5, sehingga x adalah 5
c. perkalian : a x b maka 2 x 3 = 6
d. pembagian : a/b atau a:b maka 8/2 = 4
Pembagian dapat didefinisikan dalam bentuk perkalian. Yaitu kita pandang a/b sebagai suatu
bilangan x yang setelah dikalikan dengan b sama dengan a, atau bx = a
Contoh : 6/3 adalah bilangan x sedemikian rupa sehingga 3 dikalikan x sama dengan 6, atau 3x = 6,
jadi 6/3 = 2 sehingga x adalah 2
Sistem Bilangan Nyata
1. Bilangan Asli (Natural Number) : 1, 2, 3, ...
2. Bilangan Rasional Positif (Positive Rasional Number) atau pecahan positif adalah
hasil bagi dari dua bilangan positif, misalnya : 2/3, 8/5, 121/17. Bilangan rasional
positif mencakup himpunan bilangan asli. Jadi bilangan rasional 3/1 adalah bilangan
asli 3
3. Bilangan Irasional Positif (Positive Irrational Number) adalah bilangan-bilangan
yang tidak rasional, misalnya : √2, π
4. Nol (Zero) ditulis 0, berfungsi untuk memperluas sistem bilangan sehingga
memperkenankan suatu operasi seperti 6 - 6, 10 - 10 dan lain-lain. Nol memiliki sifat
bahwa setiap bilangan yang dikalikan dengan nol adalah nol. Nol bila dibagi dengan
bilangan yang ≠ 0 (baca tidak sama dengan nol) adalah nol
5. Bilangan bulat negatif (Negative Integer) bilangan rasional negatif dan bilangan
irasional negatif adalah seperti -3, -2/3, dan -√2, gunanya untuk memperluas sistem
bilangan sehingga memperkenankan suatu operasi seperti : 2 - 8, π - 3π, 2 - 2√2 dan
lain-lain. Apabila tidak ada tanda di depan suatu bilangan, maka berarti bilangan
tersebut positif.
Himpunan
1. Pengertian
Himpunan adalah : suatu kumpulan atau gugusan dari sejumlah obyek.
Dalam penyajian secara umum himpunan dilambangkan dengan huruf besar
(kapital). Seperti : A, B, C, D, ... dan seterusnya.
Sedangkan obyek yang menjadi anggota suatu himpunan dilambangkan
dengan huruf - huruf kecil. Seperti : a, b, c, d, ... dan seterusnya.
Penulisan Matematis (Notasi)
p ∈ A berarti bahwa obyek p adalah merupakan anggota (unsur ; elemen) dari
himpunan A.
A ⊂ B berarti bahwa A merupakan himpunan bagian (subset) dari B (anggota
himpunan A juga merupakan anggota himpunan B). → p ∈ A juga p ∈ B maka A disebut
himpunan bagian (subset) dari B (anggota himpunan A juga merupakan anggota himpunan B)
A = B berarti bahwa himpunan A sama dengan himpunan B, yakni jika dan
hanya jika A ⊂ B serta B ⊂ A. Di mana himpunan A dan B mempunyai anggota yang sama dan
sederajat.
Pernyataan Ingkaran :
p ∉ A artinya obyek p bukan merupakan anggota himpunan A
A⊄ B artinya obyek A bukan merupakan himpunan bagian dari B
A ≠ B artinya himpunan A tidak sama dengan himpunan B
2. Penyajian Himpunan
Penyajian himpunan dapat dituliskan dengan dua cara yaitu : cara daftar dan cara
kaidah.
Cara daftar ialah dengan mencantumkan seluruh obyek yang menjadi anggota
himpunan.
A = { 1, 2, 3, 4, 5, } → berarti himpunan A beranggotakan bilangan - bilangan bulat positif 1, 2, 3, 4, dan 5,
Cara Kaidah ialah dengan menyebutkan karakteristik tertentu dari obyek - obyek
yang menjadi anggota himpunan tersebut.
A = { x ; 0 < x < 6 } → berarti himpunan A beranggotakan obyek x, di mana x adalah bilangan - bilangan
bulat positif yang lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari enam.
atau :
A = { x ; 1 ≤ x ≤ 5 } → berarti himpunan A beranggotakan obyek x yang harganya paling sedikit sama
dengan 1 dan paling banyak sama dengan lima.
3. Himpunan Universal (Semesta) dan himpunan Kosong
Himpunan Universal (Semesta) adalah himpunan terdiri dari beberapa
himpunan bagian yang masing - masing mempunyai anggota atau sering disebut
himpunan saja.
Himpunan Kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai satu anggotapun.
Biasanya dilambangkan dengan notasi { } atau ∅
Misal : Kita memiliki data beberapa himpunan sebagai berikut :
U = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
A = { 0, 1, 2, 3, 4, }
B = { 5, 6, 7, 8, 9 }
C = { 0, 1, 2, 3, 4 }
Kesimpulan yang dapat ditarik berkenaan dengan data di atas adalah :
x ∈ U di mana 0 ≤ x ≤ 9
y ∈ A di mana 0 ≤ y ≤ 4
z ∈ B di mana 5 ≤ z ≤ 9
y ∈ C di mana 0 ≤ y ≤ 4
A ⊂ U ; B ⊂ U ; dan C ⊂ U
A = C ; A ≠ B dan B ≠ C
y ∈ A dan juga y ∈ C maka A ⊂ C dan C ⊂ A
y ∉ A dan di lain pihak z ∉ C serta z ∉ A
∅ ⊂ A ; ∅ ⊂ B ; ∅ ⊂ C dan ∅ ⊂ U
∅ ⊂ A ⊂ U ; ∅ ⊂ B ⊂ U ; ∅ ⊂ C ⊂ U → Himpunan Universal yang
merupakan induk bagi semua himpunan, dan himpunan kosong yang
merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan, maka terhadap
setiap himpunan tertentu ( mis : A ) berlaku ketentuan :
∅ ⊂ A ⊂ U
4. Operasi Himpunan
a. Gabungan
Gabungan (Union) dari himpunan A dan himpunan B dituliskan dengan notasi A ∪ B adalah himpunan
yang beranggotakan obyek - obyek milik A atau obyek - obyek milik B.
A ∪ B = { x ; x ∈ A atau x ∈ B }
b. Irisan
Irisan (Intersection) dari himpunan A dan B dituliskan dengan notasi A ∩ B adalah himpunan yang
beranggotakan baik obyek milik A maupun obyek milik B (obyek-obyek yang dimiliki secara bersama).
A ∩ B = { x ; x ∈ A dan x ∈ B }
Dalam hal A ∩ B = ∅ yakni jika A dan B tidak mempunyai satupun anggota yang dimiliki bersama,
maka A dan B dikatakan disjoin (disjoint).
c. Selisih
Selisih dari himpunan A dan B dituliskan dengan notasi A − B atau A | B adalah himpunan yang
beranggotakan obyek - obyek milik A bukan obyek milik B.
A − B = A | B = { x ; x ∈ A tetapi x ∉ B }
d. Pelengkap
Pelengkap (Complement) dari sebuah himpunan A dituliskan dengan notasi Ᾱ adalah himpunan yang
beranggotakan obyek - obyek yang tidak dimiliki oleh A, dengan perkataan lain A adalah sama dengan selisih
antara himpunan Universal U dan himpunan A.
Ᾱ = { x ; x ∈ U tetapi x ∉ A } = U − A
Jika digambarkan dengan diagram Venn (John Venn 1834 - 1923 ahli logika bangsa Inggris) untuk himpunan
- himpunan tersebut sebagai berikut :
U U
A B A B
U U
A B A B
U U
A B A B
(A∩B̅ ) ( A̅ ∩B)
A 2 1 7 B
4 6 35