Anda di halaman 1dari 79

BIOFOAM DARI LIMBAH BIJI DURIAN DAN TONGKOL

JAGUNG

MEGAWATI K. MABELA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar


Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2021
BIOFOAM DARI LIMBAH BIJI DURIAN DAN TONGKOL

JAGUNG

Oleh

MEGAWATI K. MABELA
A 251 17 017

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar


Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2021
BIOFOAM FROM THE WASTE OF DURIAN SEEDS AND

CORN COBS

By
MEGAWATI K. MABELA
A 251 17 017

SKRIPSI

Submitted as one of the requirements to fulfill the bachelor’s degree in Chemistry


Education Study Program majoring in Mathematics and Natural
Sciences Faculty of Teacher Training and Education in
Tadulako University

CHEMISTRY EDUCATION STUDY PROGRAM


DEPARTMENT OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES EDUCATION
FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
TADULAKO UNIVERSITY
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

BIOFOAM DARI LIMBAH BIJI DURIAN DAN TONGKOL JAGUNG

Oleh

Megawati K. Mabela

A 251 17 017

Telah diujikan dan dipertanggungjawabkan dihadapan dewan penguji

Dosen Pembimbing

Dra. Sri Mulyani Sabang, M.Si


Nip. 19680617199302 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusa Pendidikan MIPA Koordinator Program Studi

FKIP Universitas Tadulako Pendidikan Kimia

Purnama Ningsih, S.Pd.,M.Si.,Ph.d Dr. Tri Santoso, M.Si


NIP. 19741210 199903 2 001 NIP.19640619 199203 1 002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Panitia Ujian Skripsi Program Strata Satu (S1) Universitas Tadulako, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia menerima dan mengesahkan

Skripsi dengan judul “ Biofoam Dari Limbah Biji Durian Dan Tongkol Jagung”

yang telah dipertanggungjawabkan oleh mahasiswa atas nama Megawati K.

Mabela, nomor stambuk A 251 17 017 pada hari rabu, 30 Juni 2021, maka atas

nama Panitia Ujian Skripsi Strata Satu (S1) Menerima dan Mengesahkan:

PANITIA UJIAN

No Jabatan Nama/NIP Tanda Tangan

1 Penguji I Dra. Hj. Sri Mulyani Sabang, Msi


(Pembimbing/Ketua) NIP. 19680617 199302 2 001

2 Penguji II Dr. H. Jamaludidin M. Sakung,


(Sekertaris) S.Pd., M.Kes
NIP.19720417 199802 1 001
3 Penguji III Prof. Dr. H. Baharuddin Hamzah,
(Anggota) S.Farm., M.S
NIP.19570413 198703 1 001

Mengetahui
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

Dr. Ir. Amiruddin Kade., S.Pd., M.Si


NIP. 19690703 199403 1 004

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Megawati K. Mabela

No. Stambuk : A 251 17 017

Jurusan/ Program Studi : Pend. MIPA/ Pendidikan Kimia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran

saya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini

hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Palu, 30 Juni 2021

Yang Membuat Pernyataan

Megawati K. Mabela
A25117017

iv
ABSTRAK

Megawati K. Mabela., 2020. Biofoam dari limbah biji durian dan tongkol
jagung. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tadulako, Palu. Pembimbing Sri Mulyani Sabang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik (uji biodegrradasi,


kuat tekanan dan daya serap air) biofoam yang dihasilkan dari limbah biji durian
dan tongkol jagung. Dalam pembuatan serat tongkol jagung menggunakan variasi
konsentrasi NaOH yaitu 0%, 2,5%, 5% dan 7,5%. Perlakuan terbaik dalam
penelitian ini yaitu biofoam yang dibuat dengan menggunaka campuran pati biji
durian dan serat tongkol jagung yang dibuat dengan konsentrasi NaOH 5%,
dimana hasil yang diperoleh yaitu nilai uji daya serap air dalam waktu 1 menit, 2
menit dan 3 menit yaitu 11,20%: 14,22% dan 16,81%. Sedangkan nilai uji kuat
tekan diperoleh yaitu 16,85x10-5Pa, dan hasil uji biodegradasi diperoleh sebesar
35,42% dalam waktu 14 hari penguburan dalam tanah. Hasil uji FTIR
menunjukkan kandungan gugus biofoam yang dihasilkan dari campuran serat
tongkol jagung dengan konsentrasi NaOH yang berbeda-beda, masih
menunjukkan kesamaan dalam gugus fungsionalnya, dimana tidak ada
memunculkan peak yang baru. Kandungan gugus fungsi dari bifoam yang
dihasilkan diantaranya yaitu gugus CH (alkana), gugus C≡C (alkuna), gugus C=C
(cincin aromatik) dan gugus OH.

Kata Kunci: Biofoam,tongkol jagung, dan biji durian.

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt, yang telah memeberikan kesehatan,
kesabaran dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa
skripsi ini sebagai salah satu syarat penyelesaian studi. Ketika kehidupan dunia menutut
kita untuk menjadi orang yang berilmu agar mampu bertahan hidup, ayah dan ibu
berjuang keras mencari nafkah untuk membiayai anaknya dalam menimbah ilmu. Oleh
karena itu dengan rasa haru dan bangga izinkan penulis untuk mempersembahkan karya
ini kepada ibunda tercinta Alm Ratnawati B. Kanoli, yang telah melahirkan, merawat,
membesarkan dan memberi kasih sayang dengan penuh keikhlasan, menjadi sosok ibu bagi
anada. Ayahanda tersayang Kamarudin Daimabela yang selalu kuat dalam mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta yang selalu sabar mendengar keluhan dari
anak-anaknya.
Tak lupa pula saya ucapkan terimkasih kepada kakak saya Afriani K. Mabbela,
yang telah menjaga, memberikan semangat, serta menyayangi saya demgan sepenuh hati

Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat serta karunia NYA


kepada kita sekeluarga, Aamiin.

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang

berjudul “BIOFOAM DARI LIMBAH BIJI DURIAN DAN TONGKOL

JAGUNG“. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga beliau, beserta seluruh umatnya yang tetap

istiqamah dalam mengamalkan dan memperjuangkan risalah Islam yang beliau

emban. Penulis menyadari bahwa begitu banyak kesulitan, kemudahan, suka dan

duka dalam proses penyusunan skripsi ini yang semuanya itu merupakan hal yang

tak dapat dipishakan dalam kehidupan setiap insan. Namun atas seizin-NYA

melalui motivasi, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Utamanya Ibu Dra. Sri Mulyani Sabang, M.Si selaku

pembimbing yang telah memberikan ilmu, bimbingan, serta waktunya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaiakan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis banyak memperoleh dukungan, bantuan dan arahan serta

bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan hasil penulisan ini, sehingga

melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahfudz, M.P. selaku Rektor Universitas Tadulako.

vii
2. Bapak Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

3. Bapak Dr. H. Nurhayadi, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

4. Bapak Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang

Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tadulako.

5. Bapak Dr. Iskandar, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

6. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ibu

Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D.

7. Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan

Iilmu Pengetahuan Alam, Bapak Dr. Tri Santoso,M.Si.

8. Ibu Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D. selaku Dosen Wali penulis yang

selama ini telah membantu dan memberikan nasehat-nasehat kepada penulis

untuk menyelesaikan studi dengan baik.

9. Bapak Prof. Dr. H. Baharuddin Hamzah, S.Farm., M.S dan Bapak Dr. I Made

Tangkas, M.Kes. sebagai dosen pembahas pertama dan dosen pembahas

kedua yang telah memberikan banyak kritikan, arahan serta saran yang

membangun kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

10. Segenap Staf Administrasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako yang telah banyak membantu penulis dalam

viii
menyelesaikan seluruh administrasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi ini.

11. Segenap Bapak dan Ibu Dosen dan para laboran Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako yang telah memberikan

pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Tidak ada yang dapat penulis

sampaikan selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga amal

jariyah ini dapat menjadi penolong di hari akhir nanti.

12. Staf Laboratorium Pendidikan Kimia dan Fisika FKIP UNTAD dan

Laboratorium Fakultas FMIPA UNTAD yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir.

13. Terima Kasih kepada kedua orang tua saya bapak Kamrudin Daimabela, dan

alm. Ratnawati B. Kanoli yang selama hidupnya telah tulus merawat dan

menyayangi saya.

14. Terkhusus penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, yakni

dr. Vera Diana Towidjojo, M.Sc., Afriani K.Mabela S.Pd, dr. Maryam Lupoyo

serta keluarga penulis yang lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, yang telah menyemangati dan membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir.

15. Terimakasih kepada teman-teman penulis, Elsa Rn Taminggu, Agri satyawati,

Izlah K. Bissin, Cha-cha, Anggriani Udul, Nurafni Bandi yang telah

membantu dalam proses pengambilan sampel penelitian.

ix
16. Terimakasih kepada orang-orang special yang sangat berarti, Danti Fadiah,

Nursahaja S.M Pailu, Nadya Amalia Chairunnisa Pusadan, Chichi Tenri

Buana Nawakil, Nurul Hardina Mai dan Moh Fiqri Novian A, yang telah setia

membantu memperbaiki mood penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Dan

juga terimakasih buat mbak Rin, Akbar, Khafi, bang Wan, Anggi, yang sudah

membantu menjawab hal-hal yang kurang penulis pahami dalam menyusun

tugas akhir ini.

17. Terimakasih kepada sahabat-sahabat saya Selvi Kuntuamas, Silvana dan

Stephany, yang selalu siap membantu disaat penulis mengalami kesulitan.

18. Terima kasih kepada seluruh teman - teman Big Family Class A’ 17 yang

saling tolong-menolong dalam kesulitan, memotivas serta memberi semangat

satu sama lain

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namanya dalam

pengantar ini. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga menjadi amal jariyah

yang dapat menjadi penolong di hari akhir nanti. Aamiin.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya

kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Aamiin Yaa Rabbal’Aalamiin.

Palu, 30 Juni 2021


Penulis

Megawati K. Mabela
A25117017

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

2.1 Kajian Teori .......................................................................... 6

2.1.1 Durian.................................................................................... 6

2.1.2 Biji Durian............................................................................. 7

2.1.3 Jagung ................................................................................... 9

2.1.4 Tongkol Jagung ..................................................................... 11

2.1.5 Styrofoam .............................................................................. 12

xi
2.1.6 Biodegradable foam .............................................................. 13

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................. 15

2.3 Kerangka Konseptual ............................................................ 20

BAB III METODE PENELIITIAN .............................................................. 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 22

3.2 Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 22

3.2.1 Alat dan Bahan ...................................................................... 22

3.2.1.1 Pembuatan Pati Biji Durian................................................... 22

3.2.1.2 Pembuatan Serat Tongkol Jagung ......................................... 22

3.2.1.3 Pembuatan Biofoam .............................................................. 22

3.2.2 Prosedur Kerja....................................................................... 23

3.2.2.1 Pembuatan Pati Biji Durian................................................... 23

3.2.2.2 Pembuatan Serat Tongkol Jagung ......................................... 23

3.2.2.3 Pembuatan Biofoam .............................................................. 24

3.3 Karakterisasi Biofoam ........................................................... 24

3.3.1 Uji Daya Serap Air ................................................................ 24

3.3.2 Uji Biodegradasi.................................................................... 25

3.3.3 Uji Kuat Tekanan .................................................................. 26

3.3.4 Analilis Gugus Fungsi dengan FTIR..................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 27

4.1 Pembuatan Tepung Biji Durian ............................................. 27

4.2 Pembuatan Serat Tongkol Jagung ......................................... 27

4.3 Pembuatan Biofoam .............................................................. 29

xii
4.4 Karakterisasi Biofoam ........................................................... 29

4.4.1 Uji Daya Serap Air ................................................................ 29

4.4.2 Uji Biodegradasi.................................................................... 30

4.4.3 Uji Kuat Tekan ...................................................................... 32

4.4.4 Analisis Gugus Fungsi FTIR ................................................. 33

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 36

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 36

5.2 Saran...................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37

LAMPIRAN ............................................................................................... 40

xiii
DAFTAR TABEL

2.1.2 Komposisi Kimia Biji Durian .............................................................. 9


2.1.4 Komposisi Tongkol Jagung.................................................................. 12
2.1.5 Satandar SNI Biodegradable foam ....................................................... 14
4.4.1 Nilai Daya Serap Air Biofoam ............................................................. 29
4.4.2 Hasil Uji Biodegradasi ......................................................................... 31
4.4.3 Hasil Uji Kuat Tekan ........................................................................... 32

xiv
DAFTAR GAMBAR

2.1.1 Buah Durian ......................................................................................... 6


2.1.2 Biji Durian............................................................................................ 8
2.1.3 Buah Jagung ......................................................................................... 10
2.1.4 Tongkol Jagung .................................................................................... 11
2.3.1 Skema Kerangka Konseptual ............................................................... 21
4.1 Tepung Biji Durian ................................................................................. 27
4.2 Serat Tongkol Jagung.............................................................................. 28
4.3 Biofoam ................................................................................................... 29
4.4.1 Grafik Uji Daya Serap Biofoam ........................................................... 30
4.4.2 Grafik Uji Biodegradasi ....................................................................... 31
4.4.3 Grafik Uji Kuat Tekanan ...................................................................... 32
4.4.4 Spektrum FTIR Biodegradable Foam .................................................. 34

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Skema Prosedur kerja.................................................................................41

2. Perhitungan................................................................................................45

3. Analisis Data.............................................................................................49

4. Dokumentasi Penelitian............................................................................53

5. Biodata......................................................................................................55

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai oleh manusia

dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik plastik yang murah, kuat, dan ringan

menjadikan plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Plastik yang

umum digunakan hari ini adalah berasal dari polimer sintetis dari minyak bumi.

Kelemahan dari plastik dengan bahan polimer sintetis adalah jumlah yang terbatas

dan sulit untuk didaur ulang (Aripin, dkk., 2017).

Penggunaan kemasaan plastik di Indonesia telah menjadi hal yang lumrah.

Sebagian besar masyrakat Indonesia masih menggunakan kemasan plastik bahkan

masih memproduksi kemasan plastik, salah satu contohnya yaitu styrofoam.

Styrofoam yang selama ini digunakan mengandung berbagai macam zat kimia

yang dapat membahayakan makhluk hidup dan tidak ramah lingkungan, karena

tidak dapat diuraikan sama sekali. Bahkan pada proses produksinya sendiri,

menghasilkan limbah yang tidak sedikit, sehingga dikategorikan sebagai

penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia oleh EPA (Enviromental

Protection Agency). Salah satu pilihan untuk pengganti polimer berbasis minyak

bumi dan sintetis adalah polimer alam seperti pati dan kitosan (Tharanathan,

2003).

1
2

Kemasan plastik polystyrene atau yang lebih dikenal dengan sebutan

styrofoam, merupakan polimer yang bila terdegradasi membentuk monomer-

monomernya yaitu stirena (Cavallo, dkk., 2018).

Penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan di Negara-negara maju

seperti Jepang dan Negara Eropa, telah dilarang. Sedangkan di Indonesia,

styrofoam masih banyak digunakan sebagai wadah makanan walaupun

pengggunaan styrofoam telah dilarang oleh dinas kesehatan. Berdasarkan berbagai

penelitian yang dilakukan diketahui bahwa stirena, bahan dasar styrofoam, bersifat

mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang sel

kanker) (Huff, dkk., 2011). Tidak hanya berdampak buruk terhadap kesehatan,

tetapi juga memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan karena tidak

dapat terurai secara alami. Berdasarkan data dari EPA menyebutkan bahwa

limbah hasil pembuatan styrofoam merupakan limbah berbahaya ke-5 terbesar di

dunia. Bau yang timbul selama proses produksinya mampu mengganggu

pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Kemasan styrofoam

umumnya digunakan dalam waktu singkat terutama bila digunakan sebagai wadah

kemasan restoran cepat saji, namun membutuhkan waktu sangat lama, atau

bahkan sama sekali tidak dapat diuraikan oleh alam, sehingga keberadaannya

semakin menumpuk dalam jumlah besar, sehingga mencemari lingkungan

(Etikaningrum, dkk., 2016)

Banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan kemasan

styrofam perlu diperhatikan. Oleh karena itu untuk meminimalisir dampak

tersebut, penggunaan styrofoam perlu dikurangi dengan cara mengganti kemasan


3

styrofoam dengan menggunakan kemasan yang ramah lingkungan, salah satu

contohnya adalah biofoam, yaitu kemasan pengganti styrofoam dimana bahan

baku utamanya berasal dari pati dan serat. Pati dapat diperoleh dengan cara

mengekstrak dari tanaman yang kaya akan karbohidrat seperti sagu, singkong,

jaugung, gandum dan ubi jalar. Pati juga dapat diekstrak dari biji buah-buahan

seperti pada biji Nangka, biji alpukat dan biji durian (Yuliasih, dkk., 2012).

Pembuatan biofoam telah dilakukan oleh beberapa peneliti, dengan

menggunakan berbagai bahan dan metode yang berbeda-beda. Salah satu

contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pamilia Coniwanti, dkk., (2018)

meneliti pengaruh konsentrasi NaOH serta rasio serat daun nanas dan ampas tebu

pada pembuatan biofoam, dengan menggunakan metode thermopressing dan

waktu pencetakan 30 menit, dalam temperatur 170℃. Konsentrasi NaOH yang

digunakan sebesar 0%, 2,5% 5%, 7,5% dan 10%. Serta serat rasio daun nanas dan

ampas tebu 100:0, 75:25, 50:50, 25:75, dan 0:100. Hasil karakteristik biofoam

terbaik yaitu konsentrasi NaOH 5% serta rasio massa serat daun nanas dan ampas

tebu 75:25 memiliki persentase kuat tarik sebesar 16,35%, kuat tekan sebesar

3,70% daya serap air sebesar 15,60%, kadar air sebesar 6,90% dan sifat

biodegradable sebesar 4,49%. Selain penelitian yang dilakukan oleh Pamilia

coniwanti dan kawan-kawan, penelitan mengenai bifoam juga dilakukan oleh

Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, (2020). Yang melakukan penelitian tentang

pembuatan biofoam dari pati biji durian dan nano serat selulosa ampas teh dengan

menggunakan metode baking process. Biofoam dibuat dari campuran biji durian

dan PVA sebagai matriks, kemudian dicampur dengan nano serat selulosa (NSS)
4

dari ampas teh sebagai pengisi dengan perbandingan komposisi NNS dari ampas

the 0%, 1%, 3% dan 5% serta variable PVA dengan komposisi 10%, 20% dan

30% yang akan dicetak dengan alat pemanggang (oven) pada suhu 80℃ dan

waktu 60 menit. Hasil yang diperoleh yaitu Nilai kekuatan tarik biofoam tertinggi

pada perbandingan komposisi NSS ampas teg dan PVA 3%:10% sebesar 5,647

Mpa. Persentase penyerapan air dan kadar air terendah masing-masing pada

perbandingan komposisi NSS dari ampas teh dan PVA 1%:30% berturut-turut

sebesar 21,505% dan 1,515%. Nilai densitas terendah dari biofoam pada

perbandingan 0%:30% yaittu sebesar 1,022 g/𝑐𝑚3 . Persentase kehilangan massa

tertinggi terjadi pada perbandingan 5%:10% sebesar 60,256% dengan waktu

degradasi selama 28 hari.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian

pembuatan biofoam dengan menggunakan bahan yang berbeda dari peneliti-

peneliti sebelumnya, yaitu “BIOFOAM DARI LIMBAH BIJI DURIAN DAN

TONGKOL JAGUNG”, karena keberadaan kedua limbah tersebut cukup

melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik di daerah peneliti, yaitu Kota

Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik (uji biodegradasi, kuat

tekanan dan daya serap air) biofoam yang dihasilkan dari limbah biji durian dan

tongkol jagung?
5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik (uji biodegradasi, kuat

tekanan dan daya serap air) biofoam dari limbah biji durian dan tongkol jagung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari peneletian ini adalah sebagai berikut :

1. sebagai sumber informasi tentang karakterisasi biofoam dari limbah biji

durian dan tongkol jagung

2. Meminimalisir keberadaan sampah plastik di Kota Palu, khususnya

sampah styrofoam

3. Meminimalisir limbah tonngkol jagung dan biji durian di Kota Palu

4. Sebagai tambahan informasi untuk menambah pengetahuan di lingkungan

Universitas Tadulako

5. Sebagai rujukan penelitian tentang krakterisasi biofoam bagi peneliti

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Durian

Durian (Durio zibenthinus) merupakan salah satu tumbuhan tropis asli

Asia Tenggara dan populer sebagai raja buah ( Feng, dkk., 2016). Durian

termasuk dalam famili Bombaceae yang dikenal sebagai buah tropis musiman di

Asia Tenggara (Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia) (Leontowicz, dkk.,

2011). Tanaman ini merupakan buah asli Indonesia, menempati posisi ke-4 buah

nasional dengan produksi, lebih kurang 700 ribu ton per tahun. Musim panen

umumnya berlangsung tidak serentak dari bulan September sampai Februari

dengan masa paceklik bulan April sampai Juli (Dang, dkk., 2015).

Gambar 2.1.1 Buah Durian. Sumber: Kompas Health.com

6
7

Durian merupakan buah daerah tropis yang memiliki klasifikasi sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Bombacales

Famili : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr. (Rukmana, 1996).

Pada buah durian, bagian yang umum dikonsumsi adalah daging buah

yang persentasenya hanya sekitar 20-35%, bagian kulit 60-75% dan biji 5-15%

yang belum termanfaatkan secara maksimal (Sistanto dkk., 2017).

2.1.2 Biji Durian

Biji durian berbentuk bulat-telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning-

kuningan atau coklat muda.Tiap rongga terdapat 2-6 biji atau lebih. Biji durian

merupakan bahan perbanyakkan tanaman secara generativ (Syawaldi, 2018).


8

Gambar 2.1.2 Biji durian (Cornelia dkk, 2013).

Hingga saat ini biji durian masih merupakan bahan non-ekonomis dan

sebagai limbah buangan konsumen buah durian. Kandungan karbohidrat yang

tinggi pada biji durian dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti sumber

karbohidrat. Pati biji durian memiliki kesamaan dengan tepung tapioka yaitu

adanya kandungan pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Kandungan

amilosa pati tepung tapioka yaitu ±20-27% dan kandungan amilosa pati biji durian

yaitu ±26,607% (Wirawan, dkk., 2013). Tepung biji durian merupakan tepung

yang dihasilkan melalui proses perebusan, pengeringan serta penggilingan. Biji

durian akan menghasilkan tepung yang berwarna putih kekuningan, yang mana

dari tepung biji durian mempunyai kandungan amilopektin hampir sama dengan

tepung beras ketan, dapat kita ketahui dengan pemberian sedikit air teksturnya

akan lengket.engolahan biji durian dalam bentuk tepung, dapat diolah lebih lanjut

dalam aneka ragam makanan seperti dodol, kue telur blanak, wajik, kue kering,

dan berbagai produk lainnya (Imrayani Simanulaang, 2018).

Penggunaan tepung biji durian dapat dikombinasikan dengan tepung lain

seperti tepung terigu, pada biji durian lebih tinggi dibandingkan tepung terigu.
9

Kandungan karbohidrat tepung biji durian yakni 76,73 % dan kandungan

proteinnya sebesar 10,41%. Kandungan protein tepung biji durian lebih tinggi

dibandingkan tepung-tepung lainnya, seperti tepung beras 7 %, tepung terigu

8,9%, tepung jagung 9,2 %. (Hutapea, 2010).

Tabel 2.1.2 Komposisi Kimia Biji Durian

Komposisi (%) Pati Biji Durian

Karbohidrat (%) 83,92


Protein (%) 10,41
Lemak (%) 0,38
Abu (%) 0,25
Air (%) 10,71
Rasio amilosa : amilopektin 14:74
Sumber : Cornelia, dkk.,(2013)

2.1.3 Jagung

Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) di mana bunga

jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina

(pistilate) terletak pada pertengahan batang. (Yulistiani, dkk., 2010).

Gambar 2.1.3 Buah Jagung. Sumber Merdeka.com


10

Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan

satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan

tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif.

Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (Iriani dkk., 2013).

2.1.4 Tongkol Jagung

Tongkol jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk

menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina

(buah jagung). Tongkol terbungkus oleh kelobot (kulit buah jagung). Tongkol

jagung tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulosa dan selulosa.

Masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi

menjadi senyawa lain secara biologi (Suprapto, dkk., 2002).


11

Gambar 2.1.4 Tongkol Jagung. Sumber: Kompasiana.com

Tongkol jagung adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah

diambil bijinya dan merupakan limbah padat. Tongkol jagung adalah limbah yang

diperoleh ketika biji jagung dirontokkan dari buahnya sehingga diperoleh jagung

pipilan sebagai produk utamanya dan sisa buah yang disebut tongkol (Rohaeni,

dkk., 2006).

Tabel 2.1.4 Komposisi Tongkol Jagung

Komponen Komposisi (%)


Air 9,6
Abu 1,5
Hemiselulosa 36,0
Selulosa 41,0
Lignin 6,0
Pektin 3,0
Pati 0,014
Sumber : Lorenz, dkk., (1991).
12

2.1.5 Styrofoam

Styrofoam merupakan polimer yang bila terdegradasi membentuk

monomer-monomernya yaitu stirena. Senyawa tersebut dapat bereaksi cepat

dengan oksigen membentuk stirena oksida. Hal ini dapat membahayakan

kesehatan karena ketika stirena oksida migrasi ke dalam tubuh dapat

menyebabkan mutasi gen dan merangsang sel kanker (Cavallo, dkk., 2018).

Styrofoam merupakan senyawaan kimia polimer yang tersusun atas

bagian-bagian kecil penyusunnya (monomer). Nama kimia dari styrofoam ini

adalah polistirena. Senyawa penyusun dalam senyawa ini adalah stirena.

Pemakaian styrofoam sebagai kemasan makanan dalam kehidupan sehari-hari

cukup tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan karakteristik dari styrofoam yang mudah

dibentuk, ringan, murah, tahan air, dan juga tahan panas. Kandungan dalam

styrofoam untuk kemasan makanan memiliki efek buruk bagi kesehatan manusia,

hal ini disebabkan bahan kimia yang terkandung di dalam styrofoam masuk ke

makanan yang dikonsumsi manusia. Environmental Protection Agency (EPA),

World Health Organization (WHO) serta lembaga lainnya mengkategorikan

styrofoam sebagai bahan karsinogen karena styrene yang digunakan sebagai

bahan baku pembuatan styrofoam merupakan bahan kimia yang tidak bisa terlarut

oleh sistem pencernaan dan sulit dikeluarkan melalui urin ataupun feses sehingga

semakin lama zat ini semakin menumpuk dan dapat memicu munculnya penyakit

kanker (Singh, 2012).


13

2.1.6 Biodegradable foam (Biofoam)

Biofoam merupakan kemasan alternatif pengganti styrofoam, dari bahan

baku alami berupa pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya.

Dengan demikian produk ini tidak hanya bersifat biodegradable tetapi juga

renewable. Proses pembuatan biofoam tidak menggunakan bahan kimia berbahaya

seperti benzene dan styrene yang bersifat karsinogenik, tetapi memanfaatkan

kemampuan pati untuk mengembang akibat proses panas dan tekanan (Coniwanti,

2018).

Sifat-sifat biodegradable foam sesuai dengan Standar Nasional Indonesia

(SNI) ditunjukkan pada Tabel 2.1.5.

Tabel 2.1.5 Standar SNI Biodegradable Foam

Karakteristik Nilai

Daya Serap Air (%) 26,12%

Kuat Tarik (Mpa) 29,16 Mpa

Kuat Tekan (Mpa) 1,3 – 1,39 Mpa

Tingkat Biodegradasi (%) 100 % selam 60 hari

Sumber: Irma Nurfitasari (2018).

Biofoam dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan.

Proses pembuatannya dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya

menggunakan teknologi thermopressing dan baking process dimana adonan pati,

serat serta bahan aditif lain dicampurkan dengan komposisi tertentu. Biofoam
14

dapat dibuat dengan campuran utama yaitu pati dan serat. Pati digunakan dalam

pembuatannya karena harganya yang murah dan mudah untuk didapatkan, rendah

toksisitas dan bersifat mudah terurai. Namun demikian, penggunaan pati saja akan

sangat menurunkan nilai kekuatan dari produk yang dihasilkan dan memiliki nilai

resistensi yang sangat rendah terhadap penyerapan air sehingga untuk

meningkatkan sifat kekuatan dan fleksibilitas dari produk dilakukan penambahan

serat untuk meningkatkan sifat mekanisnya (Kaisangsri, dkk., 2012).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai landasan

berfikir, kajian pustaka yang digunakan adalah hasil penelitian Skripsi atau jurnal

yang pernah diteliti berkaitan dengan penelitian ini. Kajian Pustaka yang

digunakan yaitu:Etikaningrum, dkk., (2018) melakukan penelitian yang berjudul

Pengaruh Penambahan Berbagai Modifikasi Serat Tandan Kosong Sawit Pada

Sifat Fungsional Biodegradable Foam. Proses pembuatan biofoam dilakukan

dengan menggunakan teknik thermopressing dengan mencampurkan tapioka,

polivinil alcohol (PVA) Hasil yang dioeroleh dari penelitian tersebut dan jenis

modifikasi selulosan tandan kosong sawit (STKS), nano selulosa tandan kosong

sawit (NSTKS), dan selulosa asetat tandan kosong sawit (SATKS) dengan

konsentrasi serat (1%, 3%, dan 5%). Karakterisasi biofoam meliputi daya serap

air, kuat tekanan, densitas, kristalinitas, titik leleh dan morfologi. Jenis modifikasi

NSTKS dan SATKS pada konsentrasi tinggi menghasilkan nilai daya serap air,

kuat tekanan rendah, dan densitas rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
15

STKS 5 % dapat menurunkan daya serap air, meningkatkan densitas dan kuat

tekanan.

Nanik Hendrawati, dkk., (2019) melakukan penelitan tentang pengaruh

penambahan konsentrasi kitosan terhadap karakteristik sifat biodegradable foam

yang dihasilkan dari pati sagu alami dan termodifikasi menggunakan metode

hidrolisis asam – alkohol. Jenis asam yang digunakan pada hidrolisis asam adalah

HCl. Konsentrasi kitosan yang ditambahkan pada penelitian ini divariasikan mulai

dari 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 % w/w dari pati. Pembuatan biodegradable foam

dilakukan menggunakan metode baking process yang dimulai dengan

percampuran bahan selain pati sagu termodifikasi, dilakukannya pengadukan

hingga campuran menjadi homogen dan mengembang, dan dipanggang didalam

oven dengan suhu 125ºC. Analisa pada biodegradable foam adalah analisa daya

serap air, analisa kemampuan daya urai dan uji tarik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa modifikasi asam – alkohol pada pati sagu tidak

mempengaruhi gugus fungsi. Sifat mekanis biodegradable foam yang terbaik pada

penelitian ini diperoleh menggunakan pati sagu termodifikasi HCl dan

penambahan kitosan sebesar 20% w/w yang memiliki daya serap 4,95 %, densitas

sebesar 1.2 g/𝑐𝑚3 kemampuan degradasi sebesar 25.12 % dan kekuatan tarik

sebesar 1,27 Mpa.

Pamilia Coniwanti, dkk., (2018) meneliti pengaruh konsentrasi NaOH

serta rasio serat daun nanas dan ampas tebu pada pembuatan biofoam. Penelitian

tersebut menggunakan metode thermopressing dan waktu pencetakan 30 menit,

temperatur pencetakan 170°C, konsentrasi NaOH sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%,
16

10% serta rasio serat daun nanas dan ampas tebu 100:0, 75:25, 50:50, 25:75,

0:100. Karakteristik biofoam ditandai dengan adanya uji kuat tarik, kuat tekan,

daya serap air, kadar air, dan biodegradable. Hasil karakteristik biofoam terbaik

dengan konsentrasi NaOH 5% serta rasio massa serat daun nanas dan ampas tebu

75:25 memiliki persentase kuat tarik sebesar 16,35%, kuat tekan sebesar 3,70%,

daya serap air sebesar 15,60%, kadar air sebesar 6,90%, dan sifat biodegradable

sebesar 4,49%.

Chairul Irwan, dkk., (2018) meneliti tentang komposisi yang paling tepat

terhadap karakter fisik biodegradable foam dengan menggunakan bonggol pisang

dan ubi nagara. Sebelum digunakan dalam proses pembuatan biodegradable foam,

bonggol pisang mahuli dan ubi nagara dihaluskan hingga ukurannya 100 mesh.

Perbandingan komposisi bonggol pisang mahuli dan ubi nagara yang digunakan

pada penelitian ini yaitu, 60:40, 70:30, 80:20 dan sebagai control digunakan bahan

tanpa campuran. Perlakuan lainnya adalah dengan penambahan PVA

(polyvinyl alcohol) sebanyak 10%v/v dan tanpa penambahan PVA (UNPVA).

Proses pembuatan biodegradable foam diawali dengan proses plastisasi

menggunakan hotplate stirrer pada suhu 150℃ selama 3 menit dan dilakukan

thermopressing kemudian dimasukkan ke dalam microwave. Pengujian karakter

biodegradable foam yang dilakukan adalah kekerasan, DSC, SEM dan

biodegradasi. Hasil uji kekerasan, DSC, SEM dan biodegradasi diperoleh

komposisi 60:40 dengan PVA merupakan komposisi paling tepat, sedangkan uji

kekerasan dengan PVA diperoleh nilai sebesar 4,02 MPa, dan yang UNPVA

sebesar 3,59 MPa. Hasil uji DSC dengan PVA diperoleh nilai titik leleh yaitu
17

166,50℃ dengan heatflow -12,38 MW, dan yang UNPVA sebesar 166,45℃

dengan heatflow -16,07 MW. Hasil uji SEM biofoam dengan PVA memiliki

rongga udara yang lebih kecil dibandingkan yang UNPVA. Struktur dengan

ukuran rongga yang kecil menghasilkan biodegradable foam dengan kuat tekan

yang tinggi. Hasil uji biodegradasi menunjukkan bahwa kedua sampel

terdegradasi sempurna setelah ± 2 bulan ditimbun dalam tanah.

Ritonga, dkk., (2019) melakukan penelitian yang berjudul Pembuatan dan

Karakterisasi Biofoam Berdasarkan Komposit Bubuk Daun Talas Diperkuat

Polivinil Asetat. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu bubuk daun

talas dan Polivinil Asetat (PVAc) melalui metode pemadatan panas dengan variasi

komposisi dari bubuk daun talas: PVAc (80:20)% wt, (75:25)% wt, (70: 30)% wt,

(65:35) wt%, (60:40) wt%, (55:45) )% wt, (50:50)% wt dan (45:50)% wt. Tahap

pertama daun talas dicampur dan diayak dengan ukuran partikel 100 mesh. Tahap

kedua dari bubuk daun talas dicampur dengan pencampuran basah kemudian

dicampur dengan PVAc sebagai matriks. Tahap ketiga dari campuran homogen

kemudian dimasukkan ke dalam cetakan kemudian dikompresi oleh panas untuk

membuatnya lebih padat dengan tekanan 100 MPa dan ditahan selama 10 menit

pada suhu 60℃. Setiap sampel biofoam yang siap dikarakterisasi meliputi: fisik

sifat (densitas, penyerapan air, gugus fungsi dan biodegredabilitas), sifat mekanis

(kekuatan tarik, modulus elastis, dan perpanjangan) dan sifat termal (titik lebur).

Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa serbuk daun talas: PVAc optimum adalah

(45: 55)% berat dengan nilai kepadatan 0,744 x 103 kg / m3, kapasitas penyerapan

air 1,765%, terdiri dari OH dan CH kelompok PVAc dan selulosa dan C = C
18

kelompok lignin sehingga memiliki sifat merendahkan 91,2% selama 50 hari.

Sifat mekanik dengan kekuatan tarik 0,357 MPa, modulus elastisitas 1,449 MPa,

dan perpanjangan 246,416%. Sifat termal dengan titik leleh 350,21℃ yang

hasilnya telah memenuhi standar teknologi Synbra merek konvensional. Hasil

bahan biofoam berdasarkan daun talas komposit dan PVAc dapat diaplikasikan

sebagai kemasan makanan.

Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, (2020) meneliti tentang pembuatan

biodegradable foam dari pati biji durian (Durio zibethinus) dan nano serat

selulosa ampas teh (Camellia sinensis) dengan proses pemanggangan (baking

process). Biofoam dibuat dari campuran pati biji durian dan PVA sebagai matriks,

dan dicampur dengan nano serat selulosa (NSS) dari ampas teh sebagai pengisi

dengan perbandingan komposisi NSS dari ampas teh 0%, 1%, 3% dan 5% (b/b)

serta variabel PVA dengan komposisi 10%, 20% dan 30% yang akan dicetak

dengan alat pemanggang (oven) dengan kondisi operasi suhu 80℃ dan waktu 60

menit. Biofoam yang telah dicetak kemudian diuji sifat fisik dan mekanik serta

karakteristiknya. Hasil karakterisasi serat ampas teh dan NSS dari ampas teh

menggunakan FTIR dapat diketahui bahwa tidak banyak mengalami perubahan

kandungan senyawa setelah mengalami pengecilan ukuran, NSS yang dihasilkan

berbentuk seperti batang (rodlike) dengan diameter partikel rata-rata 64,27 nm

melalui karakterisasi TEM. Penambahan pengisi NSS dari ampas teh dan

konsentrasi PVA mampu mempengaruhi nilai kekuatan fisik dan mekanik

biofoam. Nilai kekuatan tarik biofoam tertinggi pada perbandingan komposisi

NSS ampas teh dan PVA 3%:10% sebesar 5,647 MPa. Persentase penyerapan air
19

dan kadar air terendah masing-masing pada perbandingan komposisi NSS dari

ampas teh-PVA 1%:30% berturut-turut sebesar 21,505% dan 1,515%. Nilai

densitas terendah dari biofoam pada perbandingan komposisi NSS dari ampas teh

dan PVA 0%:30% sebesar 1,022 g/𝑐𝑚3 . Persentase kehilangan massa tertinggi

dari biofoam terjadi pada perbandingan komposisi NSS dari ampas teh dan PVA

5%:10% sebesar 60,256% dengan waktu degradasi selama 28 hari. Dari hasil

analisis SEM terhadap biofoam, dapat diketahui bahwa pada komposisi NSS dari

ampas teh dan PVA 3%:30% terlihat permukaan patahan yang lebih halus dan

juga pengisi yang terdispersi secara cukup merata.

2.3 Kerangka Konseptual

Penggunaan kemasan plastik khusunya styrofam telah menjadi hal yang

digemari oleh masyarakat di Kota Palu. Penggunan Styrofoam sebagai wadah

kemasan makanan, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen dan

lingkungan. Kandungan kimia yang berbahaya dalam styrofoam dapat

mengakibatkan berbagai macam penyakit. Selain itu, kemasan styrofam

merupakan kemasan yang sulit terurai di alam, sehingga apabila digunakan secara

terus-menerus akan menumpuk dan merusak lingkangan. Oleh karena itu,

penggunaan kemasan styrofam perlu diganti dengann menggunakan kemasan

yang lebih rama lingkungan, salah satu contohnya adala biofoam. Bifoam

merupakan kemasan pengganti Styrofoam yang terbuat dari pati dan serat.

Pembuatan biofoam sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan

memaanfaak pati dan serat yang diperoleh dari tumbuhan sekitar. Seperti yang

dilakukan oleh Pamilia Coniwanti, dkk (2018), meneliti tentang Pengaruh


20

Konsentrasi NaOH serta Rasio Serat Daun Nanas dan Ampas Tebu pada

Pembuatan Biofoam. Dimana dalam penelitian tersebut menggunakan bahan

utama pati dari kulit singkong sedangkan serat diperoleh dari ampas tebu dan

daun nanas, dan proses pembuatan biofoam menggunakan metode

Thermopressing. Hasil yang diperoleh yaitu karakteristik biofoam terbaik dengan

konsentrasi NaOH 5% serta rasio massa serat daun nanas dan ampas tebu 75:25.

Memiliki presentase kuat tarik sebesar 16,35%, kuat tekan sebesar 3,70% daya

serap air sebesar 15,60% dan sifat biodegradable sebesar 4,49%.

Pati dan serat dapat dengan mudah diperoleh dari limbah buah-buahan.

Limbah buah-buahan yang sering di jumpai dan kurang dimanfaatkan oleh

masyrakat Kota Palu adalah limbah biji durian dan tongkol jagung. Banyaknya

jenis olahan makanan dari jagung, menyebabkan banyaknya limbah tongkol

jagung yang terbuang begitu saja, padahal limbah tongkol jagung dapat diolah

menjadi bahan pembuatan biofoam. Kandungan serat pada tongkol jagung dapat

digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan biofoam. Selain tongkol

jagung, limbah biji durian di kota palu belum termanfaatkan dengan baik.

banyaknya biji durian yang dihasilkan saat musim durian, dapat dimanfaatkan

sebgai sumber pati dalam pembuatan biofoam. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian bagaimana karakteristik biofoam yang dari limbah biji durian dan

tongkol jagung, guna meminimalisir sampah plastik khususnya styrofam di Kota

Palu
21

Biji durian dan Pati dan Serat


Tongkol jagung

Dicampur dengan perbandingan 15:5 dan


air sebanyak 80 mL

Bji durian mengandung pati, Ditambahkan polivinil alcohol (PVA)


sedangkan tongkol jagung sebanyak 5 gram dan diaduk hingga
mengandung serat. homogen
Keberadaannya di kota palu Dimasukkan adonan ke dalam alat
masih sangat melimpah dan baking proces
belum termanfaatkan

Biofoam

Diuji daya serap air

Diuji nilai kuat tarik

Diuji waktu Biodegradasi

Karakteristik Biofoam

Gambar 2.3.1 Skema kerangka konseptual


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Laboratorium Kimia Lanjut FKIP Universitas Tadulako

Waktu penelitian : September 2020 – Desember 2020

3.2 Pelaksanaan Penelitian

3.2.1 Alat dan Bahan

3.2.1.1 Pembuatan Pati Biji Durian

Alat yang digunakan untuk pembuatan pati biji durian adalah pisau,

blender, oven, neraca digital, gelas kimia, kain berpori kecil, kertas saring, ember,

wadah tertutup dan ayakan 100 mesh

3.2.1.2 Pembuatan Serat Tongkol Jagung

Alat yang digunakan untuk pembuatan serat tongkol jagung yaitu: pisau,

blender, teplon, oven, neraca digital, erlenmeyer, gelas ukur, kain berpori kecil,

kertas saring, ember, water bath, pH meter, dan ayakan 60 mesh

Bahan yang digunakan yaitu aquades, polivinil alcohol, larutan NaOH 0%,

2,5%, 5% dan 7,5%.

3.2.1.3 Pembuatan biofoam

Alat yang digunakan dalam proses pembuatan biofoam adalah, neraca

digital, mangkuk, sendok, gelas ukur, penangas listrik, teflon, oven, stop watch,

aluminium foil, talang, alat uji tekanan, (Universon Testing Machine) dengan

standar pengukuran ASTM- D368, dan FTIR. Bahan yang digunakan dalam

22
23

proses pembuatan biofoam adalah pati biji durian, serat tongkol jagung, Polivinil

Alcohol (PVA), dan aquades.

3.2.2 Prosedur Kerja

3.2.2.1 Pembuatan pati biji durian

Biji durian sebanyak 3 kg dikupas dan dibersihkan. Selanjutnya biji durian

dipotong lebih kecil dan dibilas dengan air. Potongan biji durian kemudian

dihaluskaan menggunakan blender dengan bantuan air, kemudian diasring

menggunakan saringan. Selanjutnya hasil saringan, disaring kembali menggunkan

kain berpori halus dan diperas hingga beberapa kali sampai tidak mengeluarkan

air perasan lagi. Air perasan didiamkan selama 24 jam, dan ampas hasil perasan

dibuang. Endapan yang diperoleh dari pendiaman selama 24 jam tersebut disaring

dengan menggunakan kertas saring, kemudian dioven selama 2 jam pada suhu

70℃, kemudian diayak menggunakan ayakan 100 mesh ( Bangkit Kali Syahputra

Sipahutar, 2020).

3.2.2.2 Pembuatan Serat Tongkol Jagung

Tongkol jagung dibersihkan menggunakan air, kemudian dipotong kecil-

kecil, selanjutnya dikeringkan menggunakan sinar mata hari sampai kering,

kemudian dihaluskan menggunakan blender, lalu diayak menggunakan ayakan 60

mesh. Selanjutnya hasil ayakan sebanyak 50 gram dimasukkan masing-masing

kedalam erlenmeyer yang berisi larutan NaOH dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%

dan 7,5%. Kemudian dipanaskan menggunakan water bath pada suhu 85℃,

selama 30 menit. Serbuk tongkol jagung yang sudah dipanaskan kemudian

disaring menggunakan kain berpori halus, sambil dicuci menggunakan air sampai
24

pHnya netral. Setelah itu, dikeringkan menggunakan oven pada suhun 105℃

selama 1 jam (Pamilia Coniwanti, dkk., 2018).

3.2.2.3 Pembuatan biofoam

Pembuatan biofoam dalam penelitian ini menggunakan metode yang

dilakukan oleh Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, (2020). Dimana dalam

penelitiannya Biofoam dibuat dari campuran pati biji durian dan PVA sebagai

matriks dan dicampur dengan nano serat selulosa (NSS) dari ampas the, dengan

mennggunakan beberapa variasi, yang kemudian dicetak dengan alat pemanggang

(oven) dengan kondisi suhu 80℃ dan waktu 60 menit. Hasil yang diperoleh yaitu

nilai kekuatan tarik biofoam tertinggi pada pperbandingan komposisi NSS ampas

teh dan PVA 3%:10% sebesar 5,647 MPa. Persentase penyerapan air dan kadar air

terendah masing-masing pada perbandingan komposisi NSS dari ampas teh dan

PVA 1%:30% berturut-turut sebesar 21,505% dan 1,515%. Nilai densitas terendah

dari biofoam pada perbandingan komposisi NSS dari ampas teh dan PVA

0%:30% sebesar 1,022 g/𝑐𝑚3 , persentase kehilangan massa tertinggi terjadi pada

komposisi NSS dari ampas teh dan PVA 5%:10% sebesar 60,256 % dengan waktu

degradasi selama 28 hari. Sedangkan pada penelitian ini pembuatan biofoam

dilakukan dengan teknik baking proces atau pemanggangan dengan system

pemanasan menggunakan penangas listrik pada suhu 30℃ selama 30 menit,

kemudian dilanjutkan pengovenan pada suhu 50℃ selama 60 menit. Pati biji

durian ditimbang sebanyak 15 gram, serat tongkol jagung sebanyak 5 gram,

polivinil alcohol (PVA) sebanyak 5 gram, dan aquades sebanyak 80 mL.

selanjutnya semua bahan diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan di dalam


25

teflon, diratakan menggunakan spatula, kemudian dipanaskan menggunakan

penangas listrik selama 30 menit pada suhu 30℃ selanjutnya biofoam yang sudah

jadi disimpan dalam talang, dan dipanaskan lagi menggunakan oven dengan suhu

50℃ selama 60 menit.

3.3 Karakterisasi Biofoam

Karakterisasi biofoam dari pati biji durian dan tongkol jagung yang

dilakukan meliputi :

3.3.1 Uji Daya Serap Air

Pengujian daya serap air pada biodegradable foam menggunakan metode

ABNT NBR NM ISO 535. Pertama-tama memotong sampel biofoam dengan

ukuran 2,5 x 5 cm lalu mengeringkan menggunakan oven selama 5 menit pada

suhu 40-50 ℃ agar menghilangkan kadar airnya. Kemudian mendesikator sampel

yang telah dioven selama 10 menit, lalu menimbang sampel. Mengulangi

perlakuan tersebut sampai berat sampel konstan (berat awal, W 0). Kemudian

merendam sampel di dalam air dengan variasi waktu selama 1 menit, 2 menit dan

3 menit untuk mengetahui daya serap sampel terhadap air. Selanjutnya

membersihkan air yang berada di permukaan sampel menggunakan tissu dan

menimbang sampel setelah perendaman (berat akhir W1) (Hendrawati, dkk.,2019).

Perhitungan pertambahan berat dilakukan dengan menggunakan persamaan

berikut:
𝑊1−𝑊0
Pertambahan berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0

Keterangan:
W0 = Berat awal (gram)
26

W1 = Berat akhir (gram)


3.3.2 Uji Biodegradasi

Pengujian tingkat biodegradasi menggunakan metode soil burial test yaitu

sampel biofoam dikontakkan secara langsung dengan tanah. Hal pertama

dilakukan yaitu memotong sampel dengan ukuran 2,5 x 5 cm, kemudian

merendam sampel di dalam air selama 1 menit. Setelah itu, menimbang sampel

(berat awal). Selanjutnya menanam sampel di dalam tanah selama 14 hari. Setelah

dilakukan pemendaman selama 14 hari, membersih kan sampel dari sisa-sisa

tanah yang menempel dan menimbang sampel tersebut (berat akhir sampel).

Perbedaan massa biofoam awal dan akhir, dicatat sebagai banyaknya massa

sampel yang terdegradasi (Hendrawati, dkk 2019). Untuk mengetahui persen

kehilangan berat dapat dihitung menggunakan rumus:

𝑊0−𝑊1
Weight loss = (%) =[ ] × 100%
𝑊0

Keterangan:
W0 = Berat awal (gram)
W1 = Berat akhir (gram)

3.3.3 Uji Kuat Tekanan

Uji kuat tekanan dilakukan dengan menggunakan texture analyzer (TA)

mengikuti metode Iriani dan Rahmatunisa. Potongan biofoam ukuran 10mm x

3mm ditekan dengan menggunakan probe TA18 pada kecepatan 1 mm/s.

Pengukuran kuat tekanan adalah besarnya gaya tekan yang diterima sampel per

satuan luas dan dinyatakan dalam N/mm2 ( Etikaningrum,dkk.2016)


27

3.3.4 Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR (Fourier Transform Infrared

Spectroscopy)

Analisis gugus fungsi dengan FTIR bertujuan untuk mengetahui gugus

ffungsi yang terkandung dalam biofoam yang dihasilkan. Oleh karena itu sampel

setiap biofoam yang diperoleh, dianalisis dengan FTIR. Sampel ditempatkan ke

dalam set holder, kemudian dicari spectrum yang sesuai. Hasil akan didapatkan

difraktogram hubungan antara bilangan gelombang dengan intensitas. Spektrum

FTIR direkam menggunakan spektrofotometer pada suhu ruang (Zain & Nugraha,

2018).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Tepung Biji Durian

Pati biji durian merupakan salah satu produk inovasi yang dilakukan

dalam memanfaatkan limbah biji durian sebagai bahan baku dalam pembuatan

biofoam. Pembentukan biodegradable foam dari pati, pada prinsipnya merupakan

gelatinisasi molekul pati. Dengan adanya penambahan sejumlah air dan

dipanaskaan pada suhu yang tinggi maka akan terjadi gelatinisasi. Gelatinisasi

mengakibatkan ikatan amilosa akan cenderung saling berdekatan karena adanya

ikatan hidrogen. Proses pengeringan akan mengakibatkan penyusutan sebagai

akibat lepasnya air sehingga gel akan akan membentuk lapisan yang stabil

(Anita,dkk.,2013). Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 3kg limbah biji

durian yang diolah sehingga menghasilkan pati seperti yang terlihat pada gambar

4.1 berikut.

Gambar 4.1 Tepung Biji Durian

28
29

4.2 Pembuatan Serat Tongkol Jagung

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah yang belum termanfaatkan

oleh masyarakat Kota Palu. Pembuatan serat tongkol jagung yang dapat

digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan biofoam dapat memberikan

nilai jual terhadap tongkol jagung. Dalam penelitian ini, pembuatan serat tongkol

jagung dilakukan dengan menambahkan larrutan NaOH dengan konsentrasi yang

bervariasi. Penambahan NaOH berutujuan untuk mengurangi kandungan lignin

dan meningkatkan kadar selulosa pada serat tongkol jagung. Selulosa bersifat

tidak larut dalam alkali NaOH, sedangkan lignin, hemiselulosa, pektin, dan

komponen serat lainnya bersifat larut (Selvia Aprilyanti, 2018). Kandungan

selulosa pada serat tongkol jagung yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap

kualitas biofoam, khususnya terhadap nilai uji kuat tarik. Adapun dalam penelitian

ini digunakan sebanyak 10kg limbah tongkol jagung, yang diolah sehingga

menghasilkan serat tongkol jagung seperti gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2 Serat Tongkol Jagung


30

4.3 Pembuatan Biofoam

Pembuatan biofoam dilakukan dengan menggunakan teknik baking

process yang dimulai dengan pencampuran bahan yaitu tepung biji durian, serat

tongkol jagung dengan variasi konsentrasi NaOH 0%, 2,5%, 5% dan 7,5%,

polivinil alcohol(PVA), dan aquades, dengan perbandingan 15:5:5:80. Kemudian

semua bahan dicampur hingga homogen, selanjutnya dimasukkan kedalam teplon

dan dipanaskan menggunakan penangan listrik pada suhu 30℃ selama 60 menit.

Selanjutnya dimasukkan kedalam oven selama 30 menit pada suhu 50℃ sehingga

dihasilkan biofoam seperti pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Biofoam

Gambar di atas menunjukkan bifoam yang dihasilkan dari campuran serat

tongkol jagung dan pati biji durian. Dari gambar tersebut dapat dilihat, biofoam

yang dihasilkan masih kurang baik, yaitu terdapat bagian yang retak pada

permukaan biofoam. Hal ini dikarenakan kurang tepatnya perbandingan antara

pati biji durian dan serat tongkol yaitu 15:5. Sebaiknya jumlah pati yang

digunakan lebih diperbanyak lagi sehingga saat proses gelatinisasi terbentuk

lapisan yang baik.


31

4.4 Karakterisasi Biofoam

4.4.1 Uji Daya Serap Air

Hasil uji daya serap air Biofoam dapat dilihat dari tabel 4.4.1 dan gambar

4.4.1, sebagai berikut:

Tabel 4.4.1 Nilai Daya Serap Air Biofoam

Konsentrasi Daya serap air


NaOH 1 menit 2 menit 3 menit
0% 14.35% 78.97% 82.05%
2,5% 20.19% 22.59% 34.61%
5% 11.20% 14.22% 16.81%
7,5% 8.12% 11.75% 13.12%

90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
Daya Serap

50,00%
Daya serap air 1 menit
40,00%
Daya serap air 2 menit
30,00%
Daya serap air 3 menit
20,00%
10,00%
0,00%
0% 2,5% 5% 7,5%
Konsentrasi NaOH

Gambar 4.4.1 Grafik Uji Daya Serap Biofoam

Grafik pada gambar 4.4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

NaOH daya serap biofoam semakin menurun. Dimana biofoam yang dihasilkan

dengan menggunakan serat tongkol jagung dengan konsentrasi NaOH 0% pada

waktu 1 menit, 2 menit dan 3 menit, secara berturut-turut sebesar 14, 35%,

78,97% dan 82,05%. Pada biofoam yang dibuat dengan konsentrasi NaOH 2,5%
32

memiliki daya serap air secara berturut-turut 20, 19%, 22,59%, dan 34,61%. Pada

biofoam yang dibuat dengan konsentrasi NaOH 5% memiliki daya serap air

berturut-turut 11,20%, 14,22% dan 16,81%, sedangkan pada biofoam yang dibuat

dengan konsentrasi NaOH 7,5% memiliki daya serap air berturut-turut 8,12%,

11,75% dan 13,12%. Semakin tinggi konsentrasi NaOH, semakin rendah daya

serap biofam. Hal ini dikarenakan kandungan hemiselulosa yang menurun pada

serat yang dibuat dengan konsentrasi NaOH 7,5%. Semakin tinggi konsentrasi

NaOH, maka semakin rendah kadar hemiselulosa, dimana hemiselulosa memiliki

sifat suka menyerap air (hidrofilik) ( Pamilia Coniwanti, dkk., 2018). Penurunan

kadar hemiselulosa pada serat yang dibuat dngan konsentrasi NaOH 7,5%

dikarenakan hemiselulosa bersifat larut dalam alkali NaOH (Selvia Aprilyanti,

2018).

4.4.2 Uji Biodegradasi

Hasil uji biodegradasi dapat dilihat dari tabel 4.4.2 dan gambar 4.4.2 di

bawah ini:

Tabel 4.4.2 Hasil Uji Biodegradasi

Konsentrasi
Uji Biodegradasi
NaOH
0% 50,12%
2,5% 32,61%
5% 35,42%
7,5% 27,23%
33

60

50

40

30

20

10

0
0% 2,5% 5% 7,5%

Gambar 4.4.2 Grafik Uji Biodegradasi

Uji biodegradasi dilakukan untuk mengetahui tingkat biodegradasi

biofoam oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah. Berdasarkan gambar 4.4.2

menunjukkan tingkat biodegradasi tertinggi yaitu pada biofoam yang

menggunakan serat dengan konsentrasi NaOH 0%. Sedangkan tingkat

biodegradasi terendah yaitu pada konsentrasi NaOH 7,5%. Hal ini disebabkan

biofoam yang dibuat dengan serat konsentrasi NaOH 0%, memiliki kandungan

hemiselulosa yang tinggi, sedangkan biofoam yang dihasilkan dengan

menggunakan serat konsentrasi NaOH 7,5% memiliki kandungan hemiselulosa

yang kecil, karena hemiselulosa bersifat larut pada alkali NaOH. Hemiselulosa

memiliki sifat biodegradable yang lebih tinggi dibanding selulosa. Urutan

dekomposisi dari yang paling cepat sampai dengan yang paling lambat adalah

gula, pati, protein sederhana, protein kompleks, hemiselulosa, selulosa, lemak,

serta lignin (Iskandar, 2014).


34

4.4.3 Uji Kuat Tekanan

Uji kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kualitas biofoam yang

dihasilkan. Hasil uji kuat tekan dapat dilihat pada tabel 4.4.3 dan pada gambar

4.4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.4.3 Hasil Uji Kuat Tekanan

Konsentrasi NaOH Kuat Tekanan (Pa)

0% 0,0001055

2,5% 0,0001107

5% 0,0001685

7,5% 0,00009178

0,00018
0,00016
0,00014
0,00012
Kuat Tekanan

0,0001
0,00008
Series1
0,00006
0,00004
0,00002
0
0% 2,5% 5% 7,5%
Konsentrasi NaOH

Gambar 4.4.3 Grafik uji kuat tekanan

Gambar diatas menujukkan bahwa nilai uji kuat tekanan tertinggi yaitu

pada konsentrasi NaOH 5% hal ini karena konsentrasi NaOH dapat

mempengaruhi kadar selulosa yang terkandung dalam serat tongkol jagung.


35

Dimana semakin tinggi konsentrasi NaOH, semakin tinggi pula kadar selulosa,

karena NaOH melarutkan lignin dan hemiselulosa. Peningkatan kadar selulosa

menyebabkan nilai kuat tekanan biofoam tinggi. Sedangkan penurunan kuat

tekanan terjadi pada konsentrasi NaOH 7,5%, hal ini karena konstrasi NaOH

yang terlalu tinggi menyebabkan selulosa serat tongkol jagung terlarut dalam

NaOH (Selvia Aprilyanti, 2018). Sehingga nilai uji tekanan pada biofoam yang

dihasilkan dari serat dengan konsentrasi NaOH 7,5%, menurun.

4.4.4 Analisis Gugus Fungsi FTIR (Fourier Transform Infrared

Spectroscopy)

Analisis gugus fungsi menggunakan FTIR dilakukan pada biofoam dari

biji durian dan serat tongkol jagung guna untuk mengetahui gugus fungsi yang

terkandung dalam biofoam. Hasil analisis FTIR dapat dilihat pada gambar 4.4.4

sebagai berikut.

120

100

80
Intensity

60

40
NaOH 0%

20 NaOH
2,5%

0
3350 2850 2350 1850 1350 850 350
Peak

Gambar 4.4.4. Spektrum FTIR Biodegradable foam.


36

Gambar di atas menunjukkan biofoam konsentrasi NaOH 0%, 2,5%, 5%

dan 7,5% memiliki gugus fungsi yang hampir sama. Dimana gugus fungsi yang

terdeteksi yaitu pada biofoam konsentrasi NaOH 0%, terdeteksi gugus OH pada

bilangan gelombang 3404,36 cm-1, gugus CH (alkana) pada gelombang 2918,30

cm-1, gugus C=C (cincin aromatik) pada gelombang 1575,84, gugus CH (alkana)

pada gelombang 1463,97 cm-1. Pada biofoam konsentrasi NaOH 2,5% terdeteksi

gugus OH pada gelombang 3417,86 cm-1, gugus CH (alkana) pada gelombanng

2918,30 cm-1, gugus C≡C (alkuna) pada gelombang 2154,49 cm-1, gugus C=C

(cincin aromatik) pada gelombang 1575,84 cm -1, gugus CH (alkana) pada

gelombang 1463,97 cm-1. Pada biofoam konsentrasi NaOH 5% terdeteksi gugus

OH pada gelombang 3417,86 cm-1, gugus CH (alkana) pada gelombang 2918,30

cm-1, gugus C=C (cincin aromatik) pada gelombang 1573,91 cm -1, gugus CH

(alkena) pada gelombang 721,38 cm-1. Pada biofoam dengan konsentrasi NaOH

7,5% terdeteksi gugus OH pada gelombang 3415,93 cm-1, gugus CH (alkana)

pada gelombang 2918,30 cm-1, gugus C=C (cincin aromatik) pada gelombang

1575,84 cm-1 dan gugus CH (alkana) pada gelombang 1463,97 cm-1. Dari hasil

tersebut dapat dilihat biofoam yang dibuat menggunakan campuran serat tongkol

jagung dengan konsentrasi NaOH yang berbeda-beda, masih menunjukkan

kesamaan dalam gugus fungsionalnya, dimana tidak ada memunculkan peak yang

baru.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu, konsentrasi NaOH

berpengaruh terhadap kualiatas biofoam, dimana semakin tinggi konsentrasi

NaOH, nilai kuat tekanan naik, sampai dengan konsentrasi NaOH 5%. dan turun

pada konsentrasi NaOH lebih dari 5%. semakin tinggi konsentrasi NaOH nilai

daya serap air biofoam semakin rendah, dan semakin tinggi konsentrasi NaOH

tingkat biodgradasi biofoam semakin kecil.

Biofoam terbaik diperoleh dari sampel dengan konsentrasi NaOH 5%,

dengan perbandingan serat dan pati 15:5 yang menghasilkan nilai kuat tekan

sebesar 16,85×10-5 Pa, nilai uji biodegradasi 35,42% dalam waktu 12 hari, dan

nilai uji daya serap sebesar 16,81% dalam waktu 3 menit.

5.2 Saran

Penelitian biofoam ini tidak dilakukan uji kuat tarik, dikarenakan

keterbatasan alat laboratorium yang ada, sehingga perlu dilakukan uji kuat tarik.

Dalam penelitian ini juga, peneliti tidak meneliti kadar selulosa yang terkandung

pada serat tongkol jagung yang telah diberikan larutan NaOH, sehingga perlu

dilakukan uji kadar selulosa pada serat tongkol jagung yang akan dibuat sebagai

bahan campuran biofoam.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Z., Akbar., F., & Harahap, H. (2013). Pengaruh penambahan gliserol
terhadap sifat mekanik film plastik bioddegradasi dari pati kulit singkong.
Jurnal Teknik Kimia USU, 2(2), 37-41

Aripin, S., Saing, B., & Kustiyah, E., (2017). Studi pembuatan bahan alternatif
plastik biodegradable dari pati ubi jalar dengan plasticizer gliserol dengan
metode melt intercalation. Jurnal Teknik Mesin Mercu Buana, 6(2), 79-84.

Cavallo, D., Tranfo, G., Ursini, C.L., Fresegna, A.M., Ciervo, A., Maiello, R.,
Paci, E., Pigini, D., Gherardi, M., Gatto, M.P., Buresti, G., Iavicoli, S.,
(2018). Biomarkers of early genotoxicity and oxidative stress for
occupational risk assessment of exposure to styrene in the fibreglass
reinforced plastic industry. Toxicology Letters, Biomonitoring for
chemical risk assessment and control 298, 53–59.

Coniwanti, P., Mu’in, R., Saputra, H. W., & RA, M. A., (2018). Pengaruh
konsentrasi NaOH serta rasio serat daun nanas dan ampas tebu pada
pembuatan biofoam. Jurnal Teknik Kimia, 24(1), 1-7.

Cornelia, M., Rizal, S., Hefni, E & Budi, N., (2013). Pemanfaatan Pati Biji Durian
(Durio zibethinus) dan Pati Sagu (Metrixylon sp) dalam Pembuatan
Bioplastik. Jurnal Kimia dan Kemasan. 35(1)

Dang, T. N., & Nguyen, B. H., (2015). Stuudy on durian processing technology
and defleshing machine. Asia Pacific Journal of Sustainable Agriculture,
Food and Energy, 3(1), 12-16. Retrived from
httpp://journal.bakrie.ac.id/index.php/APJSFE/article/view/886.

Etikaningrum, N., Hermanianto, J., Iriani, E. S., Syarief, R., & Permana., A. W.,
(2016). Pengaruh penambahan berbagai modifikasi serta tandan kosong
sawit pada sifat dan fungsional biodegradable foam. Indonesian Journal of
Agricultular Postharvest Research, 13(3), 146-155.

Feng, J., Wang, Y., Yi., Yang, W., & He, X., (2016). Phenolics from durian exert
pronounced no inhibitory and antioxidant activities. Journal of
Agricurtular and food Chemistry, 64(21), 4273-4279.
https://doi.org./10.1021//acs.jafc.6b01580.

Hendrawati, N., Dewi, E. N., & Santosa, S., (2019). Karakterisasi biodegradable
foam dari pati sagu termodifikasi dengan kitosan sebagai aditif. Jurnal
Teknik Kimia dan Lingkungan, 3(1), 47-52.
39

Huff, J., Infante, P.F., (2011). Styrene exposure and risk of cancer. Mutagenesis
26, 583-584. https://doi.org/10.1093/mutage/ger033.

Hutapea, P., (2010). Pembuatan tepung biji durian (Durio zibethinus Murr)
dengan variasi perendaman dalam air Kapur dan uji mutunya. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan.

Irawana, C., & Aliaha, A. (2018). Biodegradable foam dari bonggol pisang dan
ubi nagara sebagai kemasan makan yang ramah lingkungan. Jurnal Riset
Industri Hasil Hutan. 10(1), 33.

Iriani E.,S., Wahyuningsih K, Suniarti T., C.Permana A.,W., (2013).


Pengembangan produk biodegradable foam berbahan baku campuran
tapioca dan ampok. Disertasi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Iskandar, (2014). Degradasi bioplastik dari eceng gondok. Skripsi. Bogor:


Institut Pertanian Bogor

Kaisangsri N, Kerdchoechuen O, Laohakunjit N. (2012). Biodegradable foam tray


from cassava starch blended with natural fiber and chitosan. Journal
Industrial Crops, 37(5), 542 546.

Lenontowicz, H., Lenontowicz, M., Jession, I., Siriphanich, J., (2011). Durian
(Durio zibethinus Merr). In Postharvest Biology and Technology of
Tropical and Subtropical Fruits Cocona to Mango 80-114. Cambridge:
England.WoodheadPublishing.https://doi.org/10.1533/9780857092885.80.

Lorenz, K., J., & Kulp. (1991), Hand book of Cereal Science and Technology.
New York. Marcel Dekker.

Nurfitasari, I. (2018). Pengaruh penambahan kitosan dan gelatin terhadap


kualitas biodegradable foam berbahan baku pati biji nangka (Artocarpus
heterophyllus). Makassar: Universitas Islam Negeri Alaluddin Makassar.

Ritonga dan Mawaddah, A., U. (2019). Pembuatan dan Karakterisasi Biofoam


Berbasis Komposit Serbuk Daun Keladi yang Diperkuat oleh Polivinil
Asetat (PVAc). Sumatra Utara: Repositori Institusi USU.

Rohaeni, E.S., A. Subhan dan A. Darmawan. (2006). Kajian penggunaan pakan


lengkap dengan memanfaatkan janggel jagung terhadap pertumbuhan
sapi. Pros. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi
Jagung-Sapi Pontianak. 9-10. Bogor: Puslitbang Peternakan.

Rukmana, (1996). Budidaya dan Pasca Panen Durian. Yogyakarta: Kanisius.


40

Selvia Aprilyanti, (2018). Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Waktu Hidrrolisis


Terhadap Kadar Selulosa Pada Daun Nanas. Palembang: Universitas Tridinanti

Simanulang, I. (2018). Pengaruh Penambahan Tepung Biji Durian terhadap Mutu


Fisik dan Mutu Kimia ( Kalsium, Protein) Stick Biji Durian. Medan:
Politeknik Kesehatan Medan.

Singh, A., & Bishnoi, N. R. (2012). Enzymatic hydrolysis optimization of


microwave alkali pretreated wheat straw. Bioresource Technology, 108:
95-101.

Sipahutar, B. K. S. (2020). Pembuatan Biodegradable Foam dari Pati Biji Durian


(Durio zibethinus) dan Nanoserat Selulosa Ampas Teh (Camellia sinensis)
dengan Proses Pemanggangan. Sumatra Utara: Repositori Institusi USU.

Sirappa, M. P. (2003). Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai


komoditas alternative untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Litbang
Pertanian, 22(4), 133-140.

Sistanto, S., Sulistyowati, E., & Yuwana, Y. (2017). Pemanfaatan limbah biji
durian (durio zibethinus murr) sebagai bahan penstaabil es krim susu sapi
perah. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 12(1), 9-23.

Suprapto H.S. dan Marzuki, A.R.,2002. Bertanam Jagung. Jakarta: Swadaya

Tharanathan, R.N. (2003). Review Biodegradable films and composite coatings


past, present and future, trends food science and technology. (14),71-78.

Yulistiani dan Haryanto, B., (2010). Fermentasi Tongkol Jagung (Kenceernaan


Kurang dari 50%) dalam Ransum Komplit Domba Komposit Sumatera
dengan Laju Pertumbuhann kurang 125 gram/hari. Program Insentif Riset
Terapan. Bogor: Balai Penelitian Ternak.

Yuliasih, I., Setyowati, A., Iskandar, Sugianto., (2012). Aplikasi Biofoam


Berbahan Ampok Jagung untuk Menurunkan Kerusakan Mekanis Buah
Tropis Unggul. Bogor: Institute Pertanian Bogor.

Wirawan,Y., D. Rosyidi dan Widyastuti E. S., (2013). Pengaruh Penambahan


Pati Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap Kualitas Kimia dan
Organoleptik Bakso Ayam. Malang: Department of Live Stock of
Technology, Faculty of Animal Husbandry University of Brawijaya.

Zain, A. K. P., & Nugraha, I. (2018). Sintesis dan Karakterisasi Komposit Edible
Film Isolat Protein Pendahuluan. Indonesian Journal of Materials Chemistry,
1(1), 19–25.
LAMPIRAN

Lampiran 1

Skema Prosedur Kerja

1. Preparasi Sampel
 Pengambilan pati biji durian
1. Biji
Biji Durian
Durian
Dikupas kulit biji

Dipotong dengan ukuran kecil

Diblender dengan bantuan air

Disaring menggunakan saringan

Filtrat (suspense pati)

Diendapkan selama 24 jam

Disaring menggunakan kertas saring


Residu

Dioven selama 30 menit pada suhu


70℃
Diayak menggunakan ayakan 100
mesh

Serbuk pati kering

Sumber: Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, (2020).

41
42

 Pembuatan serat tongkol jagung

Tongkol Jagung

Dibersihkan dan dipotong kecil-


keciil, kemudian dikeringkan
Dihaluskan menggunakan blender
Diayak menggunakan ayak 60 mesh
Ditimbang sebanyak 50 gram dan
ditambahkan 50 ml aquades yang
dilarutkan dengan NaOH seusai
variasi
Dipanaskan menggunakan water bath
pada suhu 85℃ selama 30 menit

Disaring dan dicuci dengan air


sampai pH netral, kemudian
dikeringkan dengan oven pada suhu
105 ℃ selam 1 jam
Serat tongkol jagung

Sumber: Pamilia Coniwanti, dkk., (2018)


43

2. Pembuatan Biofoam
Pembuatan biofoam dilakukan dengan metode baking proces,
dimana Proses pembuatannya seperti berikut.

Pati biji durian Serat tongkol jagung

Dicampurkan pati dan serat dengan


variasi konsentrasi NaOH 0%, 2,5%,
5%, dan 7,5%, dengan perbandingan
15:5 dari masa total dari bahan baku
kering dan air sebanyak 80 ml

Ditambahkan polivinil alcohol (pva)


sebanyak 5 gram, kemudian diaduk
hingga homgen
Dimasukkan adonan kedalam teplon
Dipanaskan menggunakan penangas
listrik pada suhu 30℃ selama
60nmenit
Biofoam kemudian dipindahkan ke
dalam talang dan di oven pada suhu
50℃ selama 30 menit

Biofoam NaOH Biofoam NaOH Biofoam NaOH CBiofoam


0% 0% 2,5% NaOH 2,5%

Sumber: ( Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, 2020).


44

3. Karakterisasi Biofoam

Biofoam

Uji Fisik Uji Kimia

Uji Daya Serap


Uji FTIR

Uji Kuat Tekanan

Uji
Biodegradabilitas
45

Lampiran 2

Perhitungan

 Uji Daya Serap


1. Untuk NaOH 0%
Nilai W (direndam dalam air pada waktu 1, 2 dan 3 menit berturut-
turut yaitu 2,23 gram, 3,49 gram, dan 3,55 gram).
Nilai W0 = 1,95 gram
 Untuk waktu perendaman 1 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,23−1,95
=[ ] × 100%
1,95

= 14,35%
 Untuk waktu perendaman 2 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
3,49−1,95
=[ ] × 100%
1,95

= 78,97%
 Untuk perendaman 3 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0

3,55−1,95
=[ ] × 100%
1,95

= 82,05%
2. Untuk NaOH 2,5%
Nilai W (direndam dalam air pada waktu 1, 2 dan 3 menit berturut-
turut yaitu 2,50 gram, 2,55 gram, dan 2,80 gram).

Nilai W0 = 2,08 gram

 Untuk perendaman 1 menit


𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,50−2,08
=[ ] × 100%
2,08

= 20,19%
 Untuk perendaman 2 menit
46

𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,55−2,08
=[ ] × 100%
2,08

= 22,59%
 Untuk perendaman 3 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,80−2,08
=[ ] × 100%
2,08

= 34,61%
3. Untuk NaOH 5%
Nilai W (direndam dalam air pada waktu 1, 2 dan 3 menit berturut-
turut yaitu 2,58 gram, 2,65 gram, dan 2,71 gram).

Nilai W0 = 2,32 gram

 Untuk perendaman 1 menit


𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,58−2,32
=[ ] × 100%
2,32

= 11,20%
 Untuk perendaman 2 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,65−2,32
=[ ] × 100%
2,32

= 14,22%
 Untuk perendaman 3 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
2,71−2,32
=[ ] × 100%
2,32

= 16,81%
4. Untuk NaOH 7,5%
Nilai W (direndam dalam air pada waktu 1, 2 dan 3 menit berturut-
turut yaitu 3,46 gram, 3,56 gram, dan 3,62 gram).
47

Nilai W0 = 3,20 gram

 Untuk perendaman 1 menit


𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
3,46−3,20
=[ ] × 100%
3,20

= 8,12%
 Untuk perendaman 2 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
3,56−3,20
=[ ] × 100%
3,20

= 11,25%
 Untuk perendaman 3 menit
𝑊1−𝑊0
Pertambahan Berat (%) =[ ] × 100%
𝑊0
3,62−3,20
=[ ] × 100%
3,20

= 13,12%
 Uji Biodegradasi
Pada uji biodegradasi sampel dipotong 2,5 x 5 cm, direndam dalam air
selama 1 menit, ditimbang sebagai berat awal (W0). Kemudian ditanam
dalam tanah selama 14 hari, lalu ditimbang kembali sebagai berat akhir
(W1). Berikut nilai W0 biofoam:
1. Untuk NaOH 0% W0 = 3,93 gram W1= 1,96 gram
𝑊0−𝑊1
Weight loss (%) =[ ] × 100%
𝑊0
3,93−1,96
=[ ] × 100% = 50,12%
3,93

2. Untuk NaOH 2,5% W0 = 3,71 gram W1= 2,50 gram


𝑊0−𝑊1
Weight loss (%) =[ ] × 100%
𝑊0
3,71−2,50
=[ ] × 100% = 32,61%
3,71

3. Untuk NaOH 5% W0 = 3,98 gram W1= 2,57 gram


𝑊0−𝑊1
Weight loss (%) =[ ] × 100%
𝑊0
48

3,98−2,57
=[ ] × 100% = 35,42%
3,98

4. Untuk NaOH 7,5% W0 = 4,37 gram W1= 3,18 gram


𝑊0−𝑊1
Weight loss (%) =[ ] × 100%
𝑊0
4,37−3,18
=[ ] × 100% = 27,23%
4,37

 Uji Kuat Tekanan


1. Untuk NaOH 0%
Diketahui F= 31,6739 N, A= 30mm2 = 3×10-5m2
𝐹 31,6739 𝑁
P = 𝐴 = 3×10−5 𝑚2 = 10,55×10-5 Pa
2. Untuk NaOH 2,5%
Diketahui F= 33,217 N, A= 30mm2 = 3×10-5m2
𝐹 33,217 𝑁
P= = = 11,07×10-5 Pa
𝐴 3×10−5 𝑚2

3. Untuk NaOH 5%
Diketahui F= 50,5537 N, A= 30mm2 = 3×10-5m2
𝐹 50,5537 𝑁
P = 𝐴 = 3×10−5 𝑚2 = 16,85×10-5 Pa
4. Untuk NaOH 7,5%
Diketahui F= 27,5354 N, A= 30mm2 = 3×10-5m2
𝐹 27,5354 𝑁
P = 𝐴 = 3×10−5 𝑚2 = 9,1784×10-5 Pa
49

Lampiran 3

Analisis Data

1) Uji FTIR biodegradable foam NaOH 0%


50

2) Uji FTIR biodegradable foam NaOH 2,5%


51

3) Uji FTIR biodegradable foam NaOH 5%


52

4) Uji FTIR biodegradable foam NaOH 7,5%


53

Lampiran 4

Dokumentasi

1. Pembuatan serat tongkol jagung dan pati biji durian

2. Pembuatan Biofoam
54

3. Uji Daya Serap Air

4. Uji Biodegradasi

5. Uji Kuat Tekanan


55
56
57
58
59
60
61

Lampiran 5

BIODATA

I. UMUM
1. Nama : Megawati K. Mabela
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kantanan, 21 Oktober 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Nama Orang Tua : a. Ayah : Kamarudin Daimabela
b. Ibu : Ratnawati B. Kanoli
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jalan Ahmad Yani, Lorong III

II. PENDIDIKAN
1. SD : SDN 5 BOKAT
2. SMP : SMP NEGERI 1 BOKAT
3. SMA : SMA NEGERI 1 BIAU
4. Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai