Anda di halaman 1dari 135

MATEMATIKA BISNIS

Teori dan Terapan

Edisi Pertama
IMAM TAHYUDIN

ZAHIRA MEDIA PUBLISHER

BAB I
HIMPUNAN
A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek-objek atau
lambang-lambang yang mempunyai arti yang dapat didefinisikan
dengan jelas mana yang merupakan anggota himpunan dan mana
bukan anggota himpunan. Objek di dalam himpunan disebut elemen,
unsur, atau anggota.
Perhatikan objek yang berada di sekeliling kita, misal ada
sekelompok mahasiswa yang sedang belajar di kelas A, setumpuk
buku yang berada di atas meja belajar, sehimpunan kursi di dalam
kelas A, sekawanan itik berbaris menuju sawah, sederetan mobil yang
antri karena macet dan sebagainya, semuanya merupakan contoh
himpunan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika kita amati semua objek yang berada disekeliling kita yang
dijadikan contoh di atas, dapat didefinisikan dengan jelas dan dapat
dibedakan mana anggota himpunan tersebut dan mana yang bukan.
Himpunan makanan yang lezat, himpunan gadis yang cantik
dan himpunan bunga yang indah adalah contoh himpunan yang tidak
dapat didefinisikan dengan jelas. Lezatnya makanan, cantiknya gadis
dan indahnya bunga bagi setiap orang relatif. Lezatnya suatu
hidangan bagi seseorang atau sekelompok orang belum tentu lezat
bagi orang lain atau sekelompok orang lainya.
Demikian juga indahnya sekuntum bunga bagi seseorang
belum tentu indah bagi orang lain. Bagi A yang indah adalah mawar
merah bagi B yang indah adalah melati. Jadi relatif bagi setiap orang.
Benda atau objek yang termasuk dalam himpunan disebut
anggota atau elemen atau unsur himpunan tersebut. Umumnya
penulisan himpunan menggunakan huruf kapital A, B, C dan
seterusnya, dan anggota himpunan ditulis dengan huruf kecil.

Tipe himpunan adalah tipe yang bisa menerima himpunan nilai


yang masing-masing elemennya adalah tipe enumerasi. Perhatikan:
tidak semua bahasa pemrograman prosedural memiliki tipe SET.
Himpunan (Set) dalam turbo Pascal serupa dengan himpunan
pada matematika. Sebuah himpunan adalah koleksi dari sejumlah nilai
yang bertipe sama dan sifatnya tidak ada data yang kembar. Pada
Turbo Pascal, anggota dari suatu himpunan terbatas pada dat ordinal
yang nilai ordinalnya terletak antara nol (0) sampai dengan 255.
1. Pendeklarasian Himpunan
Suatu himpunan biasa dideklarasikan pada bagian TYPE
(meskipun bisa saja pada bagian VAR). Bentuk pendeklarasiannya
adalah:
Type
hari = (senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu);
setkar = set of char;
harihari = set of hari;
Type
Nama_tipe = SET OF tipe_elemen;
Dalam hal ini tipe_elemen dapat berupa misalnya Char,
Byte, tipe enumerasi atau subjangkauan. Beberapa contoh
pendeklarasian tipe_elemen :
Type
Bulan = (Jan, Feb, Mar, Apr, Mei, Jun, Jul, Agu, Sep, Okt,
Nov, Des);
HimpKarakter = Set Of Char;
HimpDigit = Set Of 0..9;
HimpBulan = Set Of Bulan;
2. Konstanta Himpunan
Suatu konstanta himpunan adalah daftar elemen atau
subjangkauan yang terletak didalam tanda kurung. Contoh:
a. [0..9]

{Himpunan Digit dengan nilai : 1, 2,3,4,5,6,7,8,9}

b. [A,B,C,D,E] { Himpunan Karakter}


c. [Jan, Feb, Mar]

{ Himpunan Nilai Enumerasi }

Contoh Program:
Program Himpunan;
Uses Wincrt;
Const
KumpulanHuruf : Set Of Char
= [ D .. G, M,X ];
Var
Kar : Char;
Begin
Writeln(Isi Kumpulan Huruf : );
For Kar : #0 to #225 do
If Kar In KumpulanHuruf Then
Writeln(Kar);
Readln;
End.
B. Cara Penyajian Himpunan
1. Enumerasi adalah cara penyajian himpunan yang elemenelemennya bisa disebutkan satu persatu (dapat dicacah).
Contoh 1.
- Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.
- Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.
- C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
- R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
- C = {a, {a}, {{a}} }
- K = { {} }
- Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }
- Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {, -2, -1, 0, 1, 2, }.
Keanggotaan

x A : x merupakan anggota himpunan A;

x A : x bukan merupakan anggota himpunan A.


Contoh 2.
Misalkan: A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
K = {{}}

maka

3 A

5 B

{a, b, c} R

cR

{} K

{} R
Contoh 3.
Bila P1 = {a, b}, P2 = { {a, b} }, P3 = {{{a, b}}}, maka
a P1

a P2

P1 P2

P1 P3

P2 P3

2. Simbol-simbol Baku
P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }
N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks

Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U.


Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan
bagian dari U, dengan A = {1, 3, 5}.

3. Notasi Pembentuk Himpunan

Notasi: { x syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh 4.
(i) A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5

A = { x | x adalah bilangan bulat positif lebih kecil dari 5}


atau

A = { x | x P, x < 5 }
yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}
(ii) M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah IF2151}

4. Diagram Venn
Contoh 5.
Misalkan U = {1, 2, , 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:
U

A
1
3

7
8

2
5

5. Kardinalitas

Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.


Notasi: n(A) atau A
Contoh 6.
(i) B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 },
atau B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19} maka B = 8

(ii) T = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka T = 5

(iii) A = {a, {a}, {{a}} }, maka A = 3


6. Himpunan Kosong

Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null

set).

Notasi : atau {}

Contoh 7.
(i) E = { x | x < x }, maka n(E) = 0
(ii) P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A) = 0

himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {}


himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {, {}}
{} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen

yaitu himpunan kosong.


7. Himpunan Bagian (Subset)

Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika


dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.

Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Diagram Venn:

Notasi: A B

U
B

Contoh 8.

(i) { 1, 2, 3} {1, 2, 3, 4, 5}
(ii) {1, 2, 3} {1, 2, 3}
(iii) N Z R C

(iv) Jika A = { (x, y) | x + y < 4, x , y 0 } dan

B = { (x, y) | 2x + y < 4, x 0 dan y 0 }, maka B A.

TEOREMA 1. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal


sebagai berikut:

(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A A).


(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A).

(c) Jika A B dan B C, maka A C

A dan A A, maka dan A disebut himpunan bagian tak


sebenarnya (improper subset) dari himpunan A.

Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan adalah improper


subset dari A.

A B berbeda dengan A B

A B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A B.


A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.
Contoh: {1} dan {2, 3} adalah proper subset dari {1, 2, 3}

(ii) A B : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah


himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.

8. Himpunan yang Sama

A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B

dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.

Notasi : A = B A B dan B A

A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah


himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A B.

Contoh 9.
(i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x 1) = 0 }, maka A = B
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
(iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A B

Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:


(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

9. Himpunan yang Ekivalen

Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan


hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama.
Notasi : A ~ B A = B

Contoh 10.
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab
A = B = 4

10. Himpunan Saling Lepas

Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika


keduanya tidak memiliki elemen yang sama.
Notasi : A // B
Diagram Venn:
U
B

Contoh 11.

Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.

11. Himpunan Kuasa

Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu


himpunan yang elemennya merupakan semua himpunan
bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A

sendiri.
Notasi : P(A) atau 2A

Jika A = m, maka P(A) = 2m.

Contoh 12.

Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}

Contoh 13.
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = {}, dan
himpunan kuasa dari himpunan {} adalah P({}) = {, {}}.

12. Operasi Terhadap Himpunan


a. Irisan (intersection)

Notasi : A B = { x x A dan x B }

Contoh 14.
(i) Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18},
maka A B = {4, 10}

(ii) Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka A B = .


Artinya: A // B

b. Gabungan (union)

Notasi : A B = { x x A atau x B }

10

Contoh 15.

(i) Jika A = { 2, 5, 8} dan B = {7, 5, 22}, maka A B = {2, 5, 7, 8,


22}

(ii) A = A
c. Komplemen (complement)
Notasi :

A = { x x U, x A }

Contoh 16.
Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
(i) jika A = {1, 3, 7, 9}, maka

A = {2, 4, 6, 8}

(ii) jika A = { x | x/2 P, x < 9 }, maka

A= { 1, 3, 5, 7, 9 }

Contoh 17. Misalkan:


A = himpunan semua mobil buatan dalam negeri
B = himpunan semua mobil impor
C = himpunan semua mobil yang dibuat sebelum tahun 1990
D = himpunan semua mobil yang nilai jualnya kurang dari Rp 100
juta
E = himpunan semua mobil milik mahasiswa universitas tertentu
(i) mobil mahasiswa di universitas ini produksi dalam negeri atau

diimpor dari luar negeri (E A) (E B) atau E (A B)

(ii) semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum


tahun 1990 yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta
ACD

11

(iii) semua mobil impor buatan setelah tahun 1990 mempunyai


nilai jual lebih dari Rp 100 juta

CDB

d. Selisih (difference)

Notasi : A B = { x x A dan x B } = A

Contoh 18.
(i) Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 },
maka A B = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan B A =

(ii) {1, 3, 5} {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} {1, 3, 5} = {2}


e. Beda Setangkup (Symmetric Difference)

Notasi: A B = (A B) (A B) = (A B) (B A)

Contoh 19.

Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka A B = { 3, 4, 5, 6 }


Contoh 20. Misalkan
U = himpunan mahasiswa
P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80
Q = himpunan mahasiswa yang nilain ujian UAS di atas 80
Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS
keduanya di atas 80, mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas
80, dan mendapat nilai C jika kedua ujian di bawah 80.
(i)

Semua mahasiswa yang mendapat nilai A : P Q

12

(ii) Semua mahasiswa yang mendapat nilai B : P Q

(iii) Ssemua mahasiswa yang mendapat nilai C : U (P Q)


TEOREMA 2. Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:
(a) A B = B A

(b) (A B ) C = A (B C )

(hukum komutatif)
(hukum asosiatif)

f. Perkalian Kartesian (cartesian product)

Notasi: A B = {(a, b) a A dan b B }

Contoh 21.
(i) Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka

C D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }

(ii) Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka


A B = himpunan semua titik di bidang datar

Catatan:

1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: A B=


A. B.

2. Pasangan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata


lain (a, b) (b, a).

3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A B B A dengan


syarat A atau B tidak kosong.

Pada Contoh 20(i) di atas, D C = {(a, 1), (a, 2),(a, 3),(b, 1),(b,
2),(b,3)} C D.

4. Jika A = atau B = , maka A B = B A =


Contoh 22. Misalkan
A = himpunan makanan = { s = soto, g = gado-gado, n = nasi
goreng, m = mie rebus }
B = himpunan minuman = { c = coca-cola, t = teh, d = es dawet }

13

Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat


disusun dari kedua himpunan di atas?
Jawab:

A B = AB = 4 3 = 12 kombinasi dan minuman, yaitu {(s,


c), (s, t), (s, d), (g, c), (g, t), (g, d), (n, c), (n, t), (n, d), (m, c), (m, t),
(m, d)}.
Contoh 23. Daftarkan semua anggota himpunan berikut:
(b) P()

(a) P()

(c) {} P()

(d) P(P({3}))

Penyelesaian:
(a) P() = {}

(b) P() = (ket: jika A = atau B = maka A B = )


(c) {} P() = {} {} = {(,))

(d) P(P({3})) = P({ , {3} }) = {, {}, {{3}}, {, {3}} }

13. Perampatan Operasi Himpunan

A1 A2 ... An Ai
n

i 1
n

A1 A2 ... An Ai
i 1
n

A1 A2 ... An i1 Ai

A1 A2 ... An
Ai
i 1
n

Contoh 24.

(i) A (B1B2 ... Bn) = (A B1) (A B2) ... (A Bn)

A ( Bi ) ( A Bi )
n

i 1

i 1

(ii) Misalkan A = {1, 2}, B = {a, b}, dan C = {, }, maka

A B C = {(1, a, ), (1, a, ), (1, b, ), (1, b, ), (2, a, ), (2, a,

), (2, b, ), (2, b, ) }

14

14. Hukum-hukum Himpunan


1. Hukum identitas:
A=A
AU=A
3. Hukum komplemen:
A A =U
A A =
5. Hukum involusi:

( A) = A

7. Hukum komutatif:
AB=BA
AB=BA
9. Hukum distributif:
A (B C) = (A B)
(A C)
A (B C) = (A B)
(A C)
11. Hukum 0/1

2. Hukum null/dominasi:
A=
AU=U
4. Hukum idempoten:
AA=A
AA=A
6. Hukum penyerapan
(absorpsi):
A (A B) = A
A (A B) = A
8. Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B)
C
A (B C) = (A B)
C
10. Hukum De Morgan:

A B = A B
A B = A B

=U

Prinsip Dualitas

Prinsip dualitas: dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan


namun tetap memberikan jawaban yang benar.
Contoh: AS kemudi mobil di kiri depan

Inggris (juga Indonesia) kemudi mobil di kanan depan

Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
- mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
- pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
- bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh
langsung
(b) di Inggris,

15

- mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,


- pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk
mendahului,
- bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung
Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara
tersebut sehingga peraturan yang berlaku di Amerika Serikat menjadi
berlaku pula di Inggris.

(Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu


kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi
seperti , , dan komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan
mengganti

U, U , sedangkan

komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga


benar dan disebut dual dari kesamaan S.
1. Hukum identitas:

Dualnya:

2. Hukum null/dominasi:
A=
3. Hukum komplemen:
A A =U
4. Hukum idempoten:
AA=A
5. Hukum penyerapan:
A (A B) = A
6. Hukum komutatif:
AB=BA
7. Hukum asosiatif:
A (B C) = (A B) C
8. Hukum distributif:
A (B C)=(A B) (A C)

Dualnya:
AU=U
Dualnya:
A A=
Dualnya:
AA=A
Dualnya:
A (A B) = A
Dualnya:
AB=BA
Dualnya:
A (B C) = (A B) C
Dualnya:
A (B C) = (A B) (A C)

9. Hukum De Morgan:

Dualnya:

A=A

AU =A

A B = A B

A B = A B

= U

10. Hukum 0/1

Dualnya:

16

Contoh 25. Dual dari (A B) (A

(A B) (A

B ) = A adalah
B ) = A.

Prinsip Inklusi-Eksklusi
Untuk dua himpunan A dan B:
A B = A + B A B

A B = A +B 2A B

Contoh 26. Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100


yang habis dibagi 3 atau 5?
Penyelesaian:
A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,

A B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu


himpunan bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK Kelipatan
Persekutuan Terkecil dari 3 dan 5, yaitu 15), yang ditanyakan

adalah A B.

A = 100/3 = 33,

B = 100/5 = 20,

A B = 100/15 = 6

A B = A + B A B = 33 + 20 6 = 47

Jadi, ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5.


Untuk tiga buah himpunan A, B, dan C, berlaku

A B C = A + B + C A B

A C B C + A B C

Untuk himpunan A1, A2, , Ar, berlaku:

A1 A2 Ar =

Ai

17

1i j r

Ai Aj +

1i j k r

Ai Aj Ak + +

(-1)r-1 A1 A2 Ar

Partisi

Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan


bagian tidak kosong A1, A2, dari A sedemikian sehingga:
(a) A1 A2 = A, dan
(b) Ai Aj = untuk i j

Contoh 27. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4},


{7, 8}, {5, 6} } adalah partisi A.

Himpunan Ganda

Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda)


disebut himpunan ganda (multiset).
Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.

Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah


jumlah kemunculan elemen tersebut pada himpunan ganda.
Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 }, multiplisitas 0 adalah 4.

Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset,


yang dalam hal ini multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0
atau 1.

Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas


himpunan padanannya (ekivalen), dengan mengasumsikan
elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.

18

Operasi Antara Dua Buah Multiset:


Misalkan P dan Q adalah multiset:

1. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama


dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan
P dan Q.
Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },
P Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }

2. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama


dengan multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan P
dan Q.
Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }
P Q = { a, a, c }

3. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama


dengan:
- multiplisitas elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya
pada Q, jika selisihnya positif
- 0, jika selisihnya nol atau negatif.
Contoh: P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan Q = { a, a, b, b, b, c,
c, d, d, f } maka P Q = { a, e }
4. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah
himpunan ganda, adalah suatu multiset yang multiplisitas
elemennya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas elemen
tersebut pada P dan Q.
Contoh: P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d },
P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }
15. Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan

Pernyataan himpunan adalah argumen yang menggunakan


notasi himpunan.

Pernyataan dapat berupa:


1. Kesamaan (identity)

19

Contoh: Buktikan A (B C) = (A B) (A C)
2. Implikasi

Contoh: Buktikan bahwa Jika A B = dan A (B C)

maka selalu berlaku bahwa A C.

1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn

Contoh 28. Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan A


(B C) = (A B) (A C) dengan diagram Venn.
Bukti:

A (B C)

C)

(A B) (A

Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.


Terbukti bahwa A (B C) = (A B) (A C).

Diagram Venn hanya dapat digunakan jika himpunan yang


digambarkan tidak banyak jumlahnya.

Metode ini mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta.


Diagram Venn tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk
pembuktian secara formal.
2. Pembuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan
Contoh 29. Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan
bahwa

A (B C) = (A B) (A C).

20

Bukti:
A
0
0
0
0
1
1
1
1

B
0
0
1
1
0
0
1
1

C
0
1
0
1
0
1
0
1

BC
0
1
1
1
0
1
1
1

A (B C)
0
0
0
0
0
1
1
1

AB
0
0
0
0
0
0
1
1

AC
0
0
0
0
0
1
0
1

(A B) (A C)
0
0
0
0
0
1
1
1

Karena kolom A (B C) dan kolom (A B) (A C) sama,

maka A (B C) = (A B) (A C).

3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.


Contoh 30. Misalkan A dan B himpunan.

Buktikan bahwa (A B) (A
Bukti:

(A B) (A

B) = A

B ) = A (B B )
=AU

(Hukum distributif)
(Hukum komplemen)

=A

(Hukum identitas)

Contoh 31. Misalkan A dan B himpunan.


Buktikan bahwa A (B A) = A B

Bukti:

A (B A) = A (B

A)

= (A B) (A
= (A B) U

(Definisi operasi selisih)

A)

(Hukum distributif)
(Hukum komplemen)

=AB

(Hukum identitas)

21

Contoh 32.
Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa
(i) A ( A B) = A B

(ii) A ( A B) = A B
Bukti:

(i) A ( A B) = ( A

dan

A) (A B)

= U (A B)

(H. komplemen)

= AB

(ii) adalah dual dari (i)


A ( A B) = (A

A)

(H. distributif)

(H. identitas)

(A B)

= (A B)

= AB

(H. distributif)
(H. komplemen)
(H. identitas)

4. Pembuktian dengan menggunakan definisi

Metode

ini

digunakan

untuk

membuktikan

pernyataan

himpunan yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan


yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut
terdapat notasi himpunan bagian ( atau ).
Contoh 33. Misalkan A dan B himpunan.

Jika A B = dan A (B C) maka A C. Buktikan!


Bukti:

(i) Dari definisi himpunan bagian, P Q jika dan hanya jika setiap

x P juga Q. Misalkan x A. Karena A (B C), maka dari

definisi himpunan bagian, x juga (B C).

Dari definisi operasi gabungan (), x (B C) berarti x B


atau x C.

(ii) Karena x A dan A B = , maka x B

22

Dari (i) dan (ii), x C harus benar. Karena x A juga berlaku x

C, maka dapat disimpulkan A C .


C. Tipe Set dalam Bahasa Pascal

Bahasa Pascal menyediakan tipe data khusus untuk himpunan,


yang bernama set. Tipe set menyatakan himpunan kuasa dari tipe
ordinal (integer, character).
Contoh:
type
HurufBesar = A..Z; { enumerasi }
Huruf = set of HurufBesar;
var
HurufKu : Huruf;
Nilai untuk peubah HurufKu dapat diisi dengan pernyataan
berikut:
HurufKu:=[A, C, D];
HurufKu:=[M];
HurufKu:=[];
{ himpunan kosong }
Operasi yang dapat dilakukan pada tipe himpunan adalah operasi
gabungan, irisan, dan selisih seperti pada contoh berikut:
{gabungan}
HurufKu:=[A, C, D] + [C, D, E];
{irisan}
HurufKu:=[A, C, D] * [C, D, E];
{selisih}
HurufKu:=[A, C, D] - [C, D, E];
Uji keanggotaan sebuah elemen di dalam himpunan dilakukan
dengan menggunakan opeator in seperti contoh berikut:
if A in HurufKu then

...

23

Di dalam kakas pemrograman Delphi, set sering digunakan untuk


mengindikasikan flag. Misalnya himpunan icon untuk window:
type
TBorderIcon=(biSystemMenu, biMinimize,
biMaximaze);
Huruf = set of TBoderIcon;

24

BAB II
BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA

A. Pangkat
Pangkat dari sebuah bilangan ialah suatu indeks yang
menunjukkan banyaknya perkalian bilangan yang sama secara
berurutan.
Notasi xa : bahwa x harus dikalikan dengan x itu sendiri secara
berturut-turut sebanyak a kali.
Kaidah Pemangkatan Bilangan
1. x 1

( x 0)

2. x1 x

3. 0 x 0
4. x a

x
xa

6. a
y
y
7. xa b xab
a

8. xa xc dimana c a b
b

1
xa

5. x b b X a
a

Kaidah perkalian bilangan berpangkat


xa xb xa b

contoh : 32 34 32 4 36 729
xa ya xy

contoh : 32 52 (3 5) 2 152 225

25

Kaidah pembagian bilangan berpangkat


xa : xb xa b

contoh : 32 : 34 32 4 3 2
x
x y
y
a

1
9

9
3
contoh : 32 : 52
25
5
2

Sifat-sifat Bentuk Pangkat.


1. ap x aq = ap + q

Bukti :

a p (axaxax......xa )
p fa ktor

a q (axaxax.......xa )
q fa ktor

a p xa q (axaxax...xa ) x (axaxax...xa )
p fa ktor

a pq

q fa ktor
( p q ) fa ktor

Contoh : 22 x 23 = ap+q
= 22 + 3
= 25
= 32

2. a n =

1
an

a 0

26

Bukti :

a n a 0n

a0
an
1
n
a
3. ap : aq = ap q

Bukti :

ap
1
a p. q
q
a
a
p q
a .a

a p (q)
a pq

Contoh :

36
a pq
2
3
a 62
a4
16

4. (ap)q = apxq

Bukti : (a p ) q (a p ) x(a p ) x(a p ) x.........( a p )


q faktor
(axax...xa )x(axax...xa )x........(axax....xa )
p fa ktor

p fa ktor
q fa ktor

p fa ktor

(axax....xa ) x(axax.....xa ).......(axaxa .....xa )


a pxq

( p xq ) fa ktor

27

Contoh:

(2 3 ) 2 (a p ) q
( 2) 3 x 2

2
64

5. ao = 1
Bukti :

a o a m m

am
am
1

B. Akar
Akar merupakan bentuk lain untuk menyatakan bilangan
berpangkat. Akar dari sebuah bilangan ialah basis (x) yang memenuhi
bilangan tersebut berkenaan dengan pangkat akarnya (a).
Bentuk umum :
a

m x jika xa m

Kaidah pengakaran bilangan

1.

2.

3.

4.

xx

1
b

x x
a

a
b

xy b x y
x

b
b

x
y

Kaidah penjumlahan (pengurangan) bilangan terakar


Bilangan-bilangan

terakar

hanya

dapat

dikurangkan apabila akar-akarnya sejenis.

28

ditambahkan

atau

mb xa nb xa (m n)b xa
Kaidah perkalian bilangan terakar
Hasil kali bilangan-bilangan terakar adalah akar dari hasil kali
bilangan-bilanganya. Perkalian hanya dapat dilakukan apabila akarakarnya berpangkat sama.

Akar ganda dari sebuah bilangan adalah akar pangkat baru dari
bilangan bersangkutan, pangkat baru akarnya ialah hasil kali pangkat
dari akar-akar sebelumnya.

Kaidah pembagian bilangan terakar


Hasil bagi bilangan-bilangan terakar adalah akar dari hasil bagi
bilangan-bilangannya. Pembagian hanya dapat dilakukan apabila
akar-akarnya berpangkat sama.
b
b

x
y

x
y

a. Menyederhanakan, Mengalikan dan Membagi


1). Menyederhanakan

a xb a x b

Contoh:

75 25 x3

25 x 3
5 3

2). Mengalikan

a x b a xb

29

Contoh:

6 x 12 72

36 x2

36 x 2
6 2

3). Membagi

a
b

a
b

Contoh:
48
6

48
6

4 x2

4 x 2
2 2

b. Penjumlahan dan Pengurangan.


1). Penjumlahan

a x b x (a b) x

Contoh:

3 7 5 7 (3 5) 7
8 7

2). Pengurangan

a y b y (a b) y
Contoh:

7 2 3 2 (7 3) 2
4 2

30

c. Menarik Akar Kuadrat


(x+y)2 = x2 + 2xy + y2

Jika x a dan y b

maka

( a b)2 ( a )2 2 a . b ( b)2
a 2 ab b

a b

(a b) 2 ab

(a b) 2 ab

Contoh:

7 2 10 (5 2) 5.2
5 2

(x-y)2 = x2 - 2xy + y2
Jika x a dan y b maka

( a b )2 ( a )2 2 a . b ( b )2
a 2 ab b
(a b) 2 ab

a b (a b) 2 ab

dengan a b

Contoh:

10 2 21 (7 3) 2 7.3
7 3

d. Akar Pangkat n suatu bilangan


Akar Pangkat n suatu bilangan (bentuk akar) dapat
dinyatakan dengan pangkat rasional.

a a
dengan m, nbilangan bulat dan n 2
Jika n tidak ditulis berarti n 2

m
n

Jika m tidak ditulis berarti m 1

31

Contoh:
3

64 3 2 6
2

6
3

22
4

e. Kesekawanan Bentuk Akar.


Kesekawanan Bentuk Akar adalah pasangan bentuk akar
(bilangan irasional) yang hasil kalinya bukan bentuk akar
(bil.rasional).

Untuk a, b, m dan n bilangan rasional selain nol, maka :


Bentuk Akar

Bentuk Sekawan

a b

Hasil Kali
a2 b

a b

a b

a b

a b

a b2

a b c

a (b c) 2 bc

a b

a b

a b c
Contoh:

1). Sekawan dari 3+ 2 adalah 3 -

Hasil kali bentuk akar dengan sekawannya:

(3 2 )(3 2 ) 9 - 2
=7

2). Sekawan dari

5 2 adalah

5 2

Hasil kali bentuk akar dengan sekawannya


( 5 2)( 5 2) 5 4
1

3). Sekawan dari ( 7 5 ) adalah ( 7 5 )


Hasil kali bentuk akar dengan sekawan:

32

( 7 5 )( 7 5 ) 7 5
=2
f. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar.
Merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar artinya
mengubah penyebut pecahan bentuk akar ( bilangan irasan)
menjadi bilangan rasional, tetapi tidak mengubah nilai pecahan
tersebut.
1). Pecahan bentuk : *)

a
b

a
Menyelesaikan bentuk : *

Contoh:
6
3

6
3

a
b

dan * *)

3
3

6
3
3
2 3

Menyelesaikan bentuk :

b
a
a

x
b
b
b
**
1
ab
b

33

a
b

a
b
b

b
b

Contoh:

3
8

24
8

1
24
8
1

4 .6
8
2

6
8
1

6
2
2). Pecahan bentuk : *)

a b

dan * *)

*)

Menyelesaikan bentuk:

Contoh:

12

3 6

12

a b

c a b

a b a b a b
c

c (a b )
a2 b

(3 6 )

(3 6 ) (3 6 )
x

12(3 6 )
96
12(3 6 )

3
4(3 6 )

* *)
Menyelesaikan bentuk :

34

a b

(a b )

(a b ) (a b )
x

c (a b )
a2 b

Contoh:

2 3

(2 3 )

(2 3 ) (2 3 )
x

5 (2 5 )
43
5 (2 5 )

a b

3). Pecahan bentuk *)

*)

Menyelesaikan bentuk :

a b

dan * *)

a b
c

a b a b a b
c

c ( a b)
a b

Contoh:

5 3

x

5 3 5 3 5 3
6

6 ( 5 3)
53
6( 5 3 )

2
3 ( 5 3)

* *)

Menyelesaikan bentuk :

Contoh:

a b
c

a b a b a b
c

c ( a b)
a b

12
12 6 2

x
6 2 6 2 6 2
12( 6 2 )
62
12 ( 6 2 )

62
12 ( 6 2 )

4
3( 6 2 )

35

C. Logaritma
Logaritma pada hakekatnya merupakan kebalikan dari proses
pemangkatan dan/atau pengakaran.

Bentuk pangkat

Bentuk akar

xa m

mx

Bentuk Logaritma
x

log m a

Suku-suku pada ruas kanan menunjukkan bilangan yang dicari atau


hendak dihitung pada masing-masing bentuk

Basis Logaritma

Logaritma dapat dihitung untuk basis berapapun.

Biasanya berupa bilangan positif dan tidak sama dengan satu.

Basis logaritma yang paling lazim dipakai adalah 10 (common


logarithm)/(logaritma briggs)

logm berarti 10 log m, log 24 berarti 10 log 24

Logaritma berbasis bilangan e (2,72) disebut bilangan logaritma


alam (natural logarithm) atau logaritma Napier

ln m berarti elogm

Kaidah-kaidah Logaritma
1. x log x 1

6. x log mn x log m x log n

2. x log 1 0

3. x log xa a

4. x log ma a x log m

5. x x log m m

m x
log m x log n
n
x
8. log mm log x 1

7. x log

9. x log mm log nn log x 1

Penyelesaian Persamaan dengan Logaritma

Logaritma dapat digunakan untuk mencari bilangan yang belum


diketahui

(bilangan

tertentu)

dalam

sebuah

persamaan,

khususnya persamaan eksponensial dan persamaan logaritmik.

Persamaan logaritmik ialah persamaan yang bilangan tertentu


berupa bilangan logaritma, sebagai contoh : log (3x + 298) = 3

36

Bentuk Umum :

log a b a p b

: p > 0 dan p 1

Syarat

a>0
p = bilangan pokok jika tidak ditulis artinya p=10
a = numerus
b = hasil logaritma.
Jika p=10 dan a= 10m maka log 10m = m

log 1

= log 100 = o

log 10

= log 101 = 1

log 100

= log 102 = 2

log 1000 = log 103 = 3


a. Sifat-sifat Logaritma.

1). p log a .b p log a p log b


p

Bukti : misalkan

log a x a p x

log b y b p y

a .b p x . p y
p x y

p log a .b p log p x y
( x y)

p log a p log b

Contoh :
6

log 72 + 6log 3 = 6log (72x3)


= 6log 216
= 6log 63
= 3. 6log 6
= 3.1
=3

37

a p
log a p log b
b
Bukti : misalkan p log a x a p x

2). p log

p log

log b y b p y

a px
y p x y
b p

a
p log p ( x y)
b
( x y)

p log a p log b

Contoh:
5

log 100 5 log 4 5 log(

100
)
4
5 log 25
5 log 5 2

2 5 log 5
2

3). p log a n n. p log a

Bukti : p log a n p log (axaxax........axa )


n fa ktor

p log a p log a p log a ....... p log a


n. p log a

n fa ktor

Contoh:
2

log 16 2 log 2 4

4 2 log 2
4.1
4

38

4). a log b

p
p

log b
log a

Bukti : Misalkan p log a x a p x


p

log b y b p y

a log b p log p y
x

y
x
p
log b
p
log a

Contoh:
27

log 729

log 729
log 27

log 3 6
log 33
6 log 3

3 log 3
6
. 3 log 3
3
2

5). a

log b

Bukti : log b c b a c
a

berarti b a

log b

Contoh:
4

log3

(2 2 )
1

4 4

log3

1 4 log3

( 4)

log3 4

34
1

4 3

39

6). b log a

1
log b

Bukti :b log a

log a
log b
1
p
log b
p
log a
1
a
log b
p

Contoh:
8

log 2

1
log 8
1
2
log 2 3
1
2
3 log 2

1
3

b. Persamaan Logaritma.
1). alog f(x)=alog p
f(x)=p dengan syarat f(x)>0
Contoh 1 :
5

log( 2 x 3) 3

5 log 5 3

5 log 125
(2 x 3) 125
2 x 122
x 61
selidiki f ( x) 0
2x 3 0
2.61 3 0
125 0 memenuhi
maka himpunan penyelesai annya 61

40

2). alog f(x)=blog f(x)


Contoh 2 :
3

log(x2-x-3)=2
=3log32
=3log 9
(x2-x-3) = 9
x2 +x -12 = 0
(x+4)(x-3)=0

x+4=0 atau x-3=0


x= - 4

x=3

Syarat : f(x) > 0


x2 + x - 3 > 0

x= - 4 (-4)2 +(-4) 3>0

| x=3 32 +3 -3>0

16 - 4 -3 > 0

16 - 7 > 0
9 > 0 memenuhi
Hp={-4 , 3}
3). alog f(x)=blog f(x)

f(x)=1 syarat : a b

Contoh 1 :
5

log (2x-3)=7log(2x-3)

Syarat f(x)=1
2x 3 = 1
2x = 4
x=2

Syarat : a b

5 7 memenuhi maka Hp={2}

Contoh 2 :
3

log (x2 +2x-2)=4log (x2 +2x-2)

Syarat f(x)=1

41

9 > 0 memenuhi

x2+2x-2=1
x2 +2x-3=0
(x+3)(x-1)=0
x + 3=0 atau x -1=0
x = -3

Syarat : a b

x= 1

3 4 memenuhi Hp={-3, 1}

4). alog f(x)=alog g(x)


f(x) = g(x)

Syarat f(x) > 0 dan g(x) > 0


Contoh 1 :
log (x2 +3x-7)=log (x+8)
(x2+3x-7)= (x+8)
x2 +2x -15=0
(x+ 5)(x- 3)=0
x + 5 = 0 atau x 3=0
x=-5

x=3

Syarat : f(x) > 0


x2+3x-7>0

x=-5 (-5)2+3(-5)-7>0

| x=3 (3)2+3(3)-7>0

25 -15 -7 >0

9 + 9 -7 >0

3 > 0 memenuhi

11 >0 memenuhi

Syarat : g(x) > 0


x+8>0

x=-5 (-5)+8 > 0

| x=3 (3)+8 > 0

3 >0 memenuhi

11 > 0 memenuhi Maka Hp={ -5, 3 }

Contoh 2 :
log log 2x = log(log 2x + 6)-log 4
log 2 x
log log 2x = log
4

42

log 2x =

log 2 x 6
4

4log 2x = log 2x + 6
3log 2x = 6
log 2x= 2
2x= 102
2x= 100
x= 50
Syarat f(x)>0
log 2x > 0
log 2.50>0
log 100 >0

2>0

Syarat g(x)>0

log 2 x 6
0
4

log 2.50 6
0
4
log 100 6
0
4
26
0
4
2 0

Hp = { 50 }

43

DERET

A. Pengertian
Deret merupakan rangkaian bilangan yang disusun secara
teratur dan memenuhi kaidah-kaidah tertentu. Dalam deret ada yang
disebut sebagai suku,pembeda ,pengganda dan yang lainya. Suku
adalahbilangan-bilangan yang merupakan unsur

dan pembentuk

sebuah deret. Pembeda/beda merupakan penunjuk pola perubahan


pada suatu deret begitu pula pengganda/rasio. Bedanya adalah kalo
pembeda itu dalam deret hitung sedangkan pengganda dalam deret
ukur/deret geometri.
B. Jenis deret
Pada makalah ini kami akan menyebutkan dua jenis deret,yaitu
deret hitung dan deret ukur/deret geometri.
1. Deret hitung
Deret hitung merupakan deret yang perubahan-perubahan
sukunya berdasarkan penjumlahan sebuah bilangan tertentu. Bias
juga diartikan sebagai barisan yang suku berurutannya mempunyai
tambahan bilangan yang tetap. Tambahan bilangan itulah yang di
sebut pembeda.
Perhatikan contoh berikut!
1000,750,500,250
ini adalah contoh deret hitung yang memiliki pembeda 250.
Jadi pada suku setelah suku pertama(a) akan berubah
secara konstan pada suku berikutnya
Perubahan tersebut dapat berupa penambahan nilai suku
atau pengurangan nilai suku. Contoh diatas

44

berarti merupakan

pengurangan nilai suku. Karena setelah suku pertama suku


berikutnya berkurang secara konstan yaitu sebesar 250.
a. Suku ke-n dari Deret hitung
Ada beberapa cara untuk menentukan berapakah nilai suku
ke-n. Kita bisa mencarinya dengan mengurutkan mulai dari suku
pertama sampai dengan suku yang hendak kita cari. Mungkin cara
itu sepintas terlihat simple,tapi apa jadinya kalau yang kita cari
sukunya yang ke seribu atau mungkin lebih banyak? Oleh karena
itu kita perlu mencari cara yang lebih mudah yaitu dengan mencari
rumus untuk menentukan nilai suku ke-n
Berikut caranya,
Missal kita mempunyai deret sebagai berikut;
4,

6,

8,

10

U1 U2 U3 U4
U1/a = 4
U2

= 6

= a + (2 - 1)b

U3

= 8

= a + (3 - 1)b

U4

= 10

= a + (4 - 1)b

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan rumus untuk


mencari nilai suku ke-n sebagai berikut:

Keterangan
a= suku pertama
b= pembeda
n= indek suku

45

contoh :
misal diketahui sebuah deret,
3,5,7,9,11,..tentukanlah nilai suku ke-20 pada deret tersebut!
Jawab:
Diketahui:
a=3
b=2
Ditanya:
U20
Un = a + (n - 1)b
U20 = 3 + (20 - 1)2
U20 = 3 + 38
U20 = 41
b. Jumlah n suku pertama pada Deret hitung
Jumlah n suku pertama biasanya dinotasikan dengan Sn.
Untuk mencari jumlah n suku yang pertama bias menggunakan
cara manual,yaitu ditulis secara langsung deret yang akan dicari

Sn

Sn

i 1

n
a U n
2
n
2a n 1b

2
n
n 1b
na
2

Sn
Sn

S
n

Kemudian tingal dijumlahkan. Tetapi untuk mencari Sn yang


sekalanya besar bisa kita cari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

46

Contoh:
Diketahui sebuah deret,
5,8,11,14,.berapakah jumlah 12 suku pertama pada deret
tersebut?
Jawab :
Diketahui :
a=5
b=3
ditanya :
S12 ,
U12 = 5 + (12-1)3
U12 = 38

2. Deret ukur
Deret ukur disebut juga dengan nama deret geometri. Deret
ukur ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
perkalian terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang
membedakan suku-suku sebuah deret ukur dinamakan pengganda,
yakni merupakan hasil bagi nilai suatu suku terhadap nilai suku di
depannya.
Contoh : 2, 6, 18, 54, 162, . . .

(pengganda = 3)

a. Suku ke-n dari Deret ukur


Untuk mencari suku ke-n dari deret ukur kita dapat
menggunakan rumus berikut :

Un = apn-1

47

Ket :
a : suku pertama
p : pengganda
n : indeks suku
b. Jumlah n suku pada Deret ukur
Seperti halnya dalam deret hitung, jumlah sebuah deret ukur
sampai dengan suku tertentu adalah jumlah nilai suku-sukunya
sejak suku pertama sampai dengan suku ke-n yang bersangkutan.
Untuk mencarinya kita lakukan penjabaran rumus dibawah ini:

Berdasarkan rumus suku ke-n dari Deret Ukur,kita jabarkan


masing-masing Ui . sehingga menjadi:
Jika persamaan diatas dikalikan dengan pengganda p,maka
menjadi :

Setelah

kita

memperoleh

kedua

persamaan

tersebut,maka

kurangkan persamaan yang kedua dengan persamaan yang


pertama.sehingga akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

Dari data diatas secara ringkas kita dapat menuliskan rumus


secara ringkas untuk mencari Sn sebagai berikut:

untuk p < 1

untuk p > 1

48

Untuk lebih jelasnya ,lihatlah contoh dibawah ini:


Sebuah deret ukur memiliki suku pertama 5 dengan pengganda 2.
Tentukan jumlah lima suku pertama dari deret tersebut!
Karena penggandanya memiliki nilai lebih besar daripada 1 maka
kita gunakan rumus yang kedua:

C. Penerapan ekonomi
Pada makalah ini kita akan sedikit membahas deret dalam
perananya dalam bidang ekonomi. Diantaranya ialah penerapan deret
dalam hal perhitungan perkembangan usaha dan penerapan deret
dalam penentuan modal bunga majemuk.
1. Model perkembangan usaha
Inilah salah satu penerapan deret dalam kehidupan seharihari. Deret dapat kita gunakan untuk melakukan penghitungan
perkembangan

usaha.

Kita

bisa

menggunakan

deret

hitung

melakukan perhitungan ini,dengan catatan perkembangan usaha


yang kita akan hitung memiliki perkembangan yang konstan,tidak
berubah-ubah.
Berikut contoh kasus yang dapat kita lakukan penghitungan
menggunakan deret:
Abu adalah seorang pedagang madu. Pada bulan pertama
Abu berhasil menjual 30 botol madu. Pada bulan ke dua berhasil
menjual 40 botol dan pada bulan-bulan berikutnya bertambah secara
konstan. Jika harga madu perbotolnya Rp 22.500,00 , berapakah
uang yang diperoleh Abu pada bulan ke Sembilan ?

49

Jawab :
Diketahui : a = 30
b = 10
Ditanya : U9 ? (untuk mengetahui berapa banyak botol yang dapat
terjual)
U9 = a + (n-1) b
= 30 + (9-1) 10
= 110
Jadi, uang yang di peroleh Abu = 110 x 22.500
= 2.475.000
2. Model bunga majemuk
Model bunga majemuk merupakan penerapan deret ukur
kasus

dalam

simpan

pinjam

dan

kasus

investasi.

Dengan

menggunakan deret ukur, kita bisa mengetahui jumlah bunga dari


uang yang telah kita pinjam untuk rentang waktu tertentu. Selain itu
kita juga dapat menghitung hasil investasi yang akan kita terima di
masa yang akan datang.
Misalkan kita memiliki modal sebesar P dibungakan secara
majemuk dengan bunga setingkat i dan jumlah akumulatif dimasa
yang akan datang setelah n tahun adalah Fn,maka secara matematis
didapat rumus sebagai berikut:

Fn = P(1 + n)n
Keterangan:
n = indeks tahun

50

rumus ini digunakan apabila pembayaran dilakukan satu kali dalam


satu tahun. Namun apabila kita melakukan pembayaran m kali dalam
satu tahun(masing-masing i/m per termin)maka Fn menjadi:

Dalam dunia bisnis (1 + i) dan (1 + i/m) disebut factor bunga


majemuk/compounding interest factor yaitu suku bilangan lebih dari 1
yang dapat digunakan untuk mencari Fn dan bisa juga untuk mencari
P.

3. Model pertumbuhan penduduk


Menurut Malthus,penduduk yang ad di dunia ini tumbuh
mengikuti pola deret ukur. Jika jumlah pada tahun pertama (basis) =
P1, jumlah setelah t tahun = Pt, r = presentase pertumbuhan/tahun
dan R = 1 + r,
Maka secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Pt = P1 Rt-1
Kasus:
Pada tahun 1990 penduduk kota A sebesar 500.000
orang,berapakah jumlah penduduk kota A pada tahun 1993 jika
presentase pertumbuhan penduduk pertahun = 2%?

51

Jawab:
Pt

= P1 Rt-1

=500.000 x (1 + 0,02)3-1
=500.000 x 1,0404
=520.200
Jadi pada tahun 1993 penduduk kota A sebanyak 520.000 orang.
D. Latihan soal
1. Tentukan nilai suku ke-10 dari deret dibawah ini
a. 2,5,8,11..
b. 20,15,10,5.
2. Sebuah deret hitung sebagai berikut:
3,7,11,15,
Tentukanlah:
a. U10 dan U15
b. Bentuk rumus suku ke-n
3. Sebuah deret hitung dengan U8=18 dan U15=46 tentukanlah
a. Suku ke10 dan 4 suku pertama
b. Bentuk rumus suku ke-n
4. Hitunglah jumlah 20 suku pertama dari deret hitung 4,7,10,13,.
5. Dari suatu barisan aritmetika, suku ketiga adalh 36, jumlah suku
kelima dan ketujuh adalah 144. Jumlah sepuluh suku pertama deret
tersebut adalah .
6. Seorang ibu membagikan permen kepada 5 orang anaknya
menurut aturan deret aritmetika. Semakin muda usia anak semakin
banyak permen yang diperoleh. Jika banyak permen yang diterima
anak kedua 11 buah dan anak keempat 19 buah, maka jumlah
seluruh permen adalah buah.
7. Seorang anak menabung di suatu bnk dengan selisih kenaikan
tabungan antar bulan tetap. Pada bulan pertama sebesar Rp.
50.000,00, bulan kedua Rp.55.000,00, bulan ketiga Rp.60.000,00,

52

dan seterusnya. Besar tabungan nak tersenut selama dua tahun


adalah .
8. Dari suatu deret aritmetika diketahui U3 = 13 dan U7 = 29. Jumlah
dua puluh lima suku pertama deret tersebut adalah .
9. Suku ke n suatu deret aritmetika Un = 3n 5. Rumus jumlah n
suku pertama deret tersebut adalah .
10. Jumlah n buah suku pertama deret aritmetika dinyatakan
oleh Sn = n/2 ( 5n 19 ). Beda deret tersebut adalah .
11. Jumlah n suku pertama deret aritmetika adalah Sn = n2 + 5/2n.
Beda dari deret aritmetika tersebut adalah .
12. Dari deret aritmetika diketahui suku tengah 32. Jika jumlah n suku
pertama deret itu 672, banyak suku deret tersebut adalah .
13. Sebuah mobil dibeli dengan haga Rp. 80.000.000,00. Setiap tahun
nlai jualnya menjadi dari harga sebelumnya. Berapa nilai jual
setelah dipakai 3 tahun ?
14. Sebuah bola jatuh dari ketinggian 10 m dan memnatul kembali
dengan ketinggian kali tinggi sebelumnya, begitu seterusnya
hingga bola berhenti. Jumlah seluruh lintasan bola adalah .
15. Seutas tali dipotong menjadi 7 bagian dan panjang masing
masing potongan membentuk barisan geometri. Jika panjang
potongan tali terpendek sama dengan 6 cm dan potongan tali
terpanjang sama dengan 384 cm, panjang keseluruhan tali tersebut
adalah cm.
16. Sebuah bola pingpong dijatuhkan dari ketinggian 25 m dan
memantul kembali dengan ketinggian 4/5 kali tinggi semula.
Pematulan ini berlangsung terus menerus hingga bola berhenti.
Jumlah seluruh lintasan bola adalah m.
17. Pertambahan penduduk suatu kota tiap tahun mengikuti aturan
barisan geometri. Pada tahun 1996 pertambahannya sebanyak 6
orang, tahun 1998 sebanyak 54 orang. Pertambahan penduduk
pada tahun 2001 adalah orang.

53

BAB III
FUNGSI

A. Pengertian Fungsi
Fungsi adalah suatu bentuk hubungan matematis yang
menyatakan hubungan ketergantungan ( hubungan fungsional )
antara satu variabel dengan variabel lain. Sebuah fungsi dibentuk oleh
beberapa unsur. Unsur-unsur pembentuk fungsi adalah variabel,
koefisien,dan konstanta. Sebuah fungsi, yang secara konkret
dinyatakan dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan. Koefisien
dan variabel sering melengkapi sebuah fungsi, namun konstanta
jarang melengkapi/terdapat pada fungsi. Namun ada tidaknya
konstanta pada sebuah fungsi, tak mengurangi arti dari fungsi
tersebut.
Variabel adalah unsur pembentuk fungsi yang mencerminkan
atau mewakili faktor tertentu, dilambangkan ( berdasarkan keseakatan
umum ) dengan huruf-huruf Latin. Dalam matematika, variabelvariabel dalam sebuah persamaan lazimnya ditulis dengan huruf kecil,
melambangkan sumbu dalam sistem koordinat ( absis dan ordinat ).
Namun dalam ekonomika, tidak ada ketentuan dalam penulisan
variabel. Berdasarkan kedudukan dan sifatnya, di dalam sebuah
fungsi terdapat dua macam variabel,yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung
pada variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
nilainya tergantung pada variabel lain.
Koefisien dan konstanta. Koefisien adalah bilangan atau angka
yang terkait pada dan terletak di depan suatu variabel dalam sebuah
fungsi. Konstanta adalah bilangan atau angka yang ( kadang-kadang )
turut membentuk sebuah fungsi tetapi berdiri sendiri sebagai bilangan
dan tidak terkait pada suatu vaiabel tertentu.

54

Contoh fungsi : y = 2x + 8 , y adalah variabel terikat karena


nilainya tergantung pada variabel x, x merupakan variabel bebas
karena nilainya tak terikat pada variabel y, 2 merupakan koefisien
karena letaknya terikat pada variabel x, sedangkan 8 adalah konstanta
karena letaknya berdiri sendiri.
Untuk

mempermudah

memahami

sebuah

fungsi

maka

dibuatlah sistem koordinat cartesius atau disebut juga sistem tegak


lurus berasal dari nama Latin Rene Descartes. Sistem ini terdiri dari
dua komponen yaitu garis mendatar, disebut sumbu X, dan garis
tegak disebut sumbu Y. Sumbu X dan sumbu Y berpotongan tegak
lurus di titik O(0,0) yang disebut titik asal.
Koordinat cartesius dibagi oleh sumbu X dan sumbu Y yang
membagi menjadi empat bagian atau daerah yang disebut kuadran.
Kuadran I

= { (x,y) | x > 0 dan y > 0 }

Kuadran II

= { (x,y) | x < 0 dan y > 0 }

Kuadran III

= { (x,y) | x < 0 dan y < 0 }

Kuadran IV

= { (x,y) | x > 0 dan y < 0 }


Y
Kuadran II

Kuadran I

X
Kuadran III

Kuadran IV

Gambar 1 Koordinat Cartesius


Dalam ilmu ekonomi, daerah atau kuadran yang sering digunakan
adalah kuadran I.

55

B. Jenis-Jenis Fungsi
FUNGSI
Fungsi aljabar

f. polinom
f. linear
f. kuadrat
f. kubik
f. bikuadrat

Fungsi non aljabar

f. pangkat

f. ekspononsial
f.logaritmik
f.trigonometrik
f.hiprbolik

1. Fungsi yang paling sederhana adalah fungsi konstan ( f(x) = k, k


adalah konstan) dan fungsi identitas ( f(x) = x ). Namun secara garis
besar, fungsi dikelompokan menjadi dua, yaitu fungsi aljabar dan
fungsi non-aljabar( transenden ).
2. Fungsi aljabar adalah fungsi yang diperoleh dengan sejumlah
berhingga operasi aljabar ( penjumlahan, perkalian, pembagian,
perpangkatan, dan penarikan akar ) terhadap fungsi identitas dan
fungsi konstan. Fungsi aljabar dibagi menjadi menjadi fungsi
irrasional dan fungsi rasional. Fungsi rasional mempunyai beberapa
jenis, diantaranya fungsi polinom, fungsi linear, dan fungsi
berderajat n ( fungsi kuadrat, fungsi kubik, dan fungsi bikuadrat ),
serta fungsi pangkat.
3. Fungsi polinom adalah fungsi yang mengandung banyak suku (
polinom ) dalam variabel bebasnya. Bentuk umum persamaan
polinom adalah : y = a0 + a1x + a2x2 + ...+ anxn . Pangkat tertinggi
pada variabel suatu fungsi polinom menceriminkan derajat
polinomnya, sekaligus juga mencerminkan derajat persamaan atau
fungsi tersebut.
4. Fungsi linear adalah fungsi polinom khusus yang pangkat tertinggi
dari variabelnya adalah pangkat satu, oleh karenanya sering

56

disebut fungsi berderajat satu. Bentuk umum persamaan linear


adalah : y = a0 + a1x ; dimana a0 adalah konstanta dan a1 0.
Fungsi-fungsi lain yang pangkat tertinggi dari variabelnya lebih dari
satu, secara umum disebut fungsi non-linear meliputi fungsi
kuadrat, fungsi kubik, fungsi bikuadrat dan seterusnya.
5. Fungsi berderajat n adalah fungsi yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat n ( n = bilangan nyata ). Bentuk
umumnya adalah : y = a0 + a1x + a2x2 + ...+ anxn. Fungsi kuadrat n =
2 ( bentuk umum y = a0 + a1x + a2x2 ), fungsi kubik n = 3 ( bentuk
umum y = a0 + a1x + a2x2 + a2x3), fungsi bikuadrat n =4 ( bentuk
umum y = a0 + a1x + a2x2+ a2x3+ a2x4 ) dan seterusnya.
6. Fungsi pangkat adalah fungsi yang variabel bebasnya berpangkat
bilangan nyata bukan nol. Bentuk umum : y = xn , n = bilangan
nyata bukan nol.
7. Fungsi non-aljabar adalah fungsi yang tidak termasuk fungsi
aljabar.

Jenis-jenis

fungsi

non-aljabar

antara

lain

fungsi

eksponensial, fungsi logaritmik, fungsi trigonometrik, dan fungsi


hiperbolik.
8. Fungsi eksponensial adalah fungsi yang variabel bebasnya
merupakan pangkat dari suatu konstanta bukan nol. Bentuk
umumnya adalah : y = nx

n > 0.

9. Fungsi logaritmik adalah fungsi balik ( inverse ) dari fungsi


eksponensial, variabel bebasnya merupakan bilangan logaritmik.
Bentuk umumnya : y = nlog x.
10. Fungsi trigonometrik dan fungsi hiperbolik adalah fungsi yang
variabel bebasnya adalah bilangan-bilangan goneometrik. Bentuk
umum fungsi trigonometrik : y = sin 5x , sedangkan bentuk umum
fungsi hiperbolik : y = arc cos 2x.
Bedasarkan letak ruas variabel-variabelnya fungsi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu fungsi eksplisit dan fungsi implisit. Fungsi
eksplisit adalah fungsi yang variabel bebas dan variabel terikatnya

57

terletak di ruas yang berlainan. Sedangkan fungsi implisit adalah


fungsi yang variabel bebas dan variabel terikatnya terletak di ruas
yang sama. Contoh : fungsi eksplisit : y = a0 + a1x , fungsi implisit : a0
+ a1x y = 0 . Setiap fungsi yang berbentuk eksplisit senantiasa dapat
diimplisitkan, tetapi tidak semua fungsi implisit dapat diubah menjadi
bentuk eksplisit.
Selain pembagian jenis fungsi sebagaina yang baru saja
diuraikan diatas, fungsi juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
fungsi eksplisit dan fungsi implicit. Fungsi eksplisit adalah fungsi yang
variable bebas dan variable terkaitnya terletak diruas yang berlainan.
Sedangkan fungsi implicit adalah fungsi yang variable bebas dan
variable trikatnya terletak disatu ruas yang sama. Secara operasional,
bentuk umum persamaan fungsi yang eksplisit dan yang implicit dapat
dilihat sebagai berikut:
Fungsi

Bentuk Eksplisit

Bentuk Implisit

Umum
Linear
Kuadrat
Kubik

C. Penggambaran Grafik Fungsi


Setiap fungsi (yang berbentuk eksplisit, atau bisa di
eksplisitkan) dapat disajikan secara grafik pada bidang sepasang
sumbu silang ( sistem koordinat ). Gambar yang dihasilakan dapat
berupa garis lurus ataupun kurva, tergantung pada jenis fungsi yang
bersangkutan. Gambar dari sebuah fungsi dapat dihasilkan dengan
cara menghitung koordinat titik-titik yang memenuhi persamaannya,
dan kemudian memindahkan pasangan-pasangan titik tersebut ke
sistem sumbu silang. Dalam menggambarkan suatu fungsi terdapat

58

kebiasaan meletakkan variabel bebas pada sumbu horizontal ( absis )


dan variabel terikat pada sumbu vertikal ( ordinat ).
Pada penggambaran grafik fungsi linear, dengan memberikan
nilai-nilai tertentu untuk variabel bebas x lalu disubstitusikan ke dalam
persamaan fungsinya, akan diperoleh nilai-nilai variabel terikat y.
Setelah diketahui nilai-nilainya ( x,y ) , dapat ditentukan koordinat titiktitiknya. Lalu hubungkan titik-titik tersebut hingga terbentuk garis lurus
( grafik fugsi linear ).
Pada persamaan lenear y = a + bx , konstanta a adalah
penggal garis pada sumbu vertikal y, sedangkan koefisien b
merupakan koefisien arah atau lereng ( slope ) garisnya. Jika a = 0
maka garisnya mempunyai penggal pada sumbu vertikal.
Apabila koefisien b positif ( b > 0 ), garis yang tercipta
bergerak dari kiri-bawah ke kanan-atas, sedangkan bila koefisien b
negatif ( b < 0 ) maka garisnya bergerak dari kiri-atas ke kananbawah.
Y
8

y = 8 2x

Gambar 2

Pada penggambaran fungsi non-linear tidak semudah fungsi


linear. Namun prinsip penggambarannya sama, tetapi lebih sulit dalam

59

penghitungannya dan penggambarannya karena bentuk kurvanya tak


seperti fungsi linear yang berbentuk garis lurus.
Berikut cara sederhana dalam membuat grafik fungsi non-linear
terutama grafik fungsi kuadrat :
Misalkan y = ax2 + bx + c
1. Carilah perpotongan grafik y dengan sumbu Y dan sumbu X.
Perpotongan sumbu X dengan memisalkan y = 0 dan perpotongan
dengan sumbu Y dengan memisalkan x = 0
2. Carilah sumbu simetri grafik y. Sumbu simetri dapat dicari dengan
menggunakan rumus sederhana x

b
2a

3. Carilah titik puncak grafik y. Sebelum menentukan titik puncak, cari


dahulu titik ekstrimnya atau titik y dengan menggunakan rumus

yeks

b 2 4ac

4a

yeks ymin imum a 0

yeks yma ksimum a 0 .

Setelah diperoleh nilai ekstrim, kemudian cari titik puncaknya

x, y b , b
2a

4ac

4a

4. Periksa apakah grafik terbuka ke atas atau terbuka ke bawah.


Grafik akan terbuka ke atas bila a 0 , dan grafik akan terbuka ke
bawah bila a 0 .

5. Setelah perhitungan selesai, kemudian gambar kurva sesuai


dengan informasi yang telah di dapat dari perhitungan.
D. Sifat Kurva Non-Linear
Kurva non-linear mempunyai sifat-sifat tertentu. Melalui sifatsifat yang khas ini, dapat diketahui pola kurvanya. Sifat-sifat tersebut
adalah penggal, simetri, perpanjangan, asimtot, dan faktorisasi.
1. Penggal
Penggal sebuah kurva adalah titik-titik potong kurva tersebut
pada sumbu-sumbu koordinat. Penggal pada sumbu x dapat dicari

60

dengan memisalkan y = 0 dalam persamaan yang bersangkutan,


sehingga nilai x dapat dihitung. Penggal pada sumbu Penggal pada
sumbu y dicari dengan memisalkan x = 0 sehingga nilai y dapat
dihitung.
2. Simetri
Dua buah titik dikatakan simetrik terhadap sebuah garis
apabila garis tersebut berjarak sama terhadap kedua titik tadi dan
tegak lurus terhadap segmen garis yang menghubungkannya . dua
buah titik dikatakan simetrik terhadap titik ketiga apabila titik ketiga
ini terletak persis di tengah segmen garis yang menghubungkannya
kedua titik tadi.
Titik ( x,y) adalah simetrik terhadap titik : ( x,-y ) sehubungan
dengan sumbu x , ( -x,y ) sehubungan dengan sumbu y, ( -x,-y )
sehubungan dengan titik pangkal.
Sebuah kurva akan simetrik terhadap sumbu x, jika untuk
setiap titik ( x,y ) pada kurva itu titik simetri ( x,-y ) juga terdapat
kurva tersebut , yakni jika penggantian y oleh y , dalam
persamaannya menghasilkan persamaan yang ekivalen.
Sebuah kurva akan simetrik terhadap sumbu y, jika untuk
setiap titik ( x,y ) pada kurva itu titik simetri ( -x,y ) juga terdapat
pada kurva tersebut, yakni jika pengganti x oleh x, dalam
persamaannya menghasilkan persamaan yang ekivalen.
Sebuah kurva akan simetrik terhadap pangkal, jika untuk
setiap titik ( x,y ) pada kurva itu titik simetri ( -x,-y ) juga terdapat
pada kurva tersebut, yakni jika penggantian x oleh x dan y oleh y
dalam persamaannya menghasilkan persamaan yang ekivalen.
Secara ringkas dapat dirumuskan bahwa kurva dari suatu
persamaan f(x,y) = 0 adalah simetris terhadap :
Sumbu x jika f(x,y) = f(x,-y) = 0
Sumbu y jika f(x,y) = f(-x,y) = 0
Titik pangkal jika f(x,y) = f(-x,-y) = 0

61

3. Perpanjangan
Titik titik (x,y) pada bidang sepasang sumbu silang (system
koordinat) sesungguhnya hanya mencerminkan koordinat-koordinat
yang terdiri atas bilangan bilangan nyata. System koordinat
tersebut tidak berlaku bagi titik titik koordinat yang mengandung
bilangan khayal. Jadi, nilai nilai x untuk y yang berupa bilangan
khayal tak dapat di tempatkan disitu, sehingga harus keluar dari
bidang sepasang sumbu-silang tersebut.
Jika sebuah persamaan mengandung fariabel berpangkat
genap, maka penyelesaian untuk variable yang bersangkutan akan
melibatkan

akar

berpangkat

genap.

Konsekwensinya,

perpanjangan kurva dari persamaan yang demikian boleh jadi


terbatas, mengingat bilangan negative dibawah tanda akar akan
selalu mengahasilkan bilangan khayal. Dalam menyelidiki terdapat
atau tidaknnya batas perpanjangan sebuah kurva, sebaiknya ( jika
dimungkinkan ) persamaanya dieksplisitkan untuk masing masing
variable agar dapat diketahui batas perpanjangan pada masing
masing

fariabel

tersebut.

Patut

di

catat,

kehadiran

batas

perpanjangan pada salah satu variable dapat dengan sendirinya


membatasi perpanjangan pada variable lainya.
4. Asimtot
Asimtot suatu kurva adalah sebuah garis lurus yang jaraknya
semakin dan semakin dekat dengan salah satu ujung kurva
tersebut. Jarak itu sendiri tidak akan menjadi nol; atau dengan
perkataan lain, garis lurus dan kurva tadi tidak sampai berpotongan.
Jadi, suatu kurva dikatakan asimtotik terhadap sebuah garis lurus
tertentu apabila salah satu ujung kurva semakin dan semakin
mendekati garis yang bersangkutan.
Pembicaraan tentang asimtot tak dapat tidak melibatkan
konsep limit. Secara umum, garis y = a +bx merupakan asimtot
kurva y = f (x) jika f (x) senantiasa lebih kecil atau senantiasa lebih

62

besar dari a + bx dan semakin mendekati a + bx apabila x dan y


sebagai f x a bx apabila x, y

diperpanjang tanpa batas. Dengan notasi limit, hal ini dituliskan

5. Faktorisasi
Faktorisasi fungsi maksudnya ialah menguraikan ruas utama
fungsi tersebut menjadi bentuk perkalian ruas ruas utama dari
fungsi yang memiliki persamaan f x, y 0 berarti membentuk
dua fungsi yang lebih kecil. Sebagai contoh, faktorisasi sebuah

sedemikian

rupa

sehingga

diperoleh

f x, y g x, y hx, y

.[catatan : f(x, y) disebut ruas utama dari f x, y 0 ].

Dalam menghadapi persamaan f x, y 0 seringkali, karena

kompleksnya jalinan antara x dan y, kita mengalami kesukaran


untuk menggambarkan kurvanya. Kesukaran demikian bias diatasi
dengan jalan mengfaktorkan (menguraikan) fungsi tersebut, jika hal
ini menguraikan ( tidak semua fungsi dapat difaktorkan). Gambar
yang dihasilkan akan terdiri atas gambar dan fungsi fungsi yang

g x, y hx, y maka gambar dari

f x, y 0 dan h(x, y) =0

lebih kecil. Jadi, jika f (x, y) = 0 dapat difaktorkan menjadi

penyelidikan mengenai faktorisasi adalah penting, mengingat


sebuah

persamaan

kompleks

yang

dapat

difaktorkan

sulit

digambarkan dengan tepat apabila tidak difaktorkan. ( persamaan


kompleks disini ialah persamaan

yang mengandung suku

berbentuk hasil kali antara variable bebas dan terikat, misalnya x2


5 y2 + 3 xy = 0.
Contoh 1. Gambarkan f x x2 4 x 1

E. Contoh Soal

Penyelesaian :
o Cari Perpotongan grafik dengan sumbu Y dan X :

63

SumbuYmisal x 0 y f x x2 4 x 1 y 0 40 1 1

SumbuX misal y 0 y f x x2 4 x 1 x2 4 x 1 0
x1 0,2 atau x2 4,2

jadi titik titik perpotonga nnya adalah 0,1, 0,3 , 0, 4,3 , 0

o Cari Titik Puncak dari f(x)

Sumbu Simetri x

b
4
2

2a 2 1

b 2 4ac 4 2 4 11
Nilai Ekstrim y

5
4a
4 1

Jadi Sumbu simetri kurva pada x = 2 dan nilai ekstrimnya y = 5.


Jadi Titik puncak Kurva pada titik ( 2,5 ).
o Tentukan posisi kurva ( terbuka ke atas atau terbuka ke bawah ).
Karena a = -1 , maka kurva terbuka ke bawah.
o Gambar
Y

5
4

-3

-2

-1

Gambar 3

64

Contoh 2. Selidiki apakah terdapat batas perpanjangan bagi kurva


yang dicerminkan oleh persamaan x2 y 2 25 0
Penyelesaian untuk x : x 25 y 2

Berapapun nilai y, bilangan di bawah tanda akar akan selalu positif


sehingga x akan berupa bilangan nyata. Berarti perpanjangan kurva
searah sumbu y tidak terbatas.

Penyelesaian untuk y : y x2 25

Jika x < 5 atau x > -5 ( ringkasnya : |x| < 5 ), bilangan di bawah tanda
akar akan negatif dan y akan menjadi bilangankhayal atau maya (
tidak nyata ). Berarti perpanjangan kurva searah sumbu x terbatas
hanya sampai x 5

Jadi, dalam kasus ini, tidak terdapat batas perpanjangan bagi


kurva untuk variabel x ( searah sumbu y ), tetapi terdapat batas
perpanjangan untuk variabel y ( searah sumbu x ).

Contoh 3. Selidiki apakah kurva dari persamaan x 3 y xy 2 0

mempunyai asimtot vertikal dan/atau asimtot horizontal


Penyelesaian untuk x : x

3y 2
1 y

Jika y , maka x 3 dan x 3

Jika y , maka x 3 dan x 3


Berarti x = 3 merupakan asimtot
Penyelesaian untuk y : y

x 2
3 x

Jika x , maka y 1 dan y 1

Jika x , maka y 1 dan y 1


Berarti y = -1 merupakan asimtot

65

Y
x 3 y xy 2 0

X
x=3

y = -1

Gambar 4
Contoh 4. Faktorkan persamaan 2 x2 xy y 2 0 lalu gambar
kurvanya
Penyelesaian :

Faktorisasi persamaan 2 x2 xy y2 0

2 x 2 xy y 2 0
x y2 x y 0

Sehingga gambar dari grafik 2 x2 xy y2 0 terdiri atas garis-garis


lurus x y 0 dan 2 x y 0

Y
2x y 0

x y 0

2 x2 xy y 2 0
Gambar 5
66

F. Latihan Soal

1. Jika grafik fungsi y x2 px q


Mempunyai titik puncak (1,2), nilai p dan q adalah

2. Selidiki apakah persamaan-persamaan berikut dapat di faktorkan :


(a) x2 xy 2 y 2 0 (c) x y 2 xy 5

(b) x2 y x2 4 y 0 (d) x2 y 2 xy 2 x y

3. Untuk persamaan xy x y 2 ,

(a) tentukan pengggal pada masing-masing sumbu


(b) selidiki kesemitreian kurvanya
(c) selidiki batas perpanjangan kurvanya
(d) tentukan asimtot vertical dan /atau asimtot horizontal
(e) jelaskan apakah persamaan tersebut dapat difaktorkan

4. Untuk persamaan x3 y 2 9

(a) tentukan penggal pada masing-masing sumbu


(b) selidiki kesimetrian kurvanya
5. Gambarkan g y y 2 4 y 4 !

(c) selidiki batas perpanjangan kurvanya

67

HUBUNGAN LINEAR DAN NONLINEAR


A. Hubungan Linear
1. Pengertian
Hubungan linear merupakan bentuk yang paling dasar dan
paling sering digunakan dalam analisis ekonomi. Hubungan sebabakibat

antara

berbagai

variabel

ekonomi

misalnya

antara

permintaan dan harga, antara investasi dan tingkat bunga dapat


dengan mudah dinyatakan serta diterangkan dalam bentuk fungsi.
Sesuai dengan

namanya,

setiap persamaan

linear apabila

digambarkan akan menghasilkan sebuah garis (garis lurus). Bentuk


umum persamaan linear:
Y = a + bX
-

Nilai a adalah penggal garis pada sumbu vertikal

Nilai b adalah koefisien arah atau lereng garis, yang


mencerminkan besarnya tambahan nilai Y untuk setiap
tambahan satu unit X

Penggal a mencerminkan nilai Y pada kedudukan X=0

68

2. Pembentukan Persamaan Linear


a. Cara Dwi Koordinat
Apabila diketahui titik A (2,3) dan titik B(6,5), sehingga
penerapan rumusnya adalah sebagai berikut :

b. Cara Koordinat Lereng


Dari sebuah titik dan suatu lereng dapat dibentuk ssebuah
persamaan linear yang memenuhi titik dan lereng tersebut. Apabila
diketahui titik A(2,3) dan lereng garisnya 0,5, maka persamaan
linear yang dipenuhi adalah :

c. Cara Penggal Lereng


Sebuah persamaan linear dapat juga dibentuk jika diketahui
penggalnya pada salah satu sumbu dan lereng garis yang
memenuhi persamaan tersebut.
Y = a+bX
a = penggal ; b = lereng

69

Apabila diketahui lereng garis Y = f (X) masing - masing


adalah 4 dan 0,8, maka persamaan linearnya
Y = 4 + 0,8X

d. Cara Dwi Penggal


Persamaan linear dapat dibentuk apabila diketahui penggal
garis tersebut pada masing - masing sumbu. Apabila a dan c
merupakannilai penggal pada masing-masing sumbu vertikal dan
horizontal dari sebuah garis lurus, maka persamaan garisnya :

3. Hubungan Dua Garis Lurus


Dua buah garis lurus akan berimpit apabila persamaan garis
yang satu merupakan kelipatan dari (proposional terhadap)
persamaan garis yang lain. Garis Y1= a1+b1X akan berimpit
dengan garis Y2= a2+b2X Jika ;
-

Y1 = nY2

70

a1 = na2

b1 = nb2

Dua buah garis lurus akan sejajar apabila lereng garis yang
satu sama dengan lereng garis yang lain. Garis Y = a1+b1X akan
sejajar dengan garis Y = a2+b2X jika ;
-

b1 = b2

a1 a2

Dua buah garis lurus akan berpotongan apabila lereng garis


yang satu tidak sama dengan lereng garis yang lain. Garis Y =
a1+b1X akan berpotongan dengan garis Y =a2+b2X jika ;
-

b1 b2

71

Dua buah garis lurus akan SALING TEGAK LURUS apabila


lereng garis yang satu merupakan kebalikan dari lereng garis yang
lain dengan tanda yang berlawanan. Garis Y = a1+b1X akan tegak
lurus dengan garis
Y =a2+b2X jika ;
-

b1 = -1/b2 atau

b2 = -1

4. Pencarian Akar Akar Persamaan Linear


Dapat dilakukan dengan 2 Cara, yakni dengan merode
Substitusi dan Eliminasi.

72

a. Metode Substitusi
Dua persamaan dengan dua bilangan tertentu dapat
diselesaikan dengan cara menyelesaikan terlebih dahulu sebuah
persamaan untuk salah satu bilangan tertentu, kemudian
mensubsitusikannya ke dalam persamaan yang lain.
Contoh :
2X +3Y =21 dan X + 4Y =23
Penyelesaian ;
X + 4Y =23 di ubah menjadi X=23-4Y
2X +3Y =21
2(23-4Y)+3Y =21
46 8Y + 3Y = 21
5Y = 25
Y=5
Kemudian
2X +3Y =21
2X +3(5) =21
2X = 6
X=3

Akar-akar persamaan
tersebut
X=3
Y=5

b. Metode Eliminasi
Dua persamaan dengan dua bilangan tertentu dapat
diselesaikan

dengan

cara

menghilangkan

untuk

sementara

(mengeleminasi) salah satu bilangan tertentu yang ada, sehingga


dapat dihitung bilangan yang lain
Contoh :
2X +3Y =21 dan X + 4Y =23
Penyelesaian ;

73

B. Hubungan Nonlinear
1. Identifikasi Persamaan Kuadrat
Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0

Jika B = 0 dan A = C 0 Lingkaran


Jika B2 4AC < 0 Elips

Jika B2 4AC > 0 Hiperbola


Jika B2 4AC = 0 Parabola
Ax2 + Cy2 + Dx + Ey + F = 0

Jika A = C 0 Lingkaran

Jika A C, tanda sama Elips

Jika A dan C berlawanan tanda Hiperbola

Jika A=0 atau C=0, tapi tidak keduanya Parabola


2. Lingkaran
Lingkaran didefinisikan sebagai tempat kedudukan atau
lokus titik-titik P(x,y) yang jaraknya r sampai suatu titik M yang
dinamakan pusat lingkaran adalah sama. Persamaan lingkaran
menjadi sederhana bila pusat lingkaran berimpit dengan asal 0.
Berlaku hukum Pythagoras x2 + y2 = r2

74

Bila pusat lingkaran


dipindahkan dari 0 ke
M(h,k) , maka juga dengan
hukum pythagoras
diperleh persamaan
lingkaran :
(x h)2 + (y k)2 = r2
x (x h), y (y k)
Dapat ditulis
x2 + y2 - 2hx - 2ky +
(h2+k2+r2)=0

h dan k bisa positif / negatif persamaan lingkaran :


Ax2 + Ay2 + Dx + Ey + F = 0 A = C dan B = 0

3. Elips
Elips didefinisikan sebagai lokus titik-titik yang jumlah
jaraknya hingga dua titik tertentu, yang dinamakan fokus F dan F
adalah tetap. Persamaan elips menjadi sederhana bila dipilih asal 0
di pertengahan FF dan sumbu y tegak lurus FF.
Misal : 0F = 0F = c, PF + PF = 2a dan a2 c2 = b2

0 F 0 F c, PF PF 2a
dan a 2 c 2 b 2
PF PF 2a
PF 2a PF

(c x) 2 y2 2a (c x) 2 y2

dikuadratkan dan dikurangi c 2 x2 y2


dikiri dan dikanan
dikuadratkan : c 2 2cx x2 y2 a 2 2cx

c2 2 2
1 2 x y a 2 c 2
a

dibagi dengan a 2 c 2 b 2 - -

c 2
x
a2

x2 y 2
1
a 2 b2

75

2cx 4a 2 4a (c x) 2 y2 2cx
c
(c x) 2 y2 a x
a

Adapun AA adalah sumbu mayor dan BB adalah sumbu


minor elips. Bila elips dipindahkan sejajar sehingga pusatnya tidak
lagi di 0. titik M (h,k) maka :

Bentuk umum persamaan elips :


Ax2 + Cy2 + Dx + Ey + F = 0
4. Hiperbola
Hiperbola ialah tempat kedudukan titik-titik yang perbedaan
jaraknya terhadap dua fokus selalu konstan. Sebuah hiperbola
mempunyai dua sumbu simetri yang saling tegak lurus dan
sepasang asimtot.

5. Parabola
Parabola ialah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak
sama terhadap sebuah titik fokus dan sebuah garis lurus yang
disebut direkstris. Persamaan parabola menjadi sederhana bila
dipilih asal 0 di M dan FT = sumbu y.
Dengan hukum pythagoras :
x2 + (y x)2 = (y + x)2
x2 2yp = 2yp
x2 = 4py
y = px2 = ax2

76

C. Latihan Soal Penerapan Hubungan Linear Dan Non Linear


1. Soal Dan Penyelesaian
a. Hubungan Dua Garis Lurus (Penerapan Ekonomi)
Diketahui:
- Fungsi Permintaan P=15 Q
- Fungsi Penawaran P= 3+0,5Q
1). Carilah Harga Keseimbangan
2). Lukis Kurvanya

77

b. Pengaruh Pajak Spesifik Terhadap Keseimbangan Pasar


Jika dari kondisi pasar (sebelumnya) Fungsi Permintaan
P=15 Q Fungsi Penawaran P= 3+0,5Q dikenakan pajak sebesar
3 satuan per unit. Berapa harga dan jumlah keseimbangan setelah
pajak?
Penyelesaian ;
Harga dan jumlah keseimbangan Sebelum Pajak ;
P=7 dan Q=8 (penyelesaian sebelumnya)
Penawaran sebelum pajak: P= 3+0,5Q
Penawaran sesudah pajak:
P= 3+0,5Q+3
P=6+0,5Q, sehingga Q=-12+2P
Persamaan permintaan tetap: P=15-Q _Q=15-P
Keseimbangan: Qd=Qs
15-P=-12+2P
3P=27, _ P=9
Q=15-P, _ Q=15-9, maka diperoleh Q=6
Kurva Setelah Pajak ;

2. Soal Latihan
Hitung harga dan kuantitas imbang (keseimbangan) kurva
permintaan dan penawaran berikut :
S = p2 +2p 3

D = -p2 + 9

78

BAB IV
DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA
A. Kuosien Diferensi Dan Derivatif
Jika

dan terdapat tambahan variable bebas

sebesar

, maka bentuk persamaannya dapat dituliskan menjadi;

Dimana

adalah tambahan

, dan

berkenaan dengan adanya tambahan


adanya

adalah tambahan

. Jadi

timbulkarena

. Apabila ruas kiri dan ruas kanan persamaan terakhir

diatas sama-sama dibagi

Bentuk

, maka diperoleh:

inilah yang disebut dengan hasil bagi perbedaan

atau kuosien diferensi (difference quotient), mencerminkan tingkat


perubahan rata-rata variabel terikat

terhadap variabel bebas

Contoh: Tentukan kuosien diferensi dari

79

Proses

penurunan

sebuah

fungsi,

disebut

juga

proses

pendiferensian atau diferensiasi.


Contoh: jika
Maka kuosien diferensinya
Dan turunan fungsinya
Cara menuliskan turunan dari suatu fungsi dapat dilakukan
dengan beberapa macam notasi atau lambing. Jika fungsi aslinya
maka turnunannya dapat dituliskan dengan notasi-notasi:

Semua cara penulisan di atas sama artinya dan maksudnya,


yaitu melambangkan turunan dari

terhadap

. Dalam hal

sangat kecil.
itu sendiri. Sehingga:

Dengan kata lain, turunan dari fungsi yang bersangkutan


adalah kuosien diferensinya sendiri. Sedangkan kuosien diferensi
tak lain adalah lereng (slope) dari garis atau kurva

Dengan berbagai macam notasi turunan fungsi yang ditunjukan


diatas, yang paling lazim digunakan ialah bentuk
deeks, dan bukan deye bagi deeks !!).

80

(dibaca: deye

B. Kaidah-Kaidah Diferensiasi
Secara umum, membentuk turunan sebuah fungsi dapat
dilakukan

dengan

cara

terlebih

dahulu

menemukan

kuosien

diferensinya, kemudian menentukan limit kuosien diferensi tersebut


untuk pertambahan variabel bebas mendekati nol (0). Jelasnya,
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Andaikan fungsi aslinya ialah
2. Masukkan nama tambahan

dan tambahan

memperoleh

3. Manipulasikan untuk memperoleh


4. Bagi kedua ruas dengan

sehingga diperoleh kuosien

diferensinya

5. Tentukan limitnya

untuk

sehingga

diperoleh turunan

fungsinya
Prosedur

diatas

jelas

membosankan

dan

cenderung

membuahkan hasil yang tak seharusnya, terutama untuk funsi-fungsi


yang tidak sederhana. Berikut ini disajikan sejumlah kaidah yang
dapat digunakan untuk menurunkan berbagai bentuk fungsi tertentu.
1. Diferensiasi konstanta.
Jika

di mana

adalah konstanta,

Maka;

Contoh:

81

2. Diferensi fungsi pangkat.


Jika

, dimana

adalah konstanta,

Maka;

Contoh:

3. Diferensi perkalian konstanta dengan fungsi.


Jika

dimana

Maka;

Contoh:

4. Diferensi pembagian konstanta dengan fungsi.


Jika

dimana

Maka;

Contoh:

maka

5. Diferensiasi penjumlahan (pengurangan) fungsi.


Jika

di mana

dan

Contoh:
misalkan,
=

82

6. Diferensiasi perkalian fungsi.


Jika

dimana

dan

Maka;

Contoh:

7. Diferensi pembagian fungsi.


Jika

, dimana

dan

Maka;

Contoh:

8. Diferensiasi fungsi komposit.


Jika

sedangkan

dengan kata lain

Maka
Contoh:

misalkan

83

sehingga

9. Diferensial fungsi berpangkat.


Jika

di mana

dan

adalah konstanta,

Maka
Contoh:

misalkan

Kaidah ke-9 ini mirip dengan kaidah ke-8. Untuk kaidah ke-9 ini
terdapat pula kasus khusus, yakni jika
, maka

sehingga

(yang tak lain adalah kaidah ke-

2).
10. Diferensi fungsi logaritmik.
Jika
Contoh:

11. Diferensiasi fungsi komposit-logaritmik.


Jika

di mana

maka

Contoh:
Misalkan

12. Diferensiasi fungsi komposit-logaritmik-berpangkat.


Jika

di mana

dan

Maka

84

adalah konstanta,

Contoh:
Misalkan
(

13. Diferensiasi fungsi Logaritmik-Napier.


Jika

maka

Contoh:
Kaidah ini merupakan kasus khusus dari kaidah ke-10, yakni dalam
hal logarimanya berbasis

Ingat, bahwa

Jadi, jika

dan
maka

.
Kaidah ke-14 dan ke-15 berikut ini masing-masing merupakan
kasus khusus dari kaidah ke-11 dan ke-12, untuk alas an yang
sama.
14. Diferensi fungsi komposit-Logaritmik-Napier.
Jika

di mana

maka

Contoh:
Misalkan
(

15. Diferensi fungsi Komposit-Logaritmik-Napier-Berpangkat.


Jika

di mana

dan

Maka

85

adalah konstanta,

Contoh:

Misalkan
(

16. Diferensiasi fungsi eksponensial.


Jika

di mana

adalah konstanta, maka

Contoh:
Dalam hal

maka

juga, sebab

17. Diferensiasi fungsi komposit-eksponensial.


Jika

di mana

Contoh:

maka
misalkan

=
Kasus khusus: dalam hal

maka

Kaidah ke-16 sebelumnya sesungguhnya juga merupakan kasus


khusus dari kaidah ke-17 ini, yakni dalam hal

18. Diferensi fumgsi kompleks.


Jika

di mana

dan

Maka
Penentuan
melogaritmakan

dari
fungsi

ini dapat pula dilakukan dengan jalan


atau

persamaannya,

mendiferensiasikan masing-masing ruasnya. Perhatikan:

86

kemudian

mengingat

Berbagai fungsi

aljabar

yang

kompleks

bisa

lebih

mudah

dideferensiasikan dengan langkah-langkah seperti diatas.


Contoh:

Misalkan
=3

19. Diferensiasi fungsi balikan.


Jika

dan

berbalikan (

adalah fungsi-fungsi yang saling


), maka

Contoh:

20. Diferensiasi implicit.


Jika

merupakan fungsi implicit sejati (tidak mungkin

dieksplisitkan),

dapat

diperoleh

dengan

mendiferensiasikannya suku demi suku, dengan menganggap


sebagai fungsi dari

87

Contoh:
4

tentukan

C. Hubungan Antara Fungsi dan Derivatifnya


Dengan mengetahui besarnya harga dari turunan pertama dan
turunan kedua sebuah fungsi, akan dapat dikenali bentuk gambar dari
fungsi tersebut.
Berdasarkan kaidah diferensial, dapat disimpulkan bahwa
turunan dari suatu fungsi berderajat "n" adalah sebuah fungsi
bererajat "n-1". Dengan perkataan lain, turunan dari suatu fungsi
berderajat 3 adalah sebuah fungsi berderajat 2; turunan dari fungsi
berderajat 2 adalah sebuah fungsi bererajat 1; turunan dari fungsi
berderajat 1 adalah sebuah fungsi berderajat 0 alias sebuah
konstanta; dan akhirnya turunan dari sebuah konstanta adalah 0.
Contoh:
+ 12x 5 ... fungsi kubik

y= f(x) = 1/3

-4

y= dy/dx =

- 8x + 12 fungsi kuadrat

y=

y/d

y=

y/d

= 2x 8 fungsi linear
=2. konstanta

1. Fungsi Menaik dan Fungsi Menurun


Derivatif pertama dari sebuah fungsi non-linear dapat
digunakan untuk menentukan apakah kurva dari fungsi yang
bersangkutan menaik ataukah menurun pada kesdudukan tertentu.
Dalam kasus khusus, derivatif pertama dapat pula menunjukan titik
ekstrim sebuah fungsi non-linear.

88

Contoh:
Tentukan apakah y= f(x) = 1/3

-4

+ 12x 5 merupakan

fungsi menaik atau menurun pada x = 5 dan x = 7. Selidiki pula


untuk x = 6!
f(x) =

- 8x + 12

f(x) =

8(5) + 12 = -3<0, berarti y= f(x) menuru pada x = 5

f(x) =

8(7) + 12 = 5>0, berarti y= f(x) menaik pada x = 7

f(x) =

8(6) + 12 = 0, berarti y= f(x) berada di titik ekstrim pada

x = 6; karena f(x)<0 untuk x<6 dan f(x)>0 untuk x>6, titik eksrim
pada x=6 adalah titik minimum.
2. Titik Ekstrim Fungsi Parabolik
Dalam hal y = f(x) adalah sebuah fungsi parabolik, derivatif
pertama

berguna

untuk

menentukan

letak

titik

ekstrimnya,

sedangkan derivatif kedua bermanfaat untuk mengetahui jenis titik


ekstrim yang bersangkutan.
Parabola y = f(x)

mexcapai titik ekstrim pada y' = 0

jika y" < 0

bentuk parabolanya terbuka ke bawah, titik

ekstrimnya adalah titik maksimum


jika y" > 0

bentuk

parabolanya

terbuka

keatas,

titik

ekstrimnya adalah titik minimum


Contoh:
y= f(x)=

- 8x + 12 fungsi kuadrat

y= f(x)= d y/dx= 2x 8 fungsi linear


y = f(x)=

y/d

= 2 konstanta

titik ekstrim y=0


y=

2x 8 = 0

y=

- 8x + 12 = 0

2(4)- 8= 0

- 8(4) + 12 = 0

88 =0

16 32 + 12 = -4

titik ekstrim (4,-4)

89

titik fungsi linear


y=

2x 8 = 0
2(x 8) = 0
2 = 0 (x 4) = 0
x=4

titik fungsi linear adalah 4

konstanta
y = 2

3. Titik Ekstrim dan Titik Belok Fungsi Kubik


Titik maksimum dan titik minimum suatu fungsi kubik (jika
ada, serta titik beloknya, dapat dicari melalui penelusuran terhadap
derivatif pertama dan derivatif kedua dari fungsinya. Derivatif
pertama berguna untuk menentukan letak titik - titik ekstrimnya,
sedangkan derivatif kedua bermanfaat untuk mengetahui jenis titik titik ekstrim yang bersangkutan dan menentukan letak titik
beloknya.

Fungsi kubik y = f(x) mencapai titik ekstrim pada y = 0


Jika y<0 pada y maka titik ekstrimnya adalah titik maksimum
Jika y>0 pada y maka titik ekstrimnya adalah titik minimum
Fungsi kubik y= f(x) berada di titik belok pada y=0

90

D. Penerapan Ekonomi
1. Elastisitas
Elastisitas dari suatufungsi y=f(x) berkenaan dengan x
dapat didefinisikan dengan :

Bahwa

elastisitasy=f(x)

merupakan

limit

dari

rasio

antara

perubahan relative dalam y terhadap perubahan relative dalam x,


untuk perubahan x yang sangat kecil atau mendekati nol.

2. ElastisitasPermintaan
Ialah

perubahan

jumlah

barang

yang

diminta

akibat

perubahan harga. Merupakan rasio antara presentase perubahan


jumlah barang yang diminta terhadap presentase perubahan harga.
Jika dinyatakan dengan Qd= f(P) maka elastisitas permintaannya:

Di mana

tak lain adalah

atau f(P)

Permintaan suatu barang akan dikatakan bersifat elastic apabila


| |> 1, elastik-unier jika | | = 1, dan inelastic bila| |< 1.
3. ElastisitasPenawaran
Ialah besarnya perubahan jumlah barang yang ditawarkan
karena perubahan harga. Merupakan rasio antara presentase
perubahan jumlah barang yang ditawarkan terhadap presentase

91

perubahan harga. Jika dinyatakan dengan

, maka

elastisitas penawarannya:

Di mana

/dP tak lain adalah

atau f(P)

Penawaran suatu barang dikatakan bersifat elastic apabila > 1,


elastic-uniter jika = 1, dan inelastic bila < 1.
4. ElastisitasProduksi
Ialah besarnya perubahan jumlah output yang dihasilkan
akibat perubahan jumlah input. Merupakan rasio antara presentase
perubahan jumlah keluaran terhadap presentase perubahan jumlah
masukan. Jika P= jumlah produk yang dihasilkan, X= jumlah factor
produksi yang digunakan, dinyatakan dengan P=f(X), maka
elastisitas produksinya:

Dimana dP/dX adalah produk marjinal dari X [P atau f(X)]


E. Analisis Keuntungan Maksimum
Tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum,
atau menimbulkan kerugian maksimum, dapat diketahui dengan
pendekatan diferensial sbb:
R = r(Q)
C = c(Q)

92

ket:
R=penerimaan total

MR=penerimaan marjinal

C=biaya total

MC=biaya marjinal

Q=jumlah yang dihasilkan


=keuntungan

93

F. Penerimaan pajak maksimum


Telah diketahui rumus penawaran suatu barang ditunjukkan
oleh persamaan

P = a + bQ, dan pemerintah mengenakan pajak

spesifik sebesar atas setiap unit barang yang dijual, maka penawaran
sesudah pajak:

Apabila fungsi permintaan akan barang dicerminkan oleh


maka dengan mensubstitusikan P dari fungsi permintaan ini ke dalam
persamaan pajak per unit di atas, diperoleh:

Pajak total yang diterima oleh pemerintah adalah besarnya


pajak per unit dikalikan jumlah barang yang terjual di pasar (jumlah
keseimbangan) sesudah pengenaan pajak tersebut. Dengan notasi
matematis:

Berdasar bentuk persamaan persamaan terakhir yang kuadratparabolik ini, kita dapat menentukan pada tingkat keterjualan berapa
unit barang (Q) pemerintah akan memperoleh penerimaan maksimum
dari rencana pajak-spesifik yang akan dikenakannya.
Pajak total yang diterima pemerintah:

T maksimum jika , yakni pada

94

Ket:
t = pajak
P= harga
Q= jumlah
G. Efek pemajakan bagi penunggal
Pajak, disamping sebagai sumber pendapatan negara pajak
juga merupakan instrumen kendali atas keuntungan yang berlebihan
yang dapat dikeduk oleh penunggal(monopolist). Penerapan pajak
pada barang produksi akan meningkatkan harga barangyang
menyebabkan naiknya biaya total sehingga keuntungan yang
diperoleh penunggal menjadi berkurang.
Penerimaan total

Biaya total

Biaya total sesudah pajak

Keuntungan sesudah pajak

Pajak per unit

Pajak total

Keuntungan

95

DIFERENSIAL FUNGSI MAJEMUK


Fungsi dengan dua variabel atau lebih variabel bebas ini sering kita
jumpai dalam penerapan bidang ekonomi dan bisnis. Karena dalam
kenyataannya, bila ditelusuri lebih mendalam biasanya suatu variabel
terikat (dependent variable) akan dipengaruhi oleh beberapa variabel
bebas (independent variables). Namun, perlu diingat bahwa di antara
variabel-variabel

bebas

ini

ada

yang

saling

mempengaruhi

(interdependency), dan ada pula yang tidak saling mempengaruhi


(independent) satu sama lainnya. Hal inilah yang perlu diperhatikan
bilamana akan membuat suatu model ekonomi atau bisnis, agar dalam
analisisnya nanti akan diperoleh hasil yang sesuai dan akurat.
1.

Diferensiasi parsial
Misalkan, kita mempunyai suatu fungsi dengan n variabel bebas,
Y = f (X1,X2,..........................Xn)
di mana variabel bebas X1,X2, dan seterusnya sampai Xnadalah
tidak saling mempengaruhi (independent) satu sama lainnya. Jika
variabel terikat Y berubah yang diakibatkan oleh perubahan dari
salah satu varibel bebas yang sangat kecil (katakannlah X1),
sedangkan variabel bebas lainnya katakanlah (X2,X3, ... , Xn) tidak
berubah atau konstan, maka hal ini dapat disebut sebagai derivatif
parsial dari Y terhadap X1. Selanjutnya , hal yang serupa bila
variabel bebas X2 yang berubah-ubah dan variabel bebas lainnya
konstan, maka kita sebut derivatif parsial dari Y terhadap X2.
Dengan demikian, derivatif parsial dapat didefinisikan sebagai
tingkat perubahan seketika dari variabel terikat Y yang diakibatkan
oleh perubahan dari salah satu variabel bebas X,dimana variabel
bebas X lainnya dianggap konstan.

96

Simbol dari derivatif parsial adalah huruf kecil delta yaitu


atau dengan huruf kecil d. Jadi, derivatif parsial Y terhadap X1,
dapat ditulis menjadi,
Y atau dy atau Fxx dan Fyy atau Fx dan Fy
X1

dx

Penulisan lain derivatif parsial dari suatu fungsi,


Y = f (X1,X2,....Xn) adalah f1,f2, ..... fn
Penulisan ini hampir sama dengan penulisan f(X) pada fungsi
dengan satu variabel bebas. Namun, bilamana fungsi tidak ditulis
dalam bentuk seperti di atas, melainkan fungsi ditulis dalam bentuk
seperti,
Y = f (U,V,W), maka derivatif parsialnya adalah fu, fv, fw
atau Y/U, atau Y/V, dan Y/W.
Jadi, penulisan derivatif parsial secara umum dari fungsi,
Y = f (X1,X2,....Xn) adalah,
fi atau Y
Xi
di mana: i = 1,2,.....,n
Proses untuk mencari derivatif parsial disebut diferensial
parsial. Teknik diferensiasi parsial ini berbeda dengan aturan
diferensiasi fungsi dengan satu variabel bebas. Sebuah fungsi yang
hanya mengandung satu variabel bebas hanya akan memiliki satu
macam turunan yaitu : jika y = f (x) maka y = dy/dx. Sedangkan jika
sebuah fungsi mengandung lebih dari satu variabel bebas maka

97

turunannya akan lebih dari satu macam pula, atau jika suatu fungsi
memiliki n variabel bebas maka akan memiliki sebanyak n turunan.
Jika y = f (x,z) maka akan ada 2 y yaitu y = dy/dx dan y = dy/dz.
Untuk membedakan turunan terhadap x dan z maka biasanya akan
diberi notasi Fx untuk turunan terhadap x dan Fz untuk turunan
terhadap z.
Contoh :
Y = 3x - 8xz 5 z maka Fx = dy/dx = 6x 8z dan
Fz = dy/dz = -8x 10 z
2.

Derivatif dari derivatif parsial


Seperti halnya dengan fungsi dengan satu variabel bebas
maka fungsi yang memiliki lebih dari satu variabel bebas pun dapat
diturunkan lebih dari satu kali. Dengan kata lain masing-masing
parsialnya masih mungkin diturunkan lagi, namun berapa banyak
turunan dari turunan parsial dapat dibentuk tergantung dari bentuk
turunan parsial tersebut.
Contoh :
Y = X + 5 Z - 4 X Z 6 XZ + 8Z 7
Turunan 1

Turunan 1

Fx = dy/dx = 3 X - 8 XZ 6 Z

Fz = dy/dz = 10 Z - 4 X 12 XZ

Turunan 2

Turunan 2

Fxx = dy/dx = 6 X 8 Z

Fzx = dy/dzdx = -8 X 12 Z

Fxz = dy/dxdz = -8 X 12 Z

Fzz = dy/dz = 10 12 X

Turunan 3

Turunan 3

Fxxx = dy/dx = 6

Fzxx = dy/dzdx = -8

Fxxz = dy/dxdz = -8

Fzxz = dy/dzdx = -12

Fxzx = dy/ dxdz = -8

Fzzx = dy/ dzdx = -12

Fxzz = dy/ dxdz = -12

Fzzz = dy/ dz = 0

98

Sekarang turunan-turunan parsial ketiga ini tidak dapat


diturunkan

lagi

karena

masing-masing

hanya

mengandung

konstanta.
Latihan:
1. N = 5 KL + 2KL 7 K + 5L
NK =
NL =
2. L = F

+2F

LF =
LK =
3. A = 6 K

- 2 K L

AK =
AL =
4. F =2 X Y + 3 XY + 6 XY - 4 X Y 2 Y + 3 X
FX =
FY =
3.

Nilai ekstrim: maksimum dan minimum


Nilai ekstrim dari (optimum) dari sebuah fungsi yang mengandung
lebih dari satu variabel bebas dapat dicari dengan pengujian
sampai derivatif keduanya :
Untuk y = f (x,z) maka y akan mencapai titik ekstrimnya jika :
Fx = dy/dx = 0 danFz = dy/dz=0
Syarat di atas adalah syarat yang diperlukan agar fungsinya
mencapai titik ekstrim. Untuk mengetahui apakah titik ekstrim
tersebut titik maksimum atau minimum, digunakan syarat yang
harus dipenuhi yaitu:

99

MaksimumbilaFxx = dy/dx < 0 danFzz=dy/dz < 0


Minimum bilaFxx = dy/dx > 0 danFzz = dy/dz >0
Contoh 1:
Selidikilah apakah titik ekstrim dari fungsi berikut ini adalah titik
maksimum atau titik minimum ? : y = -x+12x -z + 10z 45
Jawab :
Fx = -2x + 12 = 0

y = -6 + 12 . 6 -5 + 10 . 5 45 = 16

-2x + 12 = 0

Fxx = -2 < 0 dan Fzz < 0 maka titik

-2x = 12 maka x = 6

ekstrimnya adalah titik maksimum

Fz = -2z + 10 = 0

dengan y maks = 16

-2z + 10 = 0
2z = 10 maka z = 5
Contoh 2:
Selidikilah apakah titik ekstrim dari fungsi berikut ini adalah titik
maksimum atau titik minimum ? : p = 3q18q + r 8r + 50
Jawab:
Fq = 6q 18
Fr = 2r 8
6q 18 = 0
q=3
2r 8 = 0
r=4
p = 3 (3)2 18(3) + 42 8(4) + 50
p = 27 54 + 16 32 + 50
p=7
Fq = 6 > 0

100

Fr = 2 > 0
Karena Fq dan Fr > 0, titik ekstrimnya adalah titik minimum
dengan P min = 7
Latihan :
Selidikilah titik maksimum ataukah titik minimum dan berapa nilai
titik maks atau min tersebut dari persamaan berikut:
1. y = 3x - 18x + z - 8z + 50
2. p = 4 q - 6 qr + 3 qr + 3 r + 5
3. y = 2x - 20x + z - 8z + 78
4.

Optimasi bersyarat : Pengganda Lagrange


Dalam kenyataan kita sering sekali harus mengoptimalkan
suatu fungsi yakni mencari nilai maksimum atau nilai minimumnya
tetapi terkekang oleh suatu fungsi lain yang harus dipenuhi, atau
dengan kata lain hendak mengoptimumkan tetapi menghadapi
kendala. Dalam kasus ekonomi hal ini banyak sekali terjadi,
misalnya hendak mengoptimalkan kepuasan tetapi terbentur oleh
pendapatan yang terbatas, atau ingin memaksimumkan laba tapi
terbentur oleh terbatasnya jumlah produk yang dapat dihasilkan.
Pengganda Lagrange
Adalah

suatu

metode

yang

dapat

digunakan

untuk

memecahkan masalah diatas yaitu ingin mengoptimalkan suatu


fungsi tetapi terbentur oleh adanya batasan (kendala).
Caranya:
F = Fungsi yang hendak dioptimumkan + (fungsi kendala)
Kemudian cari nilai ekstrimnya dengan cara diferensiasi parsial:
Fx = 0

101

Fy = 0
Kemudian masukkan nilai ekstrim tersebut ke dalam fungsi
kendala, sehingga diperoleh nilai variabel x dan variabel y. Barulah
dimasukkan ke dalam fungsi yang hendak dioptimumkan.
Contoh 1:
Tentukan nilai ekstrim z dari fungsi z = 2x + 2y
dengan kendala x + y = 8
Jelas pula nilai ekstrimnya.
Jawab :
Fungsi Lagrange =
F = 2x + 2y + (x+ y - 8) = 2x + 2y + x + y 8
Agar ekstrim F = 0
Fx = 2 + 2x = 0 diperoleh = -2/2x = -1/x(1)
Fy = 2 + 2y = 0 diperoleh = -2/2y = -1/y(2)
Berdasarkan (1) dan (2) : -1/x = -1/y atau x = y
Menurut fungsi kendala x + y = 8
jika x = y maka x + x = 8
2x = 8
x = 4

x = 2 berarti y = 2

karena x = y = 2 maka z = 2 + 2 = 8
penyidikan nilai ekstrim :

untuk x = y = 2. maka = -1/x = -1/y =-1/2


Fxx = 2 = 2. 1/2 = -1 < 0

karena Fxx dan Fyy < 0 maka

nilai
Fyy = 2 = 2. 1/2 = -1 < 0

ekstrimnya adalah maksimum

102

Untuk x = y = -2 maka = -1/x = -1/y =


Fxx = 2 = 2. 1/2 = 1 > 0

karena Fxx dan Fyy > 0 maka

nilai
Fyy = 2 = 2. 1/2 = 1 > 0

ekstrimnya adalah minimum

Contoh 2:
Kepuasan seorang konsumen untuk mengkonsumsi barang X dan
Y dicerminkan dengan fungsi utilitas U = xy. Jumlah pendapatan
konsumen Rp. 1.000, harga X dan Y masing-masing per unit
adalah Rp. 25 dan Rp. 50. Hitunglah kombinasi konsumsi x dan y
yang memberikan kepuasan optimum, serta besarnya nilai
kepuasan optimal tersebut.
Jawab:
Maksimalkan U = xy dengan kendala 25X + 50Y = 1000
F = xy + (25X + 50Y 1000)
Fx = 2xy3 + 25
Fy = 3 xy2 + 50
2xy3 + 25 = 0
25 = 2xy3

3 xy2 + 50 = 0

= 2xy3
25

50 = 3 xy2
= 3 xy2
50
2xy3 = 3 xy2
25
50
3
100 xy = 75 xy2
xy3 = xy2
y = xy2
xy2

103

y=x
x = 4/3 y
Masukkan ke dalam fungsi kendala:
25X + 50Y = 1000
25X + 50 ( x ) = 1000
25X + 150/4 x = 1000
100/4 x + 150/4 x = 1000
250/4X = 1000
X = 16
Y=x
Y = . 16
Y = 12
Kemudian masukkan ke dalam fungsi utilitas:
U = xy
U = 162.123
U = 256.1728
U = 442.368
Kerjakan di rumah:
1. N = FK2/5 + 7 F1/7 K1/7
NF =
NK =
2. K = 8 XY - 3 XY + 4 XY 5 X + 5 Y + 2
KX =
KY =
3. A = F

- 4 F L

AF =
AL =
4. Maksimumkan Z = 10 XY, dengan syarat X + Y = 16
5. Maksimumkan Z = 18 K + 2 L, dengan syarat K L = 288
6. Maksimumkan Z = 6 K

L , dengan syarat 4 K + 3 L = 144

104

BAB V
INTEGRAL DAN PENERAPANNYA

A. Integral Tak Tentu dari Aturan turunan (Anti Turunan)


Mengintegralkan suatu fungsi turunan F(x) berarti adalah
mencari integral atau turunan antinya, yaitu F(x).
Bentuk umum integral dari F(x) adalah :

Di mana k adalah sembarang konstanta yang nilainya tidak


tentu. Dalam rumusan di atas, tanda

adalah tanda integral; f(x)dx

adalah deferensial dari F(x);f(x) sendirian disebut integeran; dx

sendirian disebut deferensial ; F(x)merupakan integral particular; k


adalah konstanta pengintegralan; dan F(x)+k merupakan fungsi asli
atau fungsi asal. Proses meng integeralkan disebut juga integrasi.
Dalam deferensial kita menemukan bahwa jika misalnya suatu
dungsi asal dilambangkan dengan f(x) maka
Untuk fungsi asal

: F(x) = x2+5

Fungsi turunannya

Jika proswsnya dibalik, yakni fungsi turunan f(x) diintegralkan,


maka:

Karena derivatif dari setiap konstanta adalah nol, maka dalam


mengintegralkan setiap fungsi turunan konstanta k tetap dalam bentuk
k. artinya nilai konstanta terebut tidak dengan sendirinya bias diisi
dengan bilangan tertentu (misalnya 5, dalam contoh tadi), kecuali jika
di dalam soal bilangan sudah ditentukan nilai konstantanya. Karena
ketidak tentuan nilai konstanta itulah maka bentuk integeral yang
merupkan kebalikan dari deferensial dinamakan integral tak tentu.

105

1. Kaidah- kaidah Integrasi tak tentu

xn 1
x dx n 1 k

Kaidah 1. Formula Pangkat


n

Contoh :

xdx ln x k

Kaidah 2. Formula Logaritmis


1

Contoh :

e dx e
e du e

Kaidah 3. Formula Eksponensial


x

u f(x)

Contoh :

106

f ( x) g ( x)dx f ( x)dx g ( x)dx

Kaidah 4. Formula Penjumlahan

F(x) G(x) k

Contoh :

Kaidah 5. Formula Perkalian

Contoh :

Kaidah 6. Formula Subtitusi

Contoh :

2. Integral Tak Tentu dari Fungsi Aljabar


a. Integral Tak Tentu dari Fungsi Aljabary

disebut integral tak tentu dari fungsi aljabar jika

fungsi integran f(x) merupakan fungsi aljabar dengan F(x)=f(x).

107

F ( x)

Jika

f ( x) dx x

1 n 1
x
n 1

dx

maka

F ' ( x) f ( x) xn sehingga

1 n 1
x c .Aturan
n 1

dasar

yang

berlaku

secara umum pada integral tak tentu dari fungsi-fungsi aljabar

dx x c

dapat dituliskan sebagai berikut :


1)
2)
3)
4)
5)
6)

a dx ax c

{( f ( x) g ( x) h( x)}dx f ( x) g ( x)dx h( x)dx

{( f ( x) g ( x) h( x)}dx f ( x)dx g ( x)dx h( x)dx


x dx n 1x
1

dx

n 1

c , dengan n bilangan rasional dan n # -1

a n 1
x c , dengan n bilangan rasional dan n # -1
n 1

b. Menentukan F(x) Jika F(a) diketahui dengan a=konstanta


Jika F(x) dan F(a) diketahui maka nilai c pada fungsi
asal F(x) akan mempunyai nilai tertentu sehingga akan
memperoleh sebuah fungsi F(x)
Contoh :
Diketahui : F(x)= 4x + 1 dan F(2) = 6, tentukanlah F(x)
F ( x) F ' ( x)dx (4 x 1)dx 2 x2 x c

Jawab :

F (2) 2.2 2 2 c 6

8+2+c =6
c = -4

Jadi, F(x) = 2 x2 x 4

3. Integral Tak Tentu Pada Pnerapan Ekonomi


a. Fungsi Biaya

Biaya total : C f (Q)

108

Biaya Marjinal : MC = C =

dC
f ' (Q)
dQ

C MC dQ f ' (Q) dQ

Biaya total tak lain adalah integral dari biaya marjinal :

b. Fungsi Penerimaan

Penerimaan total : R f (Q)

Penerimaan Marjinal : MR = R =

dR
f ' (Q)
dQ

Penerimaan total tak lain adalah integral dari penerimaan


R MR dQ f ' (Q) dQ

marjinal :

Utiliti total : U MR dQ

c. Fungsi Utilitas

Utiliti Marjinal : MU = U =

dU
f ' (Q)
dQ

U MU dQ f ' (Q) dQ

Utiliti total tak lain adalah integral dari utilities marjinal :

d. Fungsi Produksi

Produk total : P f (X) dimana, P = keluaran


X = masukan

Produk Marjinal : MP = P =

dP
f ' ( X)
dX

P MP dX f ' ( X ) dX

Produk total tak lain adalah integral dari produk marjinal :

e. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Dalam ekonomi makro, konsumsi (C) dan tabungan (S)
dinyatakan fungsional terhadap pendapatan nasional (Y)
C f ( y) a bY

109

MPC C '

dC
f ' (Y) b
dY

Karena Y = C + S, maka;
S g (Y) a (1 b)Y

MPS S'

dS
g ' (Y) (1 b)
dY

Berdasarkan kaidah integrasi, konsumsi dan tabungan


masing-masing adalah integral dari marginal propensity to consume
C MPC dY F (Y) k k a

dan marginal propensity

S MPS dY G (Y) k k a

Konstanta pada fungsi konsumsi dan fungsi tabungan


masing-masing adalah autonomous consumption dan autonomous
saving.
Contoh soal
1.

2.

dx

3.

4.

5.

B. Integral tertentu
Integral tertentu adalah integral dari suatu fungsi yang nilai-nilai
variable

bebasnya

tertentu.

Integral tertentu digunakan

untuk

menghitung luas area yang terletak diantara kurva y=f(x) dan


sambungan horizontal x , dalam suatu rentangan wilayah yang
dibatasi oleh x=adan x2=b.

110

Dalam integral tak tentu kita temukan bahwa

Jika kita ingin mengetahui hasil integrasi tersebut untuk suatu


rentangan wilayah tertentu, katakanlah antara x = a dan x = b di mana
a < b , maka x dapat di subtitusi dengan nilai-nilai a dan b sehingga
ruas kanan persamaan di atas menjadi :
{F(b) + k}-{F(a) +k}= F(b)-F(a)
F(b)-F(a) adalah hasil integral tertentu dari f(x) antara a dan b. secara
lengkap persamaan pertama tadi dapat dituliskan menjadi :

Notasi dibaca integral f(x) untuk rentang wilayah x dari a ke b


a < b, a dinamakan batas bawah integrasi, b dinamakan batas atas
integrasi
kaidah-kaidah integral tertentu
1.

2.

Contoh :

3.

111

4.

5.

6.

Penerapan Ekonomi
1. Surplus Konsumen
Surplus konsumen (consumers surplus) mencerminkan suatuke
untungan lebih atau surplus yang dinikmati oleh konsumen tertentu
berkenaan dengan tingkat harga pasar suatu barang.
Fungsi permintaan P=f(Q) menunjukkan jumlah suatu barang
yang akan dibeli oleh konsumen pada tingkat harga tertentu. jika
tingkat harga P maka bagi konsumen tertentu yang sebetulnya

112

mampu dan bersedia membayar dengan harga lebih tinggi dari P, hal
ini akan merupakan keuntungan baginya, sebab ia cukup membayar
barang tadi dengan harga P. Keuntungan lebih semacam inilah yang
oleh Alfred Marshal disebut surplus konsumen.secara geometri,
bersarnya surplus konsumen ditunjukkan oleh luas area di bawah
kurvapermintaan tetapi di atas tingkat harga pasar.
P
D (0, P^)

Suplus onsumen (Cs)


Pe

E (Qe, Pe)
P = f(Q)

Qe

SurplusKonsumen atauCs (singkatanConsumers Surplus) tidak


lain adalah segitiga PeDE, dengan rentang wilayah yang dibatasi oleh
Q = 0sebagai batas bawah dan Q = Qesebagai batas atas.
a. Besarnyas urplus konsumen untuk fungsi permintaan berbentuk P =
f(Q) adalah:

b. Untuk fungsi permintaan yang berbentuk Q = f(P), maka besarnya


surplus konsumen adalah:

Dalam hal fungsi permintaan berbentuk Q=f(P): adalah nilai P

untuk Q = 0 atau penggal kurva permintaan pada sumbu harga.


Dengan demikian:

113

2. Surplus Produsen
Surplus

produsen

(Producers

Surplus)

mencerminkan

suatukeuntungan lebih atau surplus yang dinikmati oleh produsen


tertentu berkenaan dengan tingkat harga pasar dari barang yang
ditawarkannya.
P
P = f(Q)
Pe

E (Qe, Pe)

SurplusProdusen (Ps)
D (0,P^)
0

Qe

SurplusProdusen atauPs (singkatanProducers Surplus) tidak


lain adalah segitiga PeDE, dengan rentang wilayah yang dibatasi oleh
Q = 0sebagai batas bawah dan Q = Qesebagai batas atas.
a. Besarnya surplus produsenuntuk fungsi permintaan berbentuk P =
f(Q) adalah:

Dalam hal fungsi penawaran berbentuk P=f(Q)I atau

Dalam hal fungsi penawaran terbentuk Q=f(P): adalah nilai P

untuk Q=0, atau penggal kurva penawaran pada sumbu harga.

114

Dengan demikian :

Soal Latihan

1.

2.
3.

4.
5.

115

BAB VI
MATRIK DAN PENERAPANNYA
A. Pengertian Notasi dan Ordo Suatu Matriks
1. Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk
persegi panjang diatur menurut baris dan kolom (lajur).
Bilangan-bilangan didalam matriks disebut unsur-unsur
matriks.Susunan unsur-unsur matriks dibatasi dengan tanda
kurung.
Matriks tidak mempunyai nilai numerik, artinya meskipun
matriks adalah kumpulan suatu bilangan, tetapi ia sendiri tidak
melambangkan sesuatu bilangan.
A adalah lambang huruf untuk matriks.A

2 X 2

artinya :

Matriks A berordo 2x2 mempunyai 2 baris dan 2 kolom


A 2X 2 =
2. Ordo Suatu Matriks
Ordo suatu Matriks ditentukan oleh banyaknya baris(m)dan
diikuti banyaknya kolom(n) = Am

x n.Contoh

: A4x

adalah matriks

berordo 4 x 3
3. Jenis Matriks
a. Matriks Persegi
Matriks persegi adalah matriks yang banyaknya baris sama
dengan banyaknya kolom(m = n).Anxm disebut matriks An berbentuk
persegi berordo n.
Contoh :

2 dan 6 adalah merupakan diagonal utama


1 dan 4 adalah merupakan diagonal samping

116

b. Matriks Baris
Matriks baris adalah matriks yang mempunyai satu baris
(A 1xn)
c. Transpose Suatu Matriks
Transpose dari matriks Anxm dinotasikan dengan A atau At.
A = Anxm yaitu matriks yang barisnya menjadi kolom dan kolomnya
menjadi baris.
Contoh :
A3 x 2 = [

Maka At adalah

4. Kesamaan Dua Matriks


Dua Matriks dikatakan sama apabila ordonya sama dan
unsur-unsurnya yang seletak pada kedua matriks tersebut sama.
Contoh :
=

Diketahui Matriks K = L,

.Tentukan nilai a dan b

Jawab :
Unsur pada baris pertama lahir kedua tampak bahwa 3b = 6
Elemen pada baris ke-dua lajur kedua terlihat bahwa a = -3
Jadi nilai a dan b masing-masing adalah 3 dan 2
B. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
1. Penjumlahan Matriks(A+B)
Jika A dan B adalah matriks yang berordo sama,maka
jumlah matriks A dan B ditulis (A+B) adalah matriks baru yan
diperoleh dari menjumlahkan setiap unsur A dengan unsur yang
diletakan pada B.
Contoh :
+

117

2. Matriks Nol
Matriks nol adalah matriks yang semua unsurnya nol dan
dinotasikan 0
Contoh :
[

03 x 2 =

Sifat 0+A = A+0 = A

3. Lawan Suatu Matriks


Matriks A dikatakan lawan dari Martiks B jika hasil
penjumlahan dari keduanya adalah matriks nol.

B = A maka berlaku A + B = A + (A) = 0


Contoh :
02 x 3 = [

Maka lawannya adalah (A) = [

Karena B = A maka A + B adalah

= [

=[

] +
]

4. Pengurangan Matriks

=[

]
[

]
]

Matriks A dikurangi Matriks B didefinisikan sebagai matriks A

ditambah dengan lawan dari matriks B,atau dapat dituliskan : A B


= A + (B)
Contoh :

=[

5. Sifat-Sifat Penjumlahan Matriks

]=

a. Komutatif = A + B = B + A
b. Asosiatif

= (A + B) + C = A +(B + C)

c. Terdapat setelah matriks identitas penjumlahan yaitu 0 dimana A


+0=0+A=A

118

d. Setiap matriks A mempunyai lawan(negatif) yaitu A dimana A +


A = 0

C. Perkalian Bilangan Riil dengan Matriks


Matriks k.A adalah suatu matriks yang unsur-unsurnya
merupakan hasil kali dari k dengan unsur-unsur matriks A.
Contoh :
maka hitunglah 3A

Jika A =
Jawab :

3A = 3

Sifat - sifat perkalian bilangan riil dengan matriks


Jika k dan h adalah bilangan riil,A dan B adalah matriks berordo m x
n,berlaku sifat :
1. 0 x A = 0
2. 1 x A = A

3. (1)A= A
4. (k + h)A = kA + hA
5. k(A + B) = kA + kB
6. k(h x A) = h(k x A)
D. Perkalian Matriks
1. Syarat Perkalian Dua Matriks
Dua Matriks dapat dikalikan apabila banyaknya kolom pada
matriks kiri sama dengan banyaknya baris pada matriks kanan.
A(m

x n)

x B(n x

p)

= C(m

x p)

Berikut ini akan ditunjukan perkalian dua matriks yang berordo 2 x 2


]

=[

119

Contoh :
Diketahui :
Tentukan A x B!

dan B =

A=
Jawab :
AxB=

2. Perkalian dari Kiri dan Perkalian dari Kanan


Matriks A dikalikan dengan matriks X dari kiri (X x A) dengan
dari kanan(A x X) akan menghasilkan matriks yang berlainan
sehingga (X x A) (A x X).
Contoh :
Diketahui A =

dan X =

Tentukan X x A dan A x X

Jawab :
XxA=

AxX=

==

Jadi X x A A x X

=
==

3. Matriks Satuan
Matriks satuan adalah matriks persegi dimana unsure-unsur
pada diagonal utama semuanya satu(1) sedangkan unsur yang lain
nol(0).Matriks satuan disebut juga sebagai Matriks Identitas(I).
Misalnya I2 =
Sifat Matriks satuan = A x 1 =1 x A = A
Contoh :
Tentukan nilai A x 1 dan 1 x A,jika A =
Jawab :
Ax1=

1xA=

120

Jadi A x 1 = 1 x A
4. Perpangkatan Matriks persegi
Jika A matriks persrgi,maka A2 = A x A dan A3 = A2 x A = A x
AxA
Contoh :
tentukan A2 dan A3

Jika A =
Jawab :
A2 = A x A

=
A3 =

5. Sifat-sifat perkalian Matriks


a. X x A A x X

b. A(B A) = A x B A x C
c. A(B + A) = A x B + A x C
d. Jika k bilangan nyata,maka (k x A)B = k(A x B)
e. A x B = A x C tidak perlu B = C

f. Jika At dan Bt adalah transpos dari A dan B maka (A B)t = Bt x


At
E. Invers Matriks
1. Determinan Matriks Berordo 2 x 2

maka determinan A = A =

Jika A =
Contoh :
Diketahui A =

tentukan determinan A

Jawab :

det. A = A = ad bc

= (8 x 4) (6 x 3)

121

= (ad bc)

= 24 18
=6
2. Dua Matriks Saling Invers
Jika A dan B matriks persegi yang berordo sama sedemikian
sehingga AB = BA = 1 maka A = B1 dan B = A1
Contoh :
A=

dan B =

Tunjukan bahwa matriks A dan B adalah Invers yang satu dari yang
lain
Jawab :
AxB=

BxA=

=
=

Karena A x B = B x A = 1 maka A dan B saling invers


3. Matriks Singular
Jika determinan sebuah matriks sama dengan nol maka
matriks tersebut tidak mempunyai invers.
Contoh :
Diket : Tentukan nilai X jika matriks berikut merupakan matriks
singular

Jawab :

= (2X + 1) (1/2*2) = 0
=X++1=0
= X = 5/4
=X

= 5/2

4. Rumus Invers Matriks Berordo 2 x 2


Jika A =

dan A1

,maka A x A1 =

122

=1

Sehingga diperoleh

]=

ab + br = 1(1)
cp + dr = 0(2)
aq + bs = 0(3)
cq + ds = 1(4)
dengan menyelesaikan persamaan linear diatas maka diperoleh :
p=

q=

r=

r=

Jadi Invers Matriks A adalah :


A1 =

=[

Contoh :

Tentukan A1

Jika A

Jawab : A = ad bc = 3 8 = 5
maka A1 =

=[

F. Permasalahan Matriks Berbentuk AX=B dan XA=B


Untuk menyelesaikan persamaan Matroks berbentuk AX = B
dan XA = B dapat dilakukan langkah langkah sebagai berikut :
1. AX = B

A1 x A x X= A1 B
(A1 x A) B= A1 B

1 X = A1 B

2. XA = B

X x A x A1 = B x A1
A(A x A1) = B x A1

X x 1 = B x A1

X = A1 B

X = B x A1

123

Contoh :
Diketahui : A =

dan B =

Tentukan AX = B dan XA = B
Jawab :
AX = B

XA = B
=

X=
X

X=

X=

X=

X=

X=[

G. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Matriks


1. Dengan Metode Invers Matriks
ax + by = p
cx + dy = q
dapat dinyatakan dalam bentuk matriks
=

,sehingga didapat :

Contoh :
Dengan menggunakan Matriks selesaikan system persamaan
berikut
4x + 5y = 17
2x + 3y = 11
Jawab :
4x + 5y = 17
2x + 3y = 11
Dapat dinyatakan dalam bentuk :

=
=

124

maka

Jadi x = -2 dan y = 5 dan Hp ={-2,5}


2. Menggunakan Metode Determinan
ax + by = p
cx + dy = q
ditentukan oleh x =

,dengan catatan D0

| = ad bc

D =|

Dx = |

dan y =

Contoh :

| = aq -pc

dy = |

| = pd bq

Selesaikan sistem persamaan dua variable berikut menggunakan


metode determinan
4x + 3y = 30
x+y

=9

dinyatakan dalam bentuk matriks


D=
x =

=43=1
= =3

Dx =

=
= 30 27 = 3

Selanjutnya, y =

= =6

Jadi x = 3 dan y = 6,Hp ={3,6}


3. Menentukan Determinan Matriks Ordo (3 x 3)
) maka detreminan dapat dicari

Jika Matriks A=(


dengan cara :
a. Perkalian Diagonal

125

A = a11

a12

a13

a11

a12

a21

a22

a23

a21

a22

a31

a32

a33

a31

a32

Keterangan :
= Diberi tanda
= Diberi tanda +
= ((a11*a22 * a33)
(a11 *

+ (a12 *

a23 * a31)

+(

a13 * a21 * a32))

((a13 *

a22 * a31)

a23 * a32) +

(a12 *

a21 *a33))

b. Cara Exspansi Baris Pertama


| a12 |

| | = a11 |

a11((a22 * a33) - (a23 * a32))

| + a13 |

a12 ((a21 *a33) - (a23 *a31)) + a13 ((a21

* a32) (a22 * a31))


Contoh :
Tentukan Determinan Matriks Berikut :
|

R=|

Jawab :

Cara a(Perkalian Diagonal) :


R= 5

-2

-2

-1

-1

-2

= ((5 * -1 * -2) + (-2 * 4 *2) + (3 * 1 *3)) ((3 * -1 * 2) + (5 * 4 * 3) +


(-2 * 1 * -2))
= (10 16 + 9) (-6 + 60 + 4)
= 3 -58
= -55
Cara b (Ekspansi Baris Pertama)
| |=5|

| + 2|

|+3|
126

=5 (2 12) + 2(-2-8) + 3(3 + 2)


= -50 -20 + 15
= -55
4. Sifat Sifat Determinan
Determinan mempunyai beberapa sifat khas berkenaan
dengan nilai numeriknya.
Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut :

Nilai determinan adalah nol jika semua unsurnya sama.


| |=|

|=8+8+8888=0

Nilai determinan adalah nol jika terdapat dua baris atau dua
kolom yang unsur unsurnya sama.
| |=|

| = 80 + 48 + 30 80 30 48 = 0

Nilai determinan adalah nol jika terdapat dua baris atau dua
kolom yang unsur unsurnya sebanding.
| |=|

| = 160 + 96 + 60 160 60 96 = 0

Nilai determinan adalah nol jika unsure unsure pada salah satu
baris atau kolom semuanya nol
| |=|

|=0+0+0000=0

Nilai determinan tidak berubah jika semua baris dan kolomnya


saling bertukar letak,dengan kata lain determinan dari matriks A
sama dengan determinan dari matriks ubahannya A ; | | = | |.
| |=|

| = 54 + 168 + 40 105 - 54 64 = 39

| |=|

| = 54 + 40 + 168 105 - 54 64 = 39
127

Nilai determinan berubah tanda (tetapi harga mutlaknya tetap)


jika baris atau dua kolomnya bertukar letak.
| |=|

| = 54 + 168 + 40 105 - 54 64 = 39

| |=|

| = 54 + 105 + 64 168 - 54 40 = 39

Perhatikan bahwa | | adalah | | setelah baris pertama dan kedua bertukar tempat.

Determinan dari suatu matriks Diagonal adalah hasil kali unsur


unsur diagonalnya :
| |=|

| = 2 * 3 * 9 = 54

Jika setiap unsur pada satu baris atau kolom dikalikan dengan
suatu bilangan, nilai determinannya adalah sama dengan hasil
kalinya dengan bilangan tersebut.
| |=|
|

|=|

| = 39, jika baris kedua dikalikan 2, maka :


| = 108 + 336 + 80 210 - 108 128 = 78 = 2| |

Jika semua unsure merupakan penjumlahan dari dua baris atau


lebih,determinannya dapat dituliskan sebagai penjumlahan dari
dua determinan atau lebih.

Jika nilai determinan dari suatu matriks sama dengan nol,


matriksnya dikatakan singular dan tidak mempunyai balikan
(inverse).Jadi jika | | = 0, A merupakan matriks singular dan A

-1

tidak ada.

Jika nilai determinan dari suatu matriks tidak sama dengan nol,
matriksnya dikatakan non singular dan mempunyai balikan.Jadi
bila| | 0, A merupakan matriks non singular dan A -1 ada.
128

Pada penguraian determinan(ekspansi laplace), nilai determinan


sama dengan nol jika unsure baris atau kolom dikalikan dengan
kofaktor unsure baris atau kolom yang lain, tetapi tidak sama
dengan nol jika unsure suatu baris atau kolom dikalikan dengan
unsure suatu baris atau kolom itu sendiri.
5. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Contoh :
Tentukan penyelesaian dari SPLTV berikut :
2x + 2y + 3 z = 4
x-y+z
x + 2y z

= -5
= 11

Penyelesaian :
x

-1

-5

-1

11

| |=|

= (2 * -1 *-1) + (2 * 1 *1) +(3 * 1 * 3) (3 * -1 * 1) (2 * 1 * 3 )


(2 * 1 * -1)

=2+2+9+36+2
= 12
|

|=|

= (2 * 1 * 11) + (3 * -5 * 3) + (4 * -1 * -1) (4 * 1 * 3) (2 * -5 * -1)


(3 * -1 * -11)
= 22 45 + 4 12 10 + 33
= -8

|=|

129

= (2 * 1 * 11) + (3 * -5 * 1) + (4 * 1 * -1) (4 * 1 * 1) (2 * -5 * -1)


(3 * 1 * 11)
= 22 15 4 4 10 33
= -44
|

|=|

= (2 * -1 * 11) + (2 * -5 * 1) + (4 * 1 * 3) (4 * -1 * 1) (2 * -5 * 3)
(2 * 1 * 11)
= -22 10 + 12 + 4 + 30 - 22
= -8
x=| |=

= - 0,66

z=| | =

= - 0,66

y=| | =

= - 3,6

H. Matriks Identitas(I)
I=|

I=|

Jika A dan B adalah matriks ordo |

| dan A * B = B * A =

I,maka B adalah invers dari A dan A adalah invers dari B


Diket = A = |

A1 =

Atau = A1 =

| maka,
|

adj * A

A1 = | | adj * A

Contoh :

Tentukan Invers Identitas Berikut : R = |

Jawab : R1 =

130

=
=|

Pembuktian :

R * R1 = I
| x |

| =|

|=|

| maka bernilai benar

I. Vektor
1. Pengertian Vektor dan cara penulisannya
Suatu vector biasanya dilambangkan dengan sebuah huruf
kecil bercetak tebal atau huruf kecil biasa ber-anak panah
diatasnya.kecuali itu bisa juga dilambangkan dengan huruf besar
(seperti halnya matriks),megingat pada dasarnya vector juga
merupakan sebuah matriks,yakni matriks berordo m x 1(vector
kolom) atau 1 x n (vector baris).

Contoh Vektor Baris :

Contoh Vektor kolom :

a=

c=[ ]

b=

d=[

Unsur suatu vector dilambangkan dengan huruf kecil sesuai


dengan nama vektornya dan diikuti oleh indeks kolom atau indeks
barisnya,dengan demikian aj berarti menunjukan unsure dari vector
baris a kolom ke j,sedangkan ai menunjukan unsure dari vector baris
a kolom ke i.Dalam contoh diatas a2 berarti unsure dari vector baris a
kolom ke 2,yaitu bilangan 4 ; c

baris ke 2,yaitu bilangan 6.


2. Pengoperasian Vektor

131

berarti unsure dari vector kolom c

Mengingak vector pada dasarnya juga suatu matriks, yakni


matriks berbentuk khusus, maka syarat syarat dan cara
pengoprasian matriks berlaku pula untuk pengoprasian vector,begitu
pula dengan kaidah kaidah yang menyertainya.Dua buah vector
hanya bisa dijumlahkan atau dikurangkan jika keduanya sejenis atau
sedimensi.Dua buah vector dapat dikalikan jika keduanya berlainan
jenis tetapi berdimensi sama.
3. Perkalian Matriks dengan Vektor
Sebuah matriks yang bukan berbentuk vector hanya dapat
dikalikan dengan sebuah vector kolom, dengan catatan jumlah kolom
matriks sama dengan dimensi vector kolom yang
bersangkutan,hasilnya adalah sebuah vector kolom baru.
A mxn x b a x 1 = c m x 1
Contoh :
=

4. Kesamaan Matriks dan Kesamaan Vektor

Dua buah matriks A dan B dikatakan sama dan dituliskan A

= B apabila keduanya berorde sama dan semua unsure yang


terkandung didalamnya sama (a

ij

= b

i j

Untuk setiap i dan j). Jika

matriks A tidak sama dengan matriks B, ditulis A B.

Maka A = B,A C dan B C.

Dua buah vector dikatakan sama jika keduanya sejenis, sedimensi


dan semua unsure didalamnya sama.
Contoh :
a=
b=

u=[ ]

132

v =[

Maka a = b,u v,a u v dan b u v


Catatan :
Berdasarkan

definisi

matriks

dan

vector

sebagaimana

diuraikan dimuka, maka selain kumpulan bilangan matriks dapat pula


dipandang sebagai kumpulan vector.A

m x n

adalah matriks A yang

merupakan kumpulan dari m buah vector baris dan n buah vectorkolom.Jadi,


adalah merupakan matrik yang merupakan kumpulan
dari vector vector :
dan

LATIHAN :
1. Diket : p =

Q=

Ditanya : Tentukan nilai a, b, c, d, e,dan f jika Pt = Q


2. Tentukan nilai X jika matriks berikut merupakan matriks singular
:
3. Hitunglah hasil perkalian dari matriks berikut ini :
x
4. Tentukan nilai invers identitas berikut ini :
M=
5. Diket : A =

B=

Tentukan :
a. A + B
b. (A + B)t
c. Periksalah apakah At , Bt dan (A + B)t

133

d. Dari hasil a dan b apakah (A + B)t = (At + Bt )


6. Diketahui matriks A dan B berordo 3x3

x y y z
6 2 3
x

A 1 1 0 dan B z a b
b 2c
1 0 1
x d ye e f

Jika A = B, tentukan nilai a,b,c,d,e,f,x,y dan z.


7. Diketahui matriks P dan Q yang berordo 2x2

2 x y 3x
7 4
dan Q
Jika A Bt , tentukan x3 y3 .
P
x 2 y x y
2 y 1

1 2
4 3
dan B
, carilah matriks
8. Ditentukan matriks-matriks A
3 4
2 1
a. 2A

b. -2B

c.

2
(A
5

+B)

d. (5A-2B)t

9. Jika H adalah matriks berordo 3x3, tentukan matriks H dari persamaan


berikut:

2 3 5
3 8 15

1 0 4 5H 4 20 11
6 7 8
1 2 12

134

DAFTAR PUSTAKA
Dumairy.
1991.
Matematika
Terapan
untuk
Ekonomi.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Bisnis

dan

Edwin J. Purcell dan Dale Varberg (Alih Bahasa : I Nyoman Susila, dkk),
1990, Kalkulus dan Geometri Analitis, Jakarta: Erlangga
Johanes dan Budiono Sri Handoko, 1989, Pengantar Matematika untuk
Ekonomi, Jakarta: LP3ES
J. Supranto, 2004. Matematika untuk Ekonomi dan Bisnis, Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Legowo, 1982, Dasar-dasar Kalkulus Penerapannya dalam Ekonomi,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Moh. Tohir, H. Hayono Wiryo, dan Pranowo, 1984, Matematika Ekonomi,
Yogyakarta: Penerbit Ananda.
Sihwaningrum,Idha,dkk.1999. Mematika Dasar. Purwokerto : Universitas
Jendral Soedirman.
Sofyan Assauri, 2000, Matematika Ekonomi, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Wan Usman, 1986, Matematika Manajemen I dan II, Jakarta: Penerbit
Karunika Jakarta Universitas Terbuka.
Weber, J.D., 1976. Mathematical Analysis Business & Economic
Aplication, Harper & Row, Publisher, Inc.
Yusuf Yahya dkk, 2010. Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi,
Ghalia.

135

Anda mungkin juga menyukai