Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
DIPLOMA III PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
Oleh:
Nabila Khairunisa NIM 161411022
Ririn Fitiana NIM 161411025
Penulis:
1. Nabila Khairunisa NIM 161411022
2. Ririn Fitiana NIM 161411025
Penguji:
Ketua : Ir. Emmanuela Maria Widyanti, MT
Anggota : Dr. Ir. Bintang Iwhan Moehady, M.Sc
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
ii
PERNYATAAN TERTULIS
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir dengan Judul “Pengaruh Konsentrasi
Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun terhadap Karakteristik Edible
film” dapat diselesaikan.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu mata kuliah yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan program studi Diploma III Teknik Kimia di Jurusan
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung. Terimakasih disampaikan kepada
semua pihak yang ikut terlibat dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, dan
juga kritik dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, yaitu
1. Ibu Fitria Yulistiani, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
2. Bapak Dr. Shoerya Shoelarta, LRSC., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
3. Bapak Rispiandi, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Diploma III Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
4. Bapak Ir. Nurcahyo, M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi
Diploma III Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
5. Ibu Ir. Emmanuela Maria Widyanti, M.T., selaku Dosen Wali Kelas 3A
Teknik Kimia 2016, Politeknik Negeri Bandung.
Berbagai kekurangan dan kelemahan masih banyak ditemui dalam
laporan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peneliti yang berminat dalam
pengembangan edible film serta bagi perkembangan Ilmu Teknik Kimia secara
umum.
Sujud syukur kami sembahkan kepadaMu Ya Allah, Tuhan yang Maha Agung
dan Maha Tinggi, karena atas takdirMu kami dapat tumbuh menjadi pribadi yang
senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal untuk masa depan kami yang cerah.
Kami persembahkan Laporan Tugas Akhir ini kepada orang tercinta dan tersayang
atas kasihnya yang berlimpah
Teristimewa Ayah dan ibu tercinta, tersayang, terkasih, dan yang terhormat
Kami persembahkan Laporan Tugas Akhir ini kepada kalian sebagai karya kecil
dari bangku perkuliahan yang penuh perjuangan dan sebagai bukti keseriusan
kami untuk membalas semua pengorbanan kalian.
Terima kasih atas segala doa, kasih dan sayang yang tak berkesudahan dalam
ruang masa. Terima kasih pula karena senantiasa menjadi pelita penerang jiwa
yang menemani kami dalam mengaruni pahit manisnya dunia pendidikan selama
15 tahun ini. Tanpa uluran tangan penuh kasih yang kalian beri, kami tak akan
pernah berjalan sejauh ini. Kini tiba saatnya bagi kami membuktikan kepada
kalian dan dunia bahwa kami siap untuk membuka lembaran baru sebagai seorang
yang bertanggung jawab dan berkarya bagi kepentingan banyak orang. Semoga
niat dan perbuatan kami kedepan senantiasa dapat menebar kebaikan di muka
bumi.
Tidak lupa, sahabat seperjuangan dan sependeritaan kelas 3A Teknik Kimia
2016 yang penuh warna dan cerita
Untuk ribuan tujuan yang ingin dicapai, jutaan mimpi yang ingin dikejar dan
untuk sebuah pengharapan, kita telah melalui banyak hal dan perjalanan yang
panjang bersama-sama. Tak lupa pula berbagai pengorbanan yang dibalut oleh
perihnya airmata, kerasnya perselisihan, dan manisnya tawa telah mengajarkan
kita banyak hikmah dari kehidupan hingga mampu mengantarkan kami pada akhir
garis perjuangan. Semoga suatu hari kita bisa bertemu kembali. Terimakasih
kawan.
Teruntuk yang kami sayangi dan kami hormati dosen pembimbing TA, wali
dosen dan seluruh dosen Teknik Kimia, juga almamater kami
Yang dedikasinya sedemikian besar bagi kampus dan dunia pendidikan. Ibu Fitria
selaku dosen pembimbing TA kami dan Ibu Emmanuela selaku dosen wali yang
senantiasa berlaku bijak dan bersahaja. Terimakasih atas segala ilmu yang telah
kalian berikan. Mohon maaf atas segala khilaf yang kami lakukan. Semoga
semangat pengabdian akan terus menyala hingga ujung usia.
Tepung sukun, yang mengandung 61,75% pati, merupakan bahan dasar yang dapat
digunakan dalam pembuatan edible film. Edible film yang terbuat dari bahan baku
pati memiliki kekurangan pada sifat elastisitas dan daya tahan terhadap uap air.
Kekurangan tersebut dapat diperbaiki dengan menambahkan gliserol, sebagai
plasticizer yang dapat meningkatkan sifat elastisitas edible film, dan kitosan sebagai
zat hidrofobik yang dapat meningkatkan daya tahan terhadap uap air. Massa bahan
baku pati juga dapat meningkatkan sifat fisik seperti kekompakkan dari edible film
itu sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gliserol
dan pengaruh massa tepung sukun yang digunakan terhadap karakteristik edible
film. Variabel kontrol pada penelitian ini meliputi perbandingan massa pati sukun-
kitosan (6:4), volume total larutan sebanyak 100 mL, dan asam asetat 1% untuk
melarutkan kitosan sejumlah 40 mL. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi
massa bahan baku (6 gram; 8 gram; 10 gram; 12 gram) dan konsentrasi gliserol
(20%; 25%; 30%; 35% (w/w)). Karakteristik edible film yang diamati meliputi
ketebalan (mm), kuat tarik (kgf/cm2), elongasi (%) dan Water Vapor Transmission
Rate (g/m2.jam). Hampir seluruh edible film yang dihasilkan memiliki nilai kuat
tarik yang memenuhi standar. Nilai WVTR menunjukan edible film hasil penelitian
ini termasuk ke dalam grade 4 dan grade 5 berdasarkan Japanese Industrial
Standard (JIS). Karakteristik kuat tarik terbaik (93,432 kgf/cm2) diperoleh pada
variasi massa tepung sukun 10 gram dan konsentrasi gliserol 20% sedangkan
karakteristik WVTR terbaik (3,210 gr/m2.jam) diperoleh pada variasi massa tepung
sukun 12 gram dan konsentrasi gliserol 20%
Kata Kunci: Edible film, pati sukun, tepung sukun, gliserol, plasticizer, kitosan.
Breadfruit flour, which contains 61.75% starch, is one of basic ingredient in edible
films making. Starch edible films has poor properties in elasticity and moisture
resistance. These poor properties can be improved by adding glycerol, as
plasticizer that can improve its elasticity, and chitosan as hydrophobic substance
that can increase its moisture resistance. The amount of starch raw materials can
improve film’s physical properties such as its compactness This research is held to
discover the effect of glycerol concentration and breadfruit flour mass on edible
film’s characteristics. Controlled variables in this research are breadfruit starch
and chitosan’s mass ratio (6: 4), total volume of solution (100 mL), and 40 mL of
1% acetic acid solvent to dissolve chitosan. The independent variables in this
research are the amount of raw materials (6 grams; 8 grams; 10 grams; 12 grams)
and glycerol concentrations (20%; 25%; 30%; 35% (w/w)). The characteristics of
edible films observed in this research are thickness (mm), tensile strength (kgf/cm2),
elongation (%) and Water Vapor Transmission Rate (g/m2.hour). Almost all edible
film produced in this research have tensile strength and WVTR value that meet
grade 4 and grade 5 Japanese Industrial Standard (JIS) for edible film. The best
tensile strength value (93.432 kgf/cm2) was obtained when the amount of breadfruit
flour is 10 grams and glycerol concentration 20%, while the best WVTR value
(3.210 gr/m2.hour) was obtained when the amount of breadfruit flour is 12 grams
and glycerol concentration 20%
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
2.6 Kitosan...................................................................................................... 9
4.1 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Kuat Tarik Edible film.............................................................. 28
4.2 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Elongasi Edible film ................................................................. 31
4.3 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Water Vapor Transmission Rate (WVTR) Edible film ............. 33
4.4 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Ketebalan Edible film ............................................................... 36
digunakan maka laju transmisi uap air semakin besar, kuat tarik semakin kecil, dan
%elongasi semakin besar.
Secara khusus belum ada penelitian yang menunjukkan pengaruh konsentrasi
gliserol dan massa tepung terhadap karakteristik edible film dari tepung sukun. Oleh
karena itu, pada tugas akhir ini akan dilakukan penelitian tentang pembuatan edible
film dari tepung sukun dengan variasi jumlah bahan baku dan konsentrasi gliserol
sebagai plasticizer.
Salah satu bahan baku edible film yang cukup berpotensi dikembangkan di
Indonesia adalah edible film berbahan dasar pati karena pati merupakan bahan yang
mudah didapat, harganya murah, serta jenisnya beragam di Indonesia. Pati dapat
diperoleh dari bijibijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber
alami pati antara lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul,
beras, sagu, amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sukun.
2.4 Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
dua jenis polimer, yakni rantai lurus D-glukan amilosa dan rantai bercabang
amilopektin. Kedua jenis polimer tersebut memiliki sifat yang berbeda dalam
pembentukan gel dan kristal. Amilosa dan amilopektin secara fisik membentuk
ikatan silang inter- dan intramolekul untuk membentuk jaringan makromolekul
yang lebih besar pada pembuatan gel (Maizura, Fazilah, Norziah, & Karim, 2008).
Ikatan-ikatan silang yang terdapat pada jaringan makromolekul pati
terutama dibentuk dari domain mikrokristal amilosa, yang berkontribusi pada
kekuatan dan daya peregangan yang tinggi pada film yang dihasilkan (Rindlay-
Wastling, Stading, Hermasson, & Gatenttolm, 1998). Pati dapat diperoleh dari
bijibijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara
lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu,
amaranth, ubi kayu, ganyong, dan sorgum.
2.6 Kitosan
Salah satu bahan yang berpotensi digunakan untuk edible packaging adalah
kitosan yang merupakan produk deasetilasi dari kitin dengan cara pemanasan dalam
larutan basa. Kitin merupakan biopolimer polisakarida (C8H13NO5)n dengan rantai
lurus yang tersusun dari 2000–3000 monomer (2asetamida-2-deoksi-β-D-glukosa)
yang terangkai dengan ikatan 1,4-β-glikosida. Senyawa kitin ini dapat diubah
menjadi kitosan (C6H11NO4)n.
Proses penghilangan mineral (demineralisasi) dan penghilangan protein
(deproteinasi) merupakan proses penting dalam tahap perolehan kitin, yang
selanjutnya dilakukan proses deasetilasi sehingga diperoleh kitosan. Biopolimer
kitosan bersifat mudah terurai, tidak beracun, dan mudah mengalami degradasi
secara biologis. Dengan sifatnya yang demikian, maka kitosan dapat diaplikasikan
sebagai pengemas ramah lingkungan (Nurhayati & Agusman, 2011).
Kitosan digunakan sebagai biopolimer pencampurnya untuk meningkatkan
sifat mekanik karena dapat membentuk ikatan hidrogen antar rantai dengan amilosa
dan amilopektin dalam pati. Kitosan memiliki gugus fungsi amin, gugus hidroksil
primer dan sekunder, dengan adanya gugus fungsi tersebut mengakibatkan kitosan
memiliki kereaktifan kimia yang tinggi karena dapat membentuk ikatan hidrogen,
sehingga kitosan merupakan bahan pencampur yang ideal. Selain itu kitosan
merupakan turunan kitin, polisakarida paling banyak di bumi setelah selulosa,
bersifat hidrofobik serta dapat membentuk film dan membran dengan baik (Dallan,
2007). Kitosan merupakan polisakarida turunan kitin yang dapat membentuk edible
film yang kuat, elastis, fleksibel, dan sulit dirobek (Butler, Vergano, Testin, Bunn,
& Wiles, 1996).
Pembuatan edible film kitosan dilakukan dengan melarutkan kitosan dalam
pelarut asam. Penggunaan asam pada pelarutan kitosan telah dipelajari oleh
Nadarajah et al. (2006) yang menggunakan beberapa jenis asam, seperti asam
asetat, laktat, formiat, malat, dan propionat dalam pembentukan edible film. Namun
hanya asam asetat dan formiat yang menghasilkan film yang fleksibel, transparan,
dan sesuai sebagai bahan pengemas. Hal itu disebabkan karena asam laktat dan
malat memiliki gugus hidroksil yang lebih banyak sehingga meningkatkan sifat
hidrofil pada kitosan. Dengan demikian diketahui bahwa jenis asam sangat
sehingga film akan lentur ketika dibengkokkan (Rodriguez, Oses, Ziani, & Mate,
2006).
Plastisizer berfungsi untuk meningkatkan elastisitas dengan mengurangi
derajat ikatan hidrogen dan meningkatkan jarak antar molekul dari polimer. Syarat
plasticizer yang digunakan sebagai zat pelembut adalah stabil (inert), yaitu tidak
terdegradasi oleh panas dan cahaya, tidak merubah warna polimer dan tidak
menyebabkan korosi (Huri & Nisa, 2014). Selain itu, plasticizer ditambahkan ke
sistem polimer untuk meningkatkan permeabilitas terhadap gas, uap air dan zat
terlarut serta meningkatkan elastisitas film (Tamaela & Lewerissa, 2007). Damat
(2008) mengemukakan bahwa karakteristik fisik edible film dipengaruhi oleh jenis
bahan serta jenis dan konsentrasi plasticizer.
Plasticizer yang umum digunakan adalah jenis poliol seperti sorbitol dan
gliserol karena kemampuaannya untuk mengurangi ikatan hidrogen internal
(Harsunu, Katili, & Irawah, 2013). Gliserol cukup efektif digunakan untuk
meningkatkan sifat plastis film karena memiliki berat molekul yang kecil. Gliserol
termasuk jenis plasticizer yang bersifat hidrofilik, menambah sifat polar dan mudah
larut dalam air (Huri & Nisa, 2014).
Gliserol adalah alkohol terhidrik yang memiliki nama lain gliserin atau
1,2,3-propanetriol atau C3H8O3. Gliserol tidak berwarna, tidak berbau, rasanya
manis, bentuknya liquid sirup, meleleh pada suhu 17,8oC, mendidih pada suhu
290oC dan larut dalam air dan etanol. Gliserol memiliki densitas sebesar 0,895
g/cm3. Sifat gliserol higroskopis, seperti menyerap air dari udara, sifat ini yang
membuat gliserol digunakan pelembab pada kosmetik. Gliserol terdapat dalam
bentuk ester (gliserida) pada semua hewan, lemak nabati dan minyak (Ningsih,
2015).
Gliserol terdapat dalam bentuk campuran lemak hewan atau minyak
tumbuhan. Gliserol jarang ditemukan dalam bentuk lemak bebas. Tetapi biasanya
dan persen elongasi. Sedangkan standar edible film yang akan digunakan yaitu
Japanese Industrial Standard (JIS Z 1707, 1975).
Nurochmawati (2017) edible film dengan kekuatan tarik tinggi akan mampu
melindungi produk yang dikemasnya dari ganggunan mekanis dengan baik,
sedangkan kekuatan tarik film dipengaruhi oleh formulasi bahan yang
digunakan.
F
σt) = A
Kuat Tarik (
(σt ) = E x ε
Keterangan: E = Persen elongasi, aya diperlukan untuk melakukan
c. Ketebalan
Ketebalan merupakan salah satu karakteristik yang penting pada
sebuah kemasan termasuk edible film. Dalam aplikasinya, ketebalan edible
film sangat berpengaruh terhadap produk yang akan dikemas. Ketebalan
merupakan sifat fisik yang akan mempengaruhi laju transmisi uap air, gas
dan senyawa volatil serta sifat-sifat lainnya seperti tensile strength dan
elongation (McHurh,Avena-Bustillos, & M. Krochta, 1993). Ketebalan film
akan mempengaruhi permeabilitas gas. Semakin tebal edible film maka
permeabilitas gas akan semakin kecil dan melindungi produk yang dikemas
dengan lebih baik (Anandito, dkk, 2012). Menurut peneitian oleh Anandito,
dkk (2012) tebal kemasan dapat dipengaruhi oleh konsentrasi plasticizer
yang ditambahkan.
Zat
Bahan Zat Volume Hasil
No Judul Plasticizer Stabilizer Tambahan Variasi Hasil Percobaan
Baku Hidrofobic Total Terbaik
Lain
edulis Ker.) terhadap Uji Kuat Tarik: 89,99
Karakteristik Edible N/cm2 [memenuhi standar]
film (Afriyah, dkk, Persen Elongasi: 18,51%
2015) Kecerahan = 62,13
5. Pembuatan dan Pati Sukun Gliserol (1,2 - Kitosan - 100 mL Perbandingan Perbandingan Uji Kuat Tarik: 3,2 Mpa
Karakterisasi Edible mL) pati sukun pati sukun- Persen Elongasi: 14,22%
film dari Variasi Pati dengan kitosan Sifat Menghambat Uap
Sukun (Artocarpus kitosan 1:1; sebesar 1:2 Air: 0,1773 kg/m2/jam
altilis) dan Kitosan 1:2; dan 1:3 Sifat Lebih Tahan
Menggunakan Terhadap Kelarutan
Plasticizer Gliserol dalam Air
6. Plasticizer Gliserol Pati - - - - 100 mL Gliserol - Ketebalan: 0,71mm;
terhadap Karakteristik Kentang 3 20%, 30%, 0,62mm; 0,58mm
Edible film dari Pati % (b/v) 40 % (persen Uji Kuat Tarik: 35
Kentang (Solanum berat pati N/cm2; 69 N/cm2; 75
Tuberosum L.) kentang) N/cm2 [memenuhi standar]
(Lismawati, 2017) Persen Elongasi: 9,51%;
9,04%; 4,96
Nilai Kelarutan: 34,6%;
21,4%; 19%
7. Pengaruh Plasticizer Whey by Gliserol Silika Gel Gliserol Gliserol 30% Ketebalan: 0,032 mm
Gliserol terhadap product 10%, 20%, [memenuhi standar]
Karakteristik Edible dangke, 30%, 40 %, Laju Transmisi Uap Air
film Campuran Whey whey hasil 50% (w/w) 2,78 g/m2/ jam [tidak
dan Agar (Ningsih, liofilisasi memenuhi]
2015) Uji Kuat Tarik: 7,2 N
Persen Elongasi: 60,67%
BAB III
METODE DAN RANCANGAN PENELITIAN
1. Ketebalan
Ketebalan edible film diukur menggunakan alat jangka sorong
Caliper Sigmat Digital Merk Insize 150 mm (6”) 1108-150. Gambar
alat dapat diligat pada Gambar 3.2.
Spesifikasi alat:
Range: 0-150 mm/0-6 inch dengan ketelitian 0.001 mm.
1) Ketebalan edible film diukur pada 10 titik yang berbeda dan
setiap pengukuran dilakukan secara duplo (dua spesimen).
2) Nilai ketebalan dihitung dengan cara mencari nilai rata-ratanya.
2. Kuat tarik dan % Elongasi
Kuat tarik dan % elongasi edible film diukur menggunakan alat uji
tarik Tensile Testing Machine BESTE KJ-1065. Spesifikasi dan
gambar alat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.2
Oven Listrik
Oven digunakan sebagai media pemanas dalam pengeringan edible film
yang telah dicetak. Oven yang digunakan adalah oven bermerk dagang
Memmert Models 30-1060. Pada proses pengeringan edible film, suhu
diatur 50-80oC hingga edible film kering. Spesifikasi oven dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
B. Peralatan Pendukung
Peralatan Pendukung yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan
dalam Tabel 3.4.
C. Skema Peralatan
Skema peralatan pembuatan edible film dapat dilihat pada gambar 3.7.
Hasil uji karakteristik edible film yang dibuat berdasarkan formulasi dalam
Tabel 3.4 dapat digunakan untuk menunjukkan pengaruh konsentrasi gliserol dan
massa bahan baku tepung sukun terhadap nilai kuat tarik, persen elongasi, laju
transmisi uap air dan ketebalan edible film. Pembahasan pengaruh parameter yang
divariasikan terhadap karakteristik edible film diuraikan dalam sub bab selanjutnya.
4.1 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Kuat Tarik Edible film
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kuat tarik edible film dipengaruhi
secara nyata oleh konsentrasi gliserol sebagai plasticizer dan massa bahan baku
tepung sukun. Pengaruh konsentrasi gilserol terhadap kuat tarik dapat dilihat pada
gambar 4.1 sedangkan pengaruh massa bahan baku tepung sukun terhadap kuat
tarik dapat dilihat pada gambar 4.2
100 93.4315
90 92.29961
79.21665 76.22889
Kuat Tarik (kgf/cm^2)
80
84.8189 73.10855 62.08542 Tepung sukun 6 gr
70
60 47.64624
48.91579 55.3349 Tepung sukun 8 gr
50
52.27575 31.2645
40 47.93686 Tepung sukun 10 gr
30 34.29306
20 35.73595 Tepung sukun 12 gr
23.2852
10
0
15% 20% 25% 30% 35% 40%
Konsentrasi Gliserol
120
92.29961 93.4315
100 84.8189
Kuat tarik (kgf/cm^2) 79.21665
80
73.10855
76.22889 52.27575 Gliserol 20%
60 47.64624
62.08542 47.93686 Gliserol 25%
55.3349
40 48.91579 35.73595 Gliserol 30%
20 31.2645 34.29306 Gliserol 35%
23.2852
0
4 6 8 10 12 14
Massa Tepung Sukun (gr)
Gambar 4.2 Pengaruh massa tepung sukun terhadap kuat tarik edible
film
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diamati bahwa nilai kuat tarik semakin
menurun seiring bertambahnya konsentrasi gliserol. Nilai kuat tarik paling besar
didapat pada sampel dengan konsentrasi gliserol 20% dan tepung sukun 10 gr yaitu
sebesar 93,432 kgf/cm2 sedangkan nilai kuat tarik paling kecil didapat pada sampel
dengan konsentrasi gliserol 35% dan tepung sukun 6 gr yaitu sebesar 23,285
kgf/cm2. Penurunan nilai kuat tarik edible film terjadi karena adanya penambahan
gliserol yang menyebabkan interaksi hidrokoloid berupa ikatan hidrogen menjadi
terganggu karena energi yang dibutuhkan molekul untuk melakukan pergerakan
semakin berkurang dan melemahnya gaya tarik intermolekul rantai polimer yang
berdekatan sehingga kekakuan edible film menurun dan menjadi lebih elastis.
Dengan meningkatnya elastisitas edible film, maka kuat tarik akan semakin kecil.
Hal ini sejalan dengan pernyataan (Supeni, 2012) yang menyatakan bahwa kuat
tarik edible film yang mendapat tambahan gliserol memiliki kecenderungan untuk
turun, ini dikarenakan adanya pengaruh interaksi antar hidrokoloid.
Sedangkan berdasarkan Gambar 4.2 dapat diamati bahwa nilai kuat tarik
memiliki kecenderungan untuk naik seiring dengan pertambahan massa tepung
sukun lalu kemudian turun pada sampel dengan massa tepung sukun 12 gram. Hal
ini disebabkan keberadaan amilosa pada pati yang terkandung di dalam tepung
sukun. Semakin tinggi jumlah amilosa maka matriks yang terbentuk antar polimer
semakin banyak dan akan meningkatkan ikatan hidrogen antar molekul di dalam
matriks tersebut sehingga gaya yang diperlukan untuk memutuskan edible film
semakin besar. Selain itu, seiring dengan penambahan kadar amilosa didalam edible
film maka sifat retrogradasi suspensi setelah dipanaskan akan meningkat sehingga
nilai kuat tarik edible film semakin tinggi. Retrogradasi adalah proses kristalisasi
kembali pati yang telah mengalami gelatinasi dimana molekul-molekul amilosa
berikatan kembali satu sama lain serta berikatan kembali dengan cabang
amilopektin pada pinggir-pinggir luar granula sehingga terbentuk semacam
jaringan-jaringan membentuk mikrokristal (Ossiris, 2013)
Hal ini sejalan dengan dengan pernyataan (Astari, 2012) bahwa kekuatan
peregangan atau kuat tarik akan meningkat dengan semakin banyaknya polisakarida
penyusun edible film. Polisakarida ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan dan
kekompakan edible film.
Terjadinya penurunan nilai kuat tarik pada sampel dengan massa tepung
sukun 12 gram disebabkan oleh proses gelatinisasi pati yang tidak berjalan dengan
baik. Proses gelatinisasi ini merupakan fenomena penyerapan air oleh granula pati
yang diawali dengan adanya pembengkakan sehingga terbentuklah gel. Agar proses
ini berjalan dengan baik, maka pati perlu dipanaskan dalam suhu pembengkakkan
maksimal atau suhu gelatinisasi dan diperlukan juga adanya air berlebih.
Penurunan nilai kuat tarik pada sampel dengan massa tepung sukun 12 gram
diduga diakibatkan oleh kurangnya jumlah air dalam suspensi sehingga granula pati
tidak mendapatkan air yang cukup untuk mengalami pembengkakkan maksimal.
Hal ini menyebabkan granula pati tidak pecah dan proses gelatinisasi tidak berjalan
sempurna. Sugiyono & Pratwi (2009) menyatakan bahwa jumlah air yang lebih
sedikit mengakibatkan tidak optimumnya amilosa yang lepas selama gelatinisasi
Penelitian ini menghasilkan edible film yang memiliki nilai kuat tarik pada
kisaran 23,28-93,43 kgf/cm2. Berpedoman pada Japanese Industrial Standar (JIS)
1975, nilai kuat tarik terbesar yang didapatkan telah memenuhi standar edible film,
sedangkan nilai kuat tarik terkecil yang didapatkan belum memenuhi standar, yaitu
sebesar ≥ 40 kgf/cm2. Melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai pembuatan
edible film dari pati sukun dengan penambahan sorbitol sebagai plasticizer (Putra,
Johan, & Effendi, 2017) yang menghasilkan edible film dengan nilai kuat tarik
75,357-129,3 kgf/cm2, maka penelitian yang dilakukan menghasilkan edible film
dengan nilai kuat tarik relatif lebih rendah. Nilai kuat tarik ini perlu diketahui untuk
melihat seberapa kuat edible film dapat menahan beban dari produk yang
dikemasnya karena nilai kuat tarik dapat merefleksikan kekuatan mekanik edible
film.
4.2 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Elongasi Edible film
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa elongasi edible film dipengaruhi
secara nyata oleh konsentrasi gliserol sebagai plasticizer dan massa bahan baku
tepung sukun. Pengaruh konsentrasi gilserol terhadap elongasi dapat dilihat pada
gambar 4.3 sedangkan pengaruh massa bahan baku tepung sukun terhadap elongasi
dapat dilihat pada gambar 4.4
6 5.639
4.929
5 4.311
Persen Elongasi
4 4.207
3.0345 3.8585 3.1285
3 2.3875 Tepung sukun 6 gr
2.762 2.4495
2.1195 2.9855 Tepung sukun 8 gr
2 1.9365 2.548 Tepung sukun 10 gr
1.9365 2.0955
1 Tepung sukun 12 gr
0
15% 20% 25% 30% 35% 40%
Konsentrasi Gliserol
6 5.639
5
4.929 4.311
Persen Elongasi 3.8585
4 4.207
3.0345 3.1285 2.9855 Gliserol 20%
2.762
3
2.4495 Gliserol 25%
2.0955 2.548
2 2.3875 Gliserol 30%
2.1195 1.9365 1.9365 Gliserol 35%
1
0
4 6 8 10 12 14
Massa Tepung Sukun (gr)
Gambar 4.4 Pengaruh massa tepung sukun terhadap elongasi edible film
Hal ini sejalan dengan pendapat (Zhong & Xia, 2008) bahwa interaksi antar
molekul rantai polimer dapat dikurangi dengan penambahan plasticizer yang
berdampak pada peningkatan pemanjangan dan fleksibilitas edible film.
Hal yang sama juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh
Kusumawati dan Putri (2013) yang menunjukkan bahwa elongasi memiliki
kecenderungan untuk mengalami penurunan seiring dengan penambahan
konsentrasi pati dalam edible film.
Penelitian ini menghasilkan edible film yang memiliki elongasi pada kisaran
1,937%-5,639%. Berpedoman pada Japanese Industrial Standar (JIS) 1975, nilai
elongasi yang didapatkan jauh dibawah standar edible film, yaitu sebesar ≥ 70%.
Melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai pembuatan edible film dari pati
sukun dengan penambahan sorbitol sebagai plasticizer (Putra, Johan, & Effendi,
2017) bahwa %elongasi memiliki nilai yang mendekati yaitu sebesar 4,63%-6,73%.
Nilai elongasi ini perlu diketahui untuk menentukan keelastisan edible film dan
mengetahi kemampuan film untuk dapat mengikuti bentuk dari produk yang akan
dikemas sehingga tidak mudah sobek saat mengalami penarikan.
4.3 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Water Vapor Transmission Rate (WVTR) Edible film
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa WVTR edible film dipengaruhi
secara nyata oleh konsentrasi gliserol sebagai plasticizer namun massa bahan baku
tepung sukun tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pengaruh konsentrasi
gilserol terhadap WVTR dapat dilihat pada gambar 4.5 sedangkan pengaruh massa
bahan baku tepung sukun terhadap WVTR dapat dilihat pada gambar 4.6
5 4.3254
3.8618 4.3139 4.2916
4.5
WVTR (g/m^2.h)
3.6988 4.1824
4 3.7695 4.2528
3.5203 4.0936 Tepung 6 gr
3.5
4.0634 4.0531 Tepung 8 gr
3.5623
3 3.319 Tepung 10 gr
3.5177
2.5 3.21
Tepung 12 gr
2
15% 20% 25% 30% 35% 40%
Konsentrasi Gliserol
5
4.3254 4.2916 4.2528
4.0531
WVTR (g/m^2.h)
4 4.3139
4.1824
3.8618 4.0936 4.0634 Gliserol 20%
3.7695
3.6988 3.5623 3.5177 Gliserol 25%
3.5203
3 3.319 Gliserol 30%
3.21
Gliserol 35%
2
4 6 8 10 12 14
Massa Tepung Sukun (gr)
Gambar 4.6 Pengaruh massa tepung sukun terhadap WVTR edible film
film yang dibentuk yang akan meningkatan jarak intermolekuler sehingga ikatan
hidrogen internal dan tegangan antar molekul pada matriks edible film menurun.
Hal ini akan memberikan ruang antar molekul semakin besar sehigga uap air dapat
menembus dan permeabilitas meningkat. Hal ini senada dengan pendapat Ruan, Xu
& Chen (1998) yang menyatakan bahwa uap air akan mudah terdifusi dengan
terbentuknya ruang bebas pada matriks film karena berkurangnya kerapatan
molekul akibat keberadaan gugus hidrofilik pada gliserol.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakuka oleh Kusumawati & Putri
(2013) yang menyatakan bahwa laju transmisi uap air akan semakin berkurang
dengan meningkatnya ketebalan serta kerapatan matriks yang terbentuk pada edible
film. Penelitian ini menghasilkan edible film yang memiliki WVTR pada kisaran
3,21-4,325 gr/m2.jam. Berpedoman pada Japanese Industrial Standar (JIS) 1975,
nilai WVTR yang didapatkan belum mencapai standar edible film, yaitu sebesar ≤
0,417 gr/m2.jam. Melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai pembuatan edible
film dari pati sukun dengan penambahan sorbitol sebagai plasticizer (Putra, Johan,
& Effendi, 2017) yang menghasilkan edible film dengan nilai WVTR sebesar 16,51-
22,31 g/m2.jam, maka penelitian yang dilakukan menghasilkan edible film dengan
nilai WVTR relatif lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa edible film yang
dihasilkan memiliki ketahanan terhadap uap air yang lebih baik. Nilai WVTR ini
perlu diketahui untuk mengetahui kemampuan edible film dalam menahan uap air
dimana semakin kecil nilai WVTR maka akan semakin sulit dilewati uap air
sehingga umur simpan produk akan semakin panjang.
4.4 Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Massa Bahan Baku Tepung Sukun
terhadap Ketebalan Edible film
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ketebalan edible film dipengaruhi
secara nyata oleh massa bahan baku tepung sukun namun konsentrasi gliserol tidak
memberikan pengaruh yang signifikan. Pengaruh konsentrasi gilserol terhadap
ketebalan dapat dilihat pada gambar 4.7 sedangkan pengaruh massa bahan baku
tepung sukun terhadap ketebalan dapat dilihat pada gambar 4.8
0.7 0.638
0.605 0.594 0.611
0.6
Keteblan (mm)
0.7
0.572 0.611
0.6 0.594
Ketebalan (mm)
0.5645
0.436 0.605 Gliserol 20%
0.5
0.2955 0.638 Gliserol 25%
0.423 0.464
0.4
0.415 Gliserol 30%
0.459
0.3 0.32 0.386 Gliserol 35%
0.3055
0.2 0.292
4 6 8 10 12 14
Massa Tepung Sukun (gram)
Gambar 4.8 Pengaruh massa tepung sukun terhadap ketebalan edible film
bertambahnya massa bahan baku tepung sukun. Nilai ketebalan paling besar didapat
pada sampel dengan konsentrasi gliserol 20% dan tepung sukun 12 gr yaitu sebesar
0,638 mm sedangkan nilai ketebalan paling kecil didapat pada sampel dengan
konsentrasi gliserol 20% dan tepung sukun 6 gram yaitu sebesar 0,292.
Selain itu juga menurut Syarifudin (dalam Agustina & Istiqlaliyah, 2018)
ketebalan edible film juga dipengaruhi oleh banyaknya jumlah air yang terikat
dalam edible film. Menurut penelitian yang diakukan oleh Zubaidah & Sitompul
(2017), jumlah air terikat ini bergantung terhadap kemampuan plasticizer untuk
mengikat air. Namun seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.7 bahwa pengaruh
gliserol tidak memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap ketebalan edible
film. Dalam penelitian ini ketebalan tidak dijadikan parameter penting dalam
menentukan kualitas edible film yang dihasilkan karena apabila menggunakan
metode pencetakan yang sesuai, ketebalan edible film dapat diatur dengan baik.
dengan nilai ketebalan yang tinggi akan menghasilkan film yang kaku dan keras
namun keamanan bahan yang dikemas semakin meningkat pula.
Grade 4 : S1, S2, S5, S6, S9, S10, S11, S13 S14, S15 & S16
WVTR
Grade 5 : S3, S4, S7, S8 & S12
Ketebalan -
Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2, dapat diamati bahwa nilai WVTR edible
film hasil penelitian telah memenuhi karakteristik edible film grade 4 di semua
variasi kecuali variasi S3, S4, S7, S8, dan S12 yang tergolong ke dalam edible film
grade 5. Nilai kuat tarik edible film hasil penelitian telah memenuhi karakteristik
edible film berdasarkan JIS kecuali pada variasi S4, S8, S15 dan S16. Sedangkan
untuk nilai persen elongasi dan ketebalan edible film hasil penelitian belum ada
yang memenuhi karakteristik edible film berdasarkan JIS.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afriyah, Y., Putri, W. D., & Wijayanti, S. D. (2015). Penambahan Aloe vera,
Tepung Sukun dan Ganyong pada Edible film. Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1313-1324.
Anandito, Katri, R. B., Nurhatadi, E., & Bukhori, A. (2012). Pengruh Gliserol
terhadap Karakeristik Edibe Film Berbahan Dasar Tepung Jali (Coix
lacryma-jobi L.). . Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.
Anker, M., Stading, M., & Hermansson, A. M. (2000). Relationship between the
microstructure and the mechanical and barrier properties of whey protein
films. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
Anugrah, Y. (2014). Pembuatan Dan Karakterisasi Edible film Dari Variasi Pati
Sukun (Artocarpus Altilis) Dan Kitosan Menggunakan Plastisizer Gliserol.
Skripsi Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam USU.
Bustillos, R., McHugh, T., & Krochta, J. (1994). Hydrophilic edible films: Modified
Procedure for water vapor permeability and explanations of thickness effect.
J. Food. Sci, 889-903.
Butler, B. L., Vergano, P., Testin, R. F., Bunn, J. M., & Wiles, J. L. (1996).
Mechanical and barrier properties of edible chitosan films as affected by
composition and storage. Journal of food science, 953-955.
Chillo, S., Flores, S., Mastromatteo, M., Conte, A., Gerschenson, L., & Nobile, M.
A. (2008). Influence of glycerol and chitosan on tapioca starch-based edible
film properties. J. Food Engin, 159-168.
Coniwanti, P., Laila, L., & Alfira, M. R. (2014). Pembuatan Film Plastik
Biodegradabel dari pati jagung dengan penambahan kitosan dan pemlastis
gliserol. Jurnal Teknik Kimia, 22-30.
Damat, A. (2008). Efek Jenis dan Konsentrasi Plasticizer. Efek Jenis dan
Konsentrasi Plasticizer Terhadap karakteristik Edible film dari Pati-Garut
Butirat.
Darni, Y., Utami, H., & Asriah, S. N. (2009). Peningkatan Hidrofobisitas dan Sifat
Fisik Plastik Biodegradabel Pati Tapioka dengan Penambahan Selulosa
Residu Rumput Laut Euchema Spinossum. Seminar hasil penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Bandar Lampung: Fakultas Teknik
UNILA.
Garcia, N. L., Ribbon, L., Dufresne, A., Aranguren, M., & Goyanes, S. (2011).
Effect of glycerol on the morphology of nanocomposites made from
thermoplastic starch and starch nanocrystals. Carbohydrate Polymers, 203-
210.
Harsono, S., & Wahyuni, T. (2006). Decian dan Uji Kinerja Mesin Pemisah
Lembaga Biji Jagung (Degerminator) Sistem Basah Vol. IV.
Harsunu, B. T., Katili, S., & Irawah, S. (2013). Pengaruh konsentrasi plasticizer
gliserol dan komposisi kitosan dalam zat pelarut terhadap sifat fisik edible
film dari kitosan . Jurnal Teknologi.
Hawa, L. T., Thohari, I., & Radiati, L. E. (2009). Pengaruh pemanfaatan jenis dan
konsntrasi lipid terhadap sifat fisik edible film komposit whey-porang.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 35-43.
Huri, D., & Nisa, F. C. (2014). Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak Ampas
Kulit Apel terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible film. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 2 No. 4, 30-32.
Jacoeb, A. M., Nugraha, R., & Utari, S. P. (2014). Pembuatan edible film dari pati
buah lindur dengan penambahan gliserol dan karaginan. Jurnal Hasil
Pengolahan Perikanan Indonesia, 17-21.
Krochta, J. M., & Johnston, C. d.-M. (1997). Edible and Biodegradable Polymers
Film: Changes & Opportunities. Food Technology, 61-74.
Maizura, M., Fazilah, A., Norziah, M., & Karim, A. A. (2008). Antibacterial
activity of modified sago starch-alginate based edible film incorporated with
lemongrass (Cymbopogon citratus) oil. Intl. Food Res. J, 233-236.
Manuhara, G. J. (2003). Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma sp. untuk
Pembuatan Edible film. Skripsi. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian
UGM.
Murni, S. w. (2013). Pembuatan Edible film dari Tepung Jagung (Zea MaysL.) dan
Kitosan. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia Untuk Pengelohan
Sumber Daya Alam Indonesia.
Nurcahyo, E., Amanto, B. S., & Nurhartadi, E. (2014). Kajian Penggunaan Tepung
Sukun (Artocarpus Communis) Sebagai Substitusi Tepung Terigu pada
Pembuatan Mi Kering. Jurnal Teknosains-pangan.
Nurhayati, N., & Agusman, A. (2011). Chitosan edible films of shrimp waste as
food packaging, friendly packaging. Squalen Bulletin of Marine and
Fisheries Postharvest and Biotechnology.
Ossiris. (2013, Juni 5). Karbohidrar. Dipetik Juli 17, 2019, dari Sir Ossiris Home
Site: https://lordbroken.wordpress.com/tag/retrogradasi/
Permatasari, R. (2011, November 9). Material Safety Data Sheet ( MSDS) Asam
Asetat. Dipetik Juli 18, 2019, dari
http://ratnarea.blogspot.com/2011/11/material-safety-data-sheet-msds-
asam.html
PSC Instrument. (2018, Juli 18). Sieve Shaker AS 200 Basic Retsch. Dipetik Juli 8,
2019, dari PSC-Instrument: http://www.psc-
instrument.com/product/vibratory-sieve-shaker-p386287.aspx
Putra, A. D., Johan, V. S., & Effendi, R. (2017). Penambahan Sorbitol Sebagai
Plasticizer Dalam Pembuatan Edible film Pati Suku. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian.
Riyadhul. (2013, Oktober 31). Gelatinisasi Pada Bahan Pangan. Dipetik Maret 12,
2019, dari https://blog.ub.ac.id/riyadhul/2013/10/
Rodriguez, M., Oses, J., Ziani, K., & Mate, J. I. (2006). Combined Effect Of
Plasticizer And Surfactants On The Physical Properties Of Starch Based
Edible films. Journal of Food Research International, 840-846.
Rozalina, M., & Yusbarina. (2017). Pembuatan Edible film dari pati sukun dan
ekstrak kulit jeruk sebagai sumber belajar materi polimer. Riau: UIN
SUSKA Riau.
Ruan, R., Xu, L., & Chen, P. (1998). Water vapor permeability and tensile strength
of cellulose-based composite edible films. Applied Engineering in
Agriculture, 411-413.
Rusli, A., Tahir, M. M., & Metusalach, S. (2017). Karakterisasi edible film
karaginan dengan pemlastis gliserol. Jurnal Hasil Pengolahan Perikanan
Indonesia.
Santoso, B., Herpandi, H., Pitayati, P. A., & Pambayun, R. (2013). Pemanfaatan
Karagenan dan Gum Arabic sebagai Edible film Berbasis Hidrokoloid.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 33.
Setiani, W., Sudiarti, T., & Rahmidar, L. (2013). Preparasi Dan Karakterisasi Edible
film Dari Poliblend Pati Sukun-Kitosan. Jurnal Penelitian Edible film dan
Buah Sukun Vol. 3.
Sugiyono, P. R., & Faridah, D. N. (2009). Modifikasi pati Garut dengan perlakuan
siklus pemanasan suhu tinggi-pendinginan untuk menghasilkan pati resisten
tipe III. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 20(1), 7-24.
Supeni, G. (2012). Pengaruh formulasi edible film dari karagenan terhadap sifat
mekanik dan barrier. Jurnal Kimia dan Kemasan, 34.2: 282-286.
Syarifuddin, A., & Yunianta. (2015). Karakterisasi Edible film Dari Pektin Albedo
Jeruk Bali dan Pati Garut. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4,
1538-1547.
Syarifuddin, A., & Yunianta, Y. (2015). Karakterisasi Edible film dari Pektin
Albedo Jeruk Bali dan Pati Garut. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Tamaela, P., & Lewerissa, S. (2007). Karakteristik edible film dari karagenan.
Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Patimura.
Verheij, E., & Coronel, R. (1997). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-
buahan yang Dapat Dimakan (Terjemahan oleh S. Somaatmadja) . Jakarta:
Gramedia.
Wahyu, M. K. (2009). Pemanfaatan pati singkong sebagai bahan baku Edible film.
Word paper BESWAN DJARUM Djarum 2008.
Widowati, S. (2003). Prospek tepung sukun untuk berbagai produk makanan olahan
dalam upaya menunjang diversifikasi pangan. Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor.
Yohani. (1995). Ekstraksi dan analisa polisakarida buah sukun (Artocarpus altilis)
. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Zhong, Q.-P., & Xia, W.-S. (2008). Physicochemical properties of edible and
preservative films from chitosan/cassava starch/gelatin blend plasticized
with glycerol. Food Technology and Biotechnology, 262-269.
Zubaidah, E., & Sitompul, A. J. (2017). Pengaruh jenis dan konsentrasi plasticizer
terhadap sifat fisik edible film kolang kaling (Arenga pinnata). Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 5(1).
LAMPIRAN A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA MAHASISWA
Telepon/HP : 085703717026
Email : nabilakhairunisa32@gmail.com
Nabila Khairunisa
161411022
BIODATA MAHASISWA
Ririn Fitiana
161411025
LAMPIRAN B
MATERIAL SAFETY AND DATA SHEET
I. DESKRIPSI PRODUK
Nama Kimia : Acetic Acid
Nomor CAS : 64-19-7
Formula : CH3COOH
Sinonim : asam etanoat
V. TUMPAHAN
Langkah yang harus diambil dalam kebocoran atau tumpah: Ventilasi di area
tumpahan. Hilangkan semua sumber pengapian. Evakuasi semua personil yang
tidak penting dari daerah. Personil pembersih harus mengenakan peralatan yang
tepat dan pakaian pelindung. Menyerap materi dengan absorban yang cocok dan
containerize untuk pembuangan.
Sebuah NIOSH / MSHA kimia cartridge respirator harus dipakai jika PEL atau
TLV adalah terlampaui.
Ventilasi:
Lokal Knalpot : Diutamakan
Mekanikal (Umum) : Diterima
Khusus : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Perlindungan untuk Sarung tangan:
Karet alam, Neoprene, PVC atau setara
Perlindungan mata:
kacamata kimia Splash-bukti keselamatan harus dipakai.
Pakaian pelindung lain atau Peralatan:
jaket Lab, celemek, cuci mata, mandi.
X. INFORMASI PEMBUANGAN
Metode Pembuangan Limbah:
Buanglah sesuai dengan peraturan negara dan peraturan local yang berlaku.
Selalu kontak pemelihara limbah diizinkan (TSD) untuk memastikan kepatuhan.
I. DESKRIPSI PRODUK
Nama Kimia : Glycerin
Nomor CAS : 56-81-5
Formula : C3H8O3
Sinonim : Gliserol
V. TUMPAHAN
Hentikan tumpahan jika mungkin dilakukan tanpa adanya risiko.
Tumpahan sedikit:
Serap dengan pasir atau bahan lain yang tidak mudah terbakar. Kumpulkan
tumpahan bahan dalam wadah yang sesuai untuk pembuangan. Hindarkan dari
sumber air dan saluran pembuangan. Hindarkan orang yang tidak berkepentingan
untuk mendekat, isolasi area tumpahan, dan beri larangan masuk.
Tumpahan yang banyak/kebocoran:
Hentikan kebocoran jika mungkin dilakukan tanpa adanya risiko. Jika bahan
berbentuk padatan: Gunakan sekop untuk mengumpulkan bahan lalu dimasukkan
ke dalam wadah yang sesuai untuk selanjutnya dibuang. Jika bahan berbentuk
cairan: Jangan masukkan air ke dalam wadah. Serap tumpahan menggunakan bahan
yang inert dan buanglah tumpahan bahan ke dalam tempat pembuangan yang
sesuai. Jangan menyentuh tumpahan bahan. Untuk mengurangi terbentuknya uap,
dapat digunakan semprotan air. Hindarkan bahan masuk ke dalam saluran air, ruang
bawah tanah, atau area tertutup. Hindarkan dari setiap sumber api. Bersihkan
tempat yang terkontaminasi menggunakan air dan buanglah ke saluran sanitasi.
X. INFORMASI PEMBUANGAN
Metode Pembuangan Limbah:
Buanglah sesuai dengan peraturan negara dan peraturan local yang berlaku.
Selalu kontak pemelihara limbah diizinkan (TSD) untuk memastikan kepatuhan.
LAMPIRAN C
MATRIKS PERCOBAAN
Matriks Percobaan
Matriks percobaan dalam penilitan ini terdiri atas matriks variasi pembuatan edible film dan hasil uji karakteristik edible film.
Jumlah
Bahan
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16
Gliserol (%) 20 25 30 35 20 25 30 35 20 25 30 35 20 25 30 35
Gliserol (mL) 0,93 1,16 1,40 1,63 1,24 1,55 1,86 2,17 1,55 1,94 2,33 2,71 1,86 2,33 2,79 3,26
Tepung Sukun (g) 6 6 6 6 8 8 8 8 10 10 10 10 12 12 12 12
Pati Sukun (g) 3,705 3,705 3,705 3,705 4,94 4,94 4,94 4,94 6,18 6,18 6,18 6,18 7,41 7,41 7,41 7,41
Kitosan (g) 2,47 2,47 2,47 2,47 3,29 3,29 3,29 3,29 4,12 4,12 4,12 4,12 4,94 4,94 4,94 4,94
As. Asetat 1%
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
(ml)
Akuades (mL) 50,60 50,37 50,13 49,90 47,47 47,16 46,85 46,54 44,33 43,94 43,55 43,17 41,20 40,73 40,27 39,80
Total Volume (ml) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
LAMPIRAN D
PROSEDUR KERJA
1) Kitosan ditimbang sesuai dengan variasi edible film yang akan dibuat.
2) Setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL.
3) Menuangkan asam asetat 1% ke dalam gelas ukur sebanyak 40 mL.
4) Menambahkan asam asetat sebanyak 40 ke dalam gelas kimia berisi kitosan.
5) Mengaduk kitosan dengan batang pengaduk selama 30 menit.
1) Memasukan data spesimen yang akan diuji pada menu user settings yaitu
thickness, gauge length dan width dan mengatur kecepatan tarikan
2) Setelah itu masuk ke menu multigraph untuk melihat grafik, mengklik tombol
ZERO untuk memastikan angka-angka pada software bernilai nol sebelum
mengklik tombol TEST.
3) Menunggu sampai spesimen terputus lalu menyimpan data hasil uji dalam
bentuk softfile.
4) Mencatat hasil pengujian berupa nilai kuat tarik (MPa) dan persen elongasi.
5) Melepaskan spesimen edible film yang telah diuji/putus dari penjepit pada
clamp.
6) Setelah pengujian selesai, mematikan alat dengan cara menekan tombol
merah dan memutar switch ke kiri.
7) Mencabut sambungan listrik.
8) Kemudian keluar dari software.
9) Mematikan komputer.
D.10 Pengujian Water Vapor Transmission Rate (Laju Transmsi Uap Air)
1) Menyiapkan gelas kimia ukuran 50 m dan desikator kosong.
2) Silica gel dikeringkan pada suhu 180°C selama 3 jam. Dimasukkan ke dalam
gelas kimia sebanyak 1 gram.
3) Sampel edible film dipotong sesuai dengan diameter mulut gelas kimia
4) Kemudian sampel tersebut ditempatkan pada bagian atas cawan/gelas yang
berisi silica gel dan direkatkan menggunakan selotip disekeliling mulut gelas
hingga tidak terdapat celah.
5) Berat awal setiap cawan/gelas ditimbang.
6) 15 ml aquades diletakkan di bagian dasar desikator.
7) Cawan/gelas dimasukkan ke dalam desikator.
8) Cawan/gelas ditimbang kembali setelah 24 jam.
LAMPIRAN E
DATA HASIL PENELITIAN
Massa
Berat Pada jam ke- (gram)
tepung Konsentrasi
Variasi
Sukun Gliserol
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(gram)
S1 6 20% 70,32 63,39 58,23 54,33 50,68 46,40 42,30 38,50 35,26 32,53
S2 6 25% 76,01 69,74 64,60 59,94 55,19 50,72 46,62 43,53 40,62 38,47
S3 6 30% 74,78 68,58 63,15 59,38 56,08 52,88 49,55 46,53 43,03 41,04
S4 6 35% 75,77 69,36 63,42 58,08 53,78 49,56 45,36 41,92 38,70 35,52
S5 8 20% 75,09 71,65 67,85 64,24 60,68 57,26 54,07 51,09 47,99 45,39
S6 8 25% 84,89 81,55 77,98 74,53 71,14 67,66 64,45 61,26 58,14 55,06
S7 8 30% 80,52 70,23 61,28 56,11 50,28 43,73 38,46 31,57 28,42 23,88
S8 8 35% 73,55 68,02 60,25 55,15 50,44 44,30 38,25 34,08 28,27 24,28
S9 10 20% 73,97 67,90 60,38 56,00 49,46 43,82 32,60 29,11 25,75 24,41
S10 10 25% 70,59 62,23 57,90 49,60 40,73 34,67 25,61 22,80 21,94 20,85
S11 10 30% 78,40 70,34 65,07 60,44 51,75 47,45 34,84 31,65 28,55 27,02
S12 10 35% 64,68 52,22 39,85 33,92 28,19 25,20 22,66 21,54 21,19 20,83
S13 12 20% 72,02 66,73 56,97 47,40 40,43 34,17 31,59 28,91 27,28 26,87
S14 12 25% 74,40 66,62 57,73 49,04 43,93 39,33 34,36 28,89 26,65 25,41
S15 12 30% 81,66 68,70 62,01 55,77 48,00 41,06 36,27 32,61 30,10 28,47
S16 12 35% 74,15 67,26 60,48 53,45 46,48 41,47 35,86 31,41 28,80 27,62
LAMPIRAN F
GAMBAR ALAT, BAHAN, DAN PROSES
Spesifikasi Keterangan
Kapasitas Pilihan 1, 2, 5, 10, 20, 50, 100, 200, 500
Stroke 650 mm (tidak termasuk penjepit)
Rentang Kecepatan 50-500 mm/min
Pengujian yang efektif ruang 120 mmMAX
Akurasi +- 5%
Metode Operasi Windows Operasi
Motor AC Motor
Aksesoris Komputer, printer, sistem operasi manual
Opsional Aksesoris Tandu, Air penjepit
Resolusi 1/150.000
Berat 70 kg
Dimensi (W x D x H) 58 x 58 x 125 cm
Daya 1 PH, AC 220V, 50/60 Hz
Sumber: Dongguan Kejian Instrumen, 2017
Spesifikasi Keterangan
Rentang Suhu (°C) 5 °C diatas suhu ambien, max 300 °C
Volume 32 Liter
Dimensi 400 x 320 x 250 mm
Jumlah Internal Maksimum 3
Ruang Muat Maksimum 60 kg
Ruang per Internal Maksimum 20 kg
Tegangan Listrik 230 V, 50/60 Hz, kira-kira. 1600 W
Jerman, Inggris, Spanyol, Perancis,
Pengaturan Bahasa
Polandia, Ceko, Hungaria
Sumber: Carolina Lab
Spesifikasi Keterangan
Aplikasi Pemisahan, fraksinasi, penentuan
ukuran partikel
Material Umpan Suspensi, Powders, Bulk Materials
Rentang pengukuran 20 µm – 25 mm
Gerakan Pengayakan Melempar gerakan dengan momentum
sudut
Kapasitas Maks. Umpan tiap Batch 3 kg
Jumlah Maks. Fraksi 9-17
Amplitudo Digital 1-100% (0-3 mm)
Cocok untuk pengeringan kering Ya
Cocok untuk pengeringan basah Ya
Ketinggian Maks. Tumpukan 510 mm
Net. Weight 35 kg
Diameter Saringan 100 mm/150 mm/200 mm/
Sumber: PSC Instrumen, 2018
Skema/rancangan alat
proses pembuatan edible
film yang terdiri dari hot
5.
plate, statif dan klem,
termometer, gelas kimia
dan batang pengaduk.
LAMPIRAN G
FORM BIMBINGAN