Anda di halaman 1dari 19

KEWIRAUSAHAAN

Berdasar pada artikel Cantillon, entrepreneur berasal dari kata entrepedente dalam
bahasa perancis. Padanan kata entrepedente yang dalam bahasa Indonesia adalah
kata “perantara”, kata ini digunakan untuk menyebut orang-orang yang membeli
barang dan menjualnya kembali dengan harga yang berbeda. Istilah entrepreneur
semakin terkenal setelah Jean-Baptiste Say (1803) memberikan gambaran tentang
peran entrepreneur dalam perekonomian. Menurut Say (dalam Winardi, 2003)
entrepreneur adalah pengusaha yang mampu meningkatkan sumber daya ekonomis
dari tingkat produktifitas rendah ke tingkat produktifitas yang lebih tinggi.
Awalnya Cantillon (1775) mengenalkan entrepreneur sebagai seseorang yang bekerja sendiri (self-
employment). Namun saat ini padangan tentang entrepreneur semakin berkembang. Menurut Gitman
dan McDaniel (2009) entrepreneur adalah seseorang yang memiliki visi, dorongan, dan kreativitas, dan
mau mengambil risiko untuk memulai dan mengelola bisnis untuk mendapatkan keuntungan, atau
seseorang yang menentukan arah sebuah perusahaan secara signifikan.
Scarborough (2009) berpendapat bahwa entrepreneur adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam
menghadapi resiko dan ketidakpastian untuk tujuan mencapai keuntungan dan pertumbuhan. Sedangkan
entrepreneur menurut Greene (2011) adalah orang yang memiliki, mengoperasikan, dan mengambil
resiko usaha bisnis disebut wirausaha. Mereka terlibat dalam kewirausahaan dan proses menjalankan
bisnis mereka.
Selain itu bidang bisnis tidak menjadi satu-satunya bidang entrepreneur, saat ini banyak
entrepreneur yang tidak hanya mengedepankan keuntungan bisnis semata, melainkan lebih
berorientasi pada tujuan sosial, pelestarian alam, maupun budaya. Bila entrepreneur bisnis
lebih berorientasi pada pertumbuhan perusahaan dan menciptakan keuntungan dari pasar
yang lebih luas dan persaingan yang makin kompetitif dengan menciptakan inovasi-inovasi
baru, namun seorang entrepreneur sosial mempunyai orientasi pemecahan masalah-masalah
yang tidak menjadi perhatian para pelaku usaha, misalnya penghematan energi, inovasi
energi alternatif maupun masalah-masalah lain terkait dengan kelestarian peradaban
manusia.
Para entrepreneur sosial ini mempunyai karakteristik personal yang hampir sama dengan
entrepreneur bisnis, hanya saja mempunyai orientasi yang berbeda dalam menghadapi masalah.
Entrepreneur modern tidak lagi melulu terjun di dunia bisnis tapi juga di bidang-bidang lain
mediapreneurs, end-poverty entrepreneurs, transparency-and-
seperti

fairness entrepreneurs, edupreneurs, social entrepreneurs, social-


privatisation entrepreneurs, world-citizen entrepreneurs,
intrapreneurs, cultural entrepreneurs dan biodiversity entrepreneurs
(Frederick dkk, 2016). Termasuk yang manakah anda?.
MITOS TENTANG KEWIRAUSAHAAN

• Wirausahawan hanya tertarik pada uang.


• Keberhasilan wirausahawan tergantung pada nasib baik atau
kemujuran.
• Lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil
• Kewirausahaan merupakan bakat yang dibawa seseorang sejak
lahir.
Konsep Kewirausahaan
1. KELINCAHAN / AGILITY

Kelincahan atau agility, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengubah
arah dengan cepat dan tepat pada waktu ia bergerak tanpa kehilangan keseimbangan,
sehingga dapat beradaptasi dan bertahan dengan segala perubahan zaman.

Kelincahan ini berkaitan erat antara kecepatan dan kemampuan belajar terhadap hal yang
baru.
2. DAYA TAHAN (EUNDURANCE)

Daya tahan atau endurance menyatakan keadaan yang


menekankan pada kapasitas kerja secara terus menerus.
3. KECEPATAN

Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan


berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seorang wirausaha,
harus memiliki kecepatan dalam berinovasi untuk melesat maju untuk
menjawab tantangan pasar dan secepat apa seorang wirausahawan mampu
melaju melebihi pesaingnya
4. KELENTURAN

Kelenturan adalah seseorang yang mampu menyesuaikan kehidupan dimanapun tempatnya.


Kelenturan menjadi salah satu faktor yang diperlukan dalam beradaptasi. Seorang
wirausahawan, diharapkan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Dimanapun
tempatnya, mampu memaksimalkan potensi ruang yang ada, untuk melakukan proses
usaha, tanpa harus mengeluh dengan kondisi tempat yang ada.
5. KEKUATAN

Kekuatan atau strength, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan
dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi
fisik yang sangat penting dalam merespon kegiatan kewirausahaan, karena dapat membantu
meningkatkan fungsi komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

Disiplin
Jujur
Mandiri
Inovatif
Memiliki komitmen tinggi
KISAH SUKSES SUNNY KAMENGMAU, DULU TIKANG
KEBUN SEKARANG BEROMZET MILIARAN SETAHUN

Cerita dimulai ketika dia berimigrasi ke Bali. Dia berusia 18 tahun saat itu. Untuk bertahan
hidup di Bali, Sunny bekerja serabutan. Dia bekerja sebagai pencuci mobil, pekerja
konstruksi dan memiliki pekerjaan tetap di Hotel Un’s di Legian, Bali. Setahun sebagai
tukang kebun di Un's Hotel, Sunny kemudian bekerja menjadi satpam.
Sunny Kamengmau dikenal sangat rendah hati. Dia biasanya menyapa tamu hotel.
Begitulah cara dia belajar bahasa asing. Keberuntungan mulai datang ketika ia bertemu
dengan seorang turis Jepang, Nobuyuki Kakizaki. Dengan bahasa Jepang seadanya, Sunny
berteman dengan Nobuyuki, pengusaha dan pemilik Real Point Inc dari Jepang.
KISAH SUKSES SUNNY KAMENGMAU, DULU TUKANG
KEBUN SEKARANG BEROMZET MILIARAN SETAHUN

. Dari persahabatan ini, Sunny dan Nobuyuki menjalin hubungan bisnis.


Mulailah dengan membeli kerajinan lokal dan menjualnya kembali di
Jepang. Keduanya kemudian melihat prospek bisnis baru. Sunny dan
Nobuyuki juga telah menciptakan merek tas dengan nama Robita. Keduanya
optimis akan sukses karena orang Jepang lebih memilih tas buatan tangan
daripada tas pabrik
Sunny sangat memperhatikan kualitas setiap produk. Saat ini satu tas harganya antara Rp 4
hingga Rp 5 juta untuk tas berukuran besar dan kisaran harga Rp 2-3 juta rupiah untuk tas
kecil ini terbukti mampu bersaing di pasar Jepang.
Bagaimanapun, bisnis Tas Robita juga sempat menurun., karena pengrajin lokal telah
berkurang. dan dampaknya target produksi tidak tercapai. Pernah terjadi tas Robita
berkurang menjadi 3500 buah per bulan. Namun mental bisnis Sunny memang sudah
tertempa dengan baik. Sunny tetap tegar menghadapi masa-masa sulit itu. Ia tetap berusaha
mempertahankan Tas Robita.
Saat ini Sunny juga sedang mengembangkan tas Robita untuk pasar Indonesia. Ia optimistis
kota-kota besar di Indonesia bisa menerima produknya. Toko yang menjual tas Robita dan
produk lainnya telah berdiri di kawasan Seminyak Bali. Sunny juga berencana membuka
toko di Jakarta
Dari segi penjualan, penjualan Tas Robita sangat tinggi. Tercatat, dari tahun 2018 hingga
2019, rata-rata penjualan Tas Robita di Jepang mencapai Rp 50 hingga Rp 70 miliar per
tahun.

Anda mungkin juga menyukai