Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EVALUASI SENSORI

SELECTION AND TRAINING OF PANEL MEMBERS

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Daniel Abdiputra Gunawan 240210170060


Indah Aprilliani Sandra 240210170063
Siti Ranisa 240210170092
Faishal M. 240210170094
Mona Adienda Y. 240210170104

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PANGAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan nikmat lainnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang berjudul “Selection And Training
Of Panel Members”.
Makalah ini sengaja dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Evaluasi Sensori. Dalam makalah ini akan mengulas mengenai pengetahuan akan
Panelis dalam suatu uji sensori produk pangan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah
Evaluasi Sensori serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis juga berharap atas makalah dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Dengan segala kekurangan penulis, kritik dan saran yang konstruktif sangat
diharapkan dari pembaca guna meningkatkan dan memperbaiki makalah ini.

Jatinangor, 10 September 2019


Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan ..............................................................................................................4
II. PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
2.1. Seleksi Panelis ………………………............................................................. 5
2.1.1. Tahap-tahap Seleksi Panelis..………...…………………………...5
2.1.2. Syarat Umum…………………………...………………………….6
2.2. Pelatihan Palenis dalam Uji Sensori.............................................................. 7
2.2.1. Tahapan Pelatihan Panelis………………………………………...9
III. PENUTUP ..................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...…13

ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi,
panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau
kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan
subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Dalam penilaian
organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas,
panel terlatih, panel agak terlatih, panel tak terlatih, panel konsumen, dan panel
anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam
melakukan penilaian organoleptik.

a. Panel perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara
pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis
organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah
kepekaannya tinggi, bias dapat dihindari, penilaian cepat, efisien, dan tidak
cepat fatik. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi
penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.
Keputusan sepenuhnya ada pada seseorang.

b. Panel terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik
faktorfaktor dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara
pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil
setelah berdiskusi di antara anggota-anggotanya.

1
c. Panel terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15 25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-
latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa sifat rangsangan sehingga tidak
terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data dianalisis secara statistik.

d. Panel agak terlatih


Panel agak terlatih yaitu orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui
sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas
dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu, sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan data analisis.

e. Panel tidak terlatih


Panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel
tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang
sederhana, seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan data uji
pembedaan. Untuk itu, panel tidak terlatih hanya terdiri dari orang dewasa
dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.

f. Panel konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran suatu komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum
dan dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.

g. Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak, seperti cokelat, permen, es krim. Cara
penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan
atau undangan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responsnya
terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka Snoopy

2
yang sedang sedih, biasa atau tertawa. Keahlian seorang panelis biasanya
diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang lama. Meskipun keahlian yang
diperoleh itu merupakan bawaan sejak lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu
latihan yang tekun dan terusmenerus.
Setiap orang (panelis) memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap suatu
sifat atau atribut sensoris. Di dalam uji pembedaan diperlukan panelis yang peka
apabila diminta menilai satu seri bahan dengan konsentrasi yang berbeda-beda
dapat membedakan sifat bahan yang diujikan dan bila dilakukan pengulangan
dalam ujian hasil penilaiannya konsisten.
Menurut Kramer dan Twigg (1966), fungsi dari seleksi panelis adalah:
1. Untuk mengetahui sensitivitas seseorang terhadap atribut suatu produk
2. Merupakan tahap awal dari pelatihan uji inderawi (membantu mengenalkan
produk yang akan diuji kepada calon panelis)
3. Melatih kepekaan panelis
4. Menunjukkan konsistensi hasil uji
Selain dari tujuan diatas, Seleksi panelis dilakukan karena adanya
perbedaan dari masing-masing orang dalam hal:
1. Ketepatan dan kemampuan mengadakan pengujian dalam suatu saat,
kemampuan mengindera berbeda dalam 3 hal, diantara individu, diantara
produk dan waktu yang sama dan produk yang sama pula.
2. Tingkat kemampuan / kepekaan dalam mengindera perbedaan-perbedaan
sifat inderawi yang spesifik dari suatu bahan.
3. Perhatian terhadap pekerjaan pengujian inderawi dan kesediaannya
meluangkan waktu secara periodik untuk melakukan pengujian inderawi.
(Kartika dkk., 1987)
Setiap panelis memiliki kepekaan tertentu terhadap sifat sensoris. Uji
sensoris yang tergolong dalam uji pembedaan memerlukan panelis yang peka
dan konsisten terhadap sifat sensoris yang diuji. Panelis yang peka apabila
diminta menilai satu seri bahan atau produk dengan intensitas sifat sensoris
yang berbeda-beda dapat membedakannya dan penilaiannya konsisten bila
diulang. Tidak semua orang bisa menjadi panelis, atau panelis rasa atau citarasa
belum tentu baik untuk panelis sifat tekstural dan sebaliknya.

3
Untuk memperoleh panelis yang peka dan konsisten perlu dilakukan
pemilihan dari sejumlah calon melalui pelatihan agar apabila panelis melakukan
pengujian hasilnya dapat diandalkan. Ada beberapa cara pemilihan panelis,
namun pada prinsipnya panelis diminta menilai atribut sensoris yang ada dalam
suatu produk dengan pengulangan beberapa kali. Penyajian sampel dapat
dilakukan sekaligus atau bertahap. Apabila jumlah ulangan banyak, penyajian
sekaligus dapat membingungkan panelis, apalagi jika panelis tersebut tidak
peka. Penyajian bertahap memerlukan daya ingat panelis yang kuat, karena
ulangan penyajian mungkin dilakukan pada jam atau hari yang berlainan.

1.2 Tujuan
Tujuan yang dapat diperoleh dalam pembahasan makalah evaluasi sensori
ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian, tujuan dan penjelasan mengenai panelis
pengujian sensori.
2. Mengetahui pengelompokkan panelis, tujuan, dan cara seleksi panelis.
3. Mengetahui tujuan dan cara pelatihan panelis.
4. Mengetahui aplikasi metode seleksi panelis pada industri pangan.

4
II. PEMBAHASAN

2.1 Seleksi Panelis


Seleksi panelis dilakukan untuk mendapatkan panelis yang dianggap
mampu membedakan sifat dari suatu sampel. Seleksi panelis ini biasanya
dilakukan untuk mempertahankan anggota dalam suatu grup ataupun untuk
menjadi anggota panelis yang baru. Ada beberapa cara untuk memilih panelis,
tetapi pada prinsipnya calon panelis biasa diminta untuk menilai atribut sensoris
yang ada dalam sampel dengan pengulangan beberapa kali.

2.1.1 Tahap-tahap Seleksi Panelis


Tahap-tahap seleksi panelis antara lain adalah sebagai berikut.
a. Rekrutmen
Tahap rekrutmen ini memiliki beberapa syarat fisiologis yang harus
dipenuhi agar dapat menjadi seorang panelis. Setelah itu, para calon panelis
yang lolos akan masuk kedalam tahap selanjutnya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada calon panelis dengan tanya jawab ataupun
kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon, kondisi
kesehatannya, kemampuan untuk menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
Melalui tahap wawancara ini, bila hasil hasilnya baik maka calon panelis akan
lanjut ke tahap berikutnya yaitu tahap pemilihan.
c. Tahap pemilihan
Dilakukan uji sensorik pada tahap ini untuk mengetahui ketajaman indra
calon panelis. Metode yang digunakan dalam pemilihan panelis ini dapat
berdasarkan intuisi dan rasional, tetapi umumnya melalui analisis sekuensial
dengan uji pasangan atau uji pembeda.
Dalam uji pasangan, dua sampel disajikan dan calon panelis diminta untuk
menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang diujikan. Sifat
atau kriteria yang diujikan juga haruslah jelas dan dipahami calon panelis agar
efektif.

5
Terdapat dua tipe pada uji pembedaan yaitu uji duo-trio dan uji triangle.
Pengujian banyak dilakukan karena lebih peka dibandingkan dengan uji
pasangan. Pada uji duo-trio, umumnya 3 sampel dan 1 referensi akan disajikan
kepada calon panelis dengan jumlah dan kondisi yang sama kemudian calon
panelis akan diminta untuk menunjukkan sampel mana yang sama dengan
referensi yang telah diberikan kepada form yang telah disediakan. Apabila
contoh baku sama dengan contoh yang disediakan, maka panelis harus
mengisikan tanda 0 pada form isian dan bila salah tulislah angka 1 (Nina, 2001).
Sedangkan pada uji triangle, calon panelis akan diberikan 3 sampel yang 2
sampel diantaranya sama. Kemudian calon panelis akan diminta untuk memilih
salah satu diantara ketiga sampel yang berbeda. Uji segitiga atau uji triangle ini
biasa digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil dengan sifat yang lebih
terarah. Ketika panelis bisa memilih dengan benar sampel yang berbeda, maka
panca inderanya masih normal dan sensitif sehingga memenuhi persyaratan
sebagai seorang panelis (Hayati dkk, 2012).

2.1.2 Syarat Umum


Syarat umum untuk menjadi panelis adalah sehat jasmani dan rohani,
mempunyai perhatian dan minat terhadap pekerjaan ini, selain itu panelis harus
dapat menyediakan waktu khusus untuk penilaian serta mempunyai kepekaan
yang dibutuhkan.
Sedangkan menurut Prasafitra dkk (2014) syarat untuk menjadi seorang
panelis memiliki indra yang baik diantaranya indra penglihatan, indra
penciuman, indra perasa dan indra peraba. Selain itu, panelis juga memiliki
larangan tersendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi seorang panelis :
1. Tidak memakai parfum menyengat sebelum dan selama uji berlangsung
2. Tidak kontak dengan tembakau minimal 60 menit sebelum uji
3. Tidak memakai sabun cuci tangan yang meninggalkan bau menyengat
4. Tidak memakan sesuatu dengan bau dan citarasa menyengat
5. Tidak dalam kondisi lapar ataupun kenyang
6. Penilaian harus secara objektif bukan subjektif

6
2.2 Pelatihan Panelis dalam Uji Sensori
Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel
perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen
dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian
dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan
bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik
dengan sangat baik.

2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih di hindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan
baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil berdiskusi diantara anggota-
anggotanya.

3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Keputusan diambil setelah data dianalisis secara bersama.

4. Panel Agak Terlatih


Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih


Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak

7
terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam . untuk itu panel tidak terlatih
biasanya dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis
wanita.

6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat
ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.
Syarat menjadi seorang panelis adalah memiliki kepekaan indrawi yang
baik, bersedia dan memiliki waktu yang cukup untuk berlatih, berpengetahuan luas
tentang komoditas/produk yang diuji, memiliki ketertarikan pada bidang pengujian,
dan memiliki kemampuan dan ketrampilan dasar yang cukup dalam hal prinsip
analisis, sistem dan prosedur, kriteria spesifik bahan, dan kepekaan indrawi.
Faktor yang mempengaruhi kepekaan panelis, yaitu:
1. Jenis kelamin
Wanita lebih peka (wanita itu perasa), lebih dapat mengemukakan apa yang
dirasakan. (tuh, cewek jangan cuma bisa ngasih kode doank)
2. Usia
Kemampuan merasa, mencium, mendengar dan melihat semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya usia
3. Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis seperti seperti lapar atau kenyang. Kelelahan, sakit,
mengantuk pengaruh obat dan lainnya mempengaruhi penilaian sensoris
4. Genetis
Orang yang peka phenylthiocarbamide (PTC) dan 6-n-propylhiouracil
(PROP) akan sangat peka terhadap rasa pahit

8
5. Kondisi psikologis
Kondisi dimana terlalu senang atau sedih mempengaruhi kepekaan indrawi
sehingga bias /kecenderungan terhadap suatu hal bisa terjadi.
Pengembangan panelis untuk evaluasi sensorik dilakukan dengan tes
screening dan memberi panelis pelatihan yang tepat untuk sensorik tentang atribut
rasa dan karakteristik tekstur dan intensitas produk. Setelah menganalisis hasil
screening, panelis terpilih dapat berpartisipasi dalam pelatihan sensorik. Pelatihan
dilibatkan sebagai pertemuan kelompok untuk mencicipi dan menggambarkan rasa
dan rasa dari berbagai produk. Panelis harus membuat deskriptor untuk
mendefinisikan produk makanan yang sedang diuji dan mendefinisikan setiap
deskriptor. Kemudian, panelis diberikan dengan contoh masing-masing deskriptor
dan diberi kesempatan untuk mengevaluasi berbagai produk untuk deskriptor
tersebut. Setelah pelatihan, panelis melakukan tes deskriptif pada sampel untuk
menganalisis rasa dan profil tekstur produk yang diperoleh.

2.2.1 Tahapan Pelatihan Panelis


Menurut Jurnal mengenai “Proses Penyiapan Mahasiswa sebagai Panelis
Terlatih dalam Pengembangan Lexicon (Bahasa Sensori) Susu Skim UHT dan Susu
Kaya Lemak UHT” oleh Rosalia Rahmadhani dan Kiki Fibrianto dari Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang. Tahapan untuk
persiapan mahasiswa sebagai panelis terlatih yaitu,:
1. Perekrutan
Perekrutan panelis dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Brawijaya Fakultas
Teknologi Pertanian yang merupakan lingkup dari penelitian tersebut sehingga
panelis berasal dari lingkup tersebut.
2. Pengisian Kuisioner
Kuisioner berisi mengenai suku, latar belakang pendidikan, uang saku, dan
seberapa sering panelis mengonsumsi susu UHT.
3. Wawancara
. Hasil wawancara dipergunakan untuk menunjukkan bahwa panelis
bersedia mengikuti tahapan uji dari awal hingga akhir penelitian, memiliki sifat
positif terhadap susu, memiliki pengetahuan terhadap susu (cukup sering membaca

9
informasi mengenai susu), memiliki kesehatan yang baik (tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan, tidak merokok, tidak minum minuman keras),
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (mampu mendeskripsikan atribut
sensori suatu produk dengan detail) serta mampu menerima pendapat dari panelis
lainnya.
4. Uji Seleksi Sensori
a) Uji Pengenalan Aroma
Uji ini digunakan untuk menunjukkan bahwa indra penciuman panelis
bekerja dengan baik. Selama melakukan uji, panelis menyadari tentang pengalaman
individu dalam membaui dan memiliki ingatan dalam hal tersebut sehingga panelis
akan dengan mudah mendeskripsikan jenis sampel aroma yang disajikan
(McGinley dkk., 2000) .
b) Uji Pengenalan Rasa Dasar
Uji ini dilakukan untuk mengenali rasa dasar seperti manis, asam, asin,
pahit, dan umami. Uji ini juga dapat mengidentifikasi faktor kepekaan terhadap
panelis akibat perbedaan usia, jenis kelamin, dan suku budaya.
5. Uji Ambang Mutlak
Uji ambang mutlak dilakukan untuk menunjukkan bahwa semua panelis
mampu mendeteksi rasa manis, asam, asin, dan pahit pada konsentrasi paling
rendah. Pengujian ini dapat menghasilkan beberapa panelis yang salah seperti
contoh salah satu panelis memberikan respon salah ketika sampel disajikan
berkonsentrasi 1% b/v. Kesalahan ini diakibatkan panelis merasa bahwa sampel
yang diberikan memiliki rasa yang sama dengan bahan pencuci rongga mulut
berupa air mineral yang seharusnya rasa panelis tersebut deteksi adalah rasa manis.
Keadaan ini menunjukkan bahwa faktor psikologis mempengaruhi respon
yang diberikan. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pelatihan konsentrasi 1%
b/v pada minggu ke-2, panelis tersebut tidak lagi melakukan kesalahan dalam
memberikan respon. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi atau
respon adalah psikologis (Manson dan Nottingham, 2002).

10
6. Uji Deskripsi
Beberapa panelis mendeteksi rasa pada sampel susu UHT dan susu
pasteurisasi kemudian mendeskripsikan dalam atribut sensori. Kemudian peneliti
bertugas membuat sebaran respon yang diberikan oleh panelis terhadap sampel
yang kemudian dibandingkan dengan deskripsi yang terdapat pada jurnal. Susu
UHT banyak terdapat atribut sensori berupa karamelisasi dan rasa lemak,
kecoklatan yang pekat dan terdapat astringent yang kemungkinan diakibatkan oleh
pemanasan suhu tinggi (Clare dkk., 2005). Sedangkan hasil uji pelatihan yang
dilakukan menunjukkan bahwa 8 orang panelis memiliki kesepakatan terhadap
jenis atribut sensori yang terdapat pada susu UHT skim. Atribut sensori tersebut
yaitu aroma amis, aroma creamy, rasa gurih-asin, aroma gurih-asin, rasa manis,
viskositas encer, penampakan bersih, warna putih kekuningan dan memiliki after
taste njendal atau berminyak.

11
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan penjelasan yang dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Panelis merupakan satu atau kelompok orang yang bertugas menilai sifat atau
mutu berdasarkan kesan subyektif dan sebagai alat pengukuran dalam penilaian
secara sensoris.
2. Berdasarkan tingkat keahlian panelis dikategorikan menjadi panel perseorangan,
panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak terlatih, panel
konsumen, dan panel anak-anak.
3. Seleksi panelis sangat penting untuk menyesuaikan, menigkatkan kemampuan,
sensitivitas, daya ingat serta melatih agar adanya pengertian yang sama mengenai
sifat-sifat yang akan dinilai.
4. Tujuan seleksi panelis adalah untuk pengenalan dan mengetahui kepekaan,
kosistensi, dan sensitivitas panelis.
5. Tahapan dalam seleksi calon panel dibagi menjadi 4 tahap yaitu wawancara,
tahap penyaringan, pemilihan, dan latihan
6. Aplikasi metode seleksi panelis adalah metode uji hedonik (metode skoring), uji
pembeda (duo-trio, triangle test, perbandingan berpasangan, ranking dan skoring),
dan uji deskriptif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Clare, D.A., Bang, W.S., Cartwright, G., Drake, M.A., Coronel, P., and Simunovic,
J. 2005. Comparison of sensory, microbiological, and biochemical
parameters of microwave versus indirect UHT fluid skim milk during
storage. Journal Dairy Science 89, 4162-4177.
Hayati, Rita., Ainun Marliah, dan Farnia Rosita. 2012. Sifat Kimia Dan Evaluasi
Sensori Bubuk Kopi Arabika. Jurnal Floratek. 7(1):23-29.
Kartika, B., Pudji, H. dan Wahyu, S., (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.
Kramer, A., and B. A. Twigg. 1966. Fundamentals of quality control for the food
industry, 2nd ed. AVl Publication Co., Westport, Conn., p.43.
Manson, R. and S. Nottingham. 2002. Food 3007 and Food 7012 : Sensory
Ealuation Manual. Centre for Food Technology, DPI, Bristane.
McGinley, P. E., Michael, A. M. and Donna, L. M. 2000. Odor Basic,
Understanding and Using Odor Testing. The 22nd Annual Hawaii Water
Environment Assosistion Conference, Honolulu, Hawaii : 6-7 June 2000.
Nina, N. 2001. Uji Pembedaan Segitiga dan Uji Pembedaan Duo-Trio. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Prasafitra , Anggara Fajr., I Ketut Suada dan Ida Bagus Ngurah Swacita. 2014.
Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan
Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik. Indonesia
Medicus Veterinus 2014 3(1) : 20-25.
Rahmadhani, R., dan Fibrianto, K., 2016. Proses Penyiapan Mahasiswa sebagai
Panelis Terlatih dalam Pengembangan Lexicon (Bahasa Sensori) Susu Skim
UHT dan Susu Kaya Lemak UHT. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 4
No. 1. 190-200.

13

Anda mungkin juga menyukai