Anda di halaman 1dari 13

REVIEWER JURNAL sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di

dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar


Judul : Demam berdarah Dengue, Demam 8-10 hari. Tiga tahap presentasi klinis
Berdarah Demie: Epidemiologi, diklasifi- kasikan sebagai demam, beracun
Patogenesis, dan Faktor Risiko dan pem- ulihan.
Penularan  Tujuan
Jurnal : Aspirator Untuk mengetahui factor risiko penularan
Volume : Vol 2. No 2 demam berdarah.
Tahun : 2010  Metodologi
Penulis : Ariyu Candra Metodelogi penelitian yang digunakan
Reviuwer : Nurul Afifah adalah deskriptif kualitatif yakni data yang
Tanggal : 23 Oktober 2020 dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
angka. Dengan demikian laporan penelitian
 Latar Belakang ini berisi kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan
Demam berdarah dengue (DBD) meru-
yang berasal dari naskah wawancara,
pakan penyakit yang banyak ditemukan di
catatan lapangan, foto dokumentasi.
sebagian besar wilayah tropis dan subtro-
pis, terutama asia tenggara, Amerika ten-
 Hasil
gah, Amerika dan Karibia. Host alami
DBD adalah manusia, agentnya adalah Epidemiologi DBD

virus den- gue yang termasuk ke dalam Demam berdarah dengue (DBD) ada-
famili Flaviri- dae dan genus Flavivirus, lah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, virus dengue dan mengakibatkan spektrum
Den3 dan Den -41, ditularkan ke manusia manifestasi klinis yang bervariasi antara
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, yang paling ringan, demam dengue (DD),
khususnya nya- muk Aedes aegypti dan DBD dan demam dengue yang disertai ren-
2
Ae. albopictus yang terdapat hampir di jatan atau dengue shock syndrome (DSS)9;
seluruh pelosok Indonesia.3 ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae.
Masa inkubasi virus dengue dalam albopictus yang terinfeksi.10 Host alami
manusia (inkubasi intrinsik) berkisar DBD adalah manusia, agentnya adalah vi-
antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala rus dengue yang termasuk ke dalam famili
muncul, gejala klinis rata-rata muncul Flaviridae dan genus Flavivirus.
pada hari keempat sampai hari ketujuh,

Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue


Salah satu faktor risiko penularan DBD pada periode sebelumnya serta
DBD adalah pertumbuhan penduduk migrasi ke daerah perkotaan.43
perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk Vektor Demam Berdarah Dengue
karena membaiknya sarana dan prasarana
Demam berdarah dengue ditularkan
transportasi dan terganggu atau
oleh nyamuk Ae. aegypti yang menjadi
melemahnya pengendalian populasi
vektor utama serta Ae. albopictus yang
sehing- ga memungkin terjadinya KLB.40
menjadi vektor pendamping.
Faktor risiko lainnya adalah kemiskinan
yang mengakibatkan orang tidak  Kesimpulan:
mempunyai ke- mampuan untuk Kesimpulan dari penelitian ini adalah
menyediakan rumah yang layak dan sehat, Salah satu faktor risiko penularan DBD
pasokan air minum dan pembuangan adalah pertumbuhan penduduk perkotaan
sampah yang benar.11 Tetapi di lain pihak, yang cepat, mobilisasi penduduk karena
DBD juga bisa menyerang penduduk yang membaiknya sarana dan prasarana
lebih makmur terutama yang biasa transportasi dan terganggu atau
41
bepergian. Dari penelitian di Pekanbaru melemahnya pengendalian populasi
Provinsi Riau, diketahui faktor yang sehing- ga memungkin terjadinya KLB
berpengaruh terhadap kejadian DBD
 Kelebihan:
adalah pendidikan dan pekerjaan masyara-
1. Penjelasan sangat detail
kat, jarak antar rumah, keberadaan tempat
2. Dasar teori yang tepat
penampungan air, keberadaan tanaman
hias dan pekarangan serta mobilisai
penduduk; sedangkan tata letak rumah dan
keberadaan jentik tidak menjadi faktor
risiko.42

Faktor risiko yang menyebabkan


mun- culnya antibodi IgM anti dengue
yang merupakan reaksi infesksi primer,
berdasar- kan hasil penelitian di wilayah
Amazon Brasil adalah jenis kelamin laki-
laki, kem- iskinan, dan migrasi. Sedangkan
faktor risi- ko terjadinya infeksi sekunder
yang me- nyebabkan DBD adalah jenis
kelamin laki- laki, riwayat pernah terkena
Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119

Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan


Faktor Risiko Penularan
Aryu Candra1
Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and
Its Transmission Risk Factors
Abstract. Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease resulting spectrum of clinical
manifestations that vary from the lightest, dengue fever, hemorrhagic fever and dengue
fever are accompanied by shock or dengue shock syndrome. Its caused by dengue virus,
transmit- ted by Aedes mosquitoes. The case is spread in the tropics, especially in Southeast
Asia, Central America, America and the Caribbean, many causes of death in children 90% of
them attacking children under 15 years old.
Until now pathogenesis is unclear. There are two theories or hypotheses
immunopatogenesis DHF and DSS is still controversial which secondary infections
(secondary heterologus in- fection) and antibody-dependent enhancement.
Risk factors for dengue transmission are rapid urban population growth, mobilization of the
population because of improved transportation facilities and disrupted or weakened so that
population control. Another risk factor is poverty which result in people not has the ability
to provide a decent home and healthy, drinking water supply and proper waste disposal
Keywords: dengue hemorrhagic fever (DHF), epidemiology of DHF, pathogenesis of DHF,
transmission risk factors of DHF

PENDAHULUAN masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh


Demam berdarah dengue (DBD) meru- nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.1
pakan penyakit yang banyak ditemukan di Manifestasi klinis mulai dari infeksi
sebagian besar wilayah tropis dan subtro- tanpa gejala demam, demam dengue (DD)
pis, terutama asia tenggara, Amerika ten- dan DBD, ditandai dengan demam tinggi
gah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan
adalah manusia, agentnya adalah virus den- diatesis seperti uji tourniquet positif, trom-
gue yang termasuk ke dalam famili Flaviri- bositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100
dae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 x 109/L dan kebocoran plasma akibat pen-
serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den ingkatan permeabilitas pembuluh.2
-41, ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi, khususnya nya- Tiga tahap presentasi klinis diklasifi-
muk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 kasikan sebagai demam, beracun dan pem-
yang terdapat hampir di seluruh pelosok ulihan. Tahap beracun, yang berlangsung
Indonesia.3 24-48 jam, adalah masa paling kritis,
dengan kebocoran plasma cepat yang
Masa inkubasi virus dengue dalam mengarah ke gangguan peredaran darah.4
manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD,
3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, yaitu derajat I dengan tanda terdapat
gejala klinis rata-rata muncul pada hari demam disertai gejala tidak khas dan uji
keempat sampai hari ketujuh, sedangkan torniket + (positif); derajat II yaitu derajat I
ditambah ada perdarahan spontan di kulit
1. Staf Pengajar FK-UNDIP Semarang atau perdarahan lain, derajat III yang

110
Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119

-sitotoksik yang akan melisis makrofag


yang sudah memfagosit virus. Juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas an-
tibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah
dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.
Proses tersebut akan menyebabkan ter-
lepasnya mediator-mediator yang merang-
sang terjadinya gejala sistemik seperti
demam, nyeri sendi, otot, malaise dan
gejala lainnya.7
Patofisiologi primer DBD dan dengue
syock syndrome (DSS) adalah peningkatan
akut permeabilitas vaskuler yang mengarah
ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
Gambar 1.
darah. Pada kasus berat, volume plasma
Virus Dengue dengan TEM Micrograph
menurun lebih dari 20%, hal ini didukung
penemuan post mortem meliputi efusi pleu-
ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu ra, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.8
nadi cepat dan lemah serta penurunan
Setelah masuk dalam tubuh manusia,
tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi
virus dengue berkembang biak dalam sel
(sistolik menurun sampai <80 mmHg),
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti
sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit
dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
lembab dan pasen tampak gelisah; serta
Akibat infeksi ini, muncul respon imun
derajat IV yang ditandai dengan syok berat
baik humoral maupun selular, antara lain
(profound shock) yaitu nadi tidak dapat
anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti
diraba dan tekanan darah tidak terukur.5
komplemen. Antibodi yang muncul pada
Walaupun DD dan DBD disebabkan umumnya adalah IgG dan IgM, pada in-
oleh virus yang sama, tapi mekanisme feksi dengue primer antibodi mulai ter-
patofisiologisnya berbeda dan menyebab- bentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
kan perbedaan klinis. Perbedaan utama antibodi yang telah ada jadi meningkat.7
adalah adanya renjatan yang khas pada
Antibodi terhadap virus dengue dapat
DBD yang disebabkan kebocoran plasma
ditemukan di dalam darah sekitar demam
yang diduga karena proses immunologi,
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama
pada demam dengue hal ini tidak terjadi.6
sampai dengan ketiga, dan menghilang
Manifestasi klinis DD timbul akibat reaksi
setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG ber-
tubuh terhadap masuknya virus yang
beda dengan kinetik kadar antibodi IgM,
berkembang di dalam peredaran darah dan
oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus
ditangkap oleh makrofag. Selama 2 hari
dibedakan antara infeksi primer dan
akan terjadi viremia (sebelum timbul
sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG
gejala) dan berakhir setelah lima hari tim-
meningkat sekitar demam hari ke-14 se-
bul gejala panas. Makrofag akan menjadi
dang pada infeksi sekunder antibodi IgG
antigen presenting cell (APC) dan
meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
diagnosa dini infeksi primer hanya dapat
makrofag lain untuk memfagosit lebih ban-
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi
yak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T
IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis

110
Demam Berdarah.......(Aryu Candra)

Gambar 2.
Respon Primer dan Sekunder Infeksi Virus Dengue (7)

infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih peran sebagai super antigen setelah difag-
dini dengan adanya peningkatan antibodi osit oleh monosit atau makrofag.
IgG dan IgM yang cepat.8
Makrofag ini menampilkan antigen
Patofisiologi DBD dan DSS sampai presenting cell (APC) yang membawa
sekarang belum jelas, oleh karena itu mun- muatan polipeptida spesifik yang berasal
cul banyak teori tentang respon imun. Pada dari mayor histocom- patibility complex
infeksi pertama terjadi antibodi yang mem- (MHC).7
iliki aktivitas netralisasi yang mengenali
protein E dan monoklonal antibodi ter-
hadap NS1, Pre M dan NS3 dari virus Epidemiologi DBD
penyebab infeksi akibatnya terjadi lisis sel Demam berdarah dengue (DBD) ada-
yang telah terinfeksi virus tersebut melalui lah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
aktivitas netralisasi atau aktifasi komple- virus dengue dan mengakibatkan spektrum
men. Akhirnya banyak virus dilenyapkan manifestasi klinis yang bervariasi antara
dan penderita mengalami penyembuhan, yang paling ringan, demam dengue (DD),
selanjutnya terjadilah kekebalan seumur DBD dan demam dengue yang disertai ren-
hidup terhadap serotipe virus yang sama, jatan atau dengue shock syndrome (DSS)9;
tetapi apabila terjadi antibodi non- ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae.
netralisasi yang memiliki sifat memacu albopictus yang terinfeksi.10 Host alami
replikasi virus, keadaan penderita akan DBD adalah manusia, agentnya adalah vi-
menjadi parah apabila epitop virus yang rus dengue yang termasuk ke dalam famili
masuk tidak sesuai dengan antibodi yang Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari
tersedia di hospest. Pada infeksi kedua 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan
yang dipicu oleh virus dengue dengan Den-4.1 Dalam 50 tahun terakhir, kasus
serotipe yang berbeda, virus dengue ber- DBD meningkat 30 kali lipat dengan pen-
ingkatan ekspansi geografis ke negara-

112
Demam Berdarah.......(Aryu Candra)

negara baru dan, dalam dekade ini, dari transovarial dari induk nyamuk ke ke-
kota ke lokasi pedesaan.9 Penderitanya turunannya.16-17 Ada juga penularan virus
banyak ditemukan di sebagian besar wila- dengue melalui transfusi darah seperti ter-
yah tropis dan subtropis, terutama Asia jadi di Singapura pada tahun 2007 yang
Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan berasal dari penderita asimptomatik(18).
Karibia.1 Dari beberapa cara penularan virus dengue,
Virus dengue dilaporkan telah men- yang paling tinggi adalah penularan me-
jangkiti lebih dari 100 negara, terutama di lalui gigitan nyamuk Ae. aegypti.19 Masa
daerah perkotaan yang berpenduduk padat inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nya-
dan pemukiman di Brazil dan bagian lain muk) berlangsung sekitar 8-10 hari, se-
Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh
dan India. Jumlah orang yang terinfeksi manusia) berkisar antara 4-6 hari dan dii-
diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta kuti dengan respon imun.20
orang, setengahnya dirawat di rumah sakit
Penelitian di Jepara dan Ujungpandang
dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap
menunjukkan bahwa nyamuk Aedes spp.
tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau
berhubungan dengan tinggi rendahnya in-
hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di
feksi virus dengue di masyarakat; tetapi
daerah endemis DBD yang memungkinkan
infeksi tersebut tidak selalu menyebabkan
terinfeksi virus dengue melalui gigitan nya-
DBD pada manusia karena masih tergan-
muk setempat.11
tung pada faktor lain seperti vector capaci-
Jumlah kasus DBD tidak pernah ty, virulensi virus dengue, status kekebalan
menurun di beberapa daerah tropik dan host dan lain-lain.21 Vector capacity di-
subtropik bahkan cenderung terus mening- pengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang
kat12 dan banyak menimbulkan kematian terpengaruh iklim mikro dan makro, frek-
pada anak8 90% di antaranya menyerang uensi gigitan per nyamuk per hari, lamanya
anak di bawah 15 tahun.13 Di Indonesia, siklus gonotropik, umur nyamuk dan
setiap tahunnya selalu terjadi KLB di be- lamanya inkubasi ekstrinsik virus dengue
berapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun serta pemilihan Hospes.22 Frekuensi nya-
1998 dan 2004 dengan jumlah penderita muk menggigit manusia, di antaranya di-
79.480 orang dengan kematian sebanyak pengaruhi oleh aktivitas manusia; orang
800 orang lebih.14 Pada tahun-tahun beri- yang diam (tidak bergerak), 3,3 kali akan
kutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah lebih banyak digigit nyamuk Ae. aegypti
kematian turun secara bermakna dibandingkan dengan orang yang lebih ak-
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah tif, dengan demikian orang yang kurang
kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang aktif akan lebih besar risikonya untuk tertu-
dengan kematian 1.187 orang atau case lar virus dengue. Selain itu, frekuensi nya-
fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun muk menggigit manusia juga dipengaruhi
2009 sebanyak 154.855 orang dengan ke- keberadaan atau kepadatan manusia; se-
matian 1.384 orang atau CFR 0,89%.15 hingga diperkirakan nyamuk Ae. aegypti di
rumah yang padat penghuninya, akan lebih
Penularan virus dengue terjadi melalui tinggi frekuensi menggigitnya terhadap
gigitan nyamuk yang termasuk subgenus manusia dibanding yang kurang padat.22
Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Kekebalan host terhadap infeksi di-
Ae. albopictus sebagai vektor primer dan pengaruhi oleh beberapa faktor, salah
Ae. polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae satunya adalah usia dan status gizi, usia
(Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder,9 lanjut akan menurunkan respon imun dan
selain itu juga terjadi penularan penyerapan gizi.23 Status status gizi yang
transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk salah satunya dipengaruhi oleh keseim-
betina me- lalui perkawinan9 serta bangan asupan dan penyerapan gizi, khu-
penularan

113
Demam Berdarah.......(Aryu Candra)

susnya zat gizi makro yang berpengaruh Munculnya kejadian DBD, dikare-
pada sistem kekebalan tubuh.24 Selain zat nakan penyebab majemuk, artinya muncul-
gizi makro, disebutkan pula bahwa zat gizi nya kesakitan karena berbagai faktor yang
mikro seperti besi dan seng mempengaruhi saling berinteraksi, diantaranya agent (virus
respon kekebalan tubuh, apabila terjadi dengue), host yang rentan serta lingkungan
defisiensi salah satu zat gizi mikro, maka yang memungkinan tumbuh dan berkem-
akan merusak sistem imun.25 bang biaknya nyamuk Aedes spp.30 Selain
Status gizi adalah keadaan kesehatan itu, juga dipengaruhi faktor predisposisi
akibat interaksi makanan, tubuh manusia diantaranya kepadatan dan mobilitas
dan lingkungan yang merupakan hasil penduduk, kualitas perumahan, jarak antar
interaksi antara zat-zat gizi yang masuk da- rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup,
lam tubuh manusia dan penggunaannya. golongan umur, suku bangsa, kerentanan
Tanda-tanda atau penampilan status gizi terhadap penyakit, dan lainnya.31
dapat dilihat melalui variabel tertentu
[indikator status gizi] seperti berat badan, Patogenesis DBD
tinggi badan, dan lain lain.26 Sumber lain Nyamuk Aedes spp yang sudah terin-
mengatakan bahwa status gizi adalah fesi virus dengue, akan tetap infektif sepan-
keadaan yang diakibatkan oleh status jang hidupnya dan terus menularkan kepa-
keseimbangan antara jumlah asupan zat da individu yang rentan pada saat meng-
gizi dan jumlah yang dibutuhkan gigit dan menghisap darah.9 Setelah masuk
[requirement] oleh tubuh untuk berbagai ke dalam tubuh manusia, virus de-ngue
fungsi biologis: [pertumbuhan fisik, akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan hepar, endotel pembuluh darah, nodus lim-
kesehatan, dan lain lain].27 paticus, sumsum tulang serta paru-paru.
Beberapa penelitian menunjukkan, sel
Status gizi sangat berpengaruh
monosit dan makrofag mempunyai peran
terhadap status kesehatan manusia karena
pada infeksi ini, dimulai dengan menempel
zat gizi mempengaruhi fungsi kinerja
dan masuknya genom virus ke dalam sel
berbagai sistem dalam tubuh. Secara umum
dengan bantuan organel sel dan membentuk
berpengaruh pada fungsi vital yaitu kerja
komponen perantara dan komponen
otak, jantung, paru, ginjal, usus; fungsi
struktur virus. Setelah komponen struktur
aktivitas yaitu kerja otot bergaris; fungsi
dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.7
pertumbuhan yaitu membentuk tulang, otot
Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas
& organ lain, pada tahap tumbuh kembang;
protektif terhadap serotipe virus tersebut
fungsi immunitas yaitu melindungi tubuh
tetapi tidak ada cross protective terhadap
agar tak mudah sakit; fungsi perawatan
serotipe virus lainnya.32
jaringan yaitu mengganti sel yang rusak;
serta fungsi cadangan gizi yaitu persediaan Secara invitro, antobodi terhadap
zat gizi menghadapi keadaan darurat.28 virus dengue mempunyai 4 fungsi biologis
Penderita DBD yang tercatat selama yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen,
ini, tertinggi adalah pada kelompok umur anti- body dependent cell-mediated
<15 tahun (95%) dan mengalami cytotoxity (ADCC) dan ADE.33 Berdasarkan
pergerseran dengan adanya peningkatan perannya, terdiri dari antobodi netralisasi
proporsi penderita pada kelompok umur 15 atau neutralizing antibody yang memiliki
-44 tahun, sedangkan proporsi penderita serotipe spesifik yang dapat mencegah in-
DBD pada kelompok umur >45 tahun san- feksi virus, dan antibody non netralising
gat rendah seperti yang terjadi di Jawa Ti- serotype yang mempunyai peran reaktif
mur berkisar 3,64%.29 silang dan dapat meningkatkan infeksi
yang berperan dalam pathogenesis DBD
dan DSS(7).

114
Gambar 3.
Bagan Kejadian Infeksi Virus Dengue

Terdapat dua teori atau hipotesis im- dan platelet activating factor (PAF); aki-
munopatogenesis DBD dan DSS yang batnya akan terjadi peningkatan
masih kontroversial yaitu infeksi sekunder (enhancement) infeksi virus dengue.7 TNF
(secondary heterologus infection) dan anti- alpha akan menyebabkan kebocoran dind-
body dependent enhancement (ADE).7 Da- ing pembuluh darah, merembesnya cairan
lam teori atau hipotesis infeksi sekunder plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan
disebutkan, bila seseorang mendapatkan kerusakan endothel pembuluh darah yang
infeksi sekunder oleh satu serotipe virus mekanismenya sampai saat ini belum
dengue, akan terjadi proses kekebalan ter- diketahui dengan jelas.34 Pendapat lain
hadap infeksi serotipe virus dengue tersebut menjelaskan, kompleks imun yang ter-
untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika bentuk akan merangsang komplemen yang
orang tersebut mendapatkan infeksi farmakologisnya cepat dan pendek dan ber-
sekunder oleh serotipe virus dengue sifat vasoaktif dan prokoagulan sehingga
lainnya, maka akan terjadi infeksi yang be- menimbulkan kebocoran plasma (syock
rat. Ini terjadi karena antibody heterologus hipolemik) dan perdarahan.35 Anak di
yang terbentuk pada infeksi primer, akan bawah usia 2 tahun yang lahir dari ibu yang
membentuk kompleks dengan infeksi virus terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi
dengue serotipe baru yang berbeda yang dari ibu ke anak, dalam tubuh anak tersebut
tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung terjadi non neutralizing antibodies akaibat
membentuk kompleks yang infeksius dan adanya infeksi yang persisten. Akibatnya,
bersifat oponisasi internalisasi, selanjutnya bila terjadi infeksi virus dengue pada anak
akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL- tersebut, maka akan langsung terjadi proses
6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-A) enhancing yang akan memacu makrofag
mudah terinfeksi dan teraktifasi dan mengeluarkan IL-1, IL-6 dan TNF alpha
juga PAF.36-37
Faktor Risiko Penularan Demam
Pada teori ADE disebutkan, jika ter- Berdarah Dengue
dapat antibodi spesifik terhadap jenis virus
tertentu, maka dapat mencegah penyakit Salah satu faktor risiko penularan
yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi DBD adalah pertumbuhan penduduk
sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk
menetralisasi virus, justru akan men- karena membaiknya sarana dan prasarana
imbulkan penyakit yang berat.7 Kinetik im- transportasi dan terganggu atau
munoglobulin spesifik virus dengue di da- melemahnya pengendalian populasi sehing-
lam serum penderita DD, DBD dan DSS, ga memungkin terjadinya KLB.40 Faktor
didominasi oleh IgM, IgG1 dan IgG3.38 risiko lainnya adalah kemiskinan yang
mengakibatkan orang tidak mempunyai ke-
Selain kedua teori tersebut, masih ada mampuan untuk menyediakan rumah yang
teori-teori lain tentang pathogenesis DBD, layak dan sehat, pasokan air minum dan
di antaranya adalah teori virulensi virus pembuangan sampah yang benar.11 Tetapi di
yang mendasarkan pada perbedaan serotipe lain pihak, DBD juga bisa menyerang
virus dengue yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 penduduk yang lebih makmur terutama
dan DEN 4 yang kesemuanya dapat yang biasa bepergian.41 Dari penelitian di
ditemukan pada kasus-kasus fatal tetapi Pekanbaru Provinsi Riau, diketahui faktor
berbeda antara daerah satu dengan lainnya. yang berpengaruh terhadap kejadian DBD
Selanjutnya ada teori antigen-antibodi yang adalah pendidikan dan pekerjaan masyara-
berdasarkan pada penderita atau kejadian kat, jarak antar rumah, keberadaan tempat
DBD terjadi penurunan aktivitas sistem penampungan air, keberadaan tanaman hias
komplemen yang ditandai penurunan kadar dan pekarangan serta mobilisai penduduk;
C3, C4 dan C5. Disamping itu, pada 48- sedangkan tata letak rumah dan keberadaan
72% penderita DBD, terbentuk kompleks jentik tidak menjadi faktor risiko.42
imun antara IgG dengan virus dengue yang
dapat menempel pada trombosit, sel B dan Faktor risiko yang menyebabkan mun-
sel organ tubuh lainnya dan akan culnya antibodi IgM anti dengue yang
mempengaruhi aktivitas komponen sistem merupakan reaksi infesksi primer, berdasar-
imun yang lain. Selain itu ada teori modera- kan hasil penelitian di wilayah Amazon
tor yang menyatakan bahwa makrofag yang Brasil adalah jenis kelamin laki-laki, kem-
terinfeksi virus dengue akan melepas iskinan, dan migrasi. Sedangkan faktor risi-
berbagai mediator seperti interferon, IL-1, ko terjadinya infeksi sekunder yang me-
IL-6, IL-12, TNF dan lain-lain, yang bersa- nyebabkan DBD adalah jenis kelamin laki-
ma endotoksin bertanggungjawab pada ter- laki, riwayat pernah terkena DBD pada
jadinya sok septik, demam dan peningkatan periode sebelumnya serta migrasi ke daerah
permeabilitas kapiler.39 perkotaan.43

Pada infeksi virus dengue, viremia ter-


jadi sangat cepat, hanya dalam beberapa Vektor Demam Berdarah Dengue
hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat Demam berdarah dengue ditularkan
tapi derajat kerusakan jaringan (tissue de- oleh nyamuk Ae. aegypti yang menjadi
struction) yang ditimbulkan tidak cukup vektor utama serta Ae. albopictus yang
untuk menyebabkan kematian karena in- menjadi vektor pendamping. Kedua spesies
feksi virus; kematian yang terjadi lebih nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayah
disebabkan oleh gangguan metabolic.7 Indonesia, hidup optimal pada ketinggian di
atas 1000 di atas permukaan laut,10 tapi dari
beberapa laporan dapat ditemukan pada
daerah dengan ketinggian sampai de-ngan
1.500 meter,44 bahkan di India dilaporkan dapat ditemukan pada ketinggian 2.121
meter serta di Kolombia pada ketinggian 5. Hadinegoro, Rezeki S, Soegianto S, Soeroso
2.200 meter.45 Nyamuk Aedes berasal dari T, Waryadi S. Tata Laksana Demam
Brazil dan Ethiopia, stadium dewasa Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:
berukuran lebih kecil bila dibandingkan Ditjen PPM&PL Depkes&Kesos R.I; 2001.
dengan rata-rata nyamuk lainnya.3
6. Harikushartono, Hidayah N, Dar-
Kedua spesies nyamuk tersebut terma- mowandowo W, Soegijanto S. Demam
suk ke dalam Genus Aedes dari Famili Cu- Berdarah Dengue: Ilmu Penyakit Anak, Di-
licidae. Secara morfologis keduanya sangat agnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta:
mirip, namun dapat dibedakan dari strip Salemba Medika; 2002.
putih yang terdapat pada bagian sku- 7. Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan
tumnya.46 Skutum Ae. aegypti berwarna Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.
hitam dengan dua strip putih sejajar di ba- www.pediatrikcom/buletin/20060220-
gian dorsal tengah yang diapit oleh dua 8ma2gi-buletindoc; 2002 [cited 2010];
garis lengkung berwarna putih. Sedangkan Available from:
skutum Ae. albopictus yang juga berwarna www.pediatrikcom/ buletin/20060220-
hitam hanya berisi satu garis putih tebal di 8ma2gi-buletindoc.
bagian dorsalnya.11
8. Novriani H. Respon Imun dan Derajat
Nyamuk Ae. aegypti mempunyai dua Kesakitan Demam Berdarah Dengue dan
subspesies yaitu Ae. aegypti Dengue Syndrome Pada Anak. Cermin
queenslanden- sis dan Ae. aegypti Dunia Kedokteran. 2002;Vol 134:46-9.
formosus. Subspesies pertama hidup 9. WHO. Dengue: Guidlines for Diagnosis,
bebas di Afrika, sedangkan subspecies Treatment, Prevention and Control. New
kedua hidup di daerah tropis yang dikenal Edition. Geneva: World Health Organiza-
efektif menularkan virus DBD. Subspesies tion; 2009.
kedua lebih berbahaya dibandingkan 10. Supartha I, editor. Pengendalian Terpadu
subspecies pertama.11 Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopic-
DAFTAR PUSTAKA tus (Skuse) (Diptera:Culicidae). Pertemuan
Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis 2008
1. Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Universitas Udayana; 3-6 September
Spesial Emphasis on Immunopathogenesis. 2008; Denpasar: Universitas Udayana
Comparative Immunology, Microbiology & Denpasar.
Infectious Disease. 2007; Vol 30:329-40.
11. Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M,
2. WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Pitch F. Mosquito-Borne Dengue Fever
Penyakit Demam Dengue dan Demam Threat Spreading in the Americas. New
Berdarah Dengue. Jakarta: WHO & Depar- York: Natural Resources Defense Council
temen Kesehatan RI; 2003. Issue Paper; 2009.
3. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan 12. Weissenbock H, Hubalek Z, Bakonyi T,
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indo- Noowotny K. Zoonotic Mosquito-borne
nesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No. Flaviviruses: Worldwide Presence of Agent
3: hal . 12-29. with Proven Pathogenesis and Po- tential
4. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Path- candidates of Future Emerging Dis- eases.
ophysiology and Management of Dengue Vet Microbiol. 2010;Vol 140:271- 80.
Hemorrhagic Fever. Bangkok: Department
13. Malavinge G, Fernando S, Senevirante S.
of Pediatrics, Faculty of Medicine, Ra-
Dengue Viral Infection. Postgraduate
mathibodi Hospital, Mahidol University;
Medical Journal. 2004;Vol 80:p. 588-601.
2006.
14. Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggu-
langan Demam Berdarah Dengue Di Indo-
nesia. Jakarta: Depkes R.I; 2005.
15. Kusriastuti R. Data Kasus Demam dan Pengembangan Program. Direktorat
Berdarah Dengue di Indonesia tahun 2009
Gizi dan Puslitbang Gizi, Depkes R.I; 2003.
dan Tahun 2008. Jakarta: Ditjen PP & PL
Depkes RI; 2010. 26. WHO-NHD. Nutrition for Health and De-
velopment : A global agenda for combat-
16. Josi V, Sharma R. Impact of Vertically- ing malnutrition. Geneva: World Health
transmitted Dengue Virus on Viability of Organization; 2000.
Eggs of Virus-Inoculated Aedes aegypti.
Dengue Bulletin. 2001;Vol 25:103-6. 27. Zerfas AJ, Jelliffe DB, Jelliffe PEF. Epide-
miology and Nutrion in Human Growth. :
17. Rohani A, Zamree I, Lee HL, I M. Detec- A comprehensive Treatise Edisi 2, Meth-
tion of Transovarian Dengue for Field odology Ecological, Genetics, and Nutri-
Caught Aedes aegypti and Aedes albopic- tional Effects on Growth. New York.: Ple-
tus Mosquitoes Using C6/36 Cool Line num Press. p. 475 1986.
Culture and RT-PCR. Institue for Medical
Research press. Kuala Lumpur; 2005. 28. Gibson RS. Anthropometric Assessment.
Dalam: Principles of Nutritional. New
18. Tambyah PA, Koay ESC, Poon MLM, Lin York: Oxford Univ.Press. Madison Av. p.
RVTP, Ong BKC. Dengue Hemorrhagic 45-7; 1990.
Fever Transmitted by Blood Transfusion.
The England Journal of Medicine. 2008; 29. Wirahjanto A, Soegijanto S. Epidemilogi
Vol. 359: p. 1526-7. Demam Berdarah Dengue, dalam Demam
Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Air-
19. Gubler DJ. Epidemic Dengue Hemorrhag- langga University Press. Hal 1-10.; 2006.
ic Fever as a Public Health, Sosial and
Economic Problem in Tha 21st Century. 30. Kasjono H, Kristiawan H. Intisari Epide-
Trends Microbiol. 2002; Vol. 10: p. 100- miologi. Jakarta: Mitra Cendikia Press;
13. 2008.
20. Kristina, Ismaniah, Wulandari L. Kajian 31. Sari CIN. Pengaruh Lingkungan Terhadap
Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Perkembangan Penyakit Malaria Dan
Dengue. In: Balitbangkes, editor.: Tri Demam Berdarah Dengue. Bogor: IPB;
Djoko Wahono. . 2004. p. hal 1-9. 2005.
21. Lubis I. Peranan Nyamuk Aedes dan Babi 32. Koraka P, Suharti C, Setiati CE, Mairuhu
Dalam Penyebaran DHF dan JE di AT, Van Gorp E, Hack CE, et al. Kinetics of
Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran. Dengue Virus-specific Immunoglobulin
1990; Vol. 60. Classes and Subclasses Correlate with
Clinical Outcome of Infection. J Clin Mi-
22. Canyon D. Advances in Aedes aegypti crobio. 2001;Vol. 39 4332-8.
Biodynamis and Vector Capacity: Tropical
Infectious and Parasitic Diseases Unit, 33. Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah
School of Public Health and Tropical Dengue Pada Anak. Naskah lengkap,
Medicine, James Cook University; 2000. pelatihan bagi dokter spesialis anak dan
dokter spesialis penyakit dalam pada tata
23. Fatmah. Respons Imunitas Yang Rendah
laksana kasus DBD. Jakarta: Penerbit
Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara
Fakultas Kedokteran Universitas Indone-
Kesehatan. 2006 Juni 2006; Vol. 10 No. 1:
sia; 1999.
hal. 47-53.
34. Dewi BE, Takasaki T, Sudiro TM, Nelwan R,
24. Harahap H. Masalah Gizi Mikro Utama dan
Kurane I. Elevated Levels of Solube
TumbuhKembang Anak Di Indonesia.:
Tumour Necrosis Factor Receptor 1,
Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702).
Thrombomodulin and Solube Endothelial
Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Per-
Cell adhesion Molecules in Patients with
tanian Bogor.; 2004.
Dengue Hemorrhagic Fever. Dengue Bul-
25. Husaini MA, Siagian UL, Suharno J. Ane- letin. 2007;Vol 31:103-10.
mia Gizi: Suatu Kompilasi Informasi da-
lam Menunjang Kebijaksanaan Nasional
35. Gibson RV. Dengue Conundrums. Interna- tional Journal of Antimicrobial Agents.
2010;Vol 36(26-39).
36. Sowandoyo E, editor. Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa, Gejala Klinik
dan Penatalaksanaannya. Seminar Demam Berdarah Dengue di Indonesia 1998;
RS Sumberwaras. Jakarta.
37. Wang S, Patarapotikul HR. Antibody- Enhanced Binding of Dengue Vitus to Hu-
man Platelets. J Virology. 1995;Vol. 213:1254-7.
38. Soegijanto S. Prospek Pemanfaatan Vaksin Dengue Untuk Menurunkan Prevalensi
di Masyarakat. Dipresentasikan di Peringatan 90 Tahun Pendidikan Dokter di FK
Unair; Surabaya; 2003.
39. Avirutnan P, Malasit P, Seliger B, Bhakti S, Husmann M. Dengue Virus Infection of
Human Endothelial Cells Leads to Chem- okin Production, Complement
Activation, and Apoptosis. J Immunol. 1998;Vol 161:6338-46.
40. Wilder-Smith A, Gubler D. Geographic Expansion of Dengue: the Impact of Inter-
national Travel. Med Clin NAm. 2008; Vol. 92: p. 1377-90.
41. U.S.D.T. International Travel and Trans- portation Trends. Washington D. C.: Bu-
reau of Transportation Statistics of U.S. Department of Transportation; 2006.
42. Roose A. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Keca- matan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.
43. Silva-Nunes MD, Souza V, Pannuti CS, Sperança MA, Terzian ACB, Nogueira ML.
Risk Factors for Dengue Virus Infec- tion in Rural Amazonia: Population-based
Cross-sectional Surveys. Am J Trop Med Hyg. 2008; Vol 79 (4): p. 485–94.
44. Noor R. Nyamuk Aedes aegypti. 2009 [cited 24 Desember 2010]; Available
from: http://id.shvoong.com/medicine-and- health/epidemiology-public-
health/2066459-nyamuk-aedes-aegypti.
45. WHO. Insect and Rodent Control Through Environmental Management. Geneva:
World Health Organization; 1992.
46. Depkes RI. Pencegahan dan Pemberanta- san Demam Berdarah dengue di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2005.

Anda mungkin juga menyukai