perbedaan tampilan gejala
Terhadap kasus neurologi dalam kelompok ini
Gangguan gangguan belajar b. Mengenali dampak stigmatisasi beberapa
Belajar secara holistik penyakit dan bidang pekerjaan untuk membantu
mengatasi stigma
c. Menganalisis kebutuhan pasien penyakit saraf
yang memerlukan pendidikan khusus
d. Mampu untuk berkolaborasi dengan tenaga
profesional lain (interprofessional collaboration)
yang berkaitan dengan kesulitan belajar

Tabel 2.16 Perhatian Khusus Terhadap Pasien Dalam Keadaan Terminal


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Perhatian Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang keadaan akhir
Khusus penatalaksanaan kehidupan pada berbagai penyakit saraf dan peran
Terhadap kasus neurologi pada pelayanan perawatan paliatif dan spesialis dalam
Pasien dalam pasien kondisi bidang keperawatan, etika dan hukum
Keadaan terminal secara b. Mampu untuk menyartipaikan berita akhir
Terminal holistik kehidupan termasuk penghentian pengobatan dan
donasi organ kepada pasien dan keluarganya
c. Mampu untuk berdiskusi dengan pasien dan
keluarganya terkait penolakan pengobatan,
perawatan, dan tindakan medik
d. Mampu untuk berkolaborasi dengan tenaga
profesional lain (interprofessional collaboration)
yang berkaitan dengan pasien dalam keadaan
terminal

43
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 2.17 Perhatian Khusus terhadap Pasien yang Berpotensi Mengalamai


Masalah Medikolegal
Materi pokok Kompetensi Indikator basil pembelajaran
Perhatian Mampu a. Mampu menjelaskan karakteristika kasus
khusus mengidentifikasi, medikolegal dan konsekuensinya
terhadap menetapkan, b. Mampu menjelaskan prinsip patient safety
pasien yang mencegah dan c. Mampu menjelaskan tindakan medik yang
berpotensi mengelola kasus- termasuk ranah medikolegal
mengalami kasus yang d. Mampu memberi penjelasan kepada pasien dan
masalah berpotensi untuk keluarganya tentang makna informed consent
medikolegal mengalami masalah e. Mampu menjelaskan makna eutanasia
medikolegal f. Mampu mengidentifikasi, mencegah, dan
mengelola kasus yang berpotensi mengalami
masalah medikolegal
g. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarganya tentang aspek medikolegal
terkait dengan penyakit yang dideritanya
h. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi Komite
Medik Rumah Sakit terkait dengan masalah
medikolegal

44
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA

LAMPIRAN 3
KOMPETENSI DASAR:
Kelompok Berdasarkan Gangguan atau
Penyakit

45
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Lampiran 3
KOMPETENSI DASAR:
Kelompok Berdasarkan Gangguan atau Penyakit
Tabel 3.1 Neurotraumatologi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


Neurotraumatologi Mampu melakukan a. Mampu menafsirkan diagnosis trauma
penatalaksanaan kapitis dan spinal berdasarkan hasil
kasus trauma SSP dan pemeriksaan radiologis konvensional.
SST secara holistik b. Mampu membedakan jenis perdarahan
dan sesuai standar intrakranial akibat trauma melalui
operasional prosedur pemeriksaan neurologis
dengan c. Mampu merencanakan pemeriksaan
mempertimbangkan laboratorium sesuai indikasi
batasan kompetensi d. Mampu menentukan kasus trauma SSP
bidang neurologi dan dan SST yang memerlukan tindakan
bidang disiplin operatif sesuai dasar ilmiah yang rasional.
kedokteran lainnya e. Mampu melakukan persiapan praoperasi
kasus trauma SSP dan SST sesuai standar
operasional prosedur
f. Mampu melakukan observasi paska
tindakan operatif kasus trauma SSP dan
SST sesuai standar operasional prosedur
g. Mampu melaksanakan tindakan
resusitasi jantung-paru-otak pada pasien
dengan kegagalan nafas dan sirkulasi
h. Mampu melaksanakan tindakan darurat
untuk mengatasi peningkatan tekanan
intrakranial, kejang, dan gangguan
pernafasan
i. Mampu menyimpulkan diagnosis dan
melaksanakan tindakan pada penderita
renjatan (syok)
j. Mampu melaksanakan restorasi dan
rehabilitasi penderita selama perawatan
dan pasca perawatan.

46
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.2 Nyeri Kepala


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Nyeri kepala Mampu melakukan a. Mampu mengkategorikan bagian - bagian kepala
penatalaksanaan yang sensitif terhadap nyeri
kasus nyeri b. Mampu menguraikan patogenesis, patofisiologi
berdasarkan dasar dan kelainan molekuler nyeri kepala
neuroanatomi dan c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis
neurofisiologi sesuai nyeri kepala termasuk faktor yang memperberat
standar operasional dan meringankan nyeri kepala
prosedur secara d. Mampu membedakan nyeri kepala primer dan
holistik. sekunder
e. Mampu membedakan 3 jenis nyeri kepala primer
(migren, tension headache dan cluster headache)
f. Mampu menguraikan indikasi untuk melakukan
eksplorasi lebih jauh tentang penyebab nyeri
kepala (untuk nyeri kepala sekunder), misalnya
funduskopi
g. Mampu menyimpulkan keadaan darurat nyeri
kepala akut (disebabkan oleh vaskuler) dan nyeri
kepala sub akut atau kronik (meningitis, tumor
intrakranial)
h. Mampu merencanakan tindakan pemeriksaan
penunjang sesuai indikasi dan mampu
menafsirkan hasilnya
i. Mampu menangani kasus nyeri kepala dengan
terapi umum, medikamentosa (abortif,
simptomatis dan profilaksis) dan terapi
nonmedikamentosa (terapi perilaku, relaksasi)

47
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.3 Gangguan Kesadaran


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu a. Mampu menguraikan anatomi dan fisiologi
Kesadaran mendiagnosa kesadaran, dan patofisiologi gangguan
penyebab penurunan kesadaran
kesadaran dengan b. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
dasar anatomi Glasgow Coma Scale (GCS)
fisiologi yang ilmiah c. Mampu membedakan penderita penurunan
dan rasional secara kesadaran karena kelainan struktur dan
tepat. metabolik
d. Mampu menafsirkan diagnosis penyebab
penurunan kesadaran berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan neurologik dan penunjang
e. Mampu mendemonstrasikan dan mengerjakan
pemeriksaan penunjang sesuai dengan etiologi
penurunan kesadaran
f. Mampu membedakan kelainan neurologik
primer dan sekunder
g. Mampu merencanakan dan menangani tindakan
darurat dan pemasangan intubasi atas indikasi
h. Mampu merencanakan dan menangani
perawatan intensif dan kemungkinan tindakan
operasi
i. Mampu mendemonstrasikan dan mengerjakan
pemeriksaan kematian batang otak
j. Mampu menguraikan definisi, penyebab,
patofisiologi, dan gambaran klinik serta
prognosis persistent vegetative state, locked in
state dan kematian batang otak
k. Mampu melaksanakan interpersonal skills untuk
berkomunikasi dengan keluarga pasien

48
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.4 Gangguan Tidur


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Mampu menjelaskan kategori gangguan tidur
Tidur penatalaksanaan (sulit tidur, tidur pada waktu yang tidak tepat,
kasus gangguan tidur tidur terlalu lama, perilaku abnormal berkaitan
secara holistik dan dengan tidur)
sesuai standar b. Mampu menjelaskan International
operasional prosedur Classification of Sleep Disorders (dyssomnia,
parasomnia, medical/ psychiatric disorders,
proposed sleep disorders)
c. Mampu membedakan beberapajenis gangguan
tidur (primer, sekunder dan restriksi tidur)
d. Mampu membedakan jenis - jenis gangguan
tidur (termasuk sleep apnea, restless leg
syndrome, narcolepsy)
e. Mampu menguraikan faktor risiko gangguan
tidur
f. Mampu melaksakan konseling pencegahan
gangguan tidur
g. Mampu melaksanakan pemeriksaan gangguan
tidur (Epworth sleepiness scale, Nocturnal
polysomnography, Multiple sleep latency test/
MSLT, Repeated test of sustained wakefulness/
RTSW, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan polisomnografi) dengan supervisi
h. Mampu menyimpulkan diagnosis gangguan
tidur
i. Mampu menangani kasus gangguan tidur
dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi

49
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.5 Gangguan fungsi luhur dan perilaku (neurobehaviot)


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Mampu menafsirkan keluhan gangguan fungsi
Fungsi Luhur penatalaksanaan luhur berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
dan Perilaku kasus gangguan neurologis fungsi luhur pasien dengan tepat.
(Neurobehavior) fungsi luhur b. Mampu melaksanakan pemeriksaan fungsi
(neurobehaviour) kortikal luhur
berdasarkan Minis c. Mampu merencanakan pemeriksaan radiologis
dan topis secara untuk menentukan kelainan struktural dan
holistik dan sesuai mampu menyimpulkan hasil pemeriksaannya
standar operasional d. Mampu mengkategorikan pasien berdasarkan
prosedur kelainan dan penyebabnya
e. Mampu menangani penyebab dan meramalkan
keluaran fungsional
f. Mampu menyimpulkan jenis neurobehaviour
(focal neurobehavioral syndromes, major
neuropsychiatric syndrome, gangguan
neurologik dengan cognitive & emotional
behavioral features, comorbid neuropsychiatric
& neurologic condition)
g. Mampu menyimpulkan gangguan memori (short
term dan long term memory)
h. Mampu menafsirkan pemeriksaan fungsi luhur
yang dilaksanakan
i. Mampu menyimpulkan diagnosis
j. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang
laboratorium dan radiologik untuk mencari
penyebab
k. Mampu menganalisis kelainan yang secara
struktural tidak jelas
l. Mampu melaksanakan terapi dan rehabilitasi
kognisi untuk melatih memori dan kognisi m.
Mampu merencanakan VP shunt pada NPH
sesuai indikasi

50
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.6 Kejang dan Epilepsi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Kejang dan Mampu rnelakukan a. Mampu menyimpulkan diagnosis kejang
Epilepsi penatalaksanaan berdasarkan gambaran klinik
kasus kejang secara b. Mampu menangani kejang dengan terapi injeksi
holistik dan sesuai diazepam intravena dengan segera secara
standar operasional rasional
prosedur . c. Mampu melaksanakan terapi pemeliharaan
dengan obat antikejang yang sesuai secara
rasional
d. Mampu menyimpulkan etiologi kejang
e. Mampu merencanakan pemeriksaan tambahan
laboratorik dan radiologik pada kasus kejang
simptomatik
f. Mampu menguraikan klasifikasi epilepsi
menurut International League Against Epilepsy
(ILAE)
g. Mampu menyimpulkan jenis atau sindroma
epilepsi yang dialami pasien
h. Mampu menjelaskan pada pasien tentang
indikasi dan persiapan sebelum pemeriksaan
EEG
i. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EEG
yang dilakukan dan bila perlu EEG monitoring
bila sindroma belum diketahui secara jelas
j. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan CT scan
atau MRI yang direncanakan pada kasus epilepsi
simptomatik karena kerusakan struktural otak
k. Mampu menangani kejang sesuai sindroma
epilepsi yang terjadi dan mengevaluasi hasil
terapi secara teratur
l. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan
laboratorium untuk memantau efek samping
obat dan kadar obat dalam darah
m. Mampu menyimpulkan adanya epilepsi refrakter
n. Mampu menentukan kasus yang memerlukan
perujukan lebih lanjut pada subspesialistik
kejang dengan mengikuti dasar perujukan yang
tepat
o. Mampu melaksanakan penyuluhan tentang
kejang kepada pasien dan keluarganya

51
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.7 Stroke dan Gangguan Neurovaskular Lain


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Stroke dan Mainpu melakukan a. Mampu menjelaskan epidemiologi stroke
Gangguan penatalaksanaan kasus b. Mampu menguraikan struktur, fungsi dan proses sirkulasi
Neurovaskular lain neurovaskuler (stroke) darah di otak dan medulla spinalis
secara holistik sesuai c. Mampu menguraikan patofisiologi, patogenesis dan aspek
standar operasional prose biomolekuler stroke
dur d. Mampu menyimpulkan diagnosis stroke dan
membedakannya dengan TIA dan penyakit lainnya yang
rrririp dengan stroke
e. Mampu menyimpulkan dan menangani faktor risiko stroke
(mayor, minor, faktor risiko baru dan masih dipelajari}
termasuk berkonsultasi kepada sejawat dari bagian terkait
f. Mampu rnerencanakan pemeriksaan penunjang pada
penderita yang dicurigai memiliki kelainan pembuluh
darah otak
g. Mampu menafsirkan pemeriksaan penunjang dengan
transcranial Doppler (TCD)/ Duplex sonography, CT
Scan, MRI, MRA, DSA, echocardiography
h. Mampu menangani penderita stroke akut pada keadaan
emergensi dan memasang intubasi sesuai indikasi
i. Mampu mempraktekkan teknik pemberian terapi
trombolisis intravena secara mandiri
j. Mampu melakukan perujukan terapi trombolisis
intraarterial pada subspesialistik neurointervensi vaskuler
k. Mampu mempraktekkan teknik pemberian terapi
antikoagulan pada stroke sesuai indikasi secara mandiri
l. Mampu menangani komplikasi yang timbul seperti
kejang, peningkatan tekanan intrakranial (TIK), infeksi
paru, deep vein thrombosis (DVT)
m. Mampu melaksanakan pemberian nutrisi oral dan
parenteral seusai dengan kebutuhan pasien
n. Mampu menyiapkan tindakan operasi dekompresi pada
stroke iskemik luas dan perdarahan.
o. Mampu menyimpulkan derajat impairment, aktivitas
harian, dan handicap pasien stroke termasuk menetapkan
indeks Barthel serta melakukan neurorestorasi dan
rnerencanakan neurorehabilitasi
p. Mampu melaksanakan tindakan pencegahan primer dan
sekunder termasuk community stroke care
q. Mampu melakukan pemeriksaan Carotid dopier dan
Transcranial dopier (TCD) dengan supervisi
subspesialistik
r. Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan TCD
s. Mampu menafsirkan hasil carotid dopier dan TCD
t. Mampu menjelaskan gelombang ultrasound
u. Mampu meletakkan probe di trans temporal, transorbital,
submandibular dan suboksipital

52
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.8 Tumor Susunan Saraf (Neuroonkologi)


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Tumor Susunan Mampu melakukan a. Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis
Saraf penatalaksanaan kasus neuro-onkologi berdasarkan hasil
(Neuroonkologi) kasus neuroonkologi anamnesis, pemeriksaan neurologi dan
secara holistik dan penunjang
mengikuti standar b. Mampu menangani kondisi darurat untuk
operasional prosedur mengatasi nyeri kepala, kejang, dan peninggian
tekanan intrakranial
c. Mampu membedakan SOL (space occupying
lesion) dengan infeksi berdasarkan perjalanan
penyakit dan gambaran radiologik
d. Mampu menyimpulkan kemungkinan
metastasis dini tumor di otak (dari mammae,
prostat, rektum, testis, paru dll)
e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan
radiologik yang direncanakan sebelumnya
terkait kasus yang ditangani
f. Mampu melakukan persiapan sebelum
tindakan kemoterapi, radioterapi dan operatif
kasus neuroonkologi
g. Mampu melakukan tindakan kemoterapi
dengan supervisi oleh subspesialistik terkait
h. Mampu melakukan kerjasama dengan disiplin
ilmu lain dalam penegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan kasus neuro-onkologi
i. Mampu menentukan syarat, indikasi, dan
kontraindikasi tindakan radioterapi, kemoterapi
dan operatif pada kasus neuroonkologi
j. Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga
pasien tahapan tindakan radioterapi,
kemoterapi dan operatif
k. Mampu menjelaskan prognosis secara arif
kepada pasien dan keluarganya dengan
didasarkan pada data epidemiologi dan dasar
ilmiah yang rasional

53
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.9 Infeksi Susunan Saraf (Neuroinfeksi)


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Infeksi Susunan Mampu melakukan Infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP)
Saraf penatalaksanaan kasus a. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi saraf pusat
infeksi SSP dan SST melalui anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien
secara holistik sesuai b. Mampu menyimpulkan etiologi penderita infeksi
standar operasional SSP secara klinik dan laboratorik
prosedur c. Mampu menjelaskan epidemiologi meningitis,
tuberkulosis, AIDS, poliomielitis, sistiserkosis,
malaria dan infeksi viral
d. Mampu melaksanakan tindakan pungsi lumbal,
secara mandiri menafsirkan hasil cairan
serebrospinal
e. Merencanakan pemeriksaan penunjang radiologi
pada kasus infeksi dan mampu menafsirkan hasilnya
f. Mampu merencanakan terapi empiris pada seluruh
infeksi SSP
g. Mampu melaksanakan dan menjelaskan terapi
infeksi SSP dan resistensi antibiotika
h. Mampu merencanakan tindakan operatif sesuai
indikasi (misal: drainase ventrikel, biopsi,
pengangkatan massa infeksi)

Manajemen rabies
a. Mampu menyimpulkan diagnosis disertai diagnosis
banding kasus rabies
b. Mampu melaksanakan terapi preventif, suportif dan
simtomatik pada rabies
c. Mampu merencanakan dosis dan cara pemberian
vaksin dan serum antirabies (VAR dan SAR)
d. Mampu menguraikan informasi yang jelas kepada
keluarga penderita tentang rabies dan prognosisnya
e. Mampu membuat laporan kepada Direktur Rumah
Sakit dan Kepala Dinas Kesehatan setempat

Manaiemen HIV/Neuro-AIDS
a. Mampu menjelaskan epidemiologi HIV/AIDS
b. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi langsung
atau oportunistik
c. Mampu merencanakan pemeriksaan HIV dan CD4
(diagnosis fase I, II, III, IV)
d. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang,
misal ELIZA, Western blot analysis, IFA, RIPA, X-
ray thoraks
e. Mampu menyimpulkan diagnosis demensia dengan

54
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


pemeriksaan MMSE, dan tes-tes lain/ miopati/ GBS
dengan pemeriksaan klinik dan EMG
f. Mampu merencanakan dan melaksanakan
penatalaksanaan demensia dan neuropati
berdasarkan gambaran klinik
g. Mampu menyimpulkan etiologi berdasarkan hasil
pemeriksaan klinik yang terdapat pada infeksi
oportunistik
h. Mampu merencanakan pemeriksaan CT scan/MRI
pada keluhan sakit kepala, muntah, kejang, diplopia
dan penurunan kesadaran pada penderita AIDS serta
lesi fokal
i. Mampu merencanakan terapi termasuk obat
antiretroviral segera berdasarkan keluhan dan atau
gambaran CT scan
j. Mampu merencanakan dan melaksanakan
pengobatan atau konsultasi ke bagian lain yang
terkait/ berkompeten bila terjadi efek samping obat
k. Mampu merencanakan terapi obat anti-edema bila
terdapat tekanan intrakranial tinggi
l. Mampu merencanakan dan melaksanakan pungsi
lumbal atas indikasi dan merencanakan pemeriksaan
laboratorium sesuai dengan diagnosis kerja
m. Mampu melaksanakan konsultasi dengan Pokja
HIV-AIDS di RS setempat, klinik VCT
n. Mampu menjelaskan secara arif kepada keluarga
pasien tentang diagnosis dan prognosis penyakit
o. Mampu merencanakan dan melaksanakan HIV-
AIDS dengan memperhatikan algoritma keluhan
intraserebral/ lesi massa intrakranial

55
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


Malaria serebral
a. Mampu menguraikan manifestasi Minis malaria
serebral
b. Mampu menjelaskan epidemiologi dan pencegahan
malaria
c. Mampu menyimpulkan diagnosis dan diagnosis
banding malaria serebral
d. Mampu menjelaskan farmakologi dan
farmakokinetik obat-obat antimalaria
e. Mampu merencanakan dan memberikan obat
antimalaria secara parenteral

Tetanus
a. Mampu menyimpulkan diagnosis dan diagnosis
banding kasus tetanus
b. Mampu melaksanakan rujukan pada bidang terkait
dalam tatalaksana tetanus
c. Mampu melaksanakan terapi kausatif dan suportif/
simtomatik pada tetanus
d. Mampu menjelaskan dosis dan cara pemberian
vaksin dan serum and tetanus

Tabel 3.10 Gangguan Cairan Serebrospinal


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang komposisi dan
Cairan penatalaksanaan dinamika CSS; anatomi dan radiologi sistem
Serebrospinal kasus gangguan ventrikel; proses terjadinya hidrosefalus;
(CSS) cairan serebrospinal biokimia dan imunologi CSS; blood- brain
secara holistik dan barrier, indikasi, teknik dan kontra-indikasi
sesuai standar pemeriksaan CSS
operasional prosedur b. Menguasai metode pemantauan tekanan
intrakranial, terapi tekanan intrakranial yang
meningkat, manajemen shunt
c. Mengevaluasi dan mengelola pasien dengan
gangguan CSS, termasuk pungsi lumbal
diagnostik dan terapetik
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya

56
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.11 Demielinasi dan Vaskulitis


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Demielinasi Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip
dan Vaskulitis penatalaksanaan demielinisasi dan vaskulitis, gambaran klinis
kasus demielinasi multiple sclerosis (MS) , gangguan lain yang
dan vaskulitis secara terkait dengan demielinisasi, vaskulitis dan
holistik dan sesuai arteritis
standar operasional b. Menguasai manajemen gangguan spesifik dan
prosedur disabilitas pada pasien MS; peran obat untuk MS,
terapi simtomatik
c. Menguasai prinsip disability rating scales
d. Mengevaluasi dan mengelola pasien dengan
penyakit demielinisasi dan vaskulitis
e. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Tabel 3.12 Komplikasi Neurologik dari Imunosupresi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Komplikasi Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip respon
neurologik dan penatalaksanaan imun terkait dengan sistem saraf; basis imu-
Imunosupresi kasus komplikasi nologik yang mendasari penyakit saraf auto-
neurologiki akibat imun; gambaran klinik penyakit, teknik
imunosupresi secara diagnostik dan penggunaannya yang sesuai
holistik dan sesuai b. Menganalisis berbagai terapi imunosupresif dan
standar operasional imunornodulator; aksi terapi, serta indikasi dan
prosedur efek sampingnya
c. Mengevaluasi hasil pengelolaan pasien dengan
gangguan imunologis
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
profesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya

57
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.13 Parkinsonisme dan Gangguan Gerak

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


Parkin sonisme Mampu melakukan a. Mampu menyimpulkan adanya gangguan gerak
dan gangguan penatalaksanaan kasus berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
gerak gangguan gerak secara sistematis
holistik dan sesuai b. Mampu menyimpulkan jenis gangguan gerak:
standar operasional hiperkinesia atau hipokinesia
prosedur c. Mampu menafsirkan gambaran/ gejala gangguan
gerak dan penyakit yang mendasarinya
(parkinsonisme, atetosis, mioklonus, tics, khorea,
asteriksis, tremor, distonia)
d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EEG dan
radiologi (CT/ MRI)
e. Mampu menyimpulkan hubungan antara khorea
dengan kelainan katub jantung
f. Mampu menangani kasus gangguan gerak (terutama
parkinson) dengan optimal dan holistik
g. Mampu menangani kasus gangguan gerak dengan
etiologi tidak jelas (spasme hemifasial, distonia)
h. Mampu melaksanakan terapi botox pada gerakan
tidak terkendali
i. Mampu merencanakan tindakan operatif apabila
resisten terhadap terapi botox
j. Membedakan antara penyakit Parkinson dan
parkinsonisme
k. Identifikasi gambaran klinik umum dan khusus serta
kriteria diagnostik penyakit Parkinson
l. Identifikasi perjalanan penyakit sesuai dengan
pentahapan menurut Hoehn dan Yahr
m. Identifikasi komplikasi penyakit yang dapat terjadi
n. Menetapkan diagnosis banding penyakit Parkinson
o. Menganjurkan pemeriksaan penunjang (laboratorium,
CT scan, MRI, PET) bila terdapat indikasi
p. Melakukan pengobatan sesuai dengan algoritma
penatalaksanaan dalam 'Konsensus Tatalaksana
Penyakit Parkinson'
q. Melakukan penilaian kemajuan pengobatan dengan
menggunakan Skala Terpadu Penilaian Penyakit
Parkinson (STP3)
r. Menganjurkan fisioterapi
s. Menganjurkan tindakan operasi pada penyakit yang
sudah tidak dapat diatasi lagi dengan terapi
medikamentosa.

58
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.14 Penyakit Motor Neuron


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Penyakit Motor Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang gambaran klinis dan
Neuron penatalaksanaan kasus diagnosis banding sindroma motor neuron, serta
penyakit motor neuron terapi untuk memodifikasi penyakit dan terapi
secara holistik dan simtomatik
sesuai standar b. Memiliki pengetahuan tentang prognosis dan
operasional prosedur penyampaian berita buruk; aspek perawatan
paliatif; pengetahuan tentang semangat hidup
c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan penyakit
motor neuron
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang ditanpaninva

Tabel 3.15 Gangguan Metabolik dan Toksik


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Memiliki pengetahuan tentang biokimia dan
Metabolik dan penatalaksanaan kasus neuropatologi pengaruh alkohol dan recreational
Toksik gangguan metabolik drugs (kokain, amfetamin, opiat), logam berat,
dan toksik secara pestisida dan obat-obat terapetik; gambaran klinis
holistik dan sesuai neurotoksisitas alkohol, kokain, opiat, amfetamin;
standar operasional gambaran klinis keracunan logam berat, CO, NO,
prosedur dan organo-fosfat; dan gambaran klinis
neurotoksisitas obat (vinkristin, litium, radiasi)
b. Menafsirkan munculnya morbiditas psikia-trik
terkait dengan penyalahgunaan obat
c. Menganalisis manifestasi neurologis dari gagal
ginjal dan gagal hati, defisiensi nutrisi dan porfiria
d. Menganalisis peran dan nilai toksikologi darah dan
urin, imaging dan neurofisiologi; penilaian
kerusakan organ lainnya; gambaran klinis dan
manajemen hipertermia/ hipotermia, serta gangguan
natrium, kalium, kalsium dan keseimbangan asam-
basa
e. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan
gangguan metabolik dan intoksikasi
f. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

59
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.16 Gangguan Saraf Kranialis (I - XII)


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Menyimpulkan anatomi basis kranii, terutama
Nervi Kranialis penatalaksanaan orbita, sinus kavernosus, fosa hipofisis, foramen
(I - XII) kasus gangguan magnum dan foramen jugularis, proses patologis
- nervi kranialis secara yang melibatkan nervi kranialis dan pusat-pusat
holistik dan sesuai yang terkait, gambaran klinis dan penilaian
standar operasional klinis fungsi nervi kranialis
prosedur b. Melakukan penatalaksanaan gangguan nervi
kranialis termasuk pendekatan multidisipliner
terhadap gangguan visual, pendengaran,
keseimbangan, berbicara dan menelan
c. Memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil
penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi
nervi kranialis
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya

60
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.17 Gangguan Neuro-oftalmoiogik


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Nervi Mampu melakukan a. Menyimpulkan anatomi dan faal terkait dengan
Neuro- penatalaksanaan kasus sistem visual dan okulomotor; evaluasi klinis mata
oftalmologik gangguan neuro- dan organ tambahan, visus (ketajaman, lapang
oftalmologik secara penglihatan dan fungsi luhur); gambaran klinis dan
holistik dan sesuai kondisi yang dapat mengganggu sistem visual
standar operasional b. Melakukan penatalaksanaan pasien gangguan sistem
prosedur visual, penurunan visus, gangguan okulomotor dan
penyaMt hipofisis
c. Menunjukkan kompetensi yang bersifat profesio-nal
sesuai dengan kasus yang ditanganinya
Penurunan visus
a. Mampu mengidentifikasi kelainan berdasarkan
penyebabnya
b. Mampu menguraikan anatomi pembuluh darah
sirkulasi anterior serta seluruh percabangannya
c. Mampu membedakan kebutaan yang ada dengan
buta kortikal berdasarkan pemeriksaan klinis
d. Mampu melaksanakan pemeriksaan TCD dan
sonografi dupleks
e. Mampu merencanakan pemeriksaan MRA untuk
diagnostik
f. Mampu melaksanakan pemeriksaan funduskopi
(mengidentifikasi papil edema, papil atrofi, dan
kelainan di retina)
g. Mampu melaksanakan pemeriksaan kampus visi
h. Mampu memberikan jawaban konsultasi dari
spesialis mata dan sebaliknya
Diplopia
a. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi N.1II,
IV, VI
b. Mampu menyimpulkan kelumpuhan saraf okuler
c. Mampu membedakan kelumpuhan pada N.III, IV
dan VI
d. Mampu menyimpulkan adanya peningkatan tekanan
intrakranial dengan melihat gejala ikutan
e. Mampu menyimpulkan kelainan metabolik yang
dapat menyebabkan diplopia (misal: DM)
f. Mampu melaksanakan tes cover - uncover
g. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologi
yang diusulkan
h. Mampu menyimpulkan penyebab diplopia
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan neurologik dan
penuniang

61
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.18 Gangguan Kolumna Vertebralis, Medula Spinalis, Radiks, dan


Cedera Spinal
Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Menyimpulkan anatomi kolumna vertebralis,
Kolumna penatalaksanaan medula spinalis, radiks spinalis; gambaran Minis
Vertebralis, gangguan kolumna sindrom medulla spinalis, radiks dan kauda ekuina;
Medula vertebralis, medula indikasi untuk pemeriksaan yang bersifat segera;
Spinalis, Radiks, spinalis, radiks, dan potensi dan keterbatasan pemeriksaan CT, MRI,
dan Cedera cedera spinal secara mielograii dan angiografi spinal
Spinal holistik dan sesuai b. Melakukan penatalaksanaan kedaruratan medulla
standar operasional spinalis atau kompresi radiks; cedera spinal;
prosedur manajemen nyeri leher dan punggung bawah dan
skiatika
c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan
gangguan kolumna vertebralis, medulla spinalis dan
radiks; dan konsekuensi akut dan kronis dari cedera
medulla spinalis termasuk dampak dari paralisis,
disfungsi autonom dan hilangnya fungsi sensorik
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Tabel 3.19 Gangguan Sistem Saraf Tepi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Menyimpulkan anatomi dan patologi saraf tepi;
Sistem Saraf penatalaksanaan gambaran klinis dan pemeriksaan neuropati
Tepi gangguan sistem saraf demielinasi genetik dan aksonal; neuropati traumatik
tepi secara holistik dan dan entrapment, pleksopati dan mononeuropati
sesuai standar multipleks; manajemen GBS dan neuropati paralisis
operasional prosedur berat lainnya; manajemen umum paralisis
neuromuskuler akut
b. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dgn
gangguan saraf tepi (termasuk lesi pleksus)
c. Menunjukkan kompetensi yang bersifat profesio-nal
sesuai dengan kasus yang ditanganinya
d. Mampu nienguraikan patogenesis, patofisiologi dan
kelainan molekular neuropati perifer
e. Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik
neuropati perifer (akut dan kronik)

62
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


f. Mompu menganalisis diagnosis topis keluhan pasien
dengan dasar neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan
EMG yang benar.
g. Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari
terjadinya neuropati (defisiensi, metabolik, trauma/
kompresi, keganasan, genetik, imunologik)
h. Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma
prototip, gejala yang dominan (motorik/sensorik)
dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta gejala
lain yang menyertai
i. Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium,
lumbal pungsi dan PA
j. Mampu menangani kasus gangguan saraf tepi yang
meliputi penanganan kausa, pencegahan komplikasi,
fisioterapi, mengobati penyakit yang menyertai,
menghentikan obat-obatan yang bersifat
neurotoksik, memperbaiki metabolisme, kompensasi
malnutrisi, memberikan obat yang membantu
regenerasi saraf, dan imunoterapi sesuai indikasi
k. Mampu menjelaskan indikasi intraoperative
monitoring
l. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan
intraoperative monitoring

Sindroma Guillain-Barre
a. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus sindrom
Guillain-Barre secara holistik dan sesuai standar
prosedur operasional.
b. Mampu menjelaskan patogeiiesis, patofisiologi dan
kelainan molekuler sindrom Guillain-Barre (SGB)
c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinik SGB
dan variannya
d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan pungsi
lumbal yang dilaksanakan sendiri
e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EMG, KHS
(termasuk F-wave) yang dilakukan sendiri
f. Mampu menangani kasus GBS termasuk perawatan
intensif di ICU bila terdapat ancaman gagal nafas
g. Mampu menangani kasus SGB dengan terapi
spesifik berupa pemberian Ig intravena atau
plasmaparesis
h. Mampu menangani pencegahan komplikasi
i. Mampu merencanakan program fisioterapi

63
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.20 Gangguan Sistem Saraf Otonom


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan Mampu melakukan a. Mampu melaksanakan anamnesis tentang
sistem saraf penatalaksanaan keluhan utama secara sistematik, mengarah ke
otonom gangguan sistem gangguan neurologik atau mekanik/non-
saraf otonom secara neurologik serta etiologik
holistik dan sesuai b. Mampu melakukan pemeriksaan tes keringat
standar operasional (perspirasi) sesuai prosedur dan menganalisis
prosedur hasil pemeriksaan
c. Mampu melaksanakan pemeriksaan hipotensi
postural
d. Mampu melaksanakan pemeriksaan dengan tilt
table
e. Mampu melaksanakan pemeriksaan urodinamik
dengan supervisi
f. Mampu menyimpulkan jenis-jenis impotensi dan
manajemennya
g. Mampu menyimpulkan sindrom Homer dan latar
belakangnya
h. Mampu melakukan penatalaksanaan gangguan
saraf otonom secara holistik dan sesuai standar
prosedur operasional

Tabel 3.21 Gangguan Otot


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Gangguan otot Mampu melakukan a. Menganalisis tentang gambaran klinis dan
penatalaksanaan pemeriksaan gangguan neuromuscular junction
gangguan otot secara dan otot lurik yang bersifat genetik dan didapat,
holistik dan sesuai termasuk gangguan yang bersifat periodik dan
standar operasional gangguan metabolisme energi (misalnya
prosedur gangguan mitokondria)
b. Melakukan penatalaksanaan kardiorespirasi
darurat pada pasien gangguan otot nafas
c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien
dengan gangguan otot
d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang
ditanganinya

64
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


Distrofi Muskular Progresif
a. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus Distrofi
Muskular Progresif secara holistik dan sesuai standar
prosedur operasional
b. Mampu melaksanakan pemeriksaan klinik secara
cermat, berkaitan dengan kelemahan otot-otot rangka
proksimal (Gower's sign)
c. Mampu melaksanakan anamnesis yang berkaitan
aspek genetik (membuat pedigree)
d. Mampu melaksanakan pemeriksaan EMG
e. Mampu merencanakan biopsi otot sesuai syarat,
indikasi dan kontraindikasi
f. Mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan enzim CK
dan LDH
g. Mampu menangani terapi suportif dan penyuluhan
genetika
h. Mampu merencanakan program rehabilitasi

Miastenia Gravis
a. Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan
molekular miastenia gravis
b. Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik miastenia
gravis
c. Identifikasi miastenia gravis berdasarkan
klasifikasinya
d. Melakukan manuver pemeriksaan untuk membantu
diagnosis seperti uji Wallenberg, Cogan sign, Hering
sign, dan tes berhitung
e. Melakukan uji tensilon atau uji neostigmin/
prostigmin
f. Melakukan pemeriksaan EMG berupa uji Harvey-
Masland
g. Menganjurkan pemeriksaan single fibre bila uji
Harvey-Masland negatif
h. Menentukan diagnosis banding
i. Memberikan pengobatan yang sesuai dengan respon
lerhadap terapi
j. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya krisis
miastenia dan menangani krisis miastenia dan
membedakan dengan krisis kholinergik
k. Menganjurkan tindakan limektomi pada pasien
dengan timoma, miastenia umum, dan yang tidak
berespon dengan terapi medikamentosa.

65
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 3.22 Nyeri


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Basil Pembelajaran
Nyeri Mampu melakukan a. Mampu membedakan nyeri nosiseptif,
penatalaksanaan neuropatik dan psikogenik berdasarkan
kasus nyeri secara gambaran nyeri dan penyebabnya
holistik dan sesuai b. Mampu melakukan pemeriksaan spesifik untuk
standar operasional diagnosis (penilaian dan pengukuran nyeri)
prosedur dengan c. Mampu menyimpulkan lokasi/ topis lesi
mempertimbangkan d. Mampu menafsirkan penyebab nyeri dan
batasan kompetensi mengevaluasinya
bidang neurologi dan e. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang
bidang disiplin dan mampu menyimpulkan hasilnya
kedokteran lainnya f. Mampu menangani keluhan secara
farmakologik dan nonfarmakologik (cognitive
behavioral therapy, biofeedback) , serta
mengevaluasi hasilnya
g. Mampu melaksanakan perujukan kepada
sejawat dari bagian lain yang terkait dengan
persoalan nyeri termasuk rehabilitasinya

66
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA

LAMPIRAN 4
KOMPETENSI PENUNJANG

67
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Lampiran 4
KOMPETENSI PENUNJANG

Tabel 4.1 Neurofisiologi Klinik


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neurofisiologi Mampu menganalisis EEG (elektro-ensefalografi) Mampu melakukan
Klinik hasil pemeriksaan tahapan pemeriksaan EEG secara mandiri dan
penunjang berurutan.
neurofisiologi a. Mampu menjelaskan prinsip dasar EEG
berdasarkan klinis b. Mampu menyimpulkan indikasi dan tujuan
pasien sesuai standar pemeriksaan EEG
operasional prosedur c. Mampu melaksanakan pemeriksaan EEG
sesuai dengan prosedur
d. Mampu melaksanakan penempelan elektroda
EEG dengan berdasarkan sistem 10 - 20 di
kepala
e. Mampu mengatur kalibrasi alat EEG
f. Mampu menyimpulkan montase yang
dipergunakan untuk menentukan lokasi lesi
g. Mampu menyimpulkan jenis EEG untuk
praktek klinik (rutin, ambulatory, BEG-video
monitoring)
h. Mampu menafsirkan parameter gelombang
EEG (amplitude, durasi, frekuensi, morfologi,
latensi, lokasi, reaktivitas)
i. Mampu menafsirkan artefak fisiologik
(bersumber dari otot, glosokinetik,
elektrokardiografi/EKG, pulsasi, gerakan
mata, respirasi, kulit) dan ekstrafisiologi
(elektroda, arus 60 Hz, gerakan di lingkungan)
j. Mampu menjelaskan prinsip stimulasi fotik
k. Mampu menyimpulkan pola gelombang tidur
l. Mampu menyimpulkan korelasi klinis hasil
pemeriksaan EEG
m. Mampu menyimpulkan pola gambaran EEG
pada kasus ensefalopatik

Brain Mapping
Mampu melakukan tahapan pemeriksaan brain
maping dengan supervisi sesuai standar prosedur

68
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


operasional.
a. Mampu melaksanakan prosedur perekaman
EEG
b. Mampu menjelaskan human functional
neuroanatomy
c. Mampu menjelaskan teknologi komputer
d. Mampu menyimpulkan glucose uptake,
konsumsi oksigen dan aliran darah di regio-
regio yang berbeda
e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan PET
(Positron Emission Tomography)
f. Mampu menyimpulkan indikasi utama
pemeriksaan brain mapping

Polisomnografi
Mampu melaksanakan pemeriksaan gangguan
tidur: Epworth sleepiness scale, nocturnal
polysomnography, multiple sleep latency test
(MSLT), repeated test of sustained wakefulness
(RTSW), pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan polisomnografi, dengan supervisi

ENMG (elektroneuromiografi) Mampu


melakukan pemeriksaan ENMG, kecepatan
hantar saraf (KHS), stimulasi repetitif dengan
memperhatikan prinsip teknik; abnormalitas
dalam nerve entrapments yang sering dijumpai,
neuropati perifer; penyakit motor neuron;
gangguan neuromuscular junction; penyakit otot

Evoked Potentials (EP)


Mampu menganalisis hasil pemeriksaan Evoked
Potentials - abnormalitas yang sering dijumpai
dalam penyakit saraf terutama demielinisasi,
peran intraoperative EP

69
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.2 Neuro-intervensi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro- Mampu melakukan Injeksi intra-artikular
intervensi tindakan neurologis Mampu melakukan tindakan injeksi intra-artikular
khusus dengan sesuai lokasi topis neuroanatomi secara tepat.
supervisi sesuai a. Mampu membedakan berbagai jenis gangguan
tahapan teknis dan sendi
standar operasional b. Mampu menguraikan indikasi dan
yang tepat, dengan kontraindikasi tindakan injeksi intra-artikular
mempertimbangkan c. Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga
batasan kompeten-si pasien tahapan tindakan yang akan dilakukan
bidang neurologi dan dengan bahasa yang mudah dipahami dan
bidang disiplin beretika.
kedokteran lainnya d. Mampu mendesain rencana lokasi penyuntikan
sesuai topis nyeri
e. Mampu melaksanakan prinsip aseptik dan
antiseptik pada daerah tindakan injeksi
intraartikuler
f. Mampu melaksanakan aspirasi cairan sendi
ataupun penyuntikan steroid sesuai indikasi
g. Mampu melaksanakan pemantauan hasil
injeksi lebih lanjut dan komplikasi yang
muncul
h. Mampu menentukan kasus perujukan nyeri
yang perlu mendapatkan tindakan injeksi
intraartikuler khusus pada ahli/ subspesialistik
intervensi nyeri dengan memperhatikan aturan
prosedur perujukan

Injeksi botox
Mampu melakukan tindakan injeksi botox dengan
supervisi sesuai lokasi topis neuroanatomi secara
tepat
a. Mampu mendesain rencana lokasi injeksi
b. Mampu menyimpulkan kelainan tonus otot
c. Mampu menyimpulkan diagnosis kelainan
gerak
d. Mampu menyimpulkan diagnosis spastisitas
e. Mampu membedakan dan memilih otot-otot
sekitar mata dan mulut pada spasme hemifasial
dan blefarospasme

70
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

f. Mampu membedakan dan memilih lokasi


injeksi otot-otot leher pada distonia
g. Mampu memilih otot-otot spastik pada pasien
pascastroke
h. Mampu menentukan kasus perujukan yang
perlu mendapatkan tindakan injeksi botox
khusus pada ahli/ subspesialistik saraf tepi
dengan memperhatikan aturan prosedur
perujukan

Neuro-intervensi vaskular
Mampu mendiagnosis kasus neurologi yang layak
menjadi kandidat tindakan neurointervensi
vaskuler dengan memperhatikan syarat, indikasi
dan kontraindikasinya
a. Mampu menjelaskan syarat, indikasi dan
kontra-indikasi tindakan neurointervensi
vaskuler intrakranial
b. Mampu melaksanakan trombolisis intravena
secara mandiri dengan memperhatikan syarat,
indikasi dan kontraindikasi tindakan tersebut
c. Mampu menentukan kasus perujukan yang
perlu mendapatkan tindakan neurointervensi
vaskuler khusus pada ahli/ subspesialistik
neurointervensi dengan memperhatikan aturan
prosedur perujukan
d. Mampu melakukan observasi pada pasien
paska tindakan neurointervensi khusus terkait
efek samping dan komplikasi pascaprosedur
sesuai standar operasional prosedur dalam
supervisi subspesialistik
e. Mampu menjelaskan tujuan dan manfaat
tindakan neurointervensi kepada pasien dan
keluarga pasien dengan bahasa mudah
dipahami dan beretika

71
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.3 Neuro-endokrinologi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro- Mampu mengana- a. Menganalisis gambaran klinis dan pemeriksaan
endokrinologi lisis indikasi peme- gangguan endokrin
riksaan neuro-en- b. Mengevaluasi efek terapeutik dan efek samping
dokrinologi terkait terapi steroid serta komplikasinya
kasus neurologis c. Menganalisis prinsip sistem saraf dalam fungsi
sesuai standar endokrin dan gambaran neurologis tentang
operasional yang tepat, gangguan endokrin terutama penyakit hipofisis
dengan d. Mampu untuk berinteraksi dengan sejawat pakar
mempertimbangkan endokrinologi
batasan kompeten-si e. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
bidang neurologi dan pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya
bidang disiplin
kedokteran lainnya

Tabel 4.4 Neurogenetika


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neurogenetika Mampu menganalisis a. Menyimpulkan dasar genetika termasuk pola
indikasi pemeriksaan pewarisan dan metode umum diagnostik; peran
neurogenetika terkait riwayat keluarga secara rinci dan tes diagnostik
kasus neurologis sesuai berdasarkan DNA
standar operasional b. Menganalisis kontribusi genetik pada penyakit
dengan tepat saraf multifaktorial (misal: Stroke, MS, SAH,
epilepsi)
c. Menafsirkan gambaran klinis penyakit genetik
(misal: ataksia herediter, penyakit Huntington,
neuropati herediter, penyakit otot, dan sindrom
neurokutaneus)
d. Menafsirkan peran bioinformatic database of
human disease
e. Menjelaskan tentang prinsip genetika sebagai ilmu
terapan dalam penyakit saraf
f. memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan
laporan genetik
g. Memiliki kemampuan untuk memberi penjelasan
kepada pasien dan keluarganya sebelum
melakukan tes genetik
h. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan
sejawat pakar genetika
i. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

72
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.5 Neuro-intensif dan emergensi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro-intensif Mampu melakukan a. Mampu menyimpulkan ciri-ciri/kondisi pasien
dan emergensi penatalaksanaan yang mengalami keadaan gawat darurat dan
kasus neurologi kritis
emergensi yang b. Mampu membedakan bentuk keadaan gawat
memerlukan tindakan darurat dan kritis (masalah neurologi atau
dan perawatan bukan)
intensif secara c. Mampu merencanakan pemeriksaan
holistik dan sesuai laboratorium dan penunjang lainnya untuk
standar prosedur mendukung dalam penentuan tingkat keadaan
operasional dengan emergensi/ kritis
mempertirnbangkan d. Mampu melaksanakan tindakan untuk
batasan kompetensi mengatasi kegawatdaruratan pernafasan/
bidang neurologi dan paralisis neuromuskuler pada penyakit saraf
bidang disiplin tertentu (miastenia gravis, sindrom Guillain-
kedokteran lainnya Barre,dsb)
e. Mampu menangani pasien neurologi dengan
keadaan renjatan (syok)
f. Mampu melaksanakan tindakan resusitasi
jantung-paru-otak pada pasien neurologi
g. Mampu menangani kasus peningkatan tekanan
intrakranial
h. Mampu menangani kasus hipertensi gawat
darurat dan krisis hipertensi
i. Mampu menangani kasus status epileptikus
j. Mampu menyimpulkan pasien yang
memerlukan tindakan operatif segera (cito)
atau memerlukan perawatan intensif
k. Mampu menyimpulkan keadaan mati batang
otak, mati otak, persistent vegetative state,
aphalica syndrome dan locked in syndrome

73
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.6 Neuro-otologi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro-otologi Mampu melakukan a. Mampu membedakan kelainan sentral dan
penatalaksanaan perifer pada vertigo
kasus neuro-otologi b. Mampu menyimpulkan diagnosis topis
secara holistik dan kelainan neuro-otologi berdasarkan hasil
sesuai standar anamnesis dan pemeriksaan neurologi
prosedur operasional c. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang
dengan untuk kasus neuro-otologi sesuai indikasi
mernpertimbangkan d. Mampu menganalisis dizziness dan sinkope
batasan kompetensi berdasarkan kemungkinan penyebabnya
bidang neurologi dan e. Mampu melaksanakan tes Halpike pada
bidang disiplin vertigo
kedokteran lainnya f. Mampu menafsirkan pemeriksaan gerakan
bola mata menjadi sebuah diagnosis klinis
g. Mampu mengidentifikasi gejala tambahan
yang menyokong pada kelainan sentral atau
perifer
h. Mampu menangani vertigo sesuai
penyebabnya
i. Mampu mempraktikkan latihan posisi khusus
vertigo
j. Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang diagnosis penyakit yang diderita
dengan bahasa yang mudah dipahami dan
beretika

74
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.7 Neuropediatri


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuropediatri Mampu melakukan p a. Mampu membedakan perkembangan anak
enatalaksanaan kasus normal dan tidak b.
neuropediatri secara b. Mampu menyimpulkan penyimpangan
holistik dan sesuai perkembangan anak serta penatalaksanaannya
standar prosedur dengan fokus perhatian pada keterlambatan
operasional dengan motorik (cerebral palsy) , gangguan kognisi
mempertimbangkan yaitu retardasi mental (RM) dan gangguan
batasan kompetensi belajar spesifik, keterlambatan perkembangan
bidang neurologi dan berbahasa, attention deficit hyperactivity
bidang disiplin disorder (ADHD), serta autisme
kedokteran lainnya c. Mampu menyimpulkan gangguan neurologik
lainnya pada anak (metabolik, epilepsi,
migren, distrofi muskuler, komplikasi
intrauterin, genetik, degeneratif)
d. Mampu melakukan penatalaksanaan infeksi
sistem saraf pusat pada anak (meningitis,
ensefalitis, dan abses otak)
e. Mampu menangani epilepsi anak berdasarkan
jenis bangkitan
f. Mampu menangani kasus tumor anak (supra
dan infratentorial berdasarkan lokasi dan
gejala kliniknya)
g. Mampu menyimpulkan gangguan saraf tepi
dan otot serta melakukan penatalaksanaan
dengan fokus pada polineuropati akut, polio,
dystrophia muscularum progressiva (DMP),
miastenia gravis
h. Mampu menangani kelainan vaskuler pada
anak (stroke, sinus trombosis dan hemiplegic
infantile encephalopathy)
i. Mampu menangani kasus nyeri dan nyeri
kepala pada anak
j. Mampu menangani kasus gangguan gerak
(tic, distonia, khorea)
k. Mampu menangani kasus penurunan
kesadaran yang disebabkan proses
intrakranial
l. Mampu menyimpulkan penyebab penurunan
kesadaran

75
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.8 Neuro-imaging


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro-imaging Mampu menafsir- a. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi
kan korelasi hasil dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan
pemeriksaan radio- radiologik sederhana (foto polos kepala, foto
logis yang diusul- Water's, foto sella, foto mastoid, vertebra,
kan sebelumnya panggul, dan genu)
dengan klinis b. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi
pasien, dengan dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan
mempertimbangkar radiologik CT scan kepala dengan/ tanpa
batasan kompeten-si kontras
bidang neurologi c. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi
dan bidang disiplin dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan
kedokteran lainnya radiologik MRI kepala dengan/ tanpa kontras
d. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi
dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan
radiologik canggih seperti advanced MRI,
SPECT, PET scan

Tabel 4.9 Neurorestorasi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neurorestorasi Mampu melakukan a. Mampu menyimpulkan penyakit saraf yang
penatalaksanaan memerlukan neurorestorasi dan rehabilitasi
kasus neurologi de- (stroke, cedera kepala, lesi medula spinalis,
ngan memperhati- multiple sclerosis, neuropati perifer)
kan prinsip neuro- b. Mampu menjelaskan konsep neurosains pada
restorasi secara proses neurorestorasi dengan sistematis dan
holistik dan sesuai rasional
standar prosedur c. Mampu menjelaskan potensi dan keterbatasan
operasional dengan program neurorestorasi dan rehabilitasi
mempertimbangkan d. Mampu melaksanakan tes/ penilaian fungsional
batasan kompeten-si (misalnya Barthel Index, tes menelan)
bidang neurologi e. Mampu menyimpulkan gangguan fungsi
dan bidang disiplin motorik (berjalan/ gait, ketrampilan lengan/
kedokteran lainnya tangan/ jari dan gangguan psikomotor lainnya)
f. Mampu merencanakan program restorasi dan
rehabilitasi
g. Mampu merencanakan program restorasi pada
gangguan kognitif
h. Mampu mengevaluasi hasil program restorasi
dan rehabilitasi

76
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 4.10 Neuro-urologi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro-urologi Mampu melakukan a. menganalisis sistem kontrol normal miksi
penatalaksanaan dan fungsi seksual; diagnosis banding
kasus neurologi yang penyebabab gangguan miksi dan disfungsi
mengenai fungsi ereksi; hipo- dan hiperseksualitas; strategi
miksi dan seksual terapi gangguan miksi dan fungsi seksual
secara holistik dan b. Mengevaluasi, mengelola dan/atau merujuk
sesuai standar pasien dengan gangguan miksi dan fungsi
prosedur operasional seksual oleh karena gangguan neurologis
dengan c. Merujuk pasien kepada spesialis urologi atau
mempertimbangkan uroneurologist
batasan kompetensi d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat
bidang neurologi dan pofesional sesuai dengan kasus yang
bidang disiplin ditanganinya
kedokteran lainnya

Tabel 4.11 Neuro-imunologi


Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran
Neuro- Mampu melakukan Miastenia gravis (MG) Mampu melakukan
imunologi penatalaksanaan penatalaksanaan kasus MG secara holistik dan
kasus neurologi yang sesuai standar prosedur operasional
berhubungan dengan a. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi
sistem imun secara neuromuscular junction
holistik dan sesuai b. Mampu menguraikan patogenesis,
standar prosedur patofisiologi dan kelainan molekular miastenia
operasional dengan gravis
mempertimbangkan c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis
batasan kompetensi myatenia gravis
bidang neurologi dan d. Mampu melaksanakan manuver pemeriksaan
bidang disiplin untuk membantu diagno-sis, seperti uji
kedokteran lainnya Wallenberg, Cogan sign, Hering Sign, dan les
berhilung
e. Mampu melaksanakan uji lensilon atau uji
neostigmin/ prosligmin
f. Mampu melaksanakan pemeriksaan EMG
berupa uji Harvey-Masland dengan supervisi
g. Mampu merencakan pemeriksaan single fiber
bila uji Harvey Masland negalif dengan
supervisi

77
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

h. Mampu menyimpulkan diagnosis banding MG


i. Mampu melaksanakan pencegahan timbulnya
krisis miastenia dan manangani kasus krisis
miastenia dan membedakan dengan krisis
kolinergik
j. Mampu merencanakan tindakan timektomi
pada pasien dengan timoma, miastenia umum
dan yang tidak berespon dengan terapi
medikamentosa

Multiple Sclerosis
• Mampu melakukan penatalaksanaan kasus
multiple sclerosis secara holistik dan sesuai
standar prosedur operasional
a. Mampu menjelaskan epidemiologi multiple
sclerosis
b. Mampu menjelaskan patogenesis,
patofisiologi dan kelainan molekuler
multiple sclerosis
c. Mapu menyimpulkan gejala dan tanda
klinis multiple sclerosis
d. Mampu menjelaskan kriteria diagnosis
multiple sclerosis
e. Mampu merencanakan pemeriksaan
penunjang radiologi berupa MRI dan MRS
dengan dasar indikasi yang jelas
f. Mampu melaksanakan pungsi lumbal dan
analisis cairan serebrospinal umum dan
khusus (indeks IgG, oligoclonal band)
g. Mampu melaksanakan pemeriksaan evoked
potential (VEP, SSEP, BAEP) dengan
supervisih.
h. Mampu menangani kasus multiple
sclerosis dengan prioritas pencegahan
kekambuhan dan progresivitas ( immu-
nomodulatory drugs, plasmaferesis, IVIg)
dan terapi simtomatik
i. Mampu merencanakan rehabilitasi baik
terapi fisik maupun okupasi Mampu
menjelaskan tentang penyakit dan
prognosis pada pasien dan keluarga pasien

78
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA

LAMPIRAN 5
KOMPETENSI LAIN

79
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Lampiran 5
KOMPETENSI LAIN

Tabel 5.1 Penyakit dekompresi ('penyakit caisson)

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran


Penyakit Mampu mengaitkan a. Memahami gejala klinik tipe I (pain only
dekompresi patofisiologi penyakit bends, joint bends, decompression
(penyakit dekompresi fpenyakit arthralgia) dan tipe II (serious
caisson) caisson) dengan decompression sickness)
gejala klinik dan b. Menegakkan diagnosis banding
terapinya sesuai c. Melakukan pemeriksaan penunjang
standar prosedur laboratorium, radiologik, EKG, EEG, bila
operasional dengan diperlukan
mempertimbangkan d. Memberikan terapi kausal disertai informed
batasan kompetensi consent (terapi oksigen hiperbarik) dan
bidang neurologi dan medikamentosa (koreksi cairan dan elektrolit,
bidang disiplin antiplatelet, kortikosteroid, dan lainnya
kedokteran lainnya sesuai indikasi yang ada)
e. Mengidentifikasi komplikasi (osteonekrosis
disbarik, keracunan oksigen)
f. Menjelaskan prognosis kepada keluarga

80
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA

LAMPIRAN 6
DAFTAR CAPAIAN KOMPETENSI

81
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Lampiran 6
DAFTAR CAPAIAN KOMPETENSI

Tabel 6.1 Capaian kompetensi dasar kelompok gangguan atau penyakit

Tingkat
No. Kelompok gangguan atau penyakit kemampuan
1 2 3 4
1 Neurotraumatologi (Tabel 3.1)
2 Nyeri kepala (Tabel 3.2)
3 Gangguan kesadaran (Tabel 3.3)
4 Gangguan tidur (Tabel 3.4)
5 Gangguan fungsi luhur dan perilaku (Tabel 3.5)
6 Kejang dan epilepsi (Tabel 3.6)
7 Stroke dan gangguan neurovaskular lain (Tabel 3.7)
8 Tumor susunan saraf (neuro-onkologi) (Tabel 3.8)
9 Infeksi susunan saraf (neuro-infeksi) (Tabel 3.9)
10 Gangguan serebrospinal (Tabel 3.10)
11 Demielinasi dan vaskulitis (Tabel 3.11)
12 Komplikasi neurologik imunosupresi (Tabel 3.12)
13 Parkinsonisme dan gangguan gerak (Tabel 3.13)
14 Penyakit motor neuron (Tabel 3.14)

82
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tingkat
No. Kelompok gangguan atau penyakit kemampuan
1 2 3 4
15 Gangguan metabolik dan toksik (Tabel 3.15)
16 Gangguan saraf kranialis (I-XII) (Tabel 3. 16)
17 Gangguan neuro-oftalmologik (Tabel 3.17)
18 Gangguan kolumna vertebralis, medula spinalis, radiks, dan
cedera spinal (Tabel 3.18)
19 Gangguan sistem saraf tepi (Tabel 3.19)
20 Gangguan sistem saraf otonom (Tabel 3.20)
21 Gangguan otot (Tabel 3.21)
22 Nyeri (Tabel 3.22)

Tingkat kemampuan 1:
Mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara
yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut,
selanjutnya menentukan rujukan subspesialistik dan tindak lanjut pasca rujukan.

Tingkat Kemampuan 2:
Mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan
rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan pasien serta tindaklanjut pasca
rujukan.

Tingkat Kemampuan 3:
Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
bukan gawat darurat, menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi
penanganan pasien dan tindak lanjut pasca rujukan.

Tingkat Kemampuan 4:
Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut
secara mandiri dan tuntas.

83
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tabel 6.2 Capaian kompetensi penunjang

Tingkat
No. Kelompok penunjang kemampuan
1 2 3 4
1 Neurofisiologi klinik (Tabel 4.1)
1 . 1 EEG (Elektroensefalografi)
1.2 Brain mapping
1.3 PSG (Polisomnografi)
1.4 ENMG (Elektroneuromiografi)
1.5 EP (Evoked potentials)
2 Neuro-intervensi (Tabel 4.2)
2.1 Injeksi intra-artikulef
2.2 Injeksi botox
2.3 Neurointervensi vaskuler spesialistik
2.4 Neurointervensi vaskuler subspesialistik
3 Neuro-endokrinologi (Tabel 4.3)
4 Neurogenetik (Tabel 4.4)
5 Neuro-intensif dan neuro-emergensi(Tabel 4.5)
6 Neuro-otologi (Tabel 4.6)
7 Neuropediatri (Tabel 4.7)

84
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

Tingkat
No. Kelompok penunjang kemampuan
1 2 3 4
8 Neuro-imaging (Tabel 4.8)
9 Neurorestorasi (Tabel 4.9)
10 Neuro-urologi (Tabel 4.10)
11 Neuro-imunologi (Tabel 4.1 1)
11.1 Miastenia gravis
11.2 Multiple sclerosis

Tingkat Kemampuan 1
Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang ketrampilan klinik tersebut (prinsip, indikasi,
dan komplikasi yang mungkin timbul).

Tingkat Kemampuan 2
Pernah melihat dan mengamati atau didemonstrasikan tentang ketrampilan klinik tersebut

Tingkat Kemampuan 3
Pernah melakukan atau menerapkan ketrampilan klinik tersebut dibawah supervisi

Tingkat Kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri keterampilan klinik tersebut dengan menguasai seluruh
teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi.

85
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
INDONESIA
(Revisi Tahun 2015)

Kompetensi dokter merupakan aplikasi pengetahuan yang


diperlihatkan melalui ketrampilan, kecakapan, ataupun
kemampuan profesional dalam hubungan antar orang,
pengambilan keputusan, psikomotor, moral dan etikayang
dimiliki dokter dalam praktik, dalam konteks kesehatan
masyarakat, keselamatan, dan keamanan pasien.
Setiap dokter spesialis neurologi harus memahami
kompetensi dan batas kemampuan profesinya dalam melayani
pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Atas dasar itu, maka
buku Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi ini
merupakan acuan dasar bagi setiap dokter spesialis neurologi di
Indonesia dalam menjalankan profesinya.
Buku ini menguraikan tentang standar minimal
kompetensi lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis
Neurologi (PPDSN) di Indonesia yang digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan uji kompetensi dokter spesialis neurologi
yang bersifat nasional. Sehingga buku ini merupakan pedoman
utama dalam penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis
neurologi dan kelulusan peserta didik menjadi dokter spesialis
neurologi.
(foel)
911789791

86

Anda mungkin juga menyukai