Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia

merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar

memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia

tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan

lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.

Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di tingkatkan dan

diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan.

Pengusaha perlu memperhatikan ,karakteristik, sikap dan mental kewirausahaan

dengan menigkatkan dan membina untuk meningkatkan kemampuan usaha dan

pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kewirausahaan?

2. Bagaimana karakteristik kewirausahaan?

3. Apa sajakah hambatan dan tantangan kewirausahaan?

4. Bagaimana sikap mental kewirausahaan?

C. Tujuan

1. Agar dapat memahami pengertian kewirausahaan

2. Agar dapat mengetahui karakteristik kewirausahaan

3. Agar dapat mengetahui hambatan dan tantangan kewirausahaan

4. Agar dapat mengetahui sikap mental kewirausahaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kewirausahaan

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard

Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak

abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah

wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan

unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa

negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas

yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an,

hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di

Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan

tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis

ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun

pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

B. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses

mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi

tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan

sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk

pada kondisi risiko atau ketidakpastian.

Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat

awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-hal yang

terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan

2
bisnis yang komersial atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan

sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.

Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer, istilah ini pertama kali

diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom Prancis. Menurutnya,

entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to

combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya, Jean

Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai

pemimpin. Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para ahli,

mengenai kewirausahaan, yang diambil dari berbagai sumber diantaranya :

1. Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup

kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan

perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan

jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

2. Penrose (1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di

dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan

kapasitas kewirausahaan.

3. Frank Knight (1921) : Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi

perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam

menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan

untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan

pengawasan.

4. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja

sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada

harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak

3
menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi

risiko atau ketidakpastian.

5. Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang

baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut

wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)

mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka

mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan

nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

C. Karakteristik Wirausaha

Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh

seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif

merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar

wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6)

mengemungkakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut :

1. Percaya diri

Keyakinan, kemandirian, individualitas, dan optimisme.

2. Berorientasikan tugas dan hasil

Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan

ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki

inisiatif.

3. Pengambil resiko

Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan.

4. Kepemimpinan

Bertingkah laku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, suka terhadap kritik

dan saran yang membangun.

4
5. Keorisinilan

Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serta bisa dan memiliki jaringan

bisnis yang luas.

6. Berorientasi ke masa depan

Persepsi dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan.

7. Jujur dan tekun

Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.

Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 )

mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi :

1. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.

2. Lebih memilih risiko yang moderat.

3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.

4. Selalu menghendaki umpan balik yang segera.

5. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.

6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi

masa depan yang lebih baik.

7. Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan

nilai tambah.

8. Selalu menilai prestasi dengan uang.

Martin Zwilling, founder dan chief executive officer (CEO) Startup

Professionals, menjelaskan, setiap wirausaha memiliki DNA berbeda dan siap

membantunya untuk sukses. Setiap pengusaha harus mengoptimalkan DNA tersebut

untuk mengatasi setiap tantangan.

Zwilling membagi karakteristik wirausaha menjadi empat tipe, seperti dilansir

Young Entrepreneur :

5
1. Pembangun : Karakteristik wirausaha seperti ini adalah pemain utama dalam

sebuah permainan bisnis. Dengan DNA pembangun, maka para pengusaha jenis ini

selalu melihat dua-tiga langkah lebih maju dibanding para kompetitornya. Karakter

wirausaha pembangun selalu dikenal dengan orang yang fokus, dingin, kejam,

perhitungan, dan penentu arah.

2. Oportunis : Karakter oportunis adalah bagian spekulasi dari setiap diri pengusaha.

Bagian dari keberadaan seseorang yang menginginkan berada di tempat yang tepat

dengan waktu yang tepat, serta menggunakan waktu yang tepat untuk mencetak

uang sebanyak mungkin. Jika Anda merasa tertantang untuk membuat kesepakatan

cepat dalam mendapatkan uang, seperti bermain saham dengan memanfaatkan

momentum atau investasi dan jual kembali rumah memanfaatkan kenaikan harga,

Anda mungkin termasuk dalam karakteristik oportunis.

3. Spesialis : Pengusaha jenis ini akan bertahan di perusahaan selama 15-30 tahun,

membuat fondasi perusahaan yang kuat. Wirausaha dengan karakter spesialis akan

menonjol di tengah keramaian orang yang ramai dengan pesaing. Jenis-jenis

pengusaha tipe ini adalah ahli IT, pengacara, akuntan independen, dan desainer

grafis.

4. Inovator : Hampir sama dengan spesialis, pengusaha inovator seperti membuat

laboratorium dalam setiap bisnisnya. Membuat berbagai rumus bisnis, konsep,

hingga produk yang berhasil diaplikasikan dalam perusahaan. Tantangan terbesar

karakteristik inovator adalah selalu berjuang walaupun di tengah kesuksesan. Selalu

memikirkan produk terbaru di tengah peluncuran produk baru.

Menurut Zimmererr (1996) untuk mengembangkan ketramplan berfikir,

seseorang menggunakan otak sebelah kanan. Sedangkan untuk belajar mengembangkan

ketrampilan berpikir digunakan otak sebelah kiri, ciri-cirinya :

6
1. Selalu bertanya : Apa ada cara yang lebih baik?

2. Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan kebiasaan rutin.

3. Mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda.

4. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar.

5. Melihat kegagalan dan kesalahan sebagai jalan untuk mencapai sukses.

6. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan

pemecahan inovasi.

7. Memiliki ketrampilan helicopter yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan

rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian

memfokuskannnya pada kebutuhan untuk berubah.

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:

1. Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.

2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan

ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki

inisiatif.

3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.

4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka

terhadap saran dan kritik yang membangun.

5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan

bisnis yang luas.

6. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.

7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita

identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-

hari, sebagai berikut :

7
1. Disiplin. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki

kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan

komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang

dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan,

sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri

seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan,

adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih

keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina

dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat

azaz. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan

yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan

akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan

kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

2. Komitmen Tinggi. Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang

dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam

melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang

jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen

terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan

target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen

wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima

yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan

harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan

sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya

terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya

8
wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan

dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target

perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

3. Jujur. Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh

seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. ]Kejujuran

mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran

mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang

dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan

produk yang dilakukan olehwirausahawan.

4. Kreatif dan Inovatif. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan

harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya

dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang

berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-

gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun

waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru

dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang

kelihatannya mustahil.

5. Mandiri. Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan

keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil

keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya

ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus

dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus

memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

6. Realistis. Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan

fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan

9
keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan

yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena

wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan

keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi

terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan

tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

D. Mengidentifikasi Tantangan Dan Hambatan Wirausaha

1. Ketidakmampuan Manajemen. Dalam kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman

manajemen atau lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan

masalah utama dari kegagalan usaha. Pemiliknya kurang mempunyai jiwa

kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat bisnisnya

berjalan.

2. Kurang Pengalaman. Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan

teknis yang memadai (pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan

kemampuan konsep yang mencukupi); kemampuan memvisualisasi,

mengkoordinasi, dan mengintegrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi

keseluruhan yang sinergis.

3. Lemahnya Kendali Keuangan. Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang

perlu digarisbawahi, yaitu: kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan

kredit terhadap pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal

bisnis dengan hanya “modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal.

Wirausahawan cenderung sangat optimis dan sering salah menilai uang yang

dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis. Sebagai akibatnya, mereka memulai

usaha dengan modal yang terlalu sedikit dan tampaknya permodalan yang memadai

tidak akan pernah tercapai mengingat perusahaan mereka memerlukan semakin

10
banyak uang untuk mendanai pertumbuhannya. Selain itu, tekanan terhadap

UKMK untuk menjual secara kredit sangat kuat. Dimana, beberapa manajer

melihat peluang untuk mendapatkan keunggulan persaingan terhadap pesaingnya

dengan cara menawarkan penjualan kredit. Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil

harus mengendalikan penjualan kredit secara hati-hati karena kegagalan

mengendalikannya dapat menghancurkan kesehatan keuangan bisnis kecil.

4. Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis. Terlalu banyak wirausahawan yang

mengabaikan proses perencanaan strategis, karena mereka mengira hal tersebut

hanya bermanfaat untuk perusahaan besar saja. Namun, kegagalan perencanaan

biasanya mengakibatkan kegagalan dalam bertahan hidup dan ini berlaku untuk

keduanya usaha besar maupun usaha kecil. Sebab, tanpa suatu strategi yang

didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang

berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di

pasar.

5. Pertumbuhan Tak Terkendali. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah,

sehat, dan didambakan oleh semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah

terencana dan terkendali. Pakar manajemen Peter Drucker menyatakan bahwa

perusahaan yang baru berdiri dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu

pesat dibandingkan dengan basis modal mereka apabila penjualan meningkat 40

sampai 50 persen. Idealnya, perkembangan harus didanai dari laba ditahan atau dari

tambahan modal pemiliknya, tetapi sebagian besar bisnis mengambil pinjaman

paling tidak untuk sebagian investasi modalnya.

6. Lokasi yang buruk. Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk

sebagian merupakan suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering,

lokasi bisnis dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak.

11
Beberapa wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akibat

ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis tersebut terancam

gagal.

7. Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik. Umumnya, investasi terbesar yang

harus dilakukan manajer bisnis kecil adalah dalam persediaan, namun pengendalian

persediaan adalah salah satu tanggung jawab manajerial yang paling sering

diabaikan. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan mengakibatkan

kekurangan dan kehabisan stok, yang akhirnya mengakibatkan pelanggan kecewa

dan pergi.

8. Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan. Berhasil melewati “tahap

awal kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan bisnis. Setelah berdiri,

pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan gaya manajemen yang secar drastis

berbeda. Kemampuan-kemampuan yang tadinya membuat seorang wirausahawan

berhasil seringkali mengakibatkan ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan

mengharuskan wirausahawan untuk mendelegasikan wewenang dan melepaskan

kegiatan pengendalian sehari-hari – sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh

banyak wirausahwan.

Adapun prosedur dalam pemecahan masalah, langkah-langkahnya dapat

menggunakan metode ilmiah sebagai berikut:

1. Kenalilah persoalannya secara umum.

2. Identifikasikan problem-problem utama yang terkait.

3. Tentukan fakta-fakta dan data-data penting yang berkaitan dengan masalah

4. Carilah sebab-sebab problem tersebut,

5. Pertimbangkanlah pelbagai kemungkinan j alan keluar dari problem tersebut,

6. Pilihlah jalan keluar yang dapat dilaksanakan dengan baik,

12
7. Periksalah, apakah cara penyelesaian masalah tersebut sudah tepat.

Proses berpikir secara ilmiah dapat berlangsung dengan langkah-langkah yang

sistematis, Berorientasi kepada tujuan, serta menggunakan metode tertentu untuk

memecahkan masalah. Pada garis besarnya, pemikiran secara ilmiah dapat berlangsung

di dalam memecahkan masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Merumuskan tujuan, keinginan, dan kebutuhan, baik untuk diri sendiri maupun

untuk orang lain.

2. Merumuskan permasalahan yang berhubungan dengan usaha untuk mencapai

tujuan.

3. Menghimpun fakta-fakta obyektif yang berhubungan dengan masalah yang

dipikirkan. Mengolah fakta-fakta dengan pola berpikir tertentu, baik secara induktif

maupun deduktif. Memilih alternatif yang dirasa paling tepat.

4. Menguji alternatif itu dengan mempertimbangkan hukum sebab akibat.

5. Menemukan dan meyakini gagasan.

6. Mencetuskan gagasan itu, baik secara lisan maupun tulisan.

E. Menunjukan Sikap Dan Mental Wirausaha

Modal utama bagi wirausahawan ada empat, yaitu pengetahuan, ketrampilan,

bakat dan kemauan. Namun banyak orang memiliki 4(empat) kriteria diatas namun

gagal dalam wirausahanya, mereka kalah bersaing dan akhirnya mundur secara teratur.

Kunci sukses memenangkan persaingan di era globalisasi ini, selain 4 hal diatas adalah

MENTAL.

Menurut Bob Bob Reiss penulis Bootsrap 101 dan pembicara kewirausahaan di

universitas Harvard Amerika. Ada 12 sikap mental yang harus dimiliki para

wirausahawan. Dengan mempelajari 12 sikap mental ini, akan menempatkan diri dalam

pola pikir yang benar untuk mencapai keberhasilan kewirausahaan.

13
1. Memiliki gairah untuk bisnis Anda. Bekerja harus menyenangkan. Semangat Anda

akan membantu Anda mengatasi masalah pada masa-masa sulit. Selalu perbaruilah

gairah Anda.

2. Menata diri menjadi orang yang dapat dipercaya. Orang memiliki keyakinan pada

orang yang dipercayainya dan ingin berbuat yang terbaik buat mereka. Hal yang

sama juga berlaku bagi pelanggan. Jika mereka percaya pada Anda, apapun Anda

dapatkan

3. Jadilah fleksibel, kecuali pada nilai-nilai inti. Mengingat bahwa rencana dan

strategi Anda akan berubah seiring waktu. Maka fleksibilitas merupakan hal pokok

yang harus dimiliki para pengusaha. Namun, jangan kompromi jika melanggar

nilai-nilai dasar. Meski tekanan begitu besar atau iming-iming keuntungan yang

besar.

4. Jangan biarkan rasa ‘takut gagal’ menghambat Anda. Kegagalan adalah

kesempatan untuk belajar dan peluang sukses. Perlu diketahui, pemodal lebih suka

menginvestasikan uangnya pada orang yang mau mencoba dan gagal. Dari pada

berinvestasi pada seseorang yang tidak pernah mencoba.

5. Membuat keputusan yang cepat dan tepat. Gunakan intuisi Anda dan buat

perencanaan serta berfikirlah dengan jernih. Segera ambil keputusan. Jangan

terburu-buru namun jangan ditunda karena peluang akan meninggalkan Anda.

6. Aset terbesar perusahaan adalah Anda. Jaga diri Anda baik-baik. Kesehatan Anda

lebih berharga daripada mesin paling mahal atau perangkat canggih komputer.

Anda tidak harus memilih antara kesehatan atau perusahaan Anda. Yang perlu

Anda lakukan hanya menyeimbangkan kegiatan Anda. Uang bukan segala-galanya,

kesehatan dan keluarga juga utama.

14
7. Kendalikan ego Anda. Jangan melakukan sesuatu dengan maksud membuat orang

lain terkesan pada diri Anda. Lakukan karena memang Anda harus melakukannya.

Teguh pendirian diperlukan tapi ‘maunya sendiri’ bukan pilihan bijak.

8. Percayalah. Anda harus percaya diri bahwa Anda akan berhasil. Keyakinan ini akan

menular pada karyawan, mitra kerja dan setiap orang yang Anda hadapi. Termasuk

pelanggan.

9. Menerima kritik dan mengakui jika salah. Sampaikan pada karyawan, mitra kerja

dan pelanggan Anda, bahwa Anda dengan senang hati menerima kritik jujur

mereka. Kritik adalah pengamat paling teliti bagi usaha Anda dan gratis.

10. Pertahankan etos kerja yang kuat. Etos kerja yang kuat menjadikan suasana kerja

menjadi fokus dan nyaman. Ini juga akan membantu anda mengalahkan pesaing

Anda terutama jika produk atau layanan Anda sangat mirip.

11. Segera bangkit dari kemunduran. Pasti akan ada banyak pasang surut saat Anda

membangun bisnis. Belajar dari kemunduran dan terus maju. Anda tidak dapat

mengubah masa lalu. Namun Anda mampu membangun masa depan yang lebih

baik.

12. Secara berkala keluar dari zona kenyamanan Anda untuk mengejar sesuatu yang

penting. Sering kali Anda merasa tidak nyaman jika menerapkan perubahan-

perubahan yang diperlukan dalam teknologi, menejemen, karyawan, rencana dll.

Tetap terapkan dan biasakan diri Anda dengan hal-hal baru (yg tidak nyaman)

untuk mencapai tujuan utama perusahaan.

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi,

mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide

inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari

proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau

ketidakpastian.

Ciri-ciri kewirausahaan adalah percaya diri, berorientasi tugas dan hasil,

pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi kemasa depan, jujur dan

tekun. Tantangan dan hambatan wirausaha yang sering dialami adalah ketidakmampuan

manajemen, kurang pengalaman, lemahnya kendali keuangan, gagal mengembangkan

perencanaan strategis, pertumbuhan tak terkendali, lokasi yang buruk, pengendalian

persediaan yang tidak baik, dan ketidakmampuan membuat transisi kewirausahaan.

B. SARAN

Dengan membaca dan memahami karakteristik, tantangan dan sikap mental

kewirausahaan diatas hendaknya kita mampu mempraktekkannya dalam berwirausaha

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Longenecker, Justin G., et al. 2000. Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil.

Jakarta : Salemba Empat

Meredith, Geoffrey G. 2002. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta : PPM

Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju

17

Anda mungkin juga menyukai