Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Aljabar Himpunan

Bila A menyatakan suatu himpunan dan x suatu unsurnya, kita akan tuliskan dengan x∈A,
untuk menyingkat pernyataan x suatu unsur di A, atau x anggota A, atau x termuat di A, atau A
memuat x.

Bila x suatu unsur tetapi bukan di A kita tuliskan dengan x∉A. Bila A dan B suatu himpunan
sehingga x∈A mengakibatkan x∈B (yaitu, setiap unsur di A juga unsur di B), maka kita katakan A
termuat di B, atau B memuat A atau A suatu subhimpunan dari B, dan dituliskan dengan A ⊆ B atau
B ⊇ A. Bila A ⊆ B dan terdapat unsur di B yang bukan anggota A kita katakan A subhimpunan sejati
dari B.

Operasi Himpunan

Definisi.

(a). Bila A dan B suatu himpunan, maka irisan (=interseksi) dari A ⊂ B dituliskan dengan
A∩B, adalah himpunan yang unsur-unsurnya terdapat di A juga di B. Dengan kata lain kita
mempunyai

A∩B = {x |x∈A dan x∈B}.

(b) Gabungan dari A dan B, dituliskan dengan A∪B, adalah himpunan yang unsurunsurnya
paling tidak terdapat di salah satu A atau B. Dengan kata lain kita mempunyai A∪B = {x |
x∈A atau x∈B}.

Produk (hasil kali) Cartesius

Sekarang kita akan mendefinisikan produk Cartesius.

Definisi. Bila A dan B himpunan-himpunan yang tak kosong, maka produk cartesius A×B
dari A dan B adalah himpunan pasangan berurut (a,b) dengan a∈ A dan b ∈ B. Jadi bila A =
{1,2,3} dan B = {4,5}, maka A×B = {(1,4),(1,5),(2,4),(2,5),(3,4),(3,5)}

Latihan 1.1.

1. Gambarkan diagram yang menyatakan masing-masing himpunan pada Teorema 1.1.4.


2. Buktikan bagian (c) Teorema 1.1.4.
3. Buktikan bagian kedua Teorema 1.1.4(d).
4. Buktikan bahwa A ⊆ B jika dan hanya jika A∩B = A.
5. Tunjukkan bahwa himpunan D yang unsur-unsurnya merupakan unsur dari tepat satu
himpunan A atau B diberikan oleh D = (A\B) ∪ (B\A). Himpunan D ini sering disebut dengan
selisih simetris dari A dan B. Nyatakan dalam diagram.
6. Tunjukkan bahwa selisih simetris D di nomor 5, juga diberikan oleh D = (A∪B)\(A∩B).
7. Bila A ⊆ B, tunjukkan bahwa B = A\(A\B).
8. Diberikan himpunan A dan B, tunjukkan bahwa A∩B dan A\B saling asing dan bahwa A =
(A∩B) ∪ (A\B).
9. Bila A dan B sebarang himpunan, tunjukkan bahwa A∩B = A\(A\B).
10. . Bila {A1, A2, ... , An} suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan,
tunjukkan bahwa E A (E A ), E A (E A ) j j j j=1 n j j 1 n j 1 n j 1 n ∩ = ∩ ∪ = ∪ = =
=
11. Bila {A1, A2, ... , An} suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan, tunjukkan
bahwa E A (E A ), E A (E A ) j j 1 n j j 1 n j j=1 n j j 1 n ∩ = ∩ ∪ = ∪ = = = ]
12. Misalkan E sebarang himpunan dan {A1, A2, ... , An} suatu koleksi himpunan.
Buktikan Hukum De Morgan E \ A (E \ A ), E \ A (E \ A ). j j 1 n j j 1 n j j=1 n j j 1 n
= = = = = Catatan bila E\Aj dituliskan dengan (Aj), maka kesamaan di atas
mempunyai bentuk A A , A A . j ( ) ( ) j 1 n j j 1 n j j=1 n j j 1 n = = =     
= =
13. Misalkan J suatu himpunan dan untuk setiap j∈J, Aj termuat di E. Tunjukkan bahwa
A A , A A . j ( ) ( ) j J j j J j j J j ∈ ∈ ∈ ∈j J       =       =
14. Bila B1 dan B2 subhimpunan dari B dan B = B1 ∪ B2, tunjukkan bahwa A×B =
(A×B1) ∪ (A×B2).

Jawab :

1.2 Fungsi
Definisi :

Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan korespondensi yang


memasangkan masing-masing unsur x di A secara tunggal dengan unsur f(x) di B. Definisi di
atas mungkin saja tidak jelas, dikarenakan ketidakjelasan frase “aturan korespondensi”.
Untuk mengatasi hal ini kita akan mendefinisikan fungsi de-ngan menggunakan himpunan
seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.

Pendahuluan Analisis Real I 9 De-ngan pendefinisian ini dapat saja kita kehilangan
kandungan intuitif dari definisi terdahulu, tetapi kita dapatkan kejelasan. Ide dasar
pendefinisian ini adalah memikirkan gambar dari suatu fungsi; yaitu, suatu korelasi dari
pasangan berurut. Bila kita perhatikan tidak setiap koleksi pasangan berurut merupakan
gambar suatu fungsi, karena sekali unsur pertama dalam pasangan berurut diambil, unsur
keduanya ditentukan secara tunggal.

- Pembatasan dan Perluasan Fungsi

Bila f suatu fungsi dengan domain D(f) dan D1 suatu subhimpunan dari D(f),
seringkali bermanfaat untuk mendefinisikan fungsi baru f1 dengan domain D1 dan f1(x) =
f(x) untuk semua x ∈ D1. Fungsi f1 disebut pembatasan fungsi f pada D1. Menurut definisi
1.2.1, kita mempunyai f1 = { (a,b) ∈ f a ∈ D1} Kadang-kadang kita tuliskan f1 = f D1
untuk menyatakan pembatasan fungsi f pada himpunan D1 Konstruksi serupa untuk gagasan
perluasan. Bila suatu fungsi dengan domain D(g) dan D2 ⊇ D(g), maka sebarang fungsi g2
dengan domain D2 sedemikian sehingga g2(x) = g(x) untuk semua x ∈ D(g) disebut
perluasan g pada himpunan D2.

Fungsi-fungsi Invers

Bila f suatu fungsi dari A ke B, (karenanya, subhimpunan khusus dari A×B), maka
himpunan pasangan berurut di B×A yang diperoleh dengan saling menukar unsur pertama
dan kedua di f secara umum bukanlan fungsi. Tetapi, bila f injektif, maka penukaran ini
menghasilkan fungsi yang disebut invers dari f. Aljabar Himpunan Analisis Real I 12 1.2.7.
Definisi. Misalkan f : A → B suatu fungsi injektif dengan domain A dan range R(f) di B.
Bila g = {(b,a)∈B×A (a,b) ∈ f}, maka g fungsi injektif dengan domain D(g) = R(f) dan
range A. Fungsi G disebut fungsi invers dari f dan dituliskan dengan f -1 .
Dalam penulisan fungsi yang standar, fungsi f -1 berelasi dengan f sebagai berikut : y
= f -1(y) jika dan hanya jika y = f(x). Sebagai contoh, kita telah melihat bahwa fungsi f(x) = x
x −1 didefinisikan untuk x ∈ A = {x x ≠ 1} bersifat injektif. Tidak jelas apakah range dari f
semua (atau hanya sebagian) dari R. Untuk menentukannya kita selesaikan persamaan y = x x
−1 dan diperoleh x = y y 1 − . Dengan informasi ini, kita dapat yakin bahwa rangenya R(f) =
{y y ≠ 1} dan bahwa fungsi invers dari f mempunyai domain {y y ≠ -1} dan f -1(y) = y y
1 − . Bila suatu fungsi injektif, maka fungsi inversnya juga injektif. Lebih dari itu, fungsi
invers dari f-1 adalah f sendiri. Buktinya ditinggalkan sebagai latihan.

Barisan

Fungsi dengan N sebagai domain memeainkan aturan yang sangat khusus dalam analisis,
yang kita akan perkenalkan berikut ini.

Definisi. Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domainnya himpunan
bilangan asli N dan rangenya termuat di S. Untuk barisan X : N → S, nilai X di n∈N sering
dituliskan dengan xn daripada (xn), dan nilainya sering disebut suku ke-n barisan tersebut. Barisan itu
sendiri sering dituliskan dengan (xn  n ∈ N) atau lebih sederhana dengan (xn). Sebagai con- Aljabar
Himpunan Analisis Real I 14 toh, barisan di R yang dituliskan dengan ( n  n ∈ N) sama artinya
dengan fungsi X : N → R dengan X(n) = n .

Penting sekali untuk membedakan antara barisan (xn  n ∈ ) dengan nilainya {xn  n ∈ N},
yang merupakan subhimpunan dari S. Suku barisan harus dipandang mempunyai urutan yang
diinduksi dari urutan bilangan asli, sedangkan range dari barisan hanya merupakan subhimpunan dari
S. Sebagai contoh, suku-suku dari barisan ((-1)n  n ∈ N) berganti-ganti antara -1 dan 1, tetapi range
dari barisan itu adalah {-1,1}, memuat dua unsur dari R.

Latihan 1.2.

1. Misalkan A = B = {x∈R -1 ≤ x ≤ 1} dan sub himpunan C = {(x,y) x 2 + y2 = 1} dari


A×B, apakah himpunan ini fungsi ?
2. Misalkan f fungsi pada R yang didefinisikan dengan f(x) = x2 , dan E = {x∈R -1 ≤ x ≤
0} dan F = {x∈R 0 ≤ x ≤ 1}. Tunjukkan bahwa E∩F = {0} dan f(E∩F) = {0},
sementara f(E) = f(F) = {y∈R 0 ≤ y ≤ 1}. Di sini f(E∩F) adalah subhimpunan sejati
dari f(E) ∩ f(F). Apa yang terjadi bila 0 dibuang dari E dan F?
3. Bila E dan F seperti latihan no. 2, tentukan E\F dan f(E)\f(F) dan tunjukkan bahwa f(E\F)
≤ f(E)\f(F) salah.
4. Tunjukkan bahwa bila f : A→B dan E,F sub himpunan dari A, maka f(E∪F) = f(E) ∪
f(F) dan f(E ∩ F) ≤ f(E) ∩ f(F)
5. Tunjukkan bahwa bila f : A→B dan G,H sub himpunan dari B, maka f -1(G∪H) = f
-1(G) ∪ f -1(H) dan f -1(G ∩ H) ≤ f -1(G) ∩ f -1(H)
6. Misalkan f didefinisikan dengan f(x) = x x 1 2 + , x ∈R. Tunjukkan bahwa f bijektif dari
R pada {y : -1 ≤ y ≤ 1}..
7. Untuk a,b ∈R dengan a < b, tentukan bijeksi dari A = {x a < x < b} pada B = {y 0 < y
< 1} Pendahuluan Analisis Real I 15
8. Tunjukkan bahwa bila f : A→B bersifat injektif dan E ⊆ A, maka f -1(f(E)). Berikan
suatu contoh untuk menunjukkan kesamaan tidak dipenuhi bila f tidak injektif.
9. Tunjukkan bahwa bila f : A→B bersifat surjektif dan H ⊆ B, maka f(f -1(H)). Berikan
suatu contoh untuk menunjukkan kesamaan tidak dipenuhi bila f tidak surjektif.
10. Buktikan bahwa bila f injeksi dari A ke B, maka f -1 = {(b,a) (a,b)∈f} suatu fungsi
dengan domain R(f). Kemudian buktikan bahwa f -1 injektif dan f invers dari f -1 .
11. Misalkan f bersifat injektif. Tunjukkan bahwa f -1 of(x) = x, untuk semua x ∈ D(f) dan
fof -1(y) = y untuk semua y ∈ R(f).
12. Berikan contoh dua buah fungsi f,g dari R pada R sehingga f ≠ g, tetapi fog = gof 1
13. Buktikan teorema 1.2.10.
14. Buktikan teorema 1.2.11.
15. Misalkan f,g fungsi dan gof(x) = x untuk semua x di D(f). Tunjukkan bahwa f injektif
dan R(f) ⊆ D(f) dan R(g) ⊇ D(g).
16. Misalkan f,g fungsi dan gof(x) = x untuk semua x di D(f) dan fog(y) untuk semua y di
D(g). Buktikan bahwa g = f -1. .
1.3 Induksi matematika
Merupakan metode pembuktian penting yang akan sering digunakan dalam buku ini.
Metode ini digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan yang diberikan dalam
suku-suku bilangan asli. Walau kegunaannya terbatas pada masalah tertentu, tetapi
induksi matematika sangat diperlukan disemua cabang matematika.
Karena banyak bukti induksi mengikuti urutan formal argumen yang sama, kita akan
sering menyebutkan “hasilnya mengikuti induksi matematika” dan meninggalkan bukti
lengkapnya kepada pembaca. Dalam bagian ini kita membahas prinsip induksi
matematika dan memberi beberapa contoh untuk mengilustrasikan bagaimana proses
bukti induksi. Kita akan mengasumsikan kebiasaan (pembaca) dengan himpunan
bilangan asli N = {1,2,3,...} Aljabar Himpunan Analisis Real I 16 dengan operasi
aritmetika penjumlahan dan perkalian seperti biasa dan dengan arti suatu bilangan
kurang dari bilangan lain. Kita juga akan mengasumsikan sifat fundamental dari N
berikut.

Latihan 1.3

Buktikan bahwa yang berikut berlaku benar untuk semua n ∈ N,


1. 1 1.2 1 2.3 ... 1 n(n 1) n n 1 + + + + = +
2. 1 3 + 23 + ... + n3 = [ 1 2 n(n+1)]2
3. 1 2 -22 +32 -...+(-1)n+1n(n+1)/2
4. n 3 + 5n dapat dibagi dengan 6
5. 5 2n - 1 dapat dibagi dengan 8
6. 5 n - 4n - 1 habis dibagi 16.
7. Buktikan bahwa jumlah pangkat tiga dari bilangan asli yang berturutan n, n+1, n + 2
habis dibagi 9 Pendahuluan Analisis Real I 21
8. Buktikan bahwa n < 2n untuk semua n ∈ N
9. Tentukan suatu formula untuk jumlah ( ) 1 1.3 1 3.5 ... 1 2n 1 (2n 1) + + + − + dan
buktikan dugaan tersebut dengan mengunakan induksi matematika. (Dugaan terhadap
pernyataan matematika, sebelum dibuktikan sering disebut “Conjecture”).
10. Tentukan suatu formula untuk jumlah n bilangan ganjil yang pertama 1 + 3 + ... + (2n -
1) kemudian buktikan dugaan tersebut dengan menggunakan induksi matematika.
11. Buktikan variasi dari 1.3.2. berikut : Misalkan S sub himpunan tak kosong dari N
sedemikian sehingga untuk suatu n0 ∈ N berlaku (a). n0 ∈ S, dan (b) bila k ≥ n0 dan k ∈
S, maka k + 1 ∈ S. Maka S memuat himpunan { n ∈ N n ≥ n0}.
12. Buktikan bahwa 2n < n! untuk semua n ≥ 4, n ∈ N. (lihat latihan 11).
13. Buktikan bahwa 2n - 3 ≤ 2n-2 untuk semua n ≥ 5, n ∈ N. (lihat latihan 11).
14. Untuk bilangan asli yang mana n2 < 2n ? Buktikan pernyataanmu (lihat latihan 11).
15. Buktikan bahwa 1 1 1 2 ... 1 n + + + > n untuk semua n ∈ N.
16. Misalkan S sub himpunan dari N sedemikian sehingga (a). 2k ∈ S untuk semua k ∈ N,
dan (b). bila k ∈ S, dan k ≥ 2, maka k - 1 ∈ S. Buktikan S = N.
17. Misalkan barisan (xn) didefinisikan sebagai berikut : x1 = 1, x2 = 2 dan xn+2 = 1 2
(xn+1 + xn) untuk n∈N. Gunakan prinsip induksi kuat 1.3.4 untuk menunjukkan 1 ≤ xn ≤
2 untuk semua n ∈ N.
BAB 2 BILANGAN REAL
- Sifat sifat aljabar

Sifat-sifat aljabar R. Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi biner,
dituliskan dengan “+” dan “” dan secara berturut-turut disebut penjumlahan dan perkalian.
Kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut : (

A1). a + b = b + a untuk semua a,b di R (sifat komutatif penjumlahan);

(A2). (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a,b,c di R (sifat assosiatif penjumlahan);

(A3) terdapat unsur 0 di R sehingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a di R (eksistensi


unsur nol);

(A4). untuk setiap a di R terdapat unsur -a di R, sehingga a + (-a) = 0 dan (-a) + a = 0


(eksistensi negatif dari unsur);

(M1). ab = ba untuk semua a,b di R (sifat komutatif perkalian);

(M2). (ab) c = a (bc) untuk semua a,b,c di R (sifat asosiatif perkalian);

(M3). terdapat unsur 1 di R yang berbeda dari 0, sehingga 1a = a dan a1 = a untuk semua a di
R (eksistensi unsur satuan);

(M4). untuk setiap a ≠ 0 di terdapat unsur 1/a di R sehingga a1/a = 1 dan (1/a)a = 1
(eksistensi balikan);

(D). a (b+c) = (ab) + (ac) dan (b+c) a = (ba) + (ca) untuk semua a,b,c di R (sifat distributif
perkalian terhadap penjumlahan);

Pembaca perlu terbiasa dengan sifat-sifat di atas. Dengan demikian akan


memudahkan dalam penurunan dengan menggunakan teknik dan manipulasi aljabar. Berikut
kita akan dibuktikan beberapa konsekuensi dasar (tetapi penting).

Bilangan Rasional dan Irasional

Kita anggap himpunan bilangan asli sebagai subhimpunan dari R, dengan


mengidentifikasi bilangan asli n∈N sebagai penjumlahan n-kali unsur satuan 1∈R. Secara
sama, kita identifikasi 0∈Z dengan unsur nol di R, dan penjumlahan n-kali unsur -1 sebagai
bilangan bulat -n. Akibatnya, N dan Z subhimpunan dari R. Unsur-unsur di R yang dapat
dituliskan dalam bentuk b/a dengan a,b di Z dan a ≠ 0 disebut bilangan rasional. Himpunan
bilangan rasional di R akan dituliskan dengan notasi standar Q. Jumlah dan hasil kali dua
bilangan rasional merupakan bilangan rasional (Buktikan!), dan lebih dari itu, sifat-sifat
medan yang dituliskan di awal bagian Aljabar Himpunan Analisis Real I 28 ini dapat
ditunjukkan dipenuhi oleh Q.

Fakta bahwa terdapat unsur di R yang tidak di Q tidak begitu saja dikenali. Pada abad
keenam sebelum masehi komunitas Yunani kuno pada masa Pytagoras menemukan bahwa
diagonal dari bujur sangkar satuan tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian bilangan bulat.
Menurut Teorema Phytagoras tentang segitiga siku-siku, ini mengakibatkan tidak ada
bilangan rasional yang kuadratnya dua. Penemuan ini mempunyai sumbangan besar pada
perkembangan matematika Yunani.

Salah satu konsekuensinya adalah unsur-unsur R yang bukan unsur Q merupakan


bilangan yang dikenal dengan bilangan irrasional, yang berarti bilangan-bilangan itu bukan
rasio (= hasil bagi dua buah) bilangan rasional. Jangan dikacaukan dengan arti tak rasional.
Kita akan tutup bagian ini dengan suatu bukti dari fakta bahwa tidak ada bilang-an rasional
yang kuadratnya 2. Dalam pembuktiannya kita akan menggunakan gagasan bilangan genap
dan bilangan ganjil. Kita ingat kembali bahwa bilangan genap mempu-nyai bentuk 2n untuk
suatu n di N, dan bilangan ganjil mempunyai bentuk 2n - 1 untuk suatu n di N. Setiap
bilangan asli bersifat ganjil atau genap, dan tidak pernah bersifat keduanya.

Latihan 2.1

Untuk nomor 1 dan 2, buktikan bagian b dari teorema

1. 2.1.2
2. 2.1.3.
3. Selesaikan persamaan berikut dan sebutkan sifat atau teorema mana yang anda gunakan
pada setiap langkahnya. (a). 2x + 5 = 8; (b). 2x + 6 = 3x + 2; (c). x2 = 2x; (d). (x - 1) (x +
2) = 0.
4. Buktikan bahwa bila a,b di R, maka -(a + b) = (-a) + (-b) (b). (-a)(-b) = ab (-a) = -(1/a)
bila a ≠ 0 (d). -(a/b) = (-a)/b bila b ≠ 0
5. Bila a,b di R dan memenuhi aa = a, buktikan bahwa a = 0 atau a = 1
6. Bila a ≠ 0 dan b ≠ 0, tunjukkan bahwa 1/(ab) = (1/a)(1/b)
7. Gunakan argumentasi pada bukti teorema 2.1.7 untuk membuktikan bahwa tidak ada
bilangan rasional s, sehingga s 2 = 6.
8. Modifikasi argumentasi pada bukti teorema 2.1.7 untuk membuktikan bahwa tidak ada
bilangan rasional t, sehingga t 2 = 3.
9. Tunjukkan bahwa bila ξ di R irasional dan r ≠ 0 rasional, maka r + ξ dan rξ irasional.
10. Misalkan B operasi biner pada R. Kita katakan B : (i). komutatif bila B(a,b) = B(b,a)
untuk semua a,b di R. (ii). asosiatif bila B(a,B(a,c)) = B(B(a,b),c) untuk semua a,b,c di R.
(iii). mempunyai unsur identitas bila terdapat unsur e di R sehingga B(a,e) = a = B(e,a),
untuk semua a di R Tentukan sifat-sifat mana yang dipenuhi operasi di bawah ini (a).
B1(a,b) = 1 2 (a + b) (b). B2(a,b) = 1 2 (ab) (c). B3(a,b) = a - b (d). B4(a,b) = 1 + ab
Aljabar Himpunan Analisis Real I 30
11. Suatu operasi biner B pada R dikatakan distributif terhadap penjumlahan bila memenuhi
B(a,b + c) = B(a,b) + B(a,c) untuk semua a,b,c di R. Yang mana (bila ada) dari operasi
nomor 12 yang bersifat distributif terhadap penjumlahan?.
12. Gunakan induksi matematika untuk menunjukan bahwa bila a di R dan m,n di N, maka a
m+n = a m a n dan (a m ) n = a mn .
13. Buktikan bahwa bilangan asli tidak dapat bersifat genap dan ganjil secara bersamaan.

- Sifat Urutan Dalam R

2.2.5 Teorema.

(a). Bila a∈R dan a ≠ 0, maka a 2 > 0 (b). 1 > 0 (c). Bila n∈N, maka n > 0 Bukti :

(a). Dengan sifat trikotomi bila a ≠ 0, maka a ∈ P atau -a ∈ P. Bila a ∈ P., maka dengan
2.2.1(ii), kita mempunyai a 2 = a.a ∈ P. Secara sama bila -a ∈ P, maka 2.2.1 (ii), kita
mempunyai (-a).(-a) ∈ P. Dari 2.1.5(b) dan 2.1.5(d) kita mempunyai (-a).(-a) = ((-1)a) ((-1)a)
= (-1)(-1).a 2 = a 2 , jadi a 2 ∈ P. Kita simpulkan bahwa bila a ≠ 0, maka a 2 > 0.

(b). Karena 1 = (1)2 , (a) mengakibatkan 1 > 0. (c). Kita gunakan induksi matematika,
validitas untuk n = 1 dijamin oleh (b). Bila pernyataan k > 0, dengan k bilangan asli, maka
k∈P. Karena 1 ∈ P, maka k + 1 ∈ P, menurut 2.2.1(i) . Dari sini pernyataan n > 0 untuk
semua n∈N benar. Sifat berikut berhubungan dengan urutan di R terhadap penjumlahan dan
perkalian.

Sifat-sifat ini menyajikan beberapa alat yang memungkinkan kita bekerja dengan
ketaksamaan.

2.2.6 Teorema. Misalkan a,b,c,d ∈ R (a). bila a > b, maka a + c > b + c (b).bila a > b dan c >
d, maka a + c > b + d (c). bila a > b dan c > 0, maka ca > cb bila a > b dan c < 0, maka ca <
cb Pendahuluan Analisis Real I 33 (d).bila a > 0, maka 1/a > 0 bila a < 0, maka 1/a < 0
Bukti : (a).Bila a - b ∈ P, maka (a + c) - (b + c) unsur di P. Jadi a + c > b + c

(b).Bila a - b ∈ P dan c - d ∈ P, maka (a + c) - (b + d) = (a - b) + (c - d) juga unsur di P


menurut 2.2.1(i). Jadi, a + c > b + d.
(c).Bila a - b ∈ P dan c ∈ P, maka ca - cb = c(a - b) ∈ P menurut 2.2.1(ii), karena itu ca > cb,
bila c > 0. Dilain pihak, bila c < 0, maka -c ∈ P sehingga cb - ca = (-c)(a - b) unsur di P. Dari
sini, cb > ca bila c < 0. (d).Bila a > 0, maka a ≠ 0 (menurut sifat trikotomi), jadi 1/a ≠ 0
menurut

2.1.6(a). Andaikan 1/a < 0, maka bagian (c) dengan c = 1/a mengakibatkan bahwa 1 = a(1/a)
< 0, kontradiksi dengan 2.2.5(b). Karenanya 1/a > 0. Secara sama, bila a < 0, maka
kemungkinan 1/a > 0 membawa ke sesuatu yang kontradiksi yaitu 1 = a(1/a) < 0. Dengan
menggabung 2.2.6(c) dan 2.2.6(d), kita peroleh bahwa 1 n dengan n sebarang bilangan asli
adalah bilangan positif. Akibatnya bilangan rasional dengan bentuk m n = m 1 n     
 , untuk m dan n bilangan asli, adalah positif.

Latihan 2.2

1. (a). Bila a ≤ b dan c < d, buktikan bahwa a + c < b + d.


(b). Bila a ≤ b dan c ≤ d, buktikan bahwa a + c ≤ b + d.
2. (a). Bila 0 < a < b dan 0 < c < d, buktikan bahwa 0 < ac < bd
(b). Bila 0 < a < b dan 0 ≤ c ≤ d, buktikan bahwa 0 ≤ ac ≤ bd. Juga tunjukkan dengan
contoh bahwa ac < bd tidak selalu dipenuhi.
3. Buktikan bila a < b dan c < d, maka ad + bc < ac + bd.
4. Tentukan bilangan real a,b,c,d yang memenuhi 0 < a < b dan c < d < 0, sehingga (i). ac <
bd, atau (ii). bd < ac.
5. Bila a,b ∈ R, tunjukkan bahwa a 2 + b 2 = 0 jika dan hanya jika a = 0 dan b = 0. Aljabar
Himpunan Analisis Real I 40
6. Bila 0 ≤ a < b, buktikan bahwa a 2 ≤ ab < b 2 . Juga tunjukkan dengan contoh bahwa hal
ini tidak selalu diikuti oleh a 2 < ab < b 2 .
7. Tunjukan bahwa bila 0 < a < b, maka a < ab < b dan 0 < 1/b < 1/a.
8. Bila n ∈ N, tunjukan bahwa n2 ≥ n dan dari sini 1/n2 ≤ 1/n.
9. Tentukan bilangan real x yang memenuhi (a). x2 > 3x + 4; (b). 1 < x2 < 4; (c). 1/x < x;
(d). 1/x < x2 .
10. Misal a,b ∈ R dan untuk setiap ε > 0 kita mempunyai a ≤ b + ε. (a). Tunjukkan bahwa a ≤
b. (b). Tunjukkan bahwa tidak selalu dipenuhi a < b.
11. Buktikan bahwa ( 1 2 (a + b))2 ≤ 1 2 (a 2 + b 2 ) untuk semua a,b ∈ R. Tunjukkan bahwa
kesamaan dipenuhi jika dan hanya jika a = b.
12. (a). Bila 0 < c < 1, tunjukkan bahwa 0 < c 2 < c < 1 (b). Bila 1 < c, tunjukkan bahwa 1 <
c<c2
13. Bila c > 1, tunjukkan bahwa c n ≥ c untuk semua n ∈ N. (Perhatikan ketaksamaan
Bernoulli dengan c = 1 + x).
14. Bila c > 1, dan m,n ∈ N, tunjukkan bahwa c m > c n jika dan hanya jika m > n.
15. Bila 0 < c < 1, tunjukkan bahwa c n ≤ c untuk semua n ∈ N.
16. Bila 0 < c < 1 dan m,n ∈ N, tunjukkan bahwa c m < c n jika dan hanya jika m > n.
17. Bila a > 0, b > 0 dan n ∈ N, tunjukkan bahwa a < b jika dan hanya jika a n < b n . 1
18. Misalkan ck > 0 untuk k = 1,2,...,n. Buktikan bahwa n 2 ≤ (c1 + c2 + ... + cn)( ) 1 1 1 1 2
c c c + + + ... n
19. Misalkan ck > 0 untuk k = 1,2,...,n. Tunjukkan bahwa [ ] c c c c c c 1 2 1 2 2 2 2 + + + 1
2 ≤ + + + ... n ... n n / ≤ c1 + c2 + ... + cn
20. Asumsikan eksistensi akar dipenuhi, tunjukkan bahwa bila c > 1, maka c 1/m < c 1/n jika
dan hanya jika m > n.

- Garis Bilangan Real

Interpretasi geometri yang umum dan mudah untuk sistem bilangan real adalah garis
bilangan. Pada interpretasi ini, nilai mutlak a dari unsur a di R dianggap sebagai jarak
dari a ke pusat 0. Lebih umum lagi, jarak antara unsur a dan b di R adalah a b − . Kita akan
memerlukan bahasa yang tepat untuk membahas gagasan suatu bilangan real “dekat” ke yang
lain. Bila diberikan bilangan real a, maka bilangan real x dikatakan “dekat” dengan a
seharusnya diartikan bahwa jarak antara keduanya x − a “kecil”. Untuk membahas gagasan
ini, kita akan menggunakan kata lingkungan, yang sebentar lagi akan kita definisikan. 2.3.7
Definisi. Misalkan a ∈ R dan ε > 0.

Maka lingkungan-ε dari a adalah himpunan Vε(a) = {x ∈ R  x − a < ε}. Untuk a ∈ ,


pernyataan x termuat di Vε(a) ekivalen dengan pernyataan -ε < x - a < ε ⇔ a - ε < x < a + ε
2.3.8 Teorema. Misalkan a ∈ R. Bila x termuat dalam lingkungan Vε(a) untuk setiap ε > 0,
maka x = a. Bukti : Pendahuluan Analisis Real I 45 Bila x memenuhi x − a < ε untuk setiap ε
> 0, maka dari 2.2.9 diperoleh bahwa x − a = 0, dan dari sini x = a
Latihan 2.3.

1. Misalkan a ∈ R. tunjukkan bahwa (a). a = a 2 (b). a a 2 2 =


2. Bila a,b ∈ R. dan b ≠ 0, tunjukkan bahwa a b a b / / = .
3. Bila a,b ∈ R, tunjukkan bahwa a b a b + = + .jika dan hanya jika ab > 0.
4. Bila x,y,z ∈ R, x ≤ z, tunjukan bahwa x < y < z jika dan hanya jika x y − + y z x z − = −
Interpretasikan secara geometris.
5. Tentukan x ∈ R, yang memenuhi pertaksamaan berikut : (a). 4x 3 13 − ≤ ; (b). x 1 3 2 −
≤ ; (c). x 1 x 1 − > + ; (d). x x 1 2 + + < .
6. Tunjukkan bahwa x − < a ε jika dan hanya jika a - ε < x < a + ε. Aljabar Himpunan
Analisis Real I 46
7. Bila a < x < b dan a < y < b, tunjukkan bahwa x y − < −b a . Interpretasikan secara
geometris.
8. Tentukan dan sketsa himpunan pasangan berurut (a,b) di R×R yang memenuhi (a x y = ;
(b). x y 1 + = ; (c xy 2 = ; (d). x y 2 − = .
9. Tentukan dan sketsa himpunan berurut (x,y) yang memenuhi (a). x y ≤ ; (b). x y 1 + ≤ ;
(c). xy 2 ≤ ; (d). x y 2 − ≥ .
10. Misalkan ε > 0 dan δ > 0, a ∈ R. Tunjukkan bahwa Vε(a) ∩ Vδ(a) dan Vε(a) ∪ Vδ(a)
adalah lingkungan-γ dari a untuk suatu γ.
11. Tunjukkan bahwa bila a,b ∈ R, dan a ≠ b, maka terdapat lingkungan-ε U dari a dan
lingkungan-γ V dari b, sehingga U∩V = ∅

- Supremum dan Infimum

2.4.2 Definisi.

Misalkan S subhimpunan dari R, (i). Bila S terbatas di atas, maka batas atas u
dikatakan supremum (atau batas atas ter-kecil) dari S bila tidak terdapat batas atas (yang lain)
dari S yang kurang dari u. Aljabar Himpunan Analisis Real I 48 (ii). Bila S terbatas di bawah,
maka batas bawah w dikatakan infimum (atau batas bawah terbesar) dari S bila tidak terdapat
batas bawah (yang lain) dari S yang kurang dari w. Akan sangat berguna untuk
memfarmasikan ulang definisi supremum dari suatu himpunan. 2.4.3 Lemma. Bilangan real u
merupakan supremum dari himpunan tak kosong S di R jika dan hanya jika u memenuhi
kedua kondisi berikut : (1). s ≤ u untuk semua s ∈ S. (2). bila v < u, maka terdapat s’ ∈ S
sehingga v < s’.
Kita tinggalkan bukti dari lemma ini sebagai latihan yang sangat penting bagi
pembaca. Pembaca seharusnya juga memfarmasikan dan membuktikan hal yang serupa untuk
infimum. Tidak sulit untuk membuktikan bahwa supremum dari himpunan S di R bersifat
tunggal. Misalkan u1 dan u2 supremum dari S, maka keduanya merupakan batas atas dari S.
Andaikan u1 < u2 dengan hipotesis u2 supremum mengakibatkan bahwa u1 bukan batas atas
dari S. Secara sama, pengandaian u2 < u1 dengan hipotesis u1 supremum menga-kibatkan
bahwa u2 bukan batas atas dari S.

Karena itu, haruslah u1 = u2. (Pembaca seharusnya menggunakan cara serupa untuk
menunjukkan infimum dari suatu himpunan di R bersifat tunggal). Bila supremum atau
infimum dari suatu himpunan S ada, kita akan menuliskan-nya dengan sup S dan inf S Kita
amati juga bahwa bila u’ sebarang batas atas dari S, maka sup S ≤ u’. Yaitu, bila s ≤ u’ untuk
semua s ∈ S, maka sup S ≤ u’. Hal ini mengatakan bahwa sup S merupakan batas atas terkecil
dari S. Kriteria berikut sering berguna dalam mengenali batas atas tertentu dari suatu
himpunan merupakan supremum dari himpunan tersebut.

Latihan 2.4

1. Misalkan S1 = {x ∈ R : x ≥ 0}. Tunjukkan secara lengkap bahwa S1 mempunyai batas


bawah, tetapi tidak mempunyai batas atas. Tunjukkan pula bahwa inf S1 = 0.
2. Misalkan S2 = {x ∈ R : x ≥ 0}. Apakah S2 mempunyai batas bawah ? Apakah S2
mempunyai batas atas ? Buktikan pernyataan yang anda berikan.
3. Misalkan S3 = {1/n n ∈ N}. Tunjukkan bahwa sup S3 = 1 dan inf S3 ≥ 0. (Hal ini akan
diikuti bahwa inf S3 = 0, dengan menggunakan Sifat Arechimedes 2.5.2 atau 2.5.3 (b)).
4. Misalkan S4 = {1 - (-1)n /n : n ∈ N}.Tentukan inf S4 dan sup S4.
5. Misalkan S subhimpunan tak kosong dari R yang terbatas di bawah. Tunjukkan bahwa
inf S = -sup{-s : s ∈ S}.
6. Bila S ⊆ R memuat batas atasnya, tunjukkan bahwa batas atas tersebut merupakan
supremum dari S.
7. Misalkan S ⊆ R yang tak kosong. Tunjukkan bahwa u ∈ R merupakan batas atas dari R
jika dan hanya jika kondisi t ∈ R dan t > u mengakibatkan t ∉ S.
8. Misalkan S ⊆ R yang tak kosong. Tunjukkan bahwa u = sup S, kaka untuk setiap n∈N, u
- 1/n bukan batas atas dari S, tetapi u + 1/n batas atas dari S. (Hal sebaliknya juga benar ;
lihat latihan 2.5.3). Pendahuluan Analisis Real I 51
9. Tunjukkan bahwa bila A dan B sub himpunan yang terbatas dari R, maka A∪B juga
terbatas. Tunjukkan bahwa sup (A∪B) = sup {sup A, sup B}.
10. .Misalkan S terbatas di R dan S sub himpunan tak kosong dari S. Tunjukkan bahwa inf S
≤ inf S0 ≤ sup S0 ≤ sup S.
11. Misalkan S ⊆ R dan s* = sup S termuat di S. Bila u∉ S, tunjukkan bahwa sup (S∪{u}) =
sup {s* ,u}.
12. Tunjukkan bahwa suatu himpunan tak kosong dan berhingga S ⊆ R memuat
supremumnya. (Gunakan induksi matematika dan latihan nomor 11).
- Aplikasi sifat supreum

Aplikasi Sifat Supremum Sekarang kita akan membahas bagaimana supremum dan
infimum digunakan. Contoh berikut menunjukkan bagaimana definisi supremum dan
infimum digunakan dalam pembuktian. Kita juga akan memberikan beberapa aplikasi penting
sifat ini untuk menurunkan sifat-sifat fundamental sistem bilangan real yang akan sering
digunakan. 2.5.1 Contoh-contoh (a). Sangatlah penting untuk menghubungkan infimum dan
supremum suatu himpunan dengan sifat-sifat aljabar R. Di sini kita akan sajikan salah
satunya ; yaitu tentang penjumlahan, sementara yang lain diberikan sebagai latihan. Misalkan
S sub himpunan tak kosong dari R.

Definisikan himpunan a + S = {a + x : x ∈ S}. Kita akan tunjukkan bahwa sup (a + S)


= a + sup S. Bila kita misalkan u = sup S, maka karena x ≤ u untuk semua x ∈ S, kita
mempunyai a + x ≤ a + u. Karena itu a + u batas atas dari a + S ; akibatnya kita mempunyai
sup (a + S) ≤ a + u. Bila v sebarang batas atas dari himpunan a + S, maka a + x ≤ v untuk
semua x ∈ S. Maka x ≤ v - a untuk semua x ∈ S, yang mengakibatkan u = sup S ≤ v - a,
sehingga a + u ≤ v. Karena v sebarang batas atas dari a + S, kita dapat mengganti v Aljabar
Himpunan Analisis Real I 52 dengan sup (a + S) untuk memperoleh a + u ≤ sup (a + S).
Dengan menggabungkan ketaksamaan di atas diperoleh bahwa sup (a + S) = a + u = a + sup
S. (b).

Misalkan f dan g fungsi-fungsi bernilai real dengan domain D ⊆ R. Kita asumsikan


rangenya f(D) = {f(x) : x ∈ D} dan g(D) = {g(x) : x ∈ D}himpunan terbatas di R. (i). Bila f(x)
≤ g(x) untuk semua x ∈ D, maka sup f(D) ≤ sup g(D). Untuk membuktikan hal ini, kita catat
bahwa sup g(D) merupakan batas atas himpunan f(D) karena untuk setiap x ∈ D, kita
mempunyai f(x) ≤ g(x) ≤ sup g(D). Karenanya sup f(D) ≤ sup g(D). (ii). Bila f(x) ≤ g(y)
untuk semua x,y ∈ D, maka sup f(D) ≤ sup g(D). Buktinya dalam dua tahap. Pertama, untuk
suatu y tertentu di D, kita lihat bahwa f(x) ≤ g(y) untuk semua x ∈ D, maka g(y) batas atas
dari himpunan f(D). Akibatnya sup f(D) ≤ g(y). Karena ketaksamaan terakhir dipenuhi untuk
semua y ∈ D, maka sup f(D) merupakan batas bawah dari g(D). Karena itu, haruslah sup f(D)
≤ inf g(D). (c). Perlu dicatat bahwa hipotesis f(x) ≤ g(x) untuk semua x ∈ D pada (b) tidak
menghasilkan hubungan antara sup f(D) dan inf g(D). Sebagai contoh, bila f(x) = x2 dan g(x)
= x dengan D = {x ∈ R : 0 < x < 1}, maka f(x) ≤ g(x) untuk semua x ∈ D, tetapi sup f(D) = 1
dan inf g(D) = 0, serta sup g(D) = 1. Jadi (i) dipenuhi, sedangkan (ii) tidak. Lebih jauh
mengenai hubungan infimum dan supremum himpunan dari nilai fungsi diberikan sebagai
latihan.

Latihan 2.5

1. Gunakan Sifat Archimedes atau Teorema Akibat 2.5.3 (b) untuk menunjukkan bahwa inf
{1/n  n ∈ N} = 0.
2. Bila S = {1/n - 1/m  n,m ∈ N}, tentukan inf S dan sup S.
3. Misalkan S ⊆ R tak kosong. Tunjukkan bahwa bila u di R mempunyai sifat : (i). untuk
setiap n ∈ N, u - 1/n bukan batas atas dari S, dan (ii). untuk setiap n ∈ N, u + 1/n bukan
batas atas dari S, maka u = sup S. (Ini merupakan kebalikan Teorema 2.4.8).
4. Misalkan S himpunan tak kosong dan terbatas di R. Pendahuluan Analisis Real I 57 (a).
Misalkan a > 0, dan aS = {as  s ∈ S}. Tunjukkan bahwa inf (aS) = a inf S, sup (aS) = a
sup S. (b). Misalkan b < 0, dan bS = {bs  s ∈ S}. Tunjukkan bahwa inf (bS) = b sup S,
sup (bS) = b inf S.
5. Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X →R mempunyai range yang terbatas di R.
Bila a ∈ R, tunjukkan bahwa contoh 2.5.1(a) mengakibatkan bahwa sup {a + f(x)  x ∈
X} = a + sup {f(x)  x ∈ X}. Tunjukkan pula bahwa inf {a + f(x)  x ∈ X} = a + inf
{f(x)  x ∈ X}.
6. Misalkan A dan B himpunan tak kosong dan terbatas di R, dan A + B = {a + b  a ∈ A,
b ∈ B}. Tunjukkan bahwa sup (A + B) = sup A + sup B dan inf (A + B) = inf A + inf B.
7. Misalkan X himpunan tak kosong, f dan g fungsi terdefinisi pada X dan mempunyai
range yang terbatas di R. Tunjukkan bahwa sup{f(x) + g(x)  x ∈ X} ≤ sup{f(x)  x ∈
X} + sup{g(x)  x ∈ X} dan inf{f(x)  x ∈ X} + inf {g(x)  x ∈ X} ≤ inf{f(x) + g(x) 
x ∈ X} Berikan contoh yang menunjukkan kapan berlaku kesamaan atau ketaksamaan
murni.
8. Misalkan X = Y = {x∈R 0 < x < 1}. Tentukan h : X×Y →R dan h(x,y) = 2x + y. (a).
untuk setiap x ∈ X, tentukan f(x) = sup {h(x,y) : y ∈ Y} Kemudian tentukan inf {f(x) x
∈ X}. (b). untuk setiap y ∈ Y, tentukan g(y) = inf {h(x,y) : x ∈ X} Kemudian tentukan
sup {g(y) y ∈ Y}. Bandingkan hasilnya dengan bagian (a).
9. Lakukan perhitungan di (a) dan (b) latihan nomor 8 untuk fungsi h : X×Y → R yang
didefinisikan dengan Aljabar Himpunan Analisis Real I 58 h( ) x,y bila x < y 1 , bila x y
=≥0,
10. Misalkan X,Y himpunan tak kosong dari h : X×Y → R yang mempunyai range terbatas
di R. Misalkan f : X → dan g : Y → didefinisikan dengan f(x) = sup {h(x,y) y ∈
Y}, g(y) = inf {h(x,y) x ∈ X}. Tunjukkan bahwa sup{g(y) y ∈ Y} ≤ inf {f(x)  x ∈
X} Kita akan menuliskannya dengan supinf ( ) y x x,y h ≤ supinf ( ) x y x,y h Catatan,
pada latihan nomor 8 dan nomor 9 menunjukkan bahwa ketaksamaan bisa berupa
kesamaan atau ketaksamaan murni.
11. Misalkan X,Y himpunan tak kosong dari h : X×Y → R yang mempunyai range terbatas
di R. Misalkan F : X → R dan G : Y → R didefinisikan dengan F(x) = sup {h(x,y)
y ∈ Y}, G(y) = inf {h(x,y) x ∈ X}. Perkenalkan Prinsip Iterasi Supremum :
sup{h(x,y) x ∈ X, y ∈ Y} = sup {F(x)  x ∈ X} = sup {G(y)  y ∈ Y}. Hal ini sering
dituliskan dengan sup x, y x,y h( ) = sup x, y x y sup ( ) h = sup x, y y x sup ( ) h
12. Diberikan sebarang x∈R, tunjukkan bahwa terdapat n∈Z yang tungal sehingga n - 1 ≤ x
< n.
13. Bila y > 0 tunjukkan bahwa terdapat n ∈ N sehingga 1/2n < y.
14. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa terdapat bilangan
real positif y sehingga y2 = 3.
15. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa bila a > 0, maka
terdapat bilangan real positif z sehingga z2 = a.
16. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa terdapat bilangan
real positif u sehingga u 3 = 2. Pendahuluan Analisis Real I 59
17. Lengkapi bukti Teorema Densitas 2.5.5 dengan menghilangkan hipotesis x > 0.
18. Bila u > 0 dan x < y, tunjukkan bahwa terdapat bilangan rasional r sehingga x < ru < y.
(Dari sini himpunan {ru  r ∈ Q} padat di R).

Anda mungkin juga menyukai