Dalam hidup ini, hampir semua kejadian sifatnya tidak pasti. Artinya, kita tidak bisa
mengetahui secara pasti hasil akhir kejadian tersebut. Terlebih lagi jika kejadian itu
Contoh:
1. Jika sekeping uang logam seratu rupiah dilemparkan ke atas, gambar yang akan keluar
tidak biasa ditentukan secara tepat, gambar burung garuda atau bukan.
Untuk menghadapi keadaan yang tidak pasti, biasanya orang hanya mengandalkan
tebakan. Dari tebakan itu, muncul kemungkinan atau peluang atau probabilitas kejadian yang
bersangkutan yang kemudian melahirkan sebuah teori yang dikenal sebagai Teori
Probabilitas.
Teori probabilitas bermula dari permainan judi di Eropa yang kemudian dirintis secara
ilmiah pada sekitar abad ke-17. Dimulai dari surat-menyurat antara Chevalier de Mere,
seorang bangsawan Prancis dengan Blaise Pascal, seorang ilmuwan, lalu penulisan buku “De
Ratio Ciniis Ludo Oleae” oleh Hugens, seorang sarjana Belanda tahun 1654. Jacob Bernoulli,
Teori-teori umum mengenai probabilitas lahir sekitar abad ke-19, setelah Pierre Simon
probabilitas didukung oleh banyak teori, seperti teori himpunan, permutasi, dan kombinasi.
A. HIMPUNAN
Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Objek
yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya.
Objek ini selanjutnya dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu. Syarat tertentu dan
jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan ini sangat penting karena untuk membedakan
mana yang menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan anggota himpunan.
Inilah yang kemudian dinamakan himpunan yang terdefinisi dengan baik (well-defined set).
Untuk menyatakan suatu himpunan digunakan simbol “{….}” atau biasa dikenal dengan
simbol kurung kurawal. Sementara itu untuk melambangkan anggota himpunan biasanya
anggota dalam suatu himpunan hanya sekali saja Jadi tidak boleh kita menuliskan himpunan
sebagai {1,a,b,8,b}. Demikian pula kita tidak boleh menyatakan himpunan sebagai {bunga,
kambing, sapi, kerbau, sapi, tumbuhan}. Untuk menyatakan anggota suatu himpunan
digunakan lambang “∈” (baca: anggota) sedangkan untuk menyatakan bukan anggota suatu
himpunan digunakan lambang “∉” (baca: bukan anggota). Dalam statistik himpunan dikenal
sebagai populasi.
Contoh: A = {a,e,i,o,u}
B = {2,3,5,7,11,13,17,19}
Dalam statistik, cara penulisan seperti data (B) menghasilkan data diskrit.
B = {1,3,5,7,9,11,13,15,…}
Awas dalam kasus: R = { 2,3,5,7,…,19}. Penulisan himpunan seperti ini bukan merupakan
bilangan ganjil yang lebih besar dari 1 dan kurang dari 20. Sementara itu R dapat diartikan
pula sebagai himpunan bilangan prima yang kurang dari 20. Oleh karena itu pendefinisian
himpunan dengan menyatakan pola seperti ini harus sangat hati-hati agar tidak
kontinu.
2. Macam-Macam Himpunan
a. Himpunan kosong, yakni himpunan yang tidak mempunyai anggota. Dilambangkan dengan
“∅” atau { }
b. Himpunan bagian, yakni himpunan yang menjadi bagian dari himpunan lain. Diberikan
merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B memuat A dan dilambangkan
dengan A⊂B. Jadi A⊂B ↔ x⊂A, x⊂B. Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan
anggota B maka A bukan bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A⊄B.
Jika anggota himpunan A ada sebanyak n, maka banyaknya himpunan bagian dari A adalah
HB = 2n
Contoh: Jika A = {a,b,c} maka banyaknya himpunan bagian A adalah 2³ = 8 yaitu {a}, {b},
Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari seman himpunan. Dalam statistik,
c. Himpunan semesta dan diagram Penn, yakni himpunan yang menjadi objek pembicaraan
atau yang memuat seluruh objek yang dibicarakan. Himpunan semesta dilambangkan
dengan S atau U.
Contoh : Kalau kita membahas mengenai 1, ½ , -2, -½ ,… maka semesta pembicaraan kita
adalah bilangan real. Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R
d. Himpunan komplemen adalah himpunan seman unsur yang tidak termasuk dalam himpunan
L = { 1,3,5,7,9 }
P = { 2,3,5,7 }
L 8
P
1 3 2
5
9 7
a. Irisan (Intersection)
Irisan dari himpunan A dan B adalah semua unsur yang termasuk di dalam A dan di dalam
B. Irisan himpunan A dan B ditulis dengan A∩B adalah suatu himpunan yang anggotanya
Contoh:
b. Gabungan (Union)
Gabungan dari himpunan A dan himpunan B adalah semua unsur yang termasuk di dalam
A atau di dalam B atau di dalam A dan B sekaligus. Gabungan himpunan A dan B ditulis
c. Selisih
Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota A
contoh:
A = {1,2,3,4,5}
B = {2,4,6,7,10}
Maka A - B = {1,3,5}
A ∩ B = B ∩ A (gabungan)
b. Sifat asosiatif : (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C)
(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
c. Sifat distributif : A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
A∩ ∅=∅
e. Sifat komplementasi : A ∩ Ac = ∅
A ∪ Ac = S
Pembicaraan mengenai permutasi dan kombinasi selalu berkaitan dengan prinsip dasar
Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam n1 cara, kejadian kedua dalam n2 cara,
demikian seterusnya sampai kejadian k dalam nk cara, keseluruhan kejadian dapat terjadi
dalam:
𝑛1 × 𝑛2 × … × 𝑛𝑘 cara
2. Faktorial
Faktorial adalah hasil kali bilangan asli berurutan dari 1 sampai dengan n,
n! = 1 × 2 × 3 × ... × (n – 2) × (n – 1) × n
1. Permutasi
a. Pengertian Permutasi
Permutasi dari sejumlah objek adalah susunan objek dalam urutan tertentu. Contoh, ada
tiga objek yaitu ABC. Pengaturan objek-objek tersebut ialah ABC, ACB, BCA, BAC, CAB,
CBA yang disebut permutasi. Jadi permutasi 3 objek menghasilkan enam pengaturan dengan
b. Rumus-Rumus Permutasi
Contoh:
Enam orang pengunjung bioskop yang terdiri dari 4 laki-laki dan 2 perempuan duduk di
kursi yang disusun memanjang. Berapa kemungkinan susunan tempat duduk yang berbeda
bila duduknya bebas?
Jawab:
Soal di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem sel yang menggambarkan
tempat duduk. Kursi ke-1 dapat diisi dengan 6 kemungkinan, kursi ke-2 dapat diisi dengan
6! = 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 720 cara
Contoh:
Sebanyak 3 kupon diambil dari 5 buah kupon untuk menentukan hadiah pertama, kedua,
Jawab:
Permutasi yang dapat disusun dari 3 kupon yang diambil secara acak dari 5 kupon, r = 3
dan n = 5 adalah:
𝑛! 5! 5!
𝑛𝑃𝑟 = = = = 5 𝑥 4 𝑥 3 = 60 𝑐𝑎𝑟𝑎
(𝑛 – 𝑟)! (5 – 3)! 2!
c) Permutasi melingkar (siklik) yaitu sejumlah objek yang berbeda dapat disusun secara teratur
𝑷𝒏−𝟏 = (𝒏 − 𝟏)!
Contoh:
Terdapat 3 orang pemain halma A, B, dan C. Hitunglah banyaknya permutasi siklik untuk
Jawab:
Permutasi dari n objek dengan pengulangan, artinya objek dapat digunakan beberapa
𝒏𝑷𝒓 = 𝒏𝒓 , 𝒓 ≤ 𝒏
Contoh:
masing 2 orang dengan pemulihan. Hitunglah berapa permutasi yang dapat dibentuk.
Jawab:
Berapa banyak susunan yang berbeda bila akan dibuat sebuah rangkaian lampu hias dari
Jawab:
2. Kombinasi
a. Pengertian
Kombinasi ialah suatu penyusunan beberapa objek tanpa memperhatikan urutan objek
tersebut. Contoh, ada 4 objek yaitu A,B,C, dan D. Kombinasi dari 3 objek itu adalah ABC,
ABD, ACD,BCD. Setiap kelompok hanya dibedakan berdasarkan objek yang diikutsertakan,
bukan urutannya.
b. Rumus-rumus Kombinasi
Contoh:
Bila dari {a, b, c, d} diambil 3 objek, banyaknya kombinasi yang diperoleh yaitu ...
Jawab:
4! 4!
4𝐶3 = = = 4 𝑐𝑎𝑟𝑎
3! (4 – 3)! 3! 1!
2) Hubungan permutasi dengan kombinasi
𝑃𝑟𝑛
𝑃𝑟𝑛 = 𝑟! 𝐶𝑟𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑟𝑛 =
𝑟!
Contoh:
Bila dari {a, b, c, d} diambil 3 objek, banyaknya permutasi dan kombinasi yang
Jawab:
4!
Permutasi: 𝑃34 = 4! 𝐶34 = 4! . = 24 𝑐𝑎𝑟𝑎
3! (4 – 3)!
4! 4!
𝑃34 (4 – 3)!
Kombinasi: 𝐶34 = = = 1!
= 4 𝑐𝑎𝑟𝑎
4! 4! 4!
Jelas bahwa banyaknya susunan yang diperoleh dengan cara kombinasi jauh lebih
C. PROBABILITAS
1. Pengertian Probabilitas
Teori probabilitas atau peluang merupakan teori dasar dalam pengambilan keputusan
yang memiliki sifat ketidakpastian. Pengertian probabilitas dapat dilihat dari 3 macam
a. Pendekatan Klasik
Apabila suatu peristiwa (Event) E dapat terjadi sebanyak h dari sejumlah n kejadian
yang mempunyai kemungkinan sama untuk terjadi maka probabilitas peristiwa E atau P(E)
ℎ
dapat dirumuskan 𝑃(𝐸) = 𝑛
Misalnya: Bila sekeping koin dilempar sekali, maka secara logika dikatakan bahwa masing-
masing sisi mempunyai peluang yang sama , yaitu 0,5 karena koin hanya terdiri atas dua
sisi masing-masing, dan masing-masing sisi mempunyai kesempatan yang sama untuk
frekuensi relatif. Pendekatan ini dilakukan karena pendekatan perhitungan klasik dipandang
memiliki beberapa kelemahan. Dalam kenyataan, syarat yang ditetapkan jarang dapat
dipenuhi.
Suatu peristiwa E mempunyai h kejadian dari serangkaian n kejadian dalam suatu
percobaan, maka peluang E merupakan frekuensi relatif h/n, dinyatakan sebagai:
ℎ
𝑃(𝐸) = lim
𝑛→∞ 𝑛
c. Pendekatan Subjektif
peristiwa masa lalu yang berupa terkaan saja. Pada pendekatan subjektif, beberapa orang
dapat saja memiliki keyakinan yang berbeda terhadap terjadinya suatu peristiwa, meskipun
probabilitas, yaitu probabilitas adalah suatu indeks atau nilai yang digunakan untuk
menentukan tingkat terjadinya suatu kejadian yang bersifat random (acak). Oleh karena
probabilitas merupakan suatu indeks atau nilai maka probabilitas memiliki batas-batas yaitu
2) Jika P = 1, disebut probabilitas kepastian , artinya kejadian atau peristiwa tersebut pasti
terjadi
3) Jika 0 < P < 1, disebut probabilitas kemungkinan, artinya kejadian atas peristiwa
𝑃(𝐸) = 1 – 𝑃(𝐸)
2. Percobaan, Ruang Sampel, Titik Sampel, dan Peristiwa
b. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil yang mungkin pada suatu percobaan.
d. Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel pada suatu percobaan
atau hasil dari percobaan.
Contoh:
Dua buah mata uang seimbang dilemparkan ke atas. Tentukan percobaan, ruang sampel, titik
Jawab:
Dua peritiwa merupakan peristiwa yang Mutually Eclusive jika terjadinya peristiwa
yang satu menyebabkan tidak terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa tersebut tidak dapat
terjadi pada saat yang bersamaan, peristiwa saling asing. Jika peristiwa A dan B saling lepas,
𝑷 ( 𝑨 𝑼 𝑩) = 𝑷 (𝑨) + 𝑷 (𝑩)
Contoh :
jawab:
1 2
P (A) = 6 dan P (B) = 6
1 2 3 1
P (A U B) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) = 6 + 6 = 6 = 2
Dua peristiwa dikatakan non exclusive, bila dua peristiwa tidak saling lepas atau kedua
Setumpuk kartu bridge yang akan diambil salah satu kartu. Berapa probabilitasnya adalam
sekali pengambilan tersebut akan diperoleh kartu King atau kartu Joker?
Jawab:
D = kartu Joker
Peristiwa terjadi atau tidak terjadi tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi peristiwa
lainnya. Apabila A dab B dua peristiwa yang Independent, maka probabilitas bahwa keduanya
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) 𝑥 𝑃(𝐵)
Contoh:
Dari 100 barang yang diperiksa terdapat 30 barang rusak. Berapa probabilitasnya dalam:
1) tiga kali pengambilan terdapat rusak 1
Jawab:
Misal A = bagus
B = rusak
Peristiwa tidak saling bebas Terjadi jika peristiwa yang satu mempengaruhi/merupakan
syarat terjadinya peristiwa yang lain. Probabilitas bahwa B akan terjadi bila diketahui bahwa
A telah terjadi ditulis sebagai berikut:
𝑃( 𝐵/𝐴)
Dengan demikian probabilitas bahwa A dan B akan terjadi dirumuskan sebagai berikut:
Sedang probabilitas A akan terjadi jika diketahui bahwa B telah terjadi ditulis sebagai berikut:
𝑃 (𝐴/𝐵)
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐵) 𝑥 𝑃(𝐴/𝐵)
Contoh :
Dua buah tas berisi sejumlah bola. Tas peertama berisi 4 bola putih dan 2 bola hitam. Tas kedua
berisi 3 bola putih dan 5 bola hitam. Jika sebuah bola diambil dari masing-masing tas tersebut,
Jawab
1) Misalnya A1 menunjukkan peristiwa terambilnya bola putih dari tas pertama dan A2
bola putih dari tas kedua (berarti terambilnya bola hitam) maka :
𝐴2 2 5 10 5
𝑃(𝐴1 ∩ 𝐴2 ) = 𝑃(𝐴1 )𝑥 𝑃 ( )= × = =
𝐴1 6 8 48 24
3) Probabilitas yang dimaksud adalah:
𝑃(𝐴1 ∩ 𝐵2 ) 𝑈 𝑃(𝐵1 ∩ 𝐴2 )