Anda di halaman 1dari 16

BAB 3

SISTEM EKONOMI INDONESIA

3.1 Pendahuluan

Pada dasarnya hanya ada dua sistem perekonomian, yakni sistem pasar dan sistem
komando. Sistem perekonomian pasar juga disebut sebagai sistem kapitalis. Sistem inilah yang
pada awalnya berada, misalnya pada jaman kerajaan di Inggris, Belanda, Belgia, juga pada
jaman kerajaan dahulu di Indonesia, misalnya pada Kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan
sebagainya. Pada masa kerajaan tersebut perekonomian diserahkan pada kaum swasta atas
dasar permintaan dan penawaran.

Pada prinsipnya sistem kerajaan tidak pernah mengatur perekonomiannya. Sendi-sendi


ekonomi yang berlaku pada jaman itu kemudian ditulis oleh banyak ahli, namun yang paling
banyak dikenal dan dianggap sebagai Bapak Ekonomi adalah Adam Smith dalam bukunya An
Inquiry into the Nature and Causes of Wealth of Nations yang terbit untuk pertama kalinya pada
tahun 1776. Dalam sistem ekonomi pasar/kapitalis ini tidak dikenal adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Semua pemecahan ekonomi diserahkan pada mekanisme
pasar.

Seiring dengan perjalanan waktu, sistem ekonomi di kerajaan-kerajaan di Eropa


rupanya menuju kepada kemakmuran pada sebagian masyarakat seperti tuan tanah, kaum
pengusaha, dan kaum elite masyarakat lainnya, sedangkan di lain pihak mengakibatkan
kemelaratan pada sebagian masyarakat lainnya, sedangkan di lain pihak mengakibatkan
kemelaratan pada sebagian masyarakat lainnya, terutama kaum buruh, sehingga akhirnya
muncul seruan agar kaum buruh bersatu.

Dari pergerakan inilah kemudian muncul sistem ekonomi “komando” atau sistem
ekonomi ala “Marxis”. Sistem “komando” ini dianut oleh Uni Soviet, Tiongkok, dan Negara-
negara sosialis Eropa Timur dan dikenal sebagai sistem ekonomi komunis/ sosialis. Pada
sistem komunis, semua kegiatan ekonomi merupakan masalah perencanaan Negara. Negara
mempunyai peranan sentral dalam perekonomian dan pada dasarnya tidak ada satu Negara
pun yang mengikuti sistem ekonomi komunis ini. Sedangkan dalam sistem sosialis, Negara juga
memegang peran yang penting dalam perekonomian, biasanya dilaksanakan perencanaan

1
pusat, meskipun sesungguhnya peran permintaan dan penawaran masih berlaku. Moneter dan
sistem devisa, dan perusahaan pada umumnya milik/dikuasai oleh Negara.

Kemudian pada sekitar tahun 1929-30 terjadi depresi dunia, harga-harga mengalami
penurunan, banyak perusahaan yang memecat buruhnya; keadaan yang demikian ini dikenal
dengan malaise (great depression); dan keadaan ini dianggap sebagai kegagalan ekonomi
sistem kapitalis/pasar. Banyak ahli yang mengatakan bahwa terjadinya keadaan tersebut
disebabkan oleh karena produksi yang berlebihan (over production), sedangkan di lain pihak
banyak juga ahli yang mengatakan bahwa karena adanya konsumsi yang tidak cukup (under
consumption). Baru pada tahun 1936 dengan terbitnya buku karangan J.M. Keynes yang
berjudul General Theory of Employment, Interest and Money muncullah aliran ekonomi baru
yang mementingkan peranana Negara dalam perekonomian dan dianggap sebagai aliran untuk
mengatasi keadaan perekonomian saat itu. Aliran ini disebut Keynesian Economics. Dengan
demikian sistem pasar mengakui peran pemerintah dalam perekonomian. Di lain pihak Negara-
negara komunis Uni Soviet dan Tiongkok juga mengalami kehancuran dan memperkenankan
sebagian dari masalah ekonominya dipecahkan melalui proses pasar.

Jadi dewasa ini tidak ada satu Negara pun di dunia ini yang sepenuhnya kalitalis
(menganut sistem pasar sepenuhnya) dan juga tidak ada satu Negara pun yang sepenuhnya
menganut sistem komunis (perencanaan pusat). Semua Negara di dunia ini mengakui arti
penting Negara dalam perekonomian. Ikut campur tangan Negara dalam perekonomian di
Negara sosialis adalah melalui kepemilikan, seperti halnya perusahaan milik Negara (termasuk
lembaga keuangan milik Negara), lalu lintas devisa dan perdagangan luar negeri dikuasai oleh
Negara, dan perencanaan pembangunan ekonomi yang terpusat, sedangkan pada
perekonomian sistem pasar, campur tangan Negara bukan melalui kepemilikan, namun dengan
satu sistem yang mampu mempengaruhi permintaan dan penawaran. Sistem ekonomi pasar
yang mengakui peran penting Negara biasanya disebut sebagai sistem ekonomi kesejahteraan,
dan negranya disebut Welfare States.

Peran Negara melalui kepemilikan pada mulanya untuk sektor ekonomi yang
merupakan kebutuhan public seperti transportasi keret api, transportasi udara, listrik dan gas,
air minum dan lainnya. Pada dasarnya, campur tangan Negara diperlukan pada bidang usaha
di mana swasta tidak mengambilnya, padahal bidang usaha tersebut penting untuk
pengembangan sektor ekonomi lainnya. Kalau pihak swasta dapat mengerjakannya dengan
efesiensi yang sama dengan kalau dikerjakan oleh Negara, maka bidang usaha tersebut

2
seharusnya diserahkan kepada swasta. Selebihnya peran Negara dibatasi pada peraturan
perekonomian melalui sistem perpajakan dan pengeluaran pemerintah. Banyak Negara,
terutama Negara Sedang Berkembang (NSB) memakai sistem pasar namun juga
melaksanakan pembangunan ekonomi berencana. Atas dasar pengetahuan sistem ekonomi ini,
sekarang marilah kita tinjau sistem ekonomi Indonesia, di manakah sistem itu berada pada
skala sistem perekonomian di dunia ini.

3.2 Sistem Ekonomi Dualisme

Pada tahun 1930, dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar pada Universitas
Leiden, Prof.Dr. J.H. Boeke seorang birokrat yang membina kegiatan koperasi dan ahli ekonomi
Belanda mengemukakan tesisnya mengenai Ekonomi Dualistis di Hindia Belanda. Ekonomi
Dualistis adalah dua sistem ekonomi yang bertentangan yang berada bersama pada suatu
waktu tertentu, yaitu di Hindia Belanda, sistem perekonomian pra-kapitalistis yang mengadung
corak feodal dan tradisional dan sistem ekonomi kapitalisme tinggi yang berlaku pada tahap
kapitalisme awal dalam perekonomian kolonial.
Ciri dari perekonomian dualistis itu antara lain adalah ko-eksistensi antara
perekonomian desa dan kota. ekonomi barang dan ekonomi uang. Ekonomi berdasarkan
kebutuhan sosial (social needs) dan kebutuhan ekonomi (economic needs) dan kegiatan
produksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan produksi untuk pasar. Dalam kaitannya
dengan mentalitias, pelaku ekonomi tradisional dibimbing oleh adat-istiadat dan nilai-nilai
tradisional, sedangkan ekonomi modern kapitalis dibimbing oleh rasionalitas ekonomi. Dalam
aspek kelembagaan, ekonomi modern bekerja melalui organisasi ekonomi perusahaan,
sedangkan ekonomi tradisional melalui lembaga sosial desa.
Menurut Boeke perekonomian tradisional tidak mungkin berkembang dan akan tetap
berada dalam kemiskinan karena hambatan-hambatan yang dalam wacana ekonomi politik
dewasa ini disebut sebagai hambatan struktural berupa masalahmasaalah yang berada diluar
kemampuan individu untuk mengatasinya. Dari segi tanah, lahan pertanian sempit karena
kepadatan penduduk dan fragmentasi akiubat sistem waris. Rakyat harus menyewa tanah dari
tuan-tuan tanah feodal dengan sewa yang tinggi. Dari segi permodalan finansial, rakyat harus
meminjam modal dengan bunga tinggi dari pembunga uang, bahkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi. Dari segi perdagangan, harga produk petani ditekan oleh tengkulak
dengan sistem ijon. Hasilnya, tingkat pendapatan petani yang rendah bahkan kerap merugi.

3
Dalam pengamatan Hatta tentang “Ekonomi Rakyat” pada tahun 1931, rakyat terpaksa harus
menjual tenaga sebagai buruh dan yang sedikit memiliki modal harus berdagang ke kota
sebagai pedagang kecil.
Teori Boeke yang pesimis terhadap perekonomian tradisional pra-kapitalis yang
tergolong dalam dismal science itu tidak sepenuhnya disetujui oleh rekan-rekan bahkan murid-
muridnya sendiri, namun memberi isyarat terhadap perlunya peranan pemerintah dalam
membongkar hambatan-hambatan struktural tersebut. Tapi oleh Hatta, politik ekonomi kolonial
justru melanggengkan hambatan itu sehingga perekonomian rakyat senantiasa berada dalam
bahaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Boeke bahwa sistem ekonomi kapitalis Barat hanya
memberikan lebih banyak dampak negatif daripada positif, karena sistem ekonomi kapitalis
hanya memberikan barang-barang dengan harga mahal tetapi tidak bisa menyediakan
lapangan kerja. Karena itu dibutuhkan kebijaksanaan pemerintah yang berbeda yang
menghilangkan hambatan-hambatan bagi perekonomian rakyat untuk berkembang. Gagasan
campur tangan ini tentu saja bertentangan dengan pandangan ekonomi liberal. Dalam teori
ekonomi pembangunan modern dikatakan bahwa rakyat miskin karena kelemahannya sendiri;
“Rakyat miskin karena miskin”. Tapi dalam pandangan kaum strukturalis, rakyat miskin karena
dimiskinkan oleh eksploitasi yang terkandung dalam sistem ekonomi. Mereka tidak bisa
berkembang karena hambatan-hambatan struktural yang tidak dapat mereka atasi sendiri
kecuali dihilangkan oleh otoritas politik.

Masalah dualisme telah dibahas secara mendalam oleh ahli ekonomi Indonesia dan ahli
ekonomi asing. J. Boeke, yang mengdakan penelitian untuk program doctor ekonominya di
Indonesia pada tahun 1953 memberikan definisi yang termasyhur mengenai masyarakat
dualistis sebagai : “Masyarakat yang mempunyai gaya sosial berbeda, yang masing-masing
hidup berdampingan. Dalam proses evolusi sejarah normal yang berlaku bagi masyarakat
homogen, kedua gaya sosial tersebut mewakili tahap perkembangan sosial yang berbeda,
dipisahkan oleh satu gaya sosial lain yang mewakili suatu tahap transisi, misalnya masyarakat
sebelum kapitalisme dan masyarakat capitalism maju yang dipisahkan oleh masyarakat
kapitalisme awal. … Di dalam masyarakat dualistis … satu dari kedua sistem sosial yang hidup
berdampingan itu, dan selalu yang lebih maju, berasal dari luar masyarakat tersebut dan
mengalami perkembangan dilingkungan yang baru tanpa menggeser atau berasimilasi dengan
sistem sosial yang asli. Dan akhirnya tidak akan timbul satu ciri umum yang berlaku bagi
masyarakat tersebut secara keseluruhan”.

4
Selanjutnya Boeke mengadakan bahwa adanya sikap yang masih bersifat “Pra kapitalis”
di dalam masyarakat dualistis membedakan sikap penduduk asli masyarakat tersebut dengan
masyarakat barat terhadap perangsangan ekonomis di dalamnya. Menurut Boeke, sikap dasar
penduduk asli dipengaruhi oleh pendapat bahwa kebutuhan manusia itu terbatas. Apabila
kebutuhan yang terbatas ini sudah terpenuhi maka tidak ada lagi keinginan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih besar, dan olh karena itu tidak akan ada sikap baru terhadap
kesempatan ekonomi lainnya.

Dualisme merupakan suatu konsep yang sering dibicarakan dalam ekonomi


pembangunan, terutama kalau kita membicarakan kondisi sosial-ekonomi NSB. Konsep ini
menunjukkan adanya perbedaan antara bangsa-bangsa kaya dan miskin, dan perbedaan
antara berbagai golongan masyarakat yang terus meningkat. Konsep dualism mempunyai 4
unsur pokok yaitu :

1. Dua keadaan yang berbeda dimana sebagian bersifat “superior” dan lainnya bersifat
“inferior” yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama. Misalnya
hidup berdampingannya antara metoda produksi modern dan tradisional pada sector
perkotaan dan pedesaan, antara orang kaya berpendidikan tinggi dengan orang miskin
yang tidk berpendidikan sama sekali, antara Negara-negara industry yang kuat dan kaya
dengan Negara-negara lemah. Semua itu merupakan penjelmaan dari keadaan yang
dualistis.
2. Kenyataan hidup berdampingan itu bersifat kronis dan bukan transisional. Keadaan
tersebut bukan fenomena yang sementara, yang karena waktu, perbedaan antara
keadaan yang superior dengan inferior itu akanitu akan hilang dengan sendirinya.
Dengan kata lain, hidup berdampingnya antara kemakmuran dan kemiskinan secara
internasional bukanlah suatu fenomena yang sederhana yang bisa hilang karena poses
waktu semata.
3. Derajat supeioritas atau inferioritas itu tidak menunjukkan kecenderungan yang
menurun, bahkan terus meningkat. Misalnya, perbedaan produktivitas antara industri-
industri di Negara maju dengan di NSB tampak semakin jauh dari tahun ke tahun.
4. Keterkaitan anatar unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan bahwa
keberadaan unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak
berpengaruh sama sekali dalam mengangkat derajat unsur inferior. Bahkan
kenyataanya, unsure yang superior tersebut sering kali justru menyebabkan timbulnya
kondisi keterbelakangan (underdevelopment).

5
3.3 Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia

Dalam sistem ekonomi Sosialis ala Indonesia ini muncul pada periode akhir pada saat
kepemimpinan Presiden Sukarno, yaitu sekitar tahun 1960. Pada saat periode tersebut kiblat
politik Indonesia adalah Negara sosialis seperti Eropa Timur, Rusia dan RRC dan tidak ke
Negara kapitalis seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat. Perekonomian pada saat periode
kepemimpinan Presiden Sukarno itu sangat mirip dengan sistem perekonomian Negara
sosialis, yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana Pembangunan Semesta yang


Berencana selama Delapan Tahun 1960-1968 namun Rencana ini belum sempat
dilaksanakan.
2. Perusahaan besar yang dimiliki oleh Negara. Ini terjadi akibat dari nasionalisasi
perusahaan swasta Belanda pada tahun 1957. Beberapa perusahaan hasil dari
nasionalisasi yaitu : usaha penerbangan, kereta api, Bus Damri, pelayanan pelni,
perusahaan dagang yang bergerak pada bidang ekspor impor, perusahaan perbankan,
perusahaan perkebunan dan perusahaan lainnya.
3. Sistem perbankan, adalah dimana bank-bank swasta milik Belanda yang telah
dinasionalisasi menjadi milik pemerintah , dan diubah menjadi sistem perbankan Rusia.
Sistem ini dikerjakan dengan cara mengubah nama bank pemerintah menjadi satu nama
dengan unit-unit tertentu. Contohnya seperti bank : Bank Indonesia diubah namanya
menjadi Bank Negara Indonesia Unit I, BNI 1946 diubah menjadi BNI Unit II, Bank
Rakyat, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Ekspor Impor dan sebagainya diubah
menjadi BNI unit … sistem perbankan yang demikian ini persis merupakan sistem
Perbankan Rusia.
4. Sistem Devisa yang dilakukan pada saat itu adalah sistem devisa yang umum dipakai
oleh Negara-negara sosialis yaitu Exchange Control. Pada sistem ini ditegaskan bahwa
mata uang asing (devisa) tidak dapat beredar di masyarakat. Semua devisa dimiliki oleh
negara. Devisa seperti hasil ekspor, pinjaman/bantuan negara luar kepada
Indonesiadan hasil devisa lainnya yang masuk ke Indonesia harus diserahkan/dijual
kepada negara. Kemudian negara menjual devisa tersebut yang dimiliki nya kepada
importir atau siapa saja yang memerlukan devisa. Pemerintah menentukan kurs devisa

6
dan oleh karena itu sistem devisa seperti ini juga disebut sistem devisa dengan harga
tetap ( fixed Exchange Rate ) atau juga disebut dengan sistem devisa dengan harga
dipakukan ( pegged Exchange Rate ). Harga barang dan jasa dalam negeri, waktu itu
selalu mengalami kenaikan yang akibatnya nilai rupiah selalu menurun. Sebelum
pemerintah melaksanakan devaluasi Rupiah, dengan adanya kenaikan harga harga
umum didalam negeri, para eksportir merasa enggan (disinsetif) untuk melakukan
ekspor, karena mereka merasa dirugikan disamping itu, para importer makin bergairah
untuk mengirimkan barang, karena harga devisa (dolar) yang tetap dan relatif rendah.

Dari pembahasan pada angka 1 sampai 4 dijelaskan bahwa sistem perekonomian yang
berlaku di Indonesia saat ini hampir sepenuhnya sama dengan sistem perekonomian sosialis
yang berlaku dinegara- negara Eropa Timur.
Kelebihan Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia :
1. Disediakannya kebutuhan pokok. Setiap warga negara disediakan kebutuhan pokoknya,
termasuk makanan dan minuman, pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta
tempat dan lain-lain. Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta
orang yang cacat fisik dan mental berada dalam pengawasan Negara.
2. Didasarkan oleh perencanaan Negara. Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan Negara Yang sempurna, diantara produksi dengan penggunaannya. Dengan
demikian masalah kelebihan dan kekurangan dalam produksi seperti yang berlaku dalam
System Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3. Produksi dikelola oleh Negara. Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara,
sedangkan keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan
Negara.
4. Pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran dan masalah ekonomi
lainnya
5. Pasar barang dalam negeri berjalan lancar
6. Pemerintah dapat turut campur dalam hal pembentukan harga
7. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan
8. Jarang terjadi krisis ekonomi

Kekurangan Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia :


1. Sulit melakukan transaksi. Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang
terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi
hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak dua kali. Jual beli sangat terbatas,

7
demikian pula masalah harga juga ditentukan oelh pemerintah, oelh karena itu stabilitas
perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga ditentukan oleh Negara,
bukan ditentukan oelh mekanisme pasar.
2. Membatasi kebebasan. Sistem tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri
sendiri, kewibawaan individu yang menghambatnyadalam memperoleh kebebasan
berfikir serta bertindak, ini menunjukkan secara tidak langsung system ini terikat kepada
system ekonomi dictator. Buruh dijadikan budak masyarakat yang memaksanya bekerja
seperti mesin.
3. Mengabaikan pendidikan moral. Dalam system ini semua kegiatan diambil alih untuk
mencapai tujuan ekonomi, sementara pendidika moral individu diabaikan. Dengan
demikian, apabila pencapaian kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-nilai
moral tidak diperhatikan lagi.

Berbeda dengan kapitalisme yang menitik beratkan pada pandangan hidup


individualisme, sosialisme menitik beratkan pada pandangan kolektivisme. Kolektivisme adalah
pandangan yang mengajarkan bahwa di samping setiap orang sebagai warga masyarakat,
masyarakat sebagai keseluruhan merupakan satuan tersendiri yang mempunyai kepentingan
yang hendaknya dipenuhi terlebih dahulu daripada kepentingan perseorangan. Ciri-ciri sistem
ekonomi sosialis tersebut antara lain :
1. Semua alat-alat produksi (tanah, mesin-mesin, pabrik) produksi dimiliki dan dikuasai
oleh pemerintah/negara. Tidak ada hak milik pribadi atas alat-alat produksi.
2. Seluruh kegiatan produksi dilakukan oleh negara. Tidak ada usaha swasta, semua
perusahaan adalah perusahaan negara.
3. Jumlah dan jenis barang yang harus diproduksi ditentukan oleh Badan Perencana
Ekonomi Pusat yang dibentuk pemerintah.
4. Harga dan distribusi barang ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah.
5. Semua warga masyarakat adalah tenaga kerja/karyawan yang wajib ikut berproduksi
sesuai dengan kemampuannya, yang kemudian diberi upah/gaji oleh negara sesuai
dengan kebutuhannya.
Sistem ekonomi ini dipraktekkan di negara-negara komunis, di mana pemerintah
sepenuhnya menentukan corak kegiatan ekonomi yang akan dilakukan. Perencanaan dilakukan
meliputi hampir semua aspek kehidupan ekonomi. Karena itu, sistem ini sering juga disebut
ekonomi komando (command economy) atau sistem ekonomi yang diatur oleh perintah dari
pusat. Sekalipun sistem ekonomi ini dapat lebih menjamin adanya pemerataan pembagian

8
pendapatan, namun sistem ekonomi ini telah mengorbankan kemerdekaan manusia secara
pribadi. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi tidak ada, sehingga menyebabkan kurangnya
dorongan untuk bekerja secara produktif.

3.4 Sistem Ekonomi Pancasila

Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi
Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi
yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan
dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah.
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari
nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam
SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi,
demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
Sistem ekonomi pancasila ini muncul pada periode penggal kedua di masa
Pemerintahan Orde Baru, yaitu setelah Pelita III pada tahun 1974-79. Munculnya wacana ini,
sistem ekonomi apakah yang di anut oleh Indonesia pada saat itu dan banyak muncul diskusi.
Ada beberapa pakar yang mengatakan sistem ekonomi kita adalah sistem ekonomi Pancasila.
Sistem perekonomian pada saat itu ditandai dengan antara lain :
1. Perencanaan Ekonomi, dimana Indonesia pada saat itu masih berada di dalam
perencanaan pembangunan ekonomi periode pelita lima tahun dengan perioritas
utama pada perkembangan sektor pertanian menuju ke swa sembada beras atau
pangan. Sistem ekonomi dengan perencanaan seperti ini biasanya diterapkan pada
Negara tertentu yaitu seperti Negara yang menganut sistem sosialis dan Negara
yang sedang berkembang.
2. Peranan Perusahaan Asing ini dengan di undangnya UUPMA yaitu Undang-undang
Penanaman Modal Asing pada tahun 1967,modal asing yang sifatnya ivestasi
langsung atau yang sifatnya porto folio makin merambah hambir kesemua sektor
dan wilayah Indonesia. Dan pada dasarnya harus berbentuk usaha patungan atau
join bersama dan hanya pada bidang-bidang tertentu.
3. Peranan Perusahaan Domestik dimana yang dimaksud yaitu Perusahaan dalam
negeri mendapatkan angina segar dengan diundangnya UPPMA. Dimana kredit
diberikan kepada usaha domestic yang besar. Perbankan yang mengalami masalah

9
likuiditas diberikan bantuan berupa likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diketahui
sering di selewengkan.
4. Peranan IGGI dan IMF serta hutang luar negeri. Sejak awal saat kekuasaan Orde
Baru ini, pemerintah mendirikan IGGI yang dimaksud dengan Inter Govermental
Group on Indonesiayang memiliki dungsi untuk memberikan nasihat dalam APBN.
Dimana setiap tahun APBN mengalami kekurangan dana dan IGGI lah yang
membantu pihak APBN tersebut.
5. Sistem Devisa dimaksud yaitu setelah Orde baru naik, tindakan pertama yang
dilakukannya yaitu liberalisasi perdagangan luar negeri, yang dimaksud sistem
devisa. Dari sistem devisa yang ada sepenuhnya dikuasi oleh Negara diubah
berdasarkan dengan permintaan dan penawaran. Di dalam perekonomian yang
memakai sistem standar kertas yang sekarang diikuti oleh semua Negara, kurs mata
uang asing bebas bergerak (freely fluctuate) sekali kurs itu mengalami kenaikan
maka kurs tersebut akan terus mengalami kenaikan tanpa adanya pemberitahuan
kapan kurs tersebut terjadi pembalikan atau penurunan. Lembaga tersebut dikenal
dengan Foreign Exchange Stabilization Fund. Ia adalah dana cadangan devisa yang
berfungsi sebagai pembeli dolar jika harga dolar dipasar menurun sampai ti gkat
tertentu dan sebaliknya akan menjual dolar jika harga dolar mengalami kenaikan
ditingkat tertentu.
Dari penjelasan nomor 1 sampai lima diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
perekonomian ekonomi Indonesia yang berlaku pada periode tersebut lebih mendekati
perekonomian pasar atau sistem kapitalis dibandingkan dengan perekonomian sosialis. Namun
ada bebrapa ahli yang menyatakan bahwa para pelaku ekonomi di Indonesia berbeda dengan
para pelaku ekonomi di Negara-negara kapitalis Barat. Menurut mereka setidaknya ada
beberapa ciri-ciri yang ada di dalam sistem perekonomian Pancasila tersebut yang harus kita
perhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Adanya peran dominan koperasi dalam kehidupan ekonomi.
Di dalam bidang yang tidak bisa dikelola secara efisien dalam bentuk koperasi
perusahaan dan Negara yang memegang peran. Di bidang yang tidak bisa
diusahakan secara efisien oleh kedua badan usaha tersebut yaitu perusahaan
swasta yang mengambil peranan. Namun semua bentuk badan usaha dalam
ekonomi Pancasila harus harus didasarkan pada asas kekeluargaan dan prinsip
harmoni dan bukan atas asas kepribadian dan konflik kepentingan.

10
2. Diterapkannya rangsangan yang bersifat ekonomis maupun moral untuk
menggerakan roda perekonomian. Dimana dalam hal ini bersumber pada
pandangan manuasia bukan melulu economic man, melainkan juga kepada social
and religious man, dan sifat manusia yang terakhir ini dapat dikembangkan setaraf
dengan sifat yang pertama sebagai sumber kegiataan duniawi (ekonomi).
3. Adanya kecenderungan dan kehendak sosial yang yang kuat ke arah egalitarianism
atau pemerataan sosial. Dalam hal ini, cita-cita ekonomi Pancasila menunjukkan
kesamaan dengan doktrin dasar hampir semua semua agama besar yang ada
maupun dengan cita-cita yang terkandung dalam sistem ekonomi sosialis ekonomi.
4. Diberikannya prioritas utama pada terciptanya suatu “perekonomian nasional” yang
tangguh. Ekonomi Pancasila menyadari bahwa unsur nasionalisme ekonomi
merupakan kenyataan hidup yang tidak bisa diingkari.Ekonomi Pancasila menerima
kenyataan bahwa sentimen nasionalisme masih tetap hidup.
5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi
perkembangan ekonomi. Hal ini dicerminkan dalam cita-cita koperasi. Bentuk usaha
ini merupakan kristalisasi cita-cita untuk mencapai keseimbangan anatara
sentralisme dan desentralisme dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sistem
ekonomi koperasi bukanlah sistm yang didasarkan pada pengambilan keputusan-
keputusan ekonomi secara otomatis seperti dalam sistem ekonomi liberal, tetapi
bukan pula sistem yang mereduksi manusia hanya sebagai nomor saja. Atomisme
adalah buta, sentralisme adalah kaku.
Ke lima butir di atas ini lahir dari satu seminar di Fakultas Ekonomi Gajah Mada pada
September 1980 yang kemudian (1981) hasil seminar tersebut diedit menjadi Ekonomi
Pancasila (penerbit BPFE Gajah Mada). Setelah melalui perdebatan yang panjang kemudian
Ekonomi Pancasila bermetamorfosa menjadi Ekonomi Kerakyatan. Adapun Kelebihan Dan
Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan mengusasi hajat hidup rakyat
banyak dikuasai oleh negara.
2. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

11
3. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permuwakafan
lembaga perwakilan rakyat serta pengawasan terhadap kebijakannya ada pada lembaga
perwakilan rakyat pula.
4. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta
mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
5. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
6. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan sepenuhnya
dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
7. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Adapun ciri negatif yang harus dihindari dalam sistem perekonomian kita
karena bersifat kontradiktif dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut:

1. Sistem free fight liberalism (sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan).
2. Sistem terpusat, yang dapat mematikan potensi, kreasi, dan inisiatif warga masyarakat.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat.

3.5 Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan berlaku di Indonesia sejak terjadinya Reformasi di


Indonesia pada tahun 1998. Pemerintah bertekad melaksanakan Sistem Ekonomi Kerakyatan
dengan mengeluarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem
perekonomian Indonesia adalah Sistem Ekonomi Kerakyatan. Sistem Ekonomi Kerakyatan
adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan
rakyat,bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi
rakyat. Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional yang berkeadilan sosial adalah
berdaulat di bidang politik, mandiri dibidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.
(Prof. Dr. Mubyarto, 2002 ). Pada Sistem Ekonomi Kerakyatan, masyarakat memegang aktif
dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang sehat bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

12
Sistem Ekonomi Kerakyatan mempunyai ciri-ciri berikut ini: (1) Bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat; (2) Memperhatikan
pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial ,dan kualitas hidup; (3) Mampu
mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; (4) Menjamin
kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja; dan (5) Adanya perlindungan hak-hak
konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat. (Arini Nurmala Sari, 2011). Sistem
ekonomi kerakyatan sendi utamanya adalah UUD 1945 pasal 33 ayat(1), (2), dan (3).
Bentuk usaha yang sesuai Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012 5 dengan ayat (1)
adalah koperasi, dan bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (2) dan (3) adalah perusahaan
negara. Adapun dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi “hanya perusahaan yang
tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ditangan seorang”. Hal itu berarti perusahaan
swasta juga mempunyai andil di dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian
terdapat tiga pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu
perusahaan Negara (pemerintah), perusahaan swasta, dan koperasi. Ketiga pelaku ekonomi
tersebut akan menjalankan kegiatan-kegiatan ekonomi dalam sistem ekonomi kerakyatan.
Sebuah sistem ekonomi akan berjalan dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja
sama dengan baik pula dalam mencapai tujuannya.
Dengan demikian sikap saling mendukung di antara pelaku ekonomi sangat dibutuhkan
dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan.Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi
nasional yang berkeadilan sosial adalah berdaulat di bidang politik, mandiri dibidang ekonomi
dan berkepribadian dibidang budaya. Strategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi
rakyat merupakan strategi melaksanakan demokrasi ekonomi yaitu produksi dikerjakan oleh
semua untuk semua dan di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan ketimbang kemakmuran orang seorang. Maka
kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan program pembangunan harus
memberi manfaat pada mereka yang paling miskin dan paling kurang sejahtera.
Ada beberapa hal berikut ini merupakan kebijakan pemerintah selama dalam sistem
ekonomi Kerakyatan :
1. Peranan IGGI dikurangi, semula diganti dengan CGI (consultative Group on Indonesia)
sehingga badan tersebut hanya bersifat konsultasi dalam menyusun kebijaksanaan
ekonomi.
2. Investasi Asing dengan UUPMA dan investasi dalam negeri dengan UUPMDN, yang
memberikan prioritas pada pengusaha besar tidak banyak mendapat sorotan, tidak
dihapuskan, namun berjalan seperti semula. Kalau memang benar-benar sistem

13
ekonomi kerakyatan (usaha kecil dan menengah) mestinya usaha asing dan kosmetik
besar dikurangi secara drastic atau ditentang.
3. Tampak adanya usaha swastanisasi perusaahaan Negara namun belum selesai dan
usaha swastanisasi ini merupakan isu internasional dan bukanlah disebabkan oleh
karena sistem ekonomi kerakyatan.
4. Sistem devisa masih seperti sebelumnya, yakni didasarkan atas sistem pasar
(permintaan dan penawaran) dengan cadangan devisa yang besar untuk menjaga
stabilitas kurs mata uang.
5. Dari tinjauan di atas dan pengamatan yang mendalam, sistem ekonomi kerakyatan ini
masih mempunyai ciri yang sangat kental sebagai sistem ekonomi pasar. Kalau
ekonomi kerakyatan itu adalah ekonomi kecil, maka perusahaan kecil (keluarga)
biasanya diumpamakan mempunyai tujuan untuk memaksimumkan produksi (atau
memaksimumkan penerimaan total). Contohnya pada pertanian keluarga yang
subsisten (produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga). Mereka
memaksimumkan penerimaan total (TR = total revenue), bukan memaksimumkan laba
(TR – TC, Total Revenue – Total Cost).

3.6 Kesimpulan

Secara ekstrem sistem ekonomi di dunia ini dapat dibedakan menjadi sistem pasar
(kapitalis) dan sistem perencanaan pusat (komunis-sosialis), namun tidak ada kapitalis murni
maupun komunis murni. Semua Negara di dunia ini mengakui pentingnya peranan Negara
dalam perekonomian. Dengan peran Negara yang penting ini, Negara-negara kapitalis telah
menjadi Negara kesejahteraan (welfare state). Di lain pihak dengan kehancuran Uni Soviet dan
RRC yang telah mendekati sistem pasar dalam peekonomiannya, maka sistem perekonomian
baik bagi Negara kapitalis maupun Negara sosialis semakin mendekat satu sama lainnya.

Perekonomian Indonesia dari sejak penjajahan Belanda sampai sekarang masih tetap
ditandai oleh perekonomian yang bersifat dualistis. Pada masa pemerintahan Soekarno,
perekonomian di Indonesia tidak mendapatkan pehatian yang semestinya. Pada akhir
pemerintahan soekarno sebagian besar aktivitas ekonomi dikuasai oleh Negara dan koperasi,
sehingga sistem perekonomian mendekati sistem sosialis, yang sifatnya agak berbeda dengan
siste sosialis pada umumnya sehingga disebut sistem Perekonomian Sosialis Ala Indonesia.

14
Pada masa pemerintahan Soeharto, ekonomi merupakan komando. Sistem
perekenomian pasar bebas, swasta memegang peran penting dalam perekonomian. Pada akhir
pemerintahan Soeharto, perekonomian Indonesia sangat mencirikan pasar bebas. Keadaan
yang demikianlah yang memmbuat semangat juang beberapa beberapa ekonom untuk
merumuskan bagaimana idealnya perekonomian Indonesia diatur dan reformasi yang
memunculkan istilah ekonomi kerakyatan.

Sesungguhnya sistem Perekonomian yang berlaku di Indonesia dapat dimasukkan pada


salah satu dari sistem perekonomian yang berlaku di dunia. Pemberian istilah ekonomi Sosialis
Ala Indonesia, ekonomi Pancasila, dan Ekonomi Kerakyatan lebih bersifat akademis dan
angan-angan dibandingkan dengan ekonomi praktis. Sifat akademis ini muncul pada saaat
perekonomian Indonesia dibayangkan akan take-off, satu istilah yang tidak diperlukan oleh
rakyat banyak. Demikian juga sistem Ekonomi Sosial Ala Indonesia, sistem Ekonomi Pancasila,
dan sistem Ekonomi Kerakyatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, M. Dawam. 2009. Menuju Sistem Perekonomian Indonesia. Jakarta. Diambil dari :

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=8320&val=567&title=MENUJU%20SISTEM
%20PEREKONOMIAN%20INDONESIA (10 Februari 2017)

Bhudianto, Wahyu. 2012. Sistem Ekonomi Kerakyatan Dalam Globalisasi Perekonomian.


Jakarta. Diambil dari :

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114782&val=5263 (10 Februari 2017)

Nehen, Ketut. 2016. Perekonomian Indonesia. Denpasar-Bali: Udayana University Press

16

Anda mungkin juga menyukai