Bila A menyatakan suatu himpunan dan x suatu unsurnya, kita akan tuliskan dengan x∈A,
untuk menyingkat pernyataan x suatu unsur di A, atau x anggota A, atau x termuat di A, atau A
memuat x.
Bila x suatu unsur tetapi bukan di A kita tuliskan dengan x∉A. Bila A dan B suatu himpunan
sehingga x∈A mengakibatkan x∈B (yaitu, setiap unsur di A juga unsur di B), maka kita katakan A
termuat di B, atau B memuat A atau A suatu subhimpunan dari B, dan dituliskan dengan A ⊆ B atau
B ⊇ A. Bila A ⊆ B dan terdapat unsur di B yang bukan anggota A kita katakan A subhimpunan sejati
dari B.
Operasi Himpunan
Definisi.
(a). Bila A dan B suatu himpunan, maka irisan (=interseksi) dari A ⊂ B dituliskan dengan
A∩B, adalah himpunan yang unsur-unsurnya terdapat di A juga di B. Dengan kata lain kita
mempunyai
(b) Gabungan dari A dan B, dituliskan dengan A∪B, adalah himpunan yang unsurunsurnya
paling tidak terdapat di salah satu A atau B. Dengan kata lain kita mempunyai A∪B = {x |
x∈A atau x∈B}.
Definisi. Bila A dan B himpunan-himpunan yang tak kosong, maka produk cartesius A×B
dari A dan B adalah himpunan pasangan berurut (a,b) dengan a∈ A dan b ∈ B. Jadi bila A =
{1,2,3} dan B = {4,5}, maka A×B = {(1,4),(1,5),(2,4),(2,5),(3,4),(3,5)}
Latihan 1.1.
Jawab :
1.2 Fungsi
Definisi :
Pendahuluan Analisis Real I 9 De-ngan pendefinisian ini dapat saja kita kehilangan
kandungan intuitif dari definisi terdahulu, tetapi kita dapatkan kejelasan. Ide dasar
pendefinisian ini adalah memikirkan gambar dari suatu fungsi; yaitu, suatu korelasi dari
pasangan berurut. Bila kita perhatikan tidak setiap koleksi pasangan berurut merupakan
gambar suatu fungsi, karena sekali unsur pertama dalam pasangan berurut diambil, unsur
keduanya ditentukan secara tunggal.
Bila f suatu fungsi dengan domain D(f) dan D1 suatu subhimpunan dari D(f),
seringkali bermanfaat untuk mendefinisikan fungsi baru f1 dengan domain D1 dan f1(x) =
f(x) untuk semua x ∈ D1. Fungsi f1 disebut pembatasan fungsi f pada D1. Menurut definisi
1.2.1, kita mempunyai f1 = { (a,b) ∈ f a ∈ D1} Kadang-kadang kita tuliskan f1 = f D1
untuk menyatakan pembatasan fungsi f pada himpunan D1 Konstruksi serupa untuk gagasan
perluasan. Bila suatu fungsi dengan domain D(g) dan D2 ⊇ D(g), maka sebarang fungsi g2
dengan domain D2 sedemikian sehingga g2(x) = g(x) untuk semua x ∈ D(g) disebut
perluasan g pada himpunan D2.
Fungsi-fungsi Invers
Bila f suatu fungsi dari A ke B, (karenanya, subhimpunan khusus dari A×B), maka
himpunan pasangan berurut di B×A yang diperoleh dengan saling menukar unsur pertama
dan kedua di f secara umum bukanlan fungsi. Tetapi, bila f injektif, maka penukaran ini
menghasilkan fungsi yang disebut invers dari f. Aljabar Himpunan Analisis Real I 12 1.2.7.
Definisi. Misalkan f : A → B suatu fungsi injektif dengan domain A dan range R(f) di B.
Bila g = {(b,a)∈B×A (a,b) ∈ f}, maka g fungsi injektif dengan domain D(g) = R(f) dan
range A. Fungsi G disebut fungsi invers dari f dan dituliskan dengan f -1 .
Dalam penulisan fungsi yang standar, fungsi f -1 berelasi dengan f sebagai berikut : y
= f -1(y) jika dan hanya jika y = f(x). Sebagai contoh, kita telah melihat bahwa fungsi f(x) = x
x −1 didefinisikan untuk x ∈ A = {x x ≠ 1} bersifat injektif. Tidak jelas apakah range dari f
semua (atau hanya sebagian) dari R. Untuk menentukannya kita selesaikan persamaan y = x x
−1 dan diperoleh x = y y 1 − . Dengan informasi ini, kita dapat yakin bahwa rangenya R(f) =
{y y ≠ 1} dan bahwa fungsi invers dari f mempunyai domain {y y ≠ -1} dan f -1(y) = y y
1 − . Bila suatu fungsi injektif, maka fungsi inversnya juga injektif. Lebih dari itu, fungsi
invers dari f-1 adalah f sendiri. Buktinya ditinggalkan sebagai latihan.
Barisan
Fungsi dengan N sebagai domain memeainkan aturan yang sangat khusus dalam analisis,
yang kita akan perkenalkan berikut ini.
Definisi. Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domainnya himpunan
bilangan asli N dan rangenya termuat di S. Untuk barisan X : N → S, nilai X di n∈N sering
dituliskan dengan xn daripada (xn), dan nilainya sering disebut suku ke-n barisan tersebut. Barisan itu
sendiri sering dituliskan dengan (xn n ∈ N) atau lebih sederhana dengan (xn). Sebagai con- Aljabar
Himpunan Analisis Real I 14 toh, barisan di R yang dituliskan dengan ( n n ∈ N) sama artinya
dengan fungsi X : N → R dengan X(n) = n .
Penting sekali untuk membedakan antara barisan (xn n ∈ ) dengan nilainya {xn n ∈ N},
yang merupakan subhimpunan dari S. Suku barisan harus dipandang mempunyai urutan yang
diinduksi dari urutan bilangan asli, sedangkan range dari barisan hanya merupakan subhimpunan dari
S. Sebagai contoh, suku-suku dari barisan ((-1)n n ∈ N) berganti-ganti antara -1 dan 1, tetapi range
dari barisan itu adalah {-1,1}, memuat dua unsur dari R.
Latihan 1.2.
Latihan 1.3
Sifat-sifat aljabar R. Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi biner,
dituliskan dengan “+” dan “” dan secara berturut-turut disebut penjumlahan dan perkalian.
Kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut : (
(M3). terdapat unsur 1 di R yang berbeda dari 0, sehingga 1a = a dan a1 = a untuk semua a di
R (eksistensi unsur satuan);
(M4). untuk setiap a ≠ 0 di terdapat unsur 1/a di R sehingga a1/a = 1 dan (1/a)a = 1
(eksistensi balikan);
(D). a (b+c) = (ab) + (ac) dan (b+c) a = (ba) + (ca) untuk semua a,b,c di R (sifat distributif
perkalian terhadap penjumlahan);
Fakta bahwa terdapat unsur di R yang tidak di Q tidak begitu saja dikenali. Pada abad
keenam sebelum masehi komunitas Yunani kuno pada masa Pytagoras menemukan bahwa
diagonal dari bujur sangkar satuan tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian bilangan bulat.
Menurut Teorema Phytagoras tentang segitiga siku-siku, ini mengakibatkan tidak ada
bilangan rasional yang kuadratnya dua. Penemuan ini mempunyai sumbangan besar pada
perkembangan matematika Yunani.
Latihan 2.1
1. 2.1.2
2. 2.1.3.
3. Selesaikan persamaan berikut dan sebutkan sifat atau teorema mana yang anda gunakan
pada setiap langkahnya. (a). 2x + 5 = 8; (b). 2x + 6 = 3x + 2; (c). x2 = 2x; (d). (x - 1) (x +
2) = 0.
4. Buktikan bahwa bila a,b di R, maka -(a + b) = (-a) + (-b) (b). (-a)(-b) = ab (-a) = -(1/a)
bila a ≠ 0 (d). -(a/b) = (-a)/b bila b ≠ 0
5. Bila a,b di R dan memenuhi aa = a, buktikan bahwa a = 0 atau a = 1
6. Bila a ≠ 0 dan b ≠ 0, tunjukkan bahwa 1/(ab) = (1/a)(1/b)
7. Gunakan argumentasi pada bukti teorema 2.1.7 untuk membuktikan bahwa tidak ada
bilangan rasional s, sehingga s 2 = 6.
8. Modifikasi argumentasi pada bukti teorema 2.1.7 untuk membuktikan bahwa tidak ada
bilangan rasional t, sehingga t 2 = 3.
9. Tunjukkan bahwa bila ξ di R irasional dan r ≠ 0 rasional, maka r + ξ dan rξ irasional.
10. Misalkan B operasi biner pada R. Kita katakan B : (i). komutatif bila B(a,b) = B(b,a)
untuk semua a,b di R. (ii). asosiatif bila B(a,B(a,c)) = B(B(a,b),c) untuk semua a,b,c di R.
(iii). mempunyai unsur identitas bila terdapat unsur e di R sehingga B(a,e) = a = B(e,a),
untuk semua a di R Tentukan sifat-sifat mana yang dipenuhi operasi di bawah ini (a).
B1(a,b) = 1 2 (a + b) (b). B2(a,b) = 1 2 (ab) (c). B3(a,b) = a - b (d). B4(a,b) = 1 + ab
Aljabar Himpunan Analisis Real I 30
11. Suatu operasi biner B pada R dikatakan distributif terhadap penjumlahan bila memenuhi
B(a,b + c) = B(a,b) + B(a,c) untuk semua a,b,c di R. Yang mana (bila ada) dari operasi
nomor 12 yang bersifat distributif terhadap penjumlahan?.
12. Gunakan induksi matematika untuk menunjukan bahwa bila a di R dan m,n di N, maka a
m+n = a m a n dan (a m ) n = a mn .
13. Buktikan bahwa bilangan asli tidak dapat bersifat genap dan ganjil secara bersamaan.
2.2.5 Teorema.
(a). Bila a∈R dan a ≠ 0, maka a 2 > 0 (b). 1 > 0 (c). Bila n∈N, maka n > 0 Bukti :
(a). Dengan sifat trikotomi bila a ≠ 0, maka a ∈ P atau -a ∈ P. Bila a ∈ P., maka dengan
2.2.1(ii), kita mempunyai a 2 = a.a ∈ P. Secara sama bila -a ∈ P, maka 2.2.1 (ii), kita
mempunyai (-a).(-a) ∈ P. Dari 2.1.5(b) dan 2.1.5(d) kita mempunyai (-a).(-a) = ((-1)a) ((-1)a)
= (-1)(-1).a 2 = a 2 , jadi a 2 ∈ P. Kita simpulkan bahwa bila a ≠ 0, maka a 2 > 0.
(b). Karena 1 = (1)2 , (a) mengakibatkan 1 > 0. (c). Kita gunakan induksi matematika,
validitas untuk n = 1 dijamin oleh (b). Bila pernyataan k > 0, dengan k bilangan asli, maka
k∈P. Karena 1 ∈ P, maka k + 1 ∈ P, menurut 2.2.1(i) . Dari sini pernyataan n > 0 untuk
semua n∈N benar. Sifat berikut berhubungan dengan urutan di R terhadap penjumlahan dan
perkalian.
Sifat-sifat ini menyajikan beberapa alat yang memungkinkan kita bekerja dengan
ketaksamaan.
2.2.6 Teorema. Misalkan a,b,c,d ∈ R (a). bila a > b, maka a + c > b + c (b).bila a > b dan c >
d, maka a + c > b + d (c). bila a > b dan c > 0, maka ca > cb bila a > b dan c < 0, maka ca <
cb Pendahuluan Analisis Real I 33 (d).bila a > 0, maka 1/a > 0 bila a < 0, maka 1/a < 0
Bukti : (a).Bila a - b ∈ P, maka (a + c) - (b + c) unsur di P. Jadi a + c > b + c
2.1.6(a). Andaikan 1/a < 0, maka bagian (c) dengan c = 1/a mengakibatkan bahwa 1 = a(1/a)
< 0, kontradiksi dengan 2.2.5(b). Karenanya 1/a > 0. Secara sama, bila a < 0, maka
kemungkinan 1/a > 0 membawa ke sesuatu yang kontradiksi yaitu 1 = a(1/a) < 0. Dengan
menggabung 2.2.6(c) dan 2.2.6(d), kita peroleh bahwa 1 n dengan n sebarang bilangan asli
adalah bilangan positif. Akibatnya bilangan rasional dengan bentuk m n = m 1 n
, untuk m dan n bilangan asli, adalah positif.
Latihan 2.2
Interpretasi geometri yang umum dan mudah untuk sistem bilangan real adalah garis
bilangan. Pada interpretasi ini, nilai mutlak a dari unsur a di R dianggap sebagai jarak
dari a ke pusat 0. Lebih umum lagi, jarak antara unsur a dan b di R adalah a b − . Kita akan
memerlukan bahasa yang tepat untuk membahas gagasan suatu bilangan real “dekat” ke yang
lain. Bila diberikan bilangan real a, maka bilangan real x dikatakan “dekat” dengan a
seharusnya diartikan bahwa jarak antara keduanya x − a “kecil”. Untuk membahas gagasan
ini, kita akan menggunakan kata lingkungan, yang sebentar lagi akan kita definisikan. 2.3.7
Definisi. Misalkan a ∈ R dan ε > 0.
2.4.2 Definisi.
Misalkan S subhimpunan dari R, (i). Bila S terbatas di atas, maka batas atas u
dikatakan supremum (atau batas atas ter-kecil) dari S bila tidak terdapat batas atas (yang lain)
dari S yang kurang dari u. Aljabar Himpunan Analisis Real I 48 (ii). Bila S terbatas di bawah,
maka batas bawah w dikatakan infimum (atau batas bawah terbesar) dari S bila tidak terdapat
batas bawah (yang lain) dari S yang kurang dari w. Akan sangat berguna untuk
memfarmasikan ulang definisi supremum dari suatu himpunan. 2.4.3 Lemma. Bilangan real u
merupakan supremum dari himpunan tak kosong S di R jika dan hanya jika u memenuhi
kedua kondisi berikut : (1). s ≤ u untuk semua s ∈ S. (2). bila v < u, maka terdapat s’ ∈ S
sehingga v < s’.
Kita tinggalkan bukti dari lemma ini sebagai latihan yang sangat penting bagi
pembaca. Pembaca seharusnya juga memfarmasikan dan membuktikan hal yang serupa untuk
infimum. Tidak sulit untuk membuktikan bahwa supremum dari himpunan S di R bersifat
tunggal. Misalkan u1 dan u2 supremum dari S, maka keduanya merupakan batas atas dari S.
Andaikan u1 < u2 dengan hipotesis u2 supremum mengakibatkan bahwa u1 bukan batas atas
dari S. Secara sama, pengandaian u2 < u1 dengan hipotesis u1 supremum menga-kibatkan
bahwa u2 bukan batas atas dari S.
Karena itu, haruslah u1 = u2. (Pembaca seharusnya menggunakan cara serupa untuk
menunjukkan infimum dari suatu himpunan di R bersifat tunggal). Bila supremum atau
infimum dari suatu himpunan S ada, kita akan menuliskan-nya dengan sup S dan inf S Kita
amati juga bahwa bila u’ sebarang batas atas dari S, maka sup S ≤ u’. Yaitu, bila s ≤ u’ untuk
semua s ∈ S, maka sup S ≤ u’. Hal ini mengatakan bahwa sup S merupakan batas atas terkecil
dari S. Kriteria berikut sering berguna dalam mengenali batas atas tertentu dari suatu
himpunan merupakan supremum dari himpunan tersebut.
Latihan 2.4
Aplikasi Sifat Supremum Sekarang kita akan membahas bagaimana supremum dan
infimum digunakan. Contoh berikut menunjukkan bagaimana definisi supremum dan
infimum digunakan dalam pembuktian. Kita juga akan memberikan beberapa aplikasi penting
sifat ini untuk menurunkan sifat-sifat fundamental sistem bilangan real yang akan sering
digunakan. 2.5.1 Contoh-contoh (a). Sangatlah penting untuk menghubungkan infimum dan
supremum suatu himpunan dengan sifat-sifat aljabar R. Di sini kita akan sajikan salah
satunya ; yaitu tentang penjumlahan, sementara yang lain diberikan sebagai latihan. Misalkan
S sub himpunan tak kosong dari R.
Latihan 2.5
1. Gunakan Sifat Archimedes atau Teorema Akibat 2.5.3 (b) untuk menunjukkan bahwa inf
{1/n n ∈ N} = 0.
2. Bila S = {1/n - 1/m n,m ∈ N}, tentukan inf S dan sup S.
3. Misalkan S ⊆ R tak kosong. Tunjukkan bahwa bila u di R mempunyai sifat : (i). untuk
setiap n ∈ N, u - 1/n bukan batas atas dari S, dan (ii). untuk setiap n ∈ N, u + 1/n bukan
batas atas dari S, maka u = sup S. (Ini merupakan kebalikan Teorema 2.4.8).
4. Misalkan S himpunan tak kosong dan terbatas di R. Pendahuluan Analisis Real I 57 (a).
Misalkan a > 0, dan aS = {as s ∈ S}. Tunjukkan bahwa inf (aS) = a inf S, sup (aS) = a
sup S. (b). Misalkan b < 0, dan bS = {bs s ∈ S}. Tunjukkan bahwa inf (bS) = b sup S,
sup (bS) = b inf S.
5. Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X →R mempunyai range yang terbatas di R.
Bila a ∈ R, tunjukkan bahwa contoh 2.5.1(a) mengakibatkan bahwa sup {a + f(x) x ∈
X} = a + sup {f(x) x ∈ X}. Tunjukkan pula bahwa inf {a + f(x) x ∈ X} = a + inf
{f(x) x ∈ X}.
6. Misalkan A dan B himpunan tak kosong dan terbatas di R, dan A + B = {a + b a ∈ A,
b ∈ B}. Tunjukkan bahwa sup (A + B) = sup A + sup B dan inf (A + B) = inf A + inf B.
7. Misalkan X himpunan tak kosong, f dan g fungsi terdefinisi pada X dan mempunyai
range yang terbatas di R. Tunjukkan bahwa sup{f(x) + g(x) x ∈ X} ≤ sup{f(x) x ∈
X} + sup{g(x) x ∈ X} dan inf{f(x) x ∈ X} + inf {g(x) x ∈ X} ≤ inf{f(x) + g(x)
x ∈ X} Berikan contoh yang menunjukkan kapan berlaku kesamaan atau ketaksamaan
murni.
8. Misalkan X = Y = {x∈R 0 < x < 1}. Tentukan h : X×Y →R dan h(x,y) = 2x + y. (a).
untuk setiap x ∈ X, tentukan f(x) = sup {h(x,y) : y ∈ Y} Kemudian tentukan inf {f(x) x
∈ X}. (b). untuk setiap y ∈ Y, tentukan g(y) = inf {h(x,y) : x ∈ X} Kemudian tentukan
sup {g(y) y ∈ Y}. Bandingkan hasilnya dengan bagian (a).
9. Lakukan perhitungan di (a) dan (b) latihan nomor 8 untuk fungsi h : X×Y → R yang
didefinisikan dengan Aljabar Himpunan Analisis Real I 58 h( ) x,y bila x < y 1 , bila x y
=≥0,
10. Misalkan X,Y himpunan tak kosong dari h : X×Y → R yang mempunyai range terbatas
di R. Misalkan f : X → dan g : Y → didefinisikan dengan f(x) = sup {h(x,y) y ∈
Y}, g(y) = inf {h(x,y) x ∈ X}. Tunjukkan bahwa sup{g(y) y ∈ Y} ≤ inf {f(x) x ∈
X} Kita akan menuliskannya dengan supinf ( ) y x x,y h ≤ supinf ( ) x y x,y h Catatan,
pada latihan nomor 8 dan nomor 9 menunjukkan bahwa ketaksamaan bisa berupa
kesamaan atau ketaksamaan murni.
11. Misalkan X,Y himpunan tak kosong dari h : X×Y → R yang mempunyai range terbatas
di R. Misalkan F : X → R dan G : Y → R didefinisikan dengan F(x) = sup {h(x,y)
y ∈ Y}, G(y) = inf {h(x,y) x ∈ X}. Perkenalkan Prinsip Iterasi Supremum :
sup{h(x,y) x ∈ X, y ∈ Y} = sup {F(x) x ∈ X} = sup {G(y) y ∈ Y}. Hal ini sering
dituliskan dengan sup x, y x,y h( ) = sup x, y x y sup ( ) h = sup x, y y x sup ( ) h
12. Diberikan sebarang x∈R, tunjukkan bahwa terdapat n∈Z yang tungal sehingga n - 1 ≤ x
< n.
13. Bila y > 0 tunjukkan bahwa terdapat n ∈ N sehingga 1/2n < y.
14. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa terdapat bilangan
real positif y sehingga y2 = 3.
15. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa bila a > 0, maka
terdapat bilangan real positif z sehingga z2 = a.
16. Modifikasi argumentasi pada teorema 2.5.4 untuk menunjukkan bahwa terdapat bilangan
real positif u sehingga u 3 = 2. Pendahuluan Analisis Real I 59
17. Lengkapi bukti Teorema Densitas 2.5.5 dengan menghilangkan hipotesis x > 0.
18. Bila u > 0 dan x < y, tunjukkan bahwa terdapat bilangan rasional r sehingga x < ru < y.
(Dari sini himpunan {ru r ∈ Q} padat di R).