1. Pengertian Kewirausahaan
Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata “wira”
yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara harfiah
wirausahawan diartikan sebagai orang yang gagah berani atau perkasa dalam berusaha
(Riyanti, 2003). Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan Soerata (2005) berasal
dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau pejuang; “swa” berarti
sendiri; dan kata ”sta” berarti berdiri. Dari asal katanya “swasta” berarti berdiri di atas
kaki sendiri atau berdiri di atas kemampuan sendiri.
1. Asal kata entrepreneur dari bahasa perancis berarti beetwen taker atau go-beetwen
2. Abad Pertengahan : Berarti aktor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek
produksi berskala besar.
3. Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam
mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price.
4. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai orang yang
menanggung resiko yang berbeda dengan orang memberi modal.
5. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko,
yang merencanakan, supervise, menggorganisasi dan memiliki.
6. Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan
untuk entrepreneur dan keuntungan untuk pemilik modal.
7. Tahun 1876, Francis Walker, membedakan antara orang menyediakan modal dan
menerima bunga, dengan orang yang menerima keuntungan karena keberhasilannya
memimpin usaha.
8. Tahun 1934, Joseph Schumpeter, seorang entrepreneur adalah seseorang innovator
dan mengembangkan teknologi.
9. Tahun 1961, David McLelland, entrepreneur adalah seseorang yang energik dan
membatasi resiko.
10. Tahun 1964, Peter Drucker, seorang entrepreneur adalah seseorang yang mampu
memanfaatkan peluang.
11. Tahun 1975, Albert Shapero, seorang yang memiliki inisiatif, mengorganisir mekanis
1
sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan.
12. Tahun 1980, Karl Vesper, seorang entrepreneur berbeda dengan seorang ahli
ekonomi, psychologist, business persons, dan politicians.
13. Tahun 1983, Gifford Pinchot, entrepreneur adalah seorang entrepreneur dari dalam
organisasi yang sudah ada / organisasi yang sedang berjalan.
14. Tahun 1985, Robert Hisrich : entrepreneur adalah merupakan proses menciptakan
sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya di sertai
dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa
dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.
2
Banyak orang baik pengusaha maupun bukan pengusaha yang meraih kesuksesan berkat
adanya kemampuan berfikir yang inovatif dan kreatif. Biasanya kemampun berfikir yang
inovatif dan kreatif itu akan memunculkan ide-ide yang baru dan berbeda.
Proses kreatif dan inovatif hanya terdapat pada orang-orang yang berkepribadian
kreatif dan inovatif, yaitu mereka yang memiliki jiwa berwirausaha yang bercirikan;
percaya diri, berani, penuh keyakinan, optimis, disiplin dan bertanggungjawab. Dalam
berwirausaha perlu dibutuhkan jiwa dan semangat dalam pelaksanaannya. Meskipun
terdapat orang yang memiliki daya berfikir yang inovatif dan kreatif namun mereka tidak
memiliki mental seorang wirausaha, maka potensi yang dimilikinya akan sia-sia saja.
Aktivitas berwirausaha tentu didalamnya terdapat rintangan, tantangan, dan halangan
yang harus dihadapi dengan mental dan jiwa wirausaha
Seorang wirausaha dituntut mampu mengoptimalisasi setiap keadaan sekitarnya
menjadi peluang dalam mencapai keuntungan. Dalam setiap tantangan pasti terdapat
resiko didalamnya, resiko tersebut berupa kemungkinan berhasil dan kemungkinan gagal.
Oleh sebab itu, seorang wirausaha harus berani mengambil resiko dan lebih menyukai
tantangan. Ide kreatif dan inovasi Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber
Daya Alam (SDA). Sumber Daya Alam yang melimpah ruah di tanah air ini mampu
dijadikan sebagai tempat yang ideal untuk berwirausaha. Tidak dapat dipungkiri bahawa
dimasa yang akan datang Indonesia akan mampu meningkatkan taraf ekonomi dan
kesejahteraan masyarakatnya dengan melakukan kegiatan wirausaha dalam berbagai
sektor mikro maupun makro seiring dengan mulai meratanya pendidikan di Indonesia dan
akses-akses lainnya yang mendukung kesadaran masayarakat dalam berwirausaha. Dalam
mencapai itu semua terdapat beberapa hambatan yang masih menjadi permasalahan yaitu
banyak masyarakat yang awam tentang berwirausaha, mereka cenderung tidak berani
untuk membuka suatu usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Menurut pengamatan penulis, permasalahan tersebut secara bertahap akan dapat
diselesaikan jika pemerintah secara konsisten berusaha untuk memeratakan akses-akses
masyarakata yang bersifat layanan publik. Indonesia masih menjadi negera berkembang
ditandai dengan kondisi masyarakat yang memiliki pendapatan perkapita rendah,
kebanyakan penduduknya miskin, tekonologi banyak yang belum menjamah ke pelosok-
pelosok serta masih banyaknya pengangguran. Melihat situasi itu sangatlah
memprihatinkan. Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingkat populasi yang tinggi
menjadi suatu permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah negara sekarang. Maka
dari itu, kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3
Dengan adanya kewirausahaan masyarakat dapat mempunyai kemampuan untuk
menciptakan produk-produk baru yang berinovasi dan dapat menyampaikan ide dan
kreasinya, sehingga banyak pengangguran yang diserap karena bermunculannya lapangan
pekerjaan yang disediakan. Jika telah banyak pengangguran yang diserap, maka secara
otomatis pendapatan masyarakat akan meningkat pula. Selain dapat mengurangi
pengangguran kewirausahaan juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tanah
air.
Indonesia perlahan-lahan mulai berbenah diri dari berbagai sektor kehidupan.
Kemunculan usahawan-usahawan tanah air bisa menjadi titik awal pergerakan ekonomi
Indonesia kearah yang lebih baik. Pola pikir masyarkat tentang berwirausaha sedikit demi
sedikit mulai tumbuh. Lapangan pekerjaan yang muncul tentu akan menyerap tenaga
kerja. Indonesia merupakan negara yang populasi masyarakatnya tinggi. Kewirausahaan
yang berada di sektor padat karyalah yang dibutuhkan di Indonesia agar kesejahteraan
masyarakat dapat meningkat dan dapat mengurangi tingkat pengangguran serta mampu
menaikkan tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi di Indonesia.
3. Jenis-Jenis Wirausaha
Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)
1. Innovating Entrepreneurship, Bereksperimentasi secara agresif,trampil
mempraktekkan transformasi- transformasi atraktif.
2. Imitative Entrepreneurship, Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating
Entrepreneur
3. Fabian Entrepreneurship, Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi
yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka
tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship, Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-
peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun
hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain. Di
banyak Negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang
disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut
sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).
4
4. Pergeseran Paradigma Dari Job Seekers Ke Job Creators
Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk
manusiasecara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan
ketrampilan sebagai wirausaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan
secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dosen dan
mahasiswa secara bersama-sama dalam komunitas pendidikan sehingga diharapkan
akan menciptakan mindset sebagai seorang pencipta kerja (job creator). Berikut ini
adalah strategi mengubah paradigma dari Job Seeker menjadi Job creator:
5
Pembenahan Dunia Pendidikan
Pola pikir para sarjana yang umumnya masih berorientasi untuk menjadi karyawan
harus diubah. Oleh Karena itu peran lembaga pendidikan sebagai pusat inkubasi
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, perlu di tata kembali. Struktur kurikulum
kita yang cenderung menghasil lulusan yang ‘siap pakai’ bukan lulusan yang ‘siap
menghasilkan’.
Optimalisasi Balai Pelatihan Kewirusahaan
Mengoptimalkan balai latihan kerja (BLK). Dengan pengoptimalan BLK maka,
kekurangan daya serap perguruan tinggi bisa diantisipasi. Disebutkannya, saat ini
BLK belum begitu termanfaatkan untuk mengatasi pengangguran. Begitu pula dengan
BLK- BLK, banyak yang belum berkembang dengan baik terutama dalam penyerapan
para lulusan untuk masuk ke dunia kerja. “Saat ini, yang saya lihat belum ada
perhatian pemerintah untuk pembenahan kearah itu,
Peningkatan akses modal
Pemerintah melalui lembaga perbankan dan keuangan diminta membuka akses modal
bagi calon wirausaha, karena selama ini mereka masih kesulitan mendapatkannya
untuk meningkatkan taraf hidup.
Pendampingan calon wirausaha
Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pendampingan yang dilakukan oleh
lembaga swadaya masyarakat, perbankan, konsultan, dan stakeholder lainnya
sehingga memberikan kemudahan serta pencerahan bagi para calon wirausaha.
Seringkali lemahnya pendampingan mengakibatkan modal usaha yang telah dibagikan
kepada calon wirausaha, tidak terpakai dengan baik. Para calon wirausaha lebih sering
melakukan konsumsi terhadap modal yang diberikan. Akibatnya, modal mereka
terpakai habis sedangkan usaha belum dapat berjalan dengan baik.
6
1. Teori Life Path Change
Tidak semua entrepreneur lahir dan berkembang mengikuti jalur yang
sistematis dan terencana dengan baik. Banyak entrepreneur lahir tidak mengikuti
proses yang direncanakan. Hal ini karena disebabkan beberapa hal:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi entrepreneur karena dia berada pada tempat yang tidak
kondusif. Misalnya saja karena tertekan, merasa terhina, mengalami kebosanan
selama bekerja, dipaksa ataupun terpaksa pindah dari daerah asal. Kondisi inilah yang
membuat seseorang terpaksa harus keluar dari kebiasaan rutin yang dia sendiri tidak
merasa nyaman dengan kondisi itu. Sementara di sisi lain upaya untuk menjaga
kelangsungan hidup diri dan keluarga harus dipertahankan. Oleh karenanya menjadi
entrepreneur dalam situasi seperti ini adalah pilihan terbaik bagi dirinya.
b. Being between things
Ada orang yang merasa berada pada dua dunia yang berbeda (being between things).
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaraan, orang yang baru keluar dari penjara,
sering kali mereka merasa berada pada dua dunia yang berbeda. Apapun perasaannya,
yang pasti mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Dan
biasanya beranjak dari sinilah pilihan harus dibuat. Pilihan menjadi entrepreneur
muncul karena menjadi entrepreneur mereka dapat bekerja dengan mengandalkan diri
mereka sendiri.
c. Having positif pull
Seseorang dapat menjadi entrepreneur karena mendapat dukungan positif dari mitra
kerja, investor, pelanggan, maupun relasi lain. Dukungan positif ini akan
memudahkan mereka mengantisipasi peluang usaha. Slain itu dukungan positif juga
akan menciptakan rasa aman dari berbagai resiko yang akan dihadapi dikemudian
hari.
2. Teori Goal Direct Behavior
Teori ini menggambarkan bahwa seseorang menjadi entrepreneur untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuannya tidak lain adalah memperbaiki kelangsungan hidup dirinya dan
keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang termotivasi dan mengarahkan
tingkah lakunya secara persisten untuk mencapai tujuan. Diawali dengan adanya
dorongan need, kemudian goal direct behavior, hingga tercapainya tujuan. Dorongan need
(kebutuhan) muncul dari berbagai macam mulai dari kebutuhan dasar sampai kepada
7
kebutuhan untuk berprestasi. Bisa juga dorongan need ini muncul dari adanya defisit dan
ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (entrepreneur).
3. Teori Pengambilan Keputusan
Sebelum mengambil keputusan terjun ke dalam dunia wirausaha, seseorang terlebih
dahulu melakukan pertimbangan-pertimbangan. Pengambilan keputusan tersebut tidaklah
selalu mudah, bahkan dapat menimbulkan konflik dengan dirinya sendiri bahkan dengan
orang lain. Pengambilan keputusan adalah suatu proses berfikir dan bertindak yang
bermuara pada pemilihan perilaku tertentu sesuai dengan keputusan yang diambil. Jika
seseorang mengambil keputusan menjadi wirausaha maka dia akan menyelaraskan
tindakan dengan hasil keputusannya.
Outcome expectacy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konsekuensi yang
diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. Dari pengertian di atas
Outcome expectacy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang
akan diperoleh jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang
menunjukkan keberhasilan.
8
Jenis Outcome Expectacy
a. Insentif Primer
Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti makan,
minum, dan kontak fisik lainnya.
b. Insentif Sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untuk memperolah umpan balik sensoris yang
terdapat di lingkungannya.
c. Insentif Sosial
Manusia melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari
lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan
lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman dari pada reaksi yang
berasal dari satu individu.
d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
ekonomi. seperti upah, kenaikan pangkat, penambahan tunjangan dan lainnya.
e. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan
status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosialnya
memberikan kesempatan kepadanya untuk mengontrol perilaku orang lain baik
melalui simbol atau secara nyata.
f. Insentif standar internal
Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari
pekerjaannya. Insentif bukan berasal dari luar diri, tetapi berasal dari dalam diri
seseorang. Reaksi diri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk
imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya.
9
wirausaha yang besar (Prawirokusumo dalam Suryana).
Orang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan
nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
ketrampilan praktis. jadi pedoman, pengharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi
maupun kelompok, berpengaruh dalam membentuk kewirausahaan.
Hasil Penelitian yang dilakukan Muhandri tentang strategi penciptaan wirausaha baru
yang tangguh tidak dapat dilakukan tanpa kajian dan pertimbangan yang matang. Strategi
dan program yang dijalankan tanpa kajian yang matang tidak akan memberikan hasil yang
optimum (bahkan menjadi kesia-sian). Penciptaan wirausaha baru yang tangguh dapat
dilakukan pada tataran penciptaan iklim yang mampu menanamkan budaya
10
kewirausahaan, dan pada tataran operasional dengan (salah satunya) pola inkubasi bisnis.
Secara teoritis maupun studi empirik ada beberapa hal yang menjadi pemicu
seseorang bisa menjadi; faktor lingkungan (keluarga), keterpaksaan,dan terprogram
(belajar bisnis), meskipun pengusaha yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi
pengusaha diharapkan akan jauh lebih baik dibanding pengusaha karena trial and error
(sekolah bisnis Prasetya Mulya).
Menurut Soegondo; Wirausaha baru dapat tumbuh melalui dua jalur yakni :
1. Alami, dan
2. terprogram.
Tumbuhnya wirausaha baru secara alami dapat dapat terjadi dengan melalui jalur: a.1
tumbuh mandiri, karena dorongan survival serta dukungan belajar secara mandiri, atau
(a.2) tumbuh mandiri, setelah magang atau (a.3) tumbuh karena memperoleh kesempatan
khusus (keluarga). Sementara tumbuhnya wirausaha baru setelah mengikuti aplikasi
rancangan terprogram terjadi secara: 1. langsung, membangun bisnis baru. 2. langsung,
melanjutkan sendiri bisnis lamanya tetapi dengan pendekatan baru. 3. langsung membuka
bisnis baru atau melanjutkan yang lama tetapi dengan program bimbingan (program
inkubator), 4. langsung melakukan bisnis baru dengan posisi sebagai pelaku usaha dalam
satu jaringan (franchisee) tertentu.
11
Daftar Pustaka
Sadeli. 2011 “Model Penciptaan Wirausaha Mandiri”. Jurnal Administrasi Bisnis Volume 8,
12
KEWIRAUSAHAAN
“ Pengertian, arti penting dan jenis – jenis wirausaha serta proses terciptanya
wirausaha”
Oleh
Kelompok 1
REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
13