Anda di halaman 1dari 7

Air

Air merupakan ikatan antara unsur oksigen dan hidrogen yang kemudian membentuk senyawa air.
Senyawa inilah yang paling banyak ditemukan di bumi, yakni mencapai 71%. Lapisan air yang
menyelimuti bumi sering disebut dengan hidrosfer. Rumus kimianya adalah H2O, yang setiap
molekulnya mengandung satu oksigen dan dua atom hidrogen

Pemunculan air tanah

Air dapat muncul ke permukaan bumi dalam bentuk :


a. meteoric

Air hujan yang meresap ke dalam tanah ada kalanya memfosil dan tertinggal dalam lapisan tanah tua

b. endapan muda

endapan-endapan muda dekat pantai masih ditemukan sisa air laut khususnya daerah Belanda Barat

c. air formasi

Ditemukan dalam tanah dasar yang dalam. Air ini memiliki kadar garam sekitar 20%. Selain berasal dari
sisa air laut, air formasi juga berasal dari air yang dikeluarkan pada saat proses sedimen dan
metamorphosis batuan

d. air muda

berasal dari aktivitas vulkanik

Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu volume tanah
yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi
tanah.

Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya :

1. Original (Primary) Porosity


Porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa
ada faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran pada
batupasir, antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.

1. Induced (Secondary) Porosity


Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapa
proses geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi, fault,
retakan, dan sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan yang
sebelumnya non-porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas.
Contohnya retakan pada shale dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang
akibat pelarutan pada batukapur. Batuan yang berporositas original lebih
seragam dalam karakteristik batuannya daripada porositas induced.

Porositas berdasarkan kualitas :

1.      Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir.

2.      Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal. – Celah dan rekah :


Pori- pori terdapat di antara celah/rekahan.

3.      Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah,


tanpa terlihat bersambungan.

4.      Tight : Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil sekali


dan hampir tidak ada porositas.

5.      Dense : Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas.

6.      Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan


kelihatan sekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar.

7.      Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua,


sehingga porositasnya besar.

Porositas berdasarkan kuantitas :

1.      ( 0% – 5 %) dapat diabaikan (negligible)

2.      (5% – 10%) buruk (poor)

3.      (10%- 15%) cukup baik (fair)


4.      (15%- 20%) baik (good)

Permukaan Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah.
Permukaan freatik (water tables) atau permukaan pizometrik adalah permukaan teoritis yang akan
dicapai air didalam sumur. Diatas permukaan ini terdapat “air ampai” (vadose water), yang tersusun dari
atas ke bawah

1. Air penduler – dalam sudut – sudut


2. Air funikuler – sebagai selaput
3. Air kapiler – menisci pori – pori

Permeabilitas
Permeabilitas (K) merupakan salah satu parameter petrofisik yang berupa kemampuan batuan
untuk dapat meloloskan fluida. Satuan permeabilitas yang umum digunakan ialah Darcy.
Aliran fluida dalam media berpori berdasarkan Hukum Darcy diturunkan secara empiris sebagai
berikut:

Qf = (K.A.ΔP)/(μ.L)
Dengan:
Qf = Laju alir fluida, (cm3/sec)
A = Luas penampang media berpori, (cm2)
μ = Viskositas fluida, (cps)
ΔP = P1 – P2 = Perbedaan tekanan, (atm)
L = Panjang media berpori, (cm)
K = Permeabilitas, (Darcy)

 Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas antara lain:

1. Distribusi ukuran butir: Pada suatu batuan, apabila ukuran butirnya semakin beragam, maka
pori-pori batuan akan semakin kecil sehingga permeabilitas batuan juga akan semakin kecil
2. Susunan butiran: Pada suatu batuan, apabila susunan butirannya semakin rapi, maka
semakin besar pula nilai permeabilitasnya
3. Geometri butiran: Pada suatu batuan, semakin menyudut geometri butiran, maka
permeabilitasnya akan semakin kecil
4. Hubungan antar pori: Semakin bagus hubungan antar pori pada batuan, maka
permeabilitasnya akan semakin besar
5. Sementasi: Semakin banyak kandungan semen dalam suatu batuan, maka nilai
permeabilitas akan semakin kecil
6. Kandungan lempung: Semakin banyak kandungan lempung pada suatu batuan, maka
semakin kecil nilai permeabilitas batuan tersebut

 Jenis-jenis permeabilitas dibedakan menjadi:

1. Permeabilitas absolut: Merupakan kemampuan batuan untuk dapat meloloskan satu


jenis fluida yang 100% jenuh
2. Permeabilitas efektif: Merupakan kemampuan batuan untuk dapat meloloskan satu
macam fluida apabila terdapat dua macam fluida yang tidak bercampur satu sama lain.
Permeabilitas efektif akan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan permeabilitas absolut
3. Permeabilitas relatif: Merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif dan absolut.
Semakin besar saturasi air maka permeabilitas relatif air tersebut akan semakin besar.
Sebaliknya permeabilitas relatif minyak akan mengecil hingga nol saat kondisi Sw = Swc
(critical water saturation)

4. Pencemaran Air Tanah


Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu, yang menyebabkan
air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukaannya. Pencemaran air banyak
diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar berupa gas, bahan terlarut,
maupun partikulat yang menyebabkan air menjadi tidak lagi sesuai
dengan kondisi alamiahnya. Bahan pencemar yang memasuki badan
perairan bisa masuk dengan berbagai cara antara lain melalui tanah,
atmosfer, limbah domestik, limbah industri dan lain sebagainya (Effendi,
2003).

Pencemaran bisa terjadi pada air permukaan (surface water) dan air tanah
(groundwater). Kebanyakan pencemaran air tanah disebabkan oleh bahan
pencemar yang bersifat cairan misalnya limbah industri. Ketepatan
pengecekan kualitas air untuk menentukan tercemar atau tidaknya dapat
dilakukan dengan cara pemeriksaan secara laboratorium .

Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan


pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui
apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat
air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat
polusi air misalnya : nilai pH, keasaman dan alkalinitas, suhu, warna, bau
dan rasa, jumlah padatan, nilai BOD/COD, pencemaran mikroorganisme
patogen, kandungan minyak, dan kandungan logam berat
pH Air
Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran mulai dari 1-14.
Air yang mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang mempunyai pH
lebih besar/kecil dari 7 disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang
mengandung garam kalsium karbonat atau magnesium karbonat, bersifat
basa (pH 7,5 - 8), sedangkan yang mempunyai harga pH < 7 adalah bersifat
asam. Keasaman air pada umumnya disebabkan karena adanya gas karbon
dioksida (CO2) yang larut dalam air dan menjadi asam karbonat H2CO3.
Syarat pH untuk keperluan air minum 6,0 - 9,0.

Kars adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya
depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk
terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.

Proses pembentukan[sunting | sunting sumber]


Daerah kars terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain
misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir
dan kuarsa, dan di basalt dan granit di mana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua
(favourable). Daerah ini disebut kars asli.
Daerah kars dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidraulik, pergerakan tektonik, air dari
pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut
adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok
adalah pseudokarst (kars palsu).

Karakteristik[sunting | sunting sumber]
Ciri-ciri daerah kars antara lain:

 Daerahnya berupa cekungan-cekungan.


 Terdapat bukit-bukit kecil.
 Sungai-sungai yang tampak di permukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
 Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
 Adanya endapan sedimen lempung berwarna merah hasil dari pelapukan batu gamping.
 Permukaan yang terbuka tampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.

Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.

(1) Dolina
Dolina adalah lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi
(pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan
kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.

(2) Gua dan sungai bawah tanah

Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan


yang disebut diaklas. Karena proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah itu akan
semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah
yang sebagian di antaranya sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tanah.

(3) Stalaktit

Stalaktit adalah kerucut kapur yang menempel bergantungan


pada atap gua kapur. Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing
dan mempunyai lubang pipa tempat menetesnya air. Stalagmit adalah kerucut kapur
berbentuk tumpul yang menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang
pipa. Contohnya, stalaktit dan stalagmit yang terdapat di kompleks Gua Buniayu dan
Ciguha Sukabumi Jawa Barat, Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta
Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah ataupun gua-gua yang ada di sekitar Maros
Sulawesi Selatan.

(4) Pelapukan organik (biologis)

Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini
dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya adalah
subyek yang melakukannya, yaitu makhluk hidup berupa manusia, hewan ataupun
tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupun bakteri yang merusak permukaan
batuan.

Anda mungkin juga menyukai