Anda di halaman 1dari 15

TEORI PROBABILITAS

Dalam hidup ini, hampir semua kejadian sifatnya tidak pasti. Artinya, kita tidak bisa

mengetahui secara pasti hasil akhir kejadian tersebut. Terlebih lagi jika kejadian itu

menyangkut masa yang akan datang.

Contoh:

1. Jika sekeping uang logam seratu rupiah dilemparkan ke atas, gambar yang akan keluar

tidak biasa ditentukan secara tepat, gambar burung garuda atau bukan.

2. Apakah seorang mahasiswa akan memperoleh kesarjanaannya empat tahun kemudian,

terhitung saat mahasiswa tersebut mulai masuk perguruan tinggi.

Untuk menghadapi keadaan yang tidak pasti, biasanya orang hanya mengandalkan

tebakan. Dari tebakan itu, muncul kemungkinan atau peluang atau probabilitas kejadian yang

bersangkutan yang kemudian melahirkan sebuah teori yang dikenal sebagai Teori

Probabilitas.

Teori probabilitas bermula dari permainan judi di Eropa yang kemudian dirintis secara

ilmiah pada sekitar abad ke-17. Dimulai dari surat-menyurat antara Chevalier de Mere,

seorang bangsawan Prancis dengan Blaise Pascal, seorang ilmuwan, lalu penulisan buku “De

Ratio Ciniis Ludo Oleae” oleh Hugens, seorang sarjana Belanda tahun 1654. Jacob Bernoulli,

Abraham de Moivre, Thomas Bayes, dan Joseph merupakan tokoh-tokoh pengembang

tehnik dan rumus probabilitas.

Teori-teori umum mengenai probabilitas lahir sekitar abad ke-19, setelah Pierre Simon

dan Marquis de Laplace menyatukan konsep-konsep dari para pendahulunya. Konsep-konsep

probabilitas didukung oleh banyak teori, seperti teori himpunan, permutasi, dan kombinasi.

A. HIMPUNAN

1. Pengertian Himpunan dan Notasinya

Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Objek

yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya.

Objek ini selanjutnya dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu. Syarat tertentu dan

jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan ini sangat penting karena untuk membedakan
mana yang menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan anggota himpunan.

Inilah yang kemudian dinamakan himpunan yang terdefinisi dengan baik (well-defined set).

Himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf besar A, B, C, H, K dan sebagainya.

Untuk menyatakan suatu himpunan digunakan simbol “{….}” atau biasa dikenal dengan

simbol kurung kurawal. Sementara itu untuk melambangkan anggota himpunan biasanya

menggunakan huruf kecil a, b, c, x, y dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa penulisan

anggota dalam suatu himpunan hanya sekali saja Jadi tidak boleh kita menuliskan himpunan

sebagai {1,a,b,8,b}. Demikian pula kita tidak boleh menyatakan himpunan sebagai {bunga,

kambing, sapi, kerbau, sapi, tumbuhan}. Untuk menyatakan anggota suatu himpunan

digunakan lambang “∈” (baca: anggota) sedangkan untuk menyatakan bukan anggota suatu

himpunan digunakan lambang “∉” (baca: bukan anggota). Dalam statistik himpunan dikenal

sebagai populasi.

Untuk mendefinisikan himpunan digunakan 4 cara, yaitu :

a. Mendaftarkan semua anggotanya.

Contoh: A = {a,e,i,o,u}

B = {2,3,5,7,11,13,17,19}

Dalam statistik, cara penulisan seperti data (B) menghasilkan data diskrit.

b. Menyatakan sifat yang dimiliki anggotanya

Contoh: A = Himpunan vokal dalam abjad latin

B = {1,3,5,7,9,11,13,15,…}

Awas dalam kasus: R = { 2,3,5,7,…,19}. Penulisan himpunan seperti ini bukan merupakan

well-defined karena memunculkan ambigu, yaitu R dapat diartikan sebagai himpunan

bilangan ganjil yang lebih besar dari 1 dan kurang dari 20. Sementara itu R dapat diartikan

pula sebagai himpunan bilangan prima yang kurang dari 20. Oleh karena itu pendefinisian

himpunan dengan menyatakan pola seperti ini harus sangat hati-hati agar tidak

menimbulkan tafsiran lain.

c. Menggunakan notasi pembentuk himpunan

Contoh: P = {x | x himpunan bilangan asli antara 7 dan 15}


B = {𝑋: 1 ≤ 𝑥 ≤ 2}
Dalam statistik, cara penulisan seperti contoh (B) menghasilkan data kontinu atau variabel

kontinu.

2. Macam-Macam Himpunan

a. Himpunan kosong, yakni himpunan yang tidak mempunyai anggota. Dilambangkan dengan

“∅” atau { }

Contoh: {x | x2 < 0, x bilangan real}

b. Himpunan bagian, yakni himpunan yang menjadi bagian dari himpunan lain. Diberikan

himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B maka dikatakan A

merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B memuat A dan dilambangkan

dengan A⊂B. Jadi A⊂B ↔ x⊂A, x⊂B. Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan

anggota B maka A bukan bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A⊄B.

Contoh: A = {1,3,5} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka A⊂B.

C = {1,9} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka C⊄B.

Jika anggota himpunan A ada sebanyak n, maka banyaknya himpunan bagian dari A adalah

HB = 2n

Contoh: Jika A = {a,b,c} maka banyaknya himpunan bagian A adalah 2³ = 8 yaitu {a}, {b},

{c}, {a,b}, {a,c}, {b,c}, {a,b,c} dan f .

Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari seman himpunan. Dalam statistik,

himpunan bagian merupakan sampel.

c. Himpunan semesta dan diagram Penn, yakni himpunan yang menjadi objek pembicaraan

atau yang memuat seluruh objek yang dibicarakan. Himpunan semesta dilambangkan

dengan S atau U.

Contoh : Kalau kita membahas mengenai 1, ½ , -2, -½ ,… maka semesta pembicaraan kita

adalah bilangan real. Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R

saja? Jawabannya tidak. Tergantung kita mau membatasi pembicaraanya. Himpunan

semesta dapat disajikan dengan diagram venn.

d. Himpunan komplemen adalah himpunan seman unsur yang tidak termasuk dalam himpunan

yang diberikan. Jika himpunannya adalah A maka himpunan komplemennya dilambangkan


Ac . Himpunan komplemen disebut juga diagram venn.
Contoh : S = { 1,2,3,4,5,6,7,8,9 }

L = { 1,3,5,7,9 }

P = { 2,3,5,7 }

Maka diagram venn dari ketiga himpunan tersebut adalah:


S 4 6

L 8
P
1 3 2
5
9 7

3. Operasi-Operasi Pada Himpunan

a. Irisan (Intersection)

Irisan dari himpunan A dan B adalah semua unsur yang termasuk di dalam A dan di dalam

B. Irisan himpunan A dan B ditulis dengan A∩B adalah suatu himpunan yang anggotanya

berada di A dan juga berada di B. Jadi A∩B = { x │ x ∈ A dan x ∈ B }

Diagram venn dari daerah yang diarsir menyatakan A∩B:


S

Contoh:

1) A = {a,b,c, } dan B = {c,d,e,f}. Maka A∩B = {c}


2) P = {a,b,c} dan Q = {d,e,f}. Maka A∩B = ∅

b. Gabungan (Union)

Gabungan dari himpunan A dan himpunan B adalah semua unsur yang termasuk di dalam

A atau di dalam B atau di dalam A dan B sekaligus. Gabungan himpunan A dan B ditulis

dengan A∪B. Jadi A∪B = { x │ x ∈ A atau x ∈ B }.

Diagram venn dari daerah yang diarsir menyatakan A∪B:


s

Contoh: A = {a,b,c} dan B = {c,d,e,f}. Maka A∪B = {a,b,c,d,e,f}

c. Selisih

Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota A

yang bukan anggota B. Jadi A – B = {x | x∈A dan x∉B}.

Diagram Venn dari daerah yang diarsir menyatakan A – B:

contoh:
A = {1,2,3,4,5}

B = {2,4,6,7,10}

Maka A - B = {1,3,5}

4. Sifat-Sifat Operasi Himpunan

a. Sifat komutatif : A ∪ B = B ∪ A (irisan)

A ∩ B = B ∩ A (gabungan)

b. Sifat asosiatif : (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C)

(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)

c. Sifat distributif : A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)

A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)

d. Sifat identitas : A∩S=A

A∩ ∅=∅

e. Sifat komplementasi : A ∩ Ac = ∅

A ∪ Ac = S

f. 𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)


𝑛(𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) + 𝑛(𝐶) − 𝑛(𝐴𝐵) − 𝑛(𝐴𝐶) − 𝑛(𝐵𝐶) + 𝑛(𝐴𝐵𝐶)
𝑛(𝐴) = bilangan kardinal himpunan A

= bilangan anggota himpunan A

B. PERMUTASI DAN KOMBINASI

Pembicaraan mengenai permutasi dan kombinasi selalu berkaitan dengan prinsip dasar

membilang dan faktorial.

1. Prinsip dasar membilang

Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam n1 cara, kejadian kedua dalam n2 cara,

demikian seterusnya sampai kejadian k dalam nk cara, keseluruhan kejadian dapat terjadi

dalam:

𝑛1 × 𝑛2 × … × 𝑛𝑘 cara

2. Faktorial

Faktorial adalah hasil kali bilangan asli berurutan dari 1 sampai dengan n,

dilambangkan “!”. Untuk setiap bilangan asli n, didefinisikan:

n! = 1 × 2 × 3 × ... × (n – 2) × (n – 1) × n

Lambang atau notasi n! dibaca sebagai n faktorial untuk n > 2.

1. Permutasi

a. Pengertian Permutasi

Permutasi dari sejumlah objek adalah susunan objek dalam urutan tertentu. Contoh, ada

tiga objek yaitu ABC. Pengaturan objek-objek tersebut ialah ABC, ACB, BCA, BAC, CAB,

CBA yang disebut permutasi. Jadi permutasi 3 objek menghasilkan enam pengaturan dengan

cara yang berbeda.

b. Rumus-Rumus Permutasi

1) Permutasi dari n objek tanpa pengembalian

a) Permutasi dari n objek seluruhnya

𝒏𝑷𝒏 = 𝒏! 𝒂𝒕𝒂𝒖 (𝒏 − 𝒏)! = 𝒏! = 𝒏. (𝒏 − 𝟏). (𝒏 − 𝟐). (𝒏 − 𝟑) …

Contoh:

Enam orang pengunjung bioskop yang terdiri dari 4 laki-laki dan 2 perempuan duduk di

kursi yang disusun memanjang. Berapa kemungkinan susunan tempat duduk yang berbeda
bila duduknya bebas?
Jawab:

Soal di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem sel yang menggambarkan

tempat duduk. Kursi ke-1 dapat diisi dengan 6 kemungkinan, kursi ke-2 dapat diisi dengan

5 kemungkinan dan seterusnya. Jadi, kemungkinan susunan tempat duduk adalah:

6! = 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 720 cara

b) Permutasi sebanyak r dari n objek


𝒏!
𝒏𝑷𝒓 = ,𝒓 ≤ 𝒏
(𝒏 – 𝒓)!

Contoh:

Sebanyak 3 kupon diambil dari 5 buah kupon untuk menentukan hadiah pertama, kedua,

dan ketiga. Hitunglah banyaknya titik contoh dalam ruang contohnya.

Jawab:

Permutasi yang dapat disusun dari 3 kupon yang diambil secara acak dari 5 kupon, r = 3

dan n = 5 adalah:
𝑛! 5! 5!
𝑛𝑃𝑟 = = = = 5 𝑥 4 𝑥 3 = 60 𝑐𝑎𝑟𝑎
(𝑛 – 𝑟)! (5 – 3)! 2!

c) Permutasi melingkar (siklik) yaitu sejumlah objek yang berbeda dapat disusun secara teratur

dalam suatu lingkaran.

𝑷𝒏−𝟏 = (𝒏 − 𝟏)!
Contoh:

Terdapat 3 orang pemain halma A, B, dan C. Hitunglah banyaknya permutasi siklik untuk

susunan yang berbeda dalam permainan halma tersebut.

Jawab:

Jumlah susunan yang berbeda = (3 – 1)! = 2! = 2 𝑐𝑎𝑟𝑎

2) Permutasi dari n objek dengan pengembalian

Permutasi dari n objek dengan pengulangan, artinya objek dapat digunakan beberapa

kali, dinyatakan sebagai:

𝒏𝑷𝒓 = 𝒏𝒓 , 𝒓 ≤ 𝒏
Contoh:

Misalkan sebanyak 3 orang pedagang kakilima (K, L, M) akan ditempatkan masing-

masing 2 orang dengan pemulihan. Hitunglah berapa permutasi yang dapat dibentuk.

Jawab:

Jumlah permutasi untuk n = 3 dan r = 2. Jadi, 3 orang pedagang kakilima yang

dipermutasikan dengan pemulihan masing-masing sebanyak 2 akan diperoleh permutasi

sebanyak 3𝑃2 = 32 = 9 cara.

3) Permutasi dari n objek yang sama


𝑛!
(𝑛𝑃𝑛1, 𝑛2, … , 𝑛𝑟) = ( ) , 𝑛 = 𝑛1 + 𝑛2 + … = 𝑛
𝑛1 ! . 𝑛2 ! . 𝑛3 ! …
Contoh:

Berapa banyak susunan yang berbeda bila akan dibuat sebuah rangkaian lampu hias dari

4 lampu merah, 3 lampu kuning dan 2 lampu biru?

Jawab:

Diketahui n1 = 4, n2 = 3 dan n3 = 2. Jumlah lampu adalah 9, jadi banyaknya susunan


9!
yang berbeda adalah (9𝑃4, 3, 2) = ( ) = 1.260 𝑐𝑎𝑟𝑎
4! 3! 2!

2. Kombinasi

a. Pengertian

Kombinasi ialah suatu penyusunan beberapa objek tanpa memperhatikan urutan objek

tersebut. Contoh, ada 4 objek yaitu A,B,C, dan D. Kombinasi dari 3 objek itu adalah ABC,

ABD, ACD,BCD. Setiap kelompok hanya dibedakan berdasarkan objek yang diikutsertakan,

bukan urutannya.

b. Rumus-rumus Kombinasi

1) Kombinasi r dari n objek yang berbeda


𝑛!
𝑛𝐶𝑟 =
𝑟! (𝑛 – 𝑟)!

Contoh:

Bila dari {a, b, c, d} diambil 3 objek, banyaknya kombinasi yang diperoleh yaitu ...

Jawab:
4! 4!
4𝐶3 = = = 4 𝑐𝑎𝑟𝑎
3! (4 – 3)! 3! 1!
2) Hubungan permutasi dengan kombinasi
𝑃𝑟𝑛
𝑃𝑟𝑛 = 𝑟! 𝐶𝑟𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑟𝑛 =
𝑟!
Contoh:

Bila dari {a, b, c, d} diambil 3 objek, banyaknya permutasi dan kombinasi yang

diperoleh adalah ...

Jawab:
4!
Permutasi: 𝑃34 = 4! 𝐶34 = 4! . = 24 𝑐𝑎𝑟𝑎
3! (4 – 3)!
4! 4!
𝑃34 (4 – 3)!
Kombinasi: 𝐶34 = = = 1!
= 4 𝑐𝑎𝑟𝑎
4! 4! 4!

Jelas bahwa banyaknya susunan yang diperoleh dengan cara kombinasi jauh lebih

sedikit dari permutasi.

C. PROBABILITAS

1. Pengertian Probabilitas

Teori probabilitas atau peluang merupakan teori dasar dalam pengambilan keputusan

yang memiliki sifat ketidakpastian. Pengertian probabilitas dapat dilihat dari 3 macam

pendekatan yaitu pendektan klasik, relatif, dan subjektif.

a. Pendekatan Klasik
Apabila suatu peristiwa (Event) E dapat terjadi sebanyak h dari sejumlah n kejadian
yang mempunyai kemungkinan sama untuk terjadi maka probabilitas peristiwa E atau P(E)

dapat dirumuskan 𝑃(𝐸) = 𝑛

Misalnya: Bila sekeping koin dilempar sekali, maka secara logika dikatakan bahwa masing-

masing sisi mempunyai peluang yang sama , yaitu 0,5 karena koin hanya terdiri atas dua

sisi masing-masing, dan masing-masing sisi mempunyai kesempatan yang sama untuk

muncul atau dicatat. P(A) = P(B) = 0,5

b. Pendekatan Frekuensi Relatif (probabilitas empiris)

Perumusan perhitungan berdasarkan pendekatan empiris adalah atas dasar pengertian

frekuensi relatif. Pendekatan ini dilakukan karena pendekatan perhitungan klasik dipandang

memiliki beberapa kelemahan. Dalam kenyataan, syarat yang ditetapkan jarang dapat
dipenuhi.
Suatu peristiwa E mempunyai h kejadian dari serangkaian n kejadian dalam suatu
percobaan, maka peluang E merupakan frekuensi relatif h/n, dinyatakan sebagai:

𝑃(𝐸) = lim
𝑛→∞ 𝑛

c. Pendekatan Subjektif

Probabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan individu yang didasarkan pada

peristiwa masa lalu yang berupa terkaan saja. Pada pendekatan subjektif, beberapa orang

dapat saja memiliki keyakinan yang berbeda terhadap terjadinya suatu peristiwa, meskipun

informasi yang diterima berkaitan dengan peristiwa tersebut adalah sama.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disusun suatu pengertian umum mengenai

probabilitas, yaitu probabilitas adalah suatu indeks atau nilai yang digunakan untuk

menentukan tingkat terjadinya suatu kejadian yang bersifat random (acak). Oleh karena

probabilitas merupakan suatu indeks atau nilai maka probabilitas memiliki batas-batas yaitu

mulai dari 0 sampai dengan 1 atau 0 ≤ 𝑃 (𝐸) ≤ 1. Artinya :

1) Jika P = 0 disebut probabilitas kemustahilan artinya kejadian atau peristiwa tersebut

tidak akan terjadi

2) Jika P = 1, disebut probabilitas kepastian , artinya kejadian atau peristiwa tersebut pasti

terjadi

3) Jika 0 < P < 1, disebut probabilitas kemungkinan, artinya kejadian atas peristiwa

tersebut dapat atau tidak dapat terjadi.

Jika kemungkinan terjadinya peristiwa E disebut P (E) maka besarnya probabilitas

bahwa peristiwa E tidak terjadi adalah:

𝑃(𝐸) = 1 – 𝑃(𝐸)
2. Percobaan, Ruang Sampel, Titik Sampel, dan Peristiwa

a. Percobaan adalah proses pelaksanaan pengukuran atau observasi yang bersangkutan.

b. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil yang mungkin pada suatu percobaan.

c. Titik sampel adalah setiap anggota ruang sampel.

d. Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel pada suatu percobaan
atau hasil dari percobaan.
Contoh:

Dua buah mata uang seimbang dilemparkan ke atas. Tentukan percobaan, ruang sampel, titik

sampel, dan peristiwa yang mungkin!

Jawab:

Percobaan : pelemparan 2 mata uang logam

Ruang sampel : {A,G}, {A,A}, {G,A} {G,G}

Titik sampel : G (gambar) dan A (angka)

Peristiwa : A dengan A, A dengan G, G dengan G

3. Probabilitas Beberapa Peristiwa

a. Peristiwa saling lepas (mutually exclusive)

Dua peritiwa merupakan peristiwa yang Mutually Eclusive jika terjadinya peristiwa

yang satu menyebabkan tidak terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa tersebut tidak dapat

terjadi pada saat yang bersamaan, peristiwa saling asing. Jika peristiwa A dan B saling lepas,

probabilitas terjadinya peristiwa tersebut adalah:

𝑷 ( 𝑨 𝑼 𝑩) = 𝑷 (𝑨) + 𝑷 (𝑩)

Contoh :

Sebuah dadu dilemparkan ke atas, peristiwa-peristiwanya adalah:

A = peristiwa mata dadu 2 muncul

B = mata dadu lebih dari 4 muncul

Tentukan probabilitasnya dari kejadian P (A U B).

jawab:
1 2
P (A) = 6 dan P (B) = 6
1 2 3 1
P (A U B) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) = 6 + 6 = 6 = 2

b. Peristiwa tidak saling lepas (non ecxclusive)

Dua peristiwa dikatakan non exclusive, bila dua peristiwa tidak saling lepas atau kedua

peristiwa atau lebih tersebut dapat terjadi bersamaan, dirumuskan dengan:

𝑃 (𝐴𝑈𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) – 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)


Contoh:

Setumpuk kartu bridge yang akan diambil salah satu kartu. Berapa probabilitasnya adalam

sekali pengambilan tersebut akan diperoleh kartu King atau kartu Joker?

Jawab:

Misal: A = kartu King

D = kartu Joker

Maka 𝑃 (𝐴𝑈𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)– 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)


4 13 1
= + −
52 52 52
16
=
52
Jika terdapat 3 peristiwa dirumuskan sebagai berikut:
𝑃 (𝐴 𝑈 𝐵 𝑈𝐶) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) + 𝑃(𝐶)– 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐶) − 𝑃(𝐵 ∩ 𝐶) + 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶)

c. Peristiwa saling bebas (Peritiwa Independen)

Peristiwa terjadi atau tidak terjadi tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi peristiwa

lainnya. Apabila A dab B dua peristiwa yang Independent, maka probabilitas bahwa keduanya

akan terjadi bersama-sama dirumuskan sebagai berikut:

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) 𝑥 𝑃(𝐵)

Contoh:

Dari 100 barang yang diperiksa terdapat 30 barang rusak. Berapa probabilitasnya dalam:
1) tiga kali pengambilan terdapat rusak 1

2) empat kali pengambilan terdapat bagus 1

Jawab:

Misal A = bagus

B = rusak

Maka 𝑃(𝐴) = 0,70 𝑑𝑎𝑛 𝑃(𝐵) = 0,30

d. Peristiwa tidak saling bebas (peristiwa dependen)

Peristiwa tidak saling bebas Terjadi jika peristiwa yang satu mempengaruhi/merupakan

syarat terjadinya peristiwa yang lain. Probabilitas bahwa B akan terjadi bila diketahui bahwa
A telah terjadi ditulis sebagai berikut:
𝑃( 𝐵/𝐴)

Dengan demikian probabilitas bahwa A dan B akan terjadi dirumuskan sebagai berikut:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) 𝑥 𝑃(𝐵/𝐴)

Sedang probabilitas A akan terjadi jika diketahui bahwa B telah terjadi ditulis sebagai berikut:

𝑃 (𝐴/𝐵)

Maka probabilitas B dan A akan terjadi dirumuskan sebagai berikut:

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐵) 𝑥 𝑃(𝐴/𝐵)

Contoh :

Dua buah tas berisi sejumlah bola. Tas peertama berisi 4 bola putih dan 2 bola hitam. Tas kedua

berisi 3 bola putih dan 5 bola hitam. Jika sebuah bola diambil dari masing-masing tas tersebut,

hitunglah probabilitasnya bahwa :

1) Keduanya bola putih

2) Keduanya bola hitam

3) Satu bola putih dan satu bola hitam

Jawab

1) Misalnya A1 menunjukkan peristiwa terambilnya bola putih dari tas pertama dan A2

menunjukkan peristiwa terambilnya bola putih di tas kedua, maka :


𝐴2 4 3 1
𝑃(𝐴1 ∩ 𝐴2 ) = 𝑃(𝐴1 )𝑥 𝑃 ( )= × =
𝐴1 6 8 4
2) Misalnya A1 menunjukkan peristiwa tidak terambilnya bola putih dari tas pertama

(berarti terambilnya bola hitam) dan A2 menunjukkan peristiwa tidak terambilny7a

bola putih dari tas kedua (berarti terambilnya bola hitam) maka :
𝐴2 2 5 10 5
𝑃(𝐴1 ∩ 𝐴2 ) = 𝑃(𝐴1 )𝑥 𝑃 ( )= × = =
𝐴1 6 8 48 24
3) Probabilitas yang dimaksud adalah:

𝑃(𝐴1 ∩ 𝐵2 ) 𝑈 𝑃(𝐵1 ∩ 𝐴2 )

Anda mungkin juga menyukai