Anda di halaman 1dari 23

DEFINISI USAHA, KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI KARIR, PERKEMBANGAN

USAHAWAN DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Entrepreneurship

Dosen Pengampu: Prof. Dr. M. Giatman, M.SIE.

Kelompok 2

Anggota :
1. Veri Kurtis, S. Pd
2. Asmeri Hadi, S. Pd
3. Yeni Nora Wiwi, S. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
PEMBAHASAN

I. DEFINISI USAHAWAN

Usahawan diartikan sama dengan pengusaha atau wirausahawan.

Ada beberapa pengertian tentang pengusaha atau wirausahawan, antara lain:

1. Kata wirausahawan merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Kata tersebut

berasal dari bahasa Perancis entreprendre yang berarti “bertanggung jawab”. Menurut

Machfoedz, 2002, Wirausahawan adalah innovator yang mampu memanfaatkan dan

mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat dijual atau dipasarkan, memberikan

nilai tambah dengan memanfaatkan upaya, waktu, biaya atau kecakapan dengan tujuan

mendapat keuntungan.

2. Menurut Saroso, 2005, Wirausahawan atau Entrepreneur adalah seseorang yang

mempunyai visi, semangat, dan melakukan tindakan-tindakan nyata dalam usaha

menciptakan dan mengembangkan sendiri sumber-sumber income-nya tanpa

bergantung semata-mata pada orang lain.

3. Winarto, 2002, megatakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, entrepreneur

adalah orang yang pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara

produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta

mengatur permodalan operasinya.

4. Menurut Meredith et al, 2002, wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai

kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan

sumber sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan

mengambil tindakan yang tepat guna sukses.


5. Menurut Zimmerer, 2005, Entrepreneur adalah seseorang yang menciptakan bisnis

baru dengan mengambil resiko demi mencapai keuntungan dengan cara

mengidentifikasi peluang.

6. Menurut Kasmir, 2007, Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berani

mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan dan berjiwa

berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,

tanpadiliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

7. Menurut McClelland (1961) menyatakan bahwa usahawan adalah daya inovatif dari kehendak

pencapaian yang tinggi (high need for achievement).

8. Menurut Schumpeter (1934) mengartikan usahawan sebagai individu yang melakukan pembaharuan

atau inovasi untuk kesejahteraan diri dan organisasinya sendiri.

9. Menurut Swasono, 1978, Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, innovator, penanggung

resiko, yang mempunyai penglihatan/ visi ke depan, dan memiliki keunggulan

berprestasi di bidang usaha.

Dari sekian banyak pendapat yang menyatakan apa itu usahawan atau pengusaha atau

wirausahawan, dapat disimpulkan bahwa pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah

seseorang yang berjiwa berani dan mampu melihat peluang dengan melakukan inovasi demi

menciptakan bisnis baru dengan segala resiko yang ada, artinya dia bermental mandiri dan

berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak

pasti. Tapi kalau dalam konteks bisnis wirausahawan adalah pengusaha, tetapi tidak semua

pengusaha adalah wirausahawan ( entrepreneur ). Perbedaaanya adalah kalau pengusaha

atau usahawan dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan,

sedangkan wirausahawan ( entrepreneur ) lebih berfokus pada uapaya pemanfaatan sumber


daya manusia. Seorang entrepreneur tidak terlalu mementingkan keuntungan, tetapi lebih

memperhatikan kondisi karyawan, pelanggan, serta masyarakat umum.

II. DEFINISI KEWIRAUSAHAAN

Menurut Siagian kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk

memberikan respon positif terhadap peluang yang mementingkan diri sendiri dan layanan

yang lebih baik pada pelanggan, masyarakat ( komunitas ), dengan selalu berusahan

mencari dan melayani lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan

produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui

keberanian mengambil risiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.

III. KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI KARIR

Kewirausahaan merupakan jalur alternatif untuk berkarir.

Dunia wirausaha merupakan ujung tombak untuk membangun suatu Negara. Wirausaha

merupakan suatu jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah pengangguran, namun

minat dari masyarakat baik mereka yang masih aktif belajar maupun yang sudah lulus kuliah

masih kurang. Penyebab dari kurangnya minat ini mempunyai latar belakang pandangan

negatif dalam masyarakat terhadap profesi wirausaha.

Setiap tahunnya jika kita perhatikan, Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), Universitas Negeri maupun swasta meluluskan peserta didiknya yang sudah

terdidik. Merekalah yang akan menjadi harapan dari suatu Negara. Setelah lulus dan

mendapatkan Ijazah sebagian dari mereka berpikir untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan

yang layak. Impian inilah yang menjadikan sebagian dari mereka menjadi pengangguran

dikarenakan belum bisa mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, disebabkan oleh sempitnya

lapangan pekerjaan yang tersedia, baik itu di sektor pemerintahan maupun swasta. Jumlah
lulusan yang sudah terdidik ini setiap tahunya terus bertambah, namun peningkatan lapangan

pekerjaan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah pencari kerja.

Menurut Prof. Dr. Buchari Alma banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif

masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat

agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang

terhormat, pekerjaan rendah dan sebagainya. Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar

penduduk, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak menginginkan anak – anaknya

menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri,

apalagi bila anaknya sudah bertitel lulusan perguruan tinggi. Mereka berucap. “untuk apa

sekolah tinggi”, jika hanya mau jadi pedagang. “Pandangan seperti ini sudah berkesan jauh di

lubuk hati sebagian besar rakyat kita, mulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai beberapa

dekade masa kemerdekaan.

Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke

dunia bisnis. Kita tertinggal jauh dari Negara tetangga, yang seakan–akan memiliki spesialisasi

dalam profesi bisnis. Mereka dapat mengembangkan bisnis besar–besaran mulai dari industri

hulu sampai ke industry hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir),

perdagangan eceran besar (department store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importer,

dan bentuk usaha lainnya dalam berbagai jenis komoditi.

Menurut Kasali, dkk. (2010:18) Ahirnya setiap orang yang mengambil peran atau karir

sebagai seorang wirausaha perlu mengetahui pilihan – pilihan apa saja yang tersedia dengan

menjadi karyawan, intraprenuer, entrepreneur, atau social entrepreneur. Penjelasannya sebagai

berikut :
1. Karyawan : anda bekerja pada orang lain dan bila berhasil, anda dapat mencapai

karier sebagai profesional dengan peran sebagai pengambil keputusan.

2. Intrapreur : status anda adalah karyawan, bekerja pada orang lain, memiliki atasan,

namun yang anda cari adalah kemerdekaan dan akses terhadap resources dan anda

memiliki jiwa kewirausahaan.

3. Entrepreneur : anda tidak bekerja pada orang lain, melainkan pada usaha yang anda

dirikan atau kembangkan sendiri. Anda adalah pemilik usaha yang memiliki

kemerdekaan mengatur hidup, arah usaha dan mengambil keputusan – keputusan

strategis. Anda menanggung resiko, namun juga menikmati keuntungan usaha

setelah membayar gaJi karyawan dan kewajiban – kewajiban lainnya.

4. Social Entreprenuer : adalah pelaku kegiatan sosial yang berwatak entrepreneur.

Sebagian dari anda barangkali berpikir lebih menyukai pekerjaan pada area social

atau mendirikan LSM. Apakah dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan

hidup, pemberdayaan masyarakat, demokrasi, hokum dan hak asasi manusia,

kesenian atau bidang – bidang lainnya.

Dengan memiliki watak entrepreneur anda dapat memajukan kegiatan social hingga

kegiatan social anda dapat menjadi lebih mandiri dan berkelanjutan, dan bukan semata – mata

hidup dari sumbangan saja. Pilihan – pilihan yang tersedia, tinggal anda menentukan dimana

medan karir yang anda tempuh dan selalu buatlah yang terbaik.

Center for Entrepreneurial Leadership dari State University of New York di Buffalo

menggolongkan pengusaha ke dalam tiga kategori berikut :


1. Pengusaha Klasik (classic entrepreneur) mengidentifikasi berbagai peluang bisnis

dan mengalokasikan berbagai sumber daya untuk memasuki pasar tersebut. Kisah

David Marecheschi merupakan contoh pengusaha klasik sejak masih kuliah

Marcheschi telah bergabung dengan perusahaan yang memasarkan minuman

berkafein dalam botol. Setelah lulus, dia mencari seorang ahli kimia untuk meracik

formula produknya, Water Joe. Marcheschi membentuk persekutuan dengan sebuah

perusahaan botol yang setuju untuk mendistribusikan minuman tersebut. Setelah

setahun beroperasi . omzet penjualan telah mencapai $ 12 juta. Produk inovatif

tersebut diminati oleh para mahasiswa, supir truk, atlet, dan anggota band.

2. Intrapreneurs adalah orang yang berjiwa pengusaha yang mencoba

mengembangkan produk baru, ide, dan usaha komersial dalam perusahaan besar.

Misalnya 3 M Company terus mengembangkan berbagai produk inovatif dengan

mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan di antara para karyawannya.

Beberapa dari produk 3M yang paling sukses diawali dari inspirasi para

karyawannya. Art Frey menemukan Post-It Note sedangkan Connie Hubbard dan

Raymond Heyer menemukan tatakan sabun Scotch-Brite Never Rust.

3. Agen perubahan (change agent) yang disebut juga pengusaha yang membalikkan

keadaan (turnaround entrepreneur) adalah para manajer yang berusaha

merevitalisasi perusahaan yang sudah berjalan agar tetap kompetitif di pasar modern.

Joanna Lau adalah agen perubahan yang mengubah Bowmar/ALI. Sebuah pabrik

system elektronik untuk industri pertahanan dan sedang berada pada kondisi kritis.

Kita sekarang sedang mati perlahan – lahan, kata seorang karyawannya. Ketika

hamper kehilangan tiga konsumen yang terakhir karena buruknya kualitas produk
dan pengiriman barang serta mengalami kerugian sebesar $ 1,5 juta. Bownar

berusaha mencari cara lain. Pada saat itu, Lau dan beberapa kelompok karyawan

membeli perusahaan dan menamai perusahaan baru itu Lau Technologies. Sebagai

bos perusahaan baru, Lau mengunjungi para pelanggan dan menjanjikan perbaikan

kualitas produk serta pengiriman barang tepat waktu, dia memenuhi janjinya dengan

membuat program mana mutu total (Total Quality Management-TQM) dan

pengendalian keuangan untuk meningkatkan arus kas dan mengurangi utang

perusahaan. Lalu memperluas produk serta basis konsumen dengan memasuki citra

digital (digital imaging) bidang nonpertahanan. Dalam 5 tahun, dia berhasil

menjadikannya perusahaan yang menguntungkan dengan omzet penjualan sebesar $

60 juta.

AlasanMemilih Bidang Kewirausahaan Sebagai Jalur Karir

Jika anda harus memilih antara bekerja di perusahaan atau berusaha sendiri, mana yang

menurut anda lebih menarik?.

Menurut Small Business Administration (SBA), sekitar 30 persen dari penduduk Amerika

Serikat selalu “berpikir untuk memiliki bisnis sendiri” dan 4 persen dari seluruh penduduk usia

kerja – sekitar 7 juta orang secara aktif terlibat dalam pendirian usaha baru pada saat-saat

tertentu. Sejak awal tahun 1980-an, telah terlihat peningkatan minat untuk menjadikan

kewirausahaan sebagai jalur karir. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kesuksesan pengusaha seperti

Sam Walton, Martha Stewart, Bill Gates, dan Steve Jobs.

Popularitas kewirausahaan terus meningkat di mana saat ini kalangan generasi muda lebih

tertarik untuk berusaha sendiri daripada bekerja untuk orang lain. Para penyuluh bisnis

menyebutnya sebagai kelompok Generasi E, yang menekankan prospek mereka sebagai


pengusaha masa depan. Suatu dengar pendapat yang dilakukan pada tahun 1996 atas Center for

Entrepreneurial Leadership mencatat bahwa 7 dari 10 siswa sekolah menengah ingin memiliki

dan mengelola bisnis sendiri. “anak – anak percaya bahwa satu–satunya kesempatan dalam hidup

ini adalah membuat pekerjaan, dan bukan menerima pekerjaan”. kata Dr. Marily Korilsky, Wakil

Presiden Direktur organisasi tersebut. “Mereka melihat rasa aman dalam bekerja adalah suatu

masalah yang harus dipertimbangkan, dan mereka ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri. Orang

memilih untuk meninggalkan atasan yang tidak rasional atau pengakuan dan penghargaan yang

tidak memadai. Orang lain seperti David Marcheschi memulai bisnis kebutuhan konsumen.

Ada beberapa motif yang sering dijadikan sebagai alasan utama untuk menjadi seorang

pengusaha :

1. Keinginan untuk menjadi Bos bagi diri sendiri

Motivasi yang mendorong banyak pengusaha adalah manajemen diri sendiri (self

management). Dalam suatu survey tahunan yang dilakukan oleh majalah Inc., di

Amerika terhadap 500 perusahaan yang paling cepat pertumbuhannya, 41 persen dari

CEO menyebutkan alasan utama serupa yang menyebabkan mereka ingin berusaha

sendiri, yaitu : “Menjadi bos bagi diri sendiri atau mengendalikan hidup sendiri.

2. Kesuksesan keuangan

Ada ungkapan bahwa para pengusaha adalah pencipta kekayaan. Banyak dari mereka

memulai usahanya dengan sasaran khusus, yaitu membuat bisnis yang

menguntungkan, dan mereka berhasil mendapatkan penghargaan keuangan yang

memadai. Mereka percaya bahwa dia tidak akan menjadi kaya jika bekerja dengan

orang lain. “kita dididik untuk percaya bahwa lebih baik memperoleh 50 sen untuk

diri sendiri daripada memperoleh jumlah yang jauh lebih besar untuk orang lain, kata
Staci Munic Mintz. Mintz dan kakaknya memulai Little Miss Muffin, yaitu

perusahaan yang menjual muffin rendah lemak, rendah kolestrol dan kue – kue

lainnya pada saat umur mereka sekitar 25 tahun. Kue – kue tersebut dijualnya ke

coffe house dan espresso bar. Setelah setahun menekuni bisnis ini, Little Miss

Muffin telah memiliki 400 pelanggan dan berhasil memperoleh pendapatn sebesar $

1,5 juta. Meskipun para pengusaha sering menyebutkan bahwa imbalan keuangan

merupakan motif untuk bisnis sendiri, namun para ahli menyarankan agar hasrat

untuk menimbun kekayaan bukan merupakan motivasi utama berbisnis. Seperti yang

dikatakan oleh kapitalis bisnis Barry Weinman, “kita tidak akan bekerja dengan

orang yang hanya berpikir untuk menjadi kaya. Jika anda hanya mencari kekayaan

secepatnya, sebaiknya anda bermain judi. Professor Jon Goodman yang mengajar

program kewirausahaan di University of California setuju dan katanya, “saya telah

bekerja dengan ratusan pengusaha dan saya belum pernah dengan seseorang yang

mengatakan, “saya ingin mencari jalan agar mendapatkan kepuasan.

3. Rasa Aman Dalam Bekerja

Jutaan orang yang kehilangan pekerjaan karena perampingan organisasi

memberikan alasan lain bahwa para pekerja, khususnya generasi muda, tertarik

akan dunia kewirausahaan. Sebagai contoh, dari tahun 1990 hingga tahun 1995

banyak perusahaan melakukan pengurangan sekitar 1,7 juta tenaga kerja, dan

kecenderungan perampingan ini masih akan berlangsung. Untuk menyiasati

kecenderungan tesebut, orang memilih menciptakan sendiri rasa aman dalam

bekerja.
4. Kualitas Hidup

Kewirausahaan merupakan opsi karier yang menarik orang yang ingin

meningkatkan kualitas hidupnya. Susan Lammers, Ibu dari 2 anak, telah

meninggalkan pekerjaannya di Microsoft untuk merintis bisnis pembuatan software

pendidikan. Headbone Interactive. “saya merasa terhambat oleh system” kata

Lammers. “Mereka ingin agar pekerjaan dan keluarga dipisahkan, tetapi saya ingin

agar keduanya diintegrasikan. “Lammers memilih lokasi kantor Headbone berjarak

5 menit perjalanan dari sekolah anak – anaknya agar dia dapat berpartisipasi di

berbagai aktivitas dan pesta – pesta kelas anaknya, dia telah membuat Headbone

sebagai tempat kerja benuansa kekeluargaan, dengan mengizinkan para

karyawannya untuk bekerja secara fleksibel dan membawa anak – anaknya ke

kantor.

Kelebihan dan Kelemahan Kewirausahaan (Entrepreneurship)

a. Kelebihan Kewirausahaan (Entrepreneurship)

Ada beberapa kelebihan kewirausahaan (entrepreneurship) menurut Winardi (2008)

adalah sebagai berikut:

1. Peluang mengendalikan nasib Anda sendiri.

Memiliki suatu bisnis memberikan kebebasan dan peluang pada entrepreneur

untuk mencapai sasaran yang penting baginya. Para entrepreneur ingin menjadi

“pemberi aba-aba” dalam hidup mereka, dan menggunakan bisnisnya untuk

mewujudkan keinginannya dalam hidup. Mereka meraih kepuasan pribadi dengan

menyadari bahwa mereka sendirilah daya dorong di balik bisnis mereka.

2. Kesempatan melakukan perubahan


Semakin banyak entrepreneur yang memulai bisnis karena mereka melihat

kesempatan untuk membuat perubahan yang menurut mereka penting, misalnya

mengatasi pengangguran di Indonesia. Para entrepreneur kini menemukan cara untuk

mengkombinasikan keprihatinan mereka terhadap masalah-masalah sosial dengan

keinginan untuk menjalani kehidupannya yang lebih baik.

3. Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya

Terlalu banyak orang yang merasakan bahwa pekerjaan mereka membosankan,

tidak menantang, dan tidak menarik. Kebanyakan entrepreneur tidak banyak

perbedaan antara kerja dan bermain game; keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang

dimiliki para entrepreneur merupakan alat untuk aktualisasi diri. Tim McDonald,

yang pada usia 31 telah mendirikan beberapa perusahaan, menjelaskan, “Saya ingin

berada dalam situasi dimana pertumbuhan Anda hanya dibatasi oleh bakat dan

kekuatan Anda sendiri dan itu berarti situasi kewirausahaan.

4. Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas.

Meskipun uang bukan daya dorong utama bagi entrepreneur, keuntungan dari

bisnis mereka penting sebagai faktor motivasi dalam memutuskan pendirian bisnis.

5. Peluang melakukan sesuatu yang Anda sukai.

Yang umum dirasakan para pemilik bisnis kecil adalah bahwa kegiatan kerja

mereka sesungguhnya bukanlah kerja. Kebanyakan entrepreneur yang berhasil

memilih masuk dalam bisnis tertentu, sebab mereka tertarik dan menyukai pekerjaan

tersebut. Mereka membuat kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka

senang bahwa mereka melakukannnya.


b. Kelemahan Kewirausahaan (Entrepreneurship)

Meskipun pemilik bisnis mendapatkan banyak keuntungan dan memperoleh banyak

peluang, siapapun yang berencana memasuki dunia kewirausahaan (entrepreneurship)

harus menyadari adanya potensi kelemahan. Adapun kelemahan kewirausahaan

(entrepreneurship) menurut Zimmerer (dalam kutipan Suryana, 2008), antara lain:

1. Pendapatan yang tidak pasti

Membuka dan menjalani sebuah bisnis baru tidak langsung memberi jaminan

bahwa entrepreneur dapat menghasilkan cukup uang untuk hidup. Beberapa

perusahaan kecil sangat sulit memperoleh cukup pendapatan agar dapat membayar

pemilik-manajernya secara layak. Dalam awal usaha, pemilik sering menghadapi

masalah kewajiban keuangan dan hidup dari tabungan. Belum lagi, pemiliik usaha

adalah orang terakhir yang menerima gaji. Jadi, jangan menjadi entrepreneurship

semata-mata karena uang, dijamin Anda akan gagal.

2. Resiko kehilangan seluruh investasi.

Tingkat kegagalan bisnis kecil relatif tinggi. Menurut penelitian, 24% bisnis

baru gagal dalam waktu 2 tahun, dan 51 persen tutup dalam waktu 4 tahun. Setelah 6

tahun, 63 persen bisnis baru akan gulung tikar. Penelitian juga menunjukan bila

sebuah perusahaan menciptakan paling tidak satu pekerjaan di awal tahun, mungkin

kegagalan setelah 6 tahun merosot menjadi 35 persen.

3. Kerja lama dan kerja keras

Memulai bisnis sering menjadi suatu jadwal mimpi buruk. Enam atau tujuh jam

kerja tanpa uang lembur di hari libur merupakan hal yang biasa. Sering terjadi bila

bisnis tutup, maka pelanggan akan pergi ke tempat lain. “Meskipun bisnis itu milik
Anda sendiri, Anda tetap bekerja untuk orang lain yaitu pelanggan dan klien Anda,”

kata Jill Stenn, mitra pendiri bisnis perencanaan tata ruang.

4. Mutu hidup yang lebih rendah sampai bisnis mapan

Kerja panjang dan kerja keras yang diperlukan untuk mendirikan bisnis akan

menyita waktu istirahat dan seringkali waktu bersama keluarga dari si entrepreneur.

Karena itu sangat bagus untuk memulai bisnis sedari muda selagi belum berkeluarga.

5. Ketegangan mental yang tinggi

Memulai dan mengelola suatu bisnis merupakan pengalaman yang luar biasa,

tetapi juga dapat merupakan suatu ketegangan mental yang tinggi. Entrepreneur

sering menanamkan modal yang besar dalam perusahaan di luar keamanan dan

kemampuan keuangannnya serta menggadaikan segala sesuatu yang dimiliki untuk

usahanya. Kegagalan berarti kehancuran keuangan, dan itu menciptakan tingkat

ketegangan dan kekhawatiran yang tinggi.

6. Tanggung jawab penuh

Memang hebat menjadi bos sendiri, tetapi banyak entrepreneur harus membuat

keputusan untuk hal-hal yang tidak benar-benar dikuasainya. Bila tidak ada seorang

pun tempat bertanya, ketegangan dapat terbentuk dengan cepat. Menyadari bahwa

keputusan yang diambil adalah penyebab keberhasilan atau kegagalan akan

mengakibatkan dampak yang merusak pada beberapa orang. Pemilik bisnis kecil

dengan cepat menyadari bahwa mereka sendirilah bisnisnya.

IV. PERKEMBANGAN USAHAWAN DI INDONESIA

Di Indonesia banyak usaha telah dilakukan pemerintah untuk melahirkan bibit-bibit

wirausahawan yang sesuai dengan yang diharapan, dan kebanyakan dari wirausahawan yang
telah ada memiliki kemampuan teknis yang cukup baik dan memiliki semangat sebagai

seorang entrepreneur atau seorang wirausahawan. Banyak wirausahawan yang mengawali

usaha dengan baik, tetapi tidak sedikit yang gagal dalam menjalankan bisnisnya, justru

ketika negara ini membutuhkan banyak wirausahawan sukses yang mampu menopang

perkonomian negara. Wirausahawan memiliki kedudukan amat penting dalam kehidupan suatu

negara. Mengingat, bahwa wirausahawan tidak saja memberikan kemanfaatan bagi dirinya

sendiri-pekerjaan dan pendapatan secara mandiri, tetapi juga bagi negara dan warga masyarakat

dengan penciptaan lapangan kerja. Berbagai teori pembangunan menyatakan, bahwa

keberhasilan suatu negara dalam proses percepatan pembangunan ekonomi sangat bergantung

pada kuantitas dan kualitas kewirausahaan yang dimiliki suatu negara.

PBB menyatakan, bahwa suatu negara akan mampu membangun, apabila memiliki

wirausahawan sekitar 2% dari jumlah penduduknya. Menurut data Badan Pusat Statistik ( BPS )

terbaru, jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih kurang 278.000.000 jiwa, sehingga paling

tidak kita harus memiliki wirausahawan sebanyak 5.560.000 orang. Namun pada kenyataannya

saat ini Indonesia baru memiliki 0,18 persen saja atau sekitar 500.400 dan jumlah itu lebih

rendah dibandingkan dengan jumlah wirausahawan di beberapa negara yang tingkat

perekonimiannya tinggi. Maka wajar jika perekonomian di Indonesia masih lambat. Selain

masalah jumlah, masalah kualitas wirausahawan juga tak kalah penting. Karena kekurangan

pengetahuan dan keterampilan, banyak wirausahawan kita yang terpaksa gulung tikar

sebelum usahanya sempat berkembang. Tantangan yang mereka hadapi juga semakin berat

karena terjadinya krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini. Maka dari itu perlu adanya

kepemimpinan dalam mendukung semangat kewirausahaan agar dapat merintis bisnis

sekaligus mempertahankan dan membesarkannya.


Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mencermati perkembangan situasi

perekonomian Indonesia, dan memandang perlu menyikapi serta mengambil langkah-langkah

strategis, tidak hanya untuk kepentingan organisasi, tetapi terlebih untuk perekonomian bangsa

dan negara Indonesia. Untuk itu, Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI bersama-sama membahas,

merumuskan, dan menghasilkan keputusan untuk mendukung pemerintah dalam rangka

menumbuhkembangkan dunia usaha dan peningkatan perekonomian Indonesia melalui Sidang

Dewan Pleno (SDP) yang digelar pada 17-18 Maret 2022, bertempat di The Trans Resort Hotel

Bali.

Mengambil tema 'Konsolidasi HIPMI untuk Pemulihan Ekonomi Indonesia', Ketua Umum

BPP HIPMI Mardani H. Maming mengatakan bahwa SDP membahas agenda-agenda dan

konsolidasi internal organisasi, serta perkembangan dan isu-isu strategis perekonomian nasional

terkini. Dengan diselenggarakan sidang pleno, lanjut Maming, nanti akan banyak para calon

ketua umum (caketum) yang hadir atau yang akan menyalonkan. Tiga tahun masa jabatannya, ia

yakin setelah SDP ini akan muncul para caketum yang akan lebih hebat karena HIPMI sudah

berusia 50 tahun. Dimana 50 tahun banyak melahirkan bukan saja entrepreneur-entrepreneur

muda tapi juga melahirkan pemimpin-pemimpin muda, maka kita buktikan bahwa HIPMI adalah

organisasi yang hebat dan siap menjadi pemimpin-pemimpin muda dan juga menjadi

entrepreneur muda. Kenapa saya menyampaikan HIPMI adalah organisasi yang hebat karena

sudah terbukti di umur 50 tahunnya, HIPMI banyak melahirkan pemimpin muda seperti Bang

Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bang Bahlil Lahadalia menjadi

Menteri Investasi, Bang Muhammad Lutfi menjadi Menteri Perdagangan, serta Bang Erick

Thohir menjadi Menteri BUMN," ucapnya.

Menurut Mantan Bupati Tanah Bumbu Kalimantan Selatan itu, HIPMI dilahirkan sebagai
entrepreneur muda dan dipersiapkan menjadi pemimpin muda oleh pendiri-pendirinya. Para

anggota HIPMI di 34 provinsi merupakan pemimpin-pemimpin masa depan di tingkat

provinsinya masing-masing dari tingkat kabupaten. Kita (HIPMI) harus mempersiapkan bukan

saja menjadi pengusaha, tapi juga mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda," ungkapnya.

Melalui HIPMI, kata Maming, tugasnya adalah bagaimana mempersiapkan entrepreneur di

Indonesia. Ia mengaku, jumlah pengusaha di Indonesia sekarang baru 3,4 persen masih kurang

untuk menjadi suatu negara maju yang butuh 12 hingga 14 persen.

"Saya yakin, ini PR kita yang paling besar dimana pada 10 Juni mendatang menjadi hari lahirnya

HIPMI kita buat menjadi hari lahirnya entrepreneur bukan hanya untuk HIPMI, tapi bagi seluruh

masyarakat Indonesia. Mudah-mudahan perjuangan itu bisa kita laksanakan dari tahun ke tahun,

sehingga entrepreneur Indonesia bisa terus bertambah dan pada masanya Indonesia akan menjadi

negara yang maju karena entrepreneur mudanya semakin banyak mencapai 10 hingga 14

persen," katanya.

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan rendahnya angka wirausaha. Yakni, pola

pikir masyarakat untuk lebih mencari pekerjaan, rendahnya kapasitas sumber daya manusia

(SDM) pelaku wirausaha, dan kendala mengakses modal. Ditambah, regulasi yang belum

mampu mengatasi persoalan yang menghambat perkembangan dunia wirausaha.

Merujuk data International Labour Organization 2020, Indonesia masuk dalam 20 dari 58 negara

dengan jumlah wirausaha perempuan terbanyak. Bahkan, survei Bank Indonesia (BI) 2022

menunjukkan partisipasi perempuan mencapai 60 persen dari 65 juta usaha mikro, kecil,

menengah (UMKM) di Indonesia. Hanya saja, mereka lebih memilih usahanya tetap berskala

kecil dan informal.

Alasannya, perempuan ragu mempekerjakan pegawai selain anggota keluarga dan


memperluas usaha ke pasar baru. Wirausaha perempuan juga memilih menolak pesanan dalam

jumlah besar. Daripada mempekerjakan pegawai tambahan untuk membantu pemenuhan

pesanan. Selain itu, ada juga hambatan karena tidak mengetahui proses melegalkan bisnis

mereka. “Keterbatasan informasi dan tidak memenuhi syarat menjadi faktor utama. Padahal,

mengembangkan bisnis dan mendaftarkan usaha menjadi formal akan membuka akses ke

pinjaman modal maupun insentif pemerintah,” terang Anis. Meski demikian, laporan United

Nations Development Programme (UNDP) menemukan bahwa usaha yang dikelola perempuan

lebih mampu bertahan saat pandemi Covid-19 ketimbang laki-laki. Sebanyak 47 persen

dilakukan secara online. Bahkan, meski omzet menurun, wirausaha perempuan tidak sampai

harus menutup bisnisnya. Beberapa bahkan memulai usaha sampingan untuk menutupi

kekurangan dari usaha utama. Makanya, dia memandang perlu adanya dukungan kebijakan dari

pemerintah maupun stakeholder terkait. Antara lain, perlu adanya basis tunggal UMKM dan data

berbasis jenis kelamin. Untuk memudahkan pemerintah maupun swasta dalam menargetkan

bantuan kepada wirausaha perempuan. Menurut Anis, peran aktif pemerintah pusat dan daerah

dalam mengidentifikasi dan memetakan potensi UMKM perempuan sangat perlu. Seperti

bantuan teknis pendaftaran nomor induk usaha, mendapatkan sertifikat standar/izin produk,

pelatihan dan penyediaan infrastruktur pendukung. Dari lembaga keuangan, perlu adanya produk

dengan syarat yang fleksibel dan pencairan yang cepat. Juga, penting memasifkan pelatihan

literasi digital dan keuangan. “Sehingga dapat membuka akses pasar yang lebih luas, kemudahan

bertransaksi, dan memperoleh bahan baku,” ujar Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan

Negara (BAKN) DPR RI itu. Dalam kesempatan itu, Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta

Arlyana Abubakar mengatakan, saat ini terdapat 64,2 juta UMKM berkontribusi terhadap PDB

mencapai 61,07 persen. Dia melihat 77,7 persen masalah UMKM adalah memiliki kendala
dalam pemasaran. Terutama yang bersifat pemasaran online. “Kami ingin supaya digitalisasi

lebih optimal. Tak hanya sekadar alat komunikasi, tapi juga untuk melakukan bisnis. Juga kita

dorong kemudian menggunakan digitalisasi pembayaran,” katanya. Salah satu dengan

penggunaan quick respon code Indonesian standard (QRIS). Tak perlu repot memikirkan

kembalian, uang langsung masuk ke rekening. Sehingga selain untuk transaksi, QRIS juga bisa

membangun profil kredit. Per 17 Februari tercatat 4,5 juta merchant di Jakarta sudah

menggunakan QRIS.

Selanjutnya kepemimpinan juga merupakan faktor yang sangat berperan dalam

menentukan keadaan usaha. Dalam meniti usaha sikap sebagai seorang pemimpin sangatlah

dibutuhkan untuk mengatur, mengkoordinasikan dan mengembangkan usahanya. Seorang

pemimpin harus mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh

pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau

perintah-perintahnya dan menangkap apa yang menjadi tujuan dan visi-misi pemimpinnya.

Menurut Young, yang diterjemahan oleh Kartono (2003), kepemimpinan adalah bentuk

dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak

orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan

memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus Kepemimpinan menjadi

faktor yang sangat penting bagi seorang wirausaha, karena tanpa kepemimpinan sebuah

usaha tidak akan dapat berjalan dengan baik dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Oleh karena itulah dibutuhkan perpaduan antara wirausaha dengan kepemimpinan,

dimana seorang wirausaha harus memiliki kepemimpinan yang kuat dalam menjalankan

usahanya.

Menurut Susanto (2009), perpaduan antara keterampilan kewirausahaan


(entreneurship) dan kualitas kepemimpinan (leadership) disebut dengan Leadpreneurship.

Orang-orang yang memiliki kualitas Leadpreneurship yang tinggi adalah mereka yang

mampu untuk mengubah sumber daya yang tadinya bernilai rendah menjadi sumber daya

yang bernilai tinggi melalui pengambilan resiko-resiko yang terukur serta kepemimpinan

yang efektif.

Ada 4 kualitas yang harus dimiliki oleh seorang Leadpreneur antara lain kualitas

kepribadian, karakteristik kepemimpinan, keterampilan, dan budaya Leadpreneurship.

Perpaduan keempat kualitas inilah yang jarang dimiliki oleh seorang wirausahawan.

Kebanyakan dari wirausahawan-wirausahawan tidak menyadari pentingnya kepemimpinan

dipadukan dengan jiwa wirausaha.

Seorang pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) sebaiknya memiliki sifat-sifat

berikut ini dalam mendukung usahanya, antara lain:

1. Dream, yang berarti mempunyai mimpi dan mempunyai kemampuan untuk


mewujudkan impiannya tersebut.
2. Decisiveness, yang berarti memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan
cepat dan tepat.
3. Doers, yang berarti tidak mau menunda-nunda kesempatan.
4. Determination, yang berarti memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dan tidak mau
menyerah.
5. Dedication, yang berarti memiliki dedikasi.
6. Devotion, yang berarti mencintai pekerjaannya.
7. Details, yang berarti memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci.
8. Destiny, yang berarti bertanggungjawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapainya.
9. Dollars, yang berarti merasa sukses berbisnis jika telah mendapat laba atau bonus atau
hadiah.
10. Distribute, yang berarti mau mendistribusikan kepemilikannya atau memiliki orang
kepercayaan (Bygrave dalam Alma, 2005, p. 24).
Wirausahawan Digital

Populasi wirausaha penting, karena merekalah yang mampu melihat peluang,

mengembangkan, dan menciptakan bisnis baru. Alhasil tercipta lapangan kerja dan tumbuhnya

perekonomian negara. Terlebih di zaman digital, nyaris tak ada kendala untuk memulai bisnis.

Modalnya hanya kreatifitas dan keberanian. Siapapun bisa membuka gerai online, tanpa harus

membuka toko fisik terlebih dulu. Makanan, minuman, aplikasi, jasa, apa saja,dsb. Demikian

juga promosi dan pemasaran lebih mudah dan cepat dilakukan lewat media sosial.

Di lain sisi, kalangan muda yang melek internet tidak ragu untuk belanja lewat internet.

Konsumen pun bisa membandingkan harga barang yang hendak dibeli dan menilai dari

pelanggan yang telah bertransaksi sebelumnya. Akibatnya, belanja online makin meningkat

setiap tahun. Persaingan juga menjadi lebih terbuka dan adil. Bahkan gerai tradisional tak mau

ketinggalan. Mereka melangkah dengan membuka toko online. Fenomena di atas mendorong

pesatnya pertumbuhan wirausaha di tanah air. Kementerian Koperasi dan UKM telah merilis

rasio wirausaha tahun 2016 di tanah air mencapai 3,1% meningkat dari rasio sebelumnya 1,67%.

Artinya, rasio kewirausahaan Indonesia sudah melampui batas minimal rasio kewirausahaan

sebuah negara, yakni 2%. Dalam kurun waktu dua tahun dapat dicapai rasio kewirausahaan 3,1%

mudah-mudahan tahun depan naik menjadi 4%. Kita malu dengan penduduk Indonesia 250 juta

orang, tapi jumlah kewirausahaan masih kecil. Kita ingin rasionya paling tidak sama dengan

Malaysia yang mencapai 5%, tidak perlu seperti Jepang dan Amerika Serikat yang sudah

mencapai lebih dari 10%,” kata Menteri Puspayoga saat membuka Pelatihan Peningkatan

Kapasitas SDM KUKM, di Denpasar, Bali, Selasa (21/3/2017). Menteri Koperasi dan UKM

Puspayoga menargetkan rasio wirausaha di Indonesia mencapai 4% pada awal 2017. Target itu

diharapkan akan tercapai dengan kerjasama semua pihak, pemerintah pusat, pemda, kampus dan
mahasiswa, BUMN dan pihak lainnya. Target 4% tersebut sangat mungkin dicapai jika ada

kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan kampus, serta pihak lain. Mahasiswa

dan kampus merupakan sasaran yang paling potensial untuk menumbuhkan kewirausahaan.

Rasio wirausaha yang baru dilansir dihitung berdasarkan data jumlah pelaku usaha yang

dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Ekonomi Penduduk 2016. Data BPS

menyebutkan jumlah pelaku usaha bidang non pertanian sebanyak 26,7 juta orang, dengan

perincian jumlah penduduk yang usahanya tidak menetap sebanyak 18,9 juta dan yang usahanya

menetap 7,8 juta. Dengan jumlah penduduk Indonesia 252 juta jiwa, dari data BPS tersebut dapat

dihitung rasio wirausaha Indonesia mencapai 3,1%. Data BPS juga menunjukkan terjadi

peningkatan kelas pelaku usaha dari pemula menjadi usaha mikro naik 12%, pelaku mikro ke

usaha kecil naik 9% sedangkan dari pelaku usaha kecil ke menengah sekitar 1%.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2005. Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta

Kasali, Rhenald.,dkk. 2010. Modul Kewirausahaan Untuk Program Strata 1, Bekasi: Yayasan
Rumah Perubahan

Boone, E. Louis., David L. Kurtz. 2002. Pengantar Bisnis Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai