Farah Hafizah Heni Khautsar Salma Liska Siti Nurfitriyani Tahu merupakan panganan tradisional khas masyarakat Indonesia. Tahu terbuat dari kacang kedelai yang diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan tekstur yang lembut dan berbentuk kotak. Namun, dalam proses pembuatannya, perusahaan tahu di daerah Jawa Barat sebagian besar belum memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal tersebut mendorong kami untuk melakukan observasi secara langsung pada salah satu pabrik tahu di daerah Cimahi yakni pabrik tahu Sari Rasa yang beralamatkan di desa Cihanjuang kecamatan kota Cimahi. Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Nama "tahu" merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu, yang secara harfiah berarti "kedelai terfermentasi".
Tahu di Indonesia, Tahu telah mengalami indigenisasi di
Indonesia sehingga muncul berbagai varian tahu serta panganan berbahan tahu. Tahu Sutera Tahu Kuning Tahu Sumedang Tahu Pong Tahu Tasikmalaya (Tahu Bulat) Banyaknya Tahu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Bagian Tahu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 % Jumlah Kandungan Energi Tahu = 68 kkal Jumlah Kandungan Protein Tahu = 7,8 gr Jumlah Kandungan Lemak Tahu = 4,6 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Tahu = 1,6 gr Jumlah Kandungan Kalsium Tahu = 124 mg Jumlah Kandungan Fosfor Tahu = 63 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Tahu = 1 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Tahu = 0 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tahu = 0,06 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Tahu =0 mg
Sumber Informasi Gizi : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mutu tahu. ditentukan oleh penampilan tahu yaitu bertekstur lembut, empuk, bentuk seragam, saat dimakan terasa halus, dan berasa netral Untuk mendapatkan mutu tahu seperti di atas maka diperlukan bahan baku kedelai dengan biji besar, penggunaan air yang bersih, pemberian cuka yang tidak berlebihan, penggunaan biang tahu dengan perbandingan yang tepat, dan peralatan maupun lingkungan kerja yang bersih. Tahu memiliki daya simpan yang singkat dan cepat menjadi busuk. Tahu memerlukan perendaman, sehingga mudah terkontamunasi oleh air perendaman dan udara. Keadaan ini menjadikan tahu menjadi asam dan busuk. Dengan demikian, masalah sanitasi air menjadi masalah besar dalam menentukan mutu tahu. Tahu yang baik memiliki kualitas sensoris dan mikrobiologis sesuai standar mutu yang telah ditetapkan. Syarat mutu tahu menurut SNI 01-3142-1998 dapat dilihat pada Tabel berikut. video Dalam pengolahan tahu di pabrik tahu Sari Rasa, kedelai diproses melalui 5 tahapan besar yaitu perendaman, pencucian, penggilingan dan perebusan, pencetakan, penggaraman dan pewarnaan. Pabrik tahu Sari Rasa sampai saat ini belum memiliki IPAL sehingga limbahnya langsung dibuang ke sungai Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan tahu di pabrik tahu Sati Rasa adalah limbah cair (CuSO4, Senyawa-senyawa Organik lainnya, air garam) dan limbah gas (CO2, CO). Limbah dari pengolahan tahu sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Untuk limbah cair pengaruhnya adalah akan menaikan BOD sehingga kualitas ekosistem perairan di sungai Cimahi menurun. Untuk limbah gas pengaruhnya adalah membuat sesak nafas para pegawai dan pengunjung pabrik tersebut akibat pembakaran kayu bakar di tungku pemanas Berdasarka permasalahan tersebut maka dapat di tentukan beberapa opsi solusi diantaranya : Reducting (Pengolahan biologis, kimiawi, fisika) Recycling (Pembuatan biogas oleh bakteri methanogen) Reuse (Memanfaatkan limbah padat tahu sebagai pakan ternak)