Anda di halaman 1dari 14

PEMBAGIAN FIQIH

Dosen Pembimbing :
Risvan Akhir Roswandi, S.SY,. MH

Disusun oleh :
Kelompok 3
Denisa Puri (11970322915)
Fadilla Imelani (11970324337)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Bissmillahirohmanirohim……..
            Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
Pendekatan Penelitian. Salawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benderang semilir keimanan.
            Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengkaji dan memperdalam
pengetahuan kita tentang Pendekatan Penelitian dan Penyusunan makalah ini digunakan juga
untuk memenuhi tugas mata kuliah FIQIH yang dibimbing oleh Bapak Risvan Akhir Roswandi.
            Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam
makalah ini terdapat kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala
sebaliknya, kalau di dalamnya terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan semuanya itu karena
kekurangan dan keterbatasan kami sendiri.
            Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Risvan Akhir Roswandi yang
telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan tersebut
mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Pekanbaru, 22 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................iii
B. Rumusan masalah ................................................................................iii
C. Tujuan...................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN
1. Pembagian Fiqih.....................................................................................1
2. Mahzab- mahzab pembagian Fiqih........................................................5
3. Ruang Lingkup Pembagian Fiqih...........................................................6
4. Karakteristik Pembagian Fiqih...............................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………..9
B. Saran……………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...............10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,
sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Aspek fikih menekankan pada
kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Pembekalan
materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri,
bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta
didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern
sekarang semakin banyak masalah- masalah muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan
syari‟at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk
menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar.
Tujuan pembelajaran fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui
dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa
dalil naqli dan aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pembagian Fiqih?
2) Apa saja Mahzab-mahzab fiqih?
3) Apa saja ruang lingkup pembagian fiqih ?
4) Bagaimana karakteristik pembagian fiqih ?

C. Tujuan Makalah
1) Mengetahui pembagian fiqih
2) Mengetahui mahzab – mahzab fiqih
3) Mengetahui ruang lingkup pembagian fiqih
4) Mengetahui karakteristik pembagian fiqih
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembagian fiqih
Para ulama sepakat bahwa fiqh itu dibagi menjadi dua gugus bidang utama, yaitu
bidang Ibadah dan bidang muamalah. Mu’amalah sebagaimana di sini adalah
mu’amalah dalam arti luas yang mencakup bidang-bidang lain. Sementara,
mu’amalah dalam arti sempit adalah hukum dagang atau bisnis Islam.
Secara mudah, bidang mu’amalah adalah bidang yang berisi aturan dalam kaitannya
interaksi manusia, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
ataupun kelompok dengan kelompok untuk mencapai tatanan kehidupan yang
maslahah. Tegasnya bidang mu’amalah dalam dimensi keterkaitan hubungan
seorang individu dengan sesama individunya.
Dalam uraian ini penulis membagi pembidangan ilmu Fiqh menjadi dua bagian
yaitu: bidang Fiqh ‘ibadah mahdhah yaitu aturan yang mengatur hubungan muslim
dengan Allah Swt. dan bidang fiqh muamalah dalam arti yang luas. Bidang fiqh
muamalah dalam arti yang luas ini di bagi menjadi18;
1. Bidang al-ahwal al-syaksyiah atau hukum keluarga.
2. Bidang fiqh muamalah (dalam arti sempit) al ahkam al madaniyah.
3. Bidang fiqh jinayah atau al ahkam al jinyah
4. Bidang fiqh qodh’a atau al-ahkam al-mura fa’ah.
5. Bidang fiqh syiyasah,yang meliputi:
6. Siyasah dusturiyah atau hubungan rakyat dan pemerintah
7. Siyasah dawliyah atau hukum internasional.
8. Siyasah Maliyah,yaitu hukum ekonomi atau al ahkam al iqtishadiyah
Ibadah Mahdah

Ahwalus
Syaksiyah

Ibadah
Muamalah
Pembagian Fiqh
Jinayah

Qadla (Hukum)

Mu’amalah
Siyasah
(Luas)

1.1 Mu’amalah
A. Bidang al-a-Ahwal al-Syakhsiyah
Bidang al-Ahwal alSyaksiyah, yaitu hukum keluarga, yang mengatur antara suami istri,
anak, dan keluarga. Pokok kajiannya meliputi fiqh munakahat, fiqh mawaris, wasiyat,
dan wakaf.
Jika Fiqh Munakahat membahas hukum nikah, meminang (khitbah), akad nikah, saksi
nikah, mahar (maskawin), wanita-wanita yang haram dinikahi baik haram karena
nasab, mushararoh (persemandaan), dan radha’ah (persusuan) dan hadanah, soal-soal
yang berkaitan dengan putusnya pernikahan dengan idah, ruju, hakamain, ila’, dzihar,
lian, nafkah dan ihdad yaitu berkabung, maka Fiqh mawaris membahas hak dan
kewajiban ahli waris terhadap harta warisan, menentukan siapa saja yang berhak
terhadap warisan, bagaimana cara pembagiannya masing masing. Selain itu, juga
membahas tazhij mayit, yaitu pengurus mayat, pembayaran utang dan wasiat, serta
pembagian-pembagian harta dan juga halanganhalangan mendapat warisan dan bagian-
bagiannya masing-masing ahli waris.19
Sementara itu, Fiqh Wasiat membahas orang yang diberi wasiat dan syarat-
syaratnya dan bagaimana hukumanya apabila yang diberi wasiat itu membunuh
pemberi wasiat. Demikian juga membahas barang yang di wasiatkan baik itu berupa
manfaat atau bukan, serta hubungan antara wasiat dan harta waris. Tentang lafadl

2
wasiat yang diisyaratkan dengan kalimat yang dapat dipahamkan untuk wasiat. Dan
Fiqh wakaf membahas tentang wakaf dzuri (keluarga) dan wakaf khairi yaitu wakaf
untuk kepentingan umum. Selain itu fiqh wakaf juga membahas tentang orang yang
mewakafkan serta Syarat syaratnya, barang yang diwakafkan dan syarat- syaratnya,
orang yang menerima wakaf dan syarat- syaratnya, shigat atau ucapan yang
mewakafakan dan syarat-syaratnya. Kemudian dibicarakan tentang macam- macam
wakaf dan siapa yang mengatur barang wakaf, serta kewajiban, dan hak-haknya.
B. Bidang fiqh mu’amalah
Bidang ini membahas tentang jual beli (bayi), membeli barang yang belum jadi, dengan
disebutkan sifat-sifatmya dan jenisnya (sallam) gadai (arRahn), kepailitan (taflis),
pengampunan (hajru), perdamaian (al-sulh), pemindahan utang (al-hiwalah), jaminan
hutang,(ad-dhaman al- kafalah), perorangan dagang (syarikah), perwakilan (wikalah),
titipan (al- wadi’ah), pinjaman-meminjam, (ai- ariyah), merampas atau merusak harta
orang lain, (al qhash), hak membeli paksa, (syuf’ah), memberi modal dengan bagi
untung, (qiradh), penggarapan tanah, (almuzaroh’ah musaqoh), sewa-menyewa (al-
ji’alah), membuka tanah baru, (ihya al-mawat) dan barang temuan (luqathah).20
C. Bidang Fiqh Jinayah.
Fiqh Jinayah membahas pengertian tindakan pidana (jarimah), macam jarimah,
unsur-unsur jarimah yang meliputi aturan pidana, perbuatan pidana, dan pelaku
pidana. Kaidah kaidah dalam penafsiran hukum21, asas legalitas, masa berlakunya
aturan pidana dan lingkungan berlakunya aturan pidana. Fiqh jinayah juga
membahas hukuman Qishas untuk pembunuhan sengaja, semi sengaja, dan
kesalahan disertai dengan rukun dan syaratnya.
Fiqh Jinayah juga mengkaji tentang hudud seperti had perzinahan, unsurnya,
sanksinya, pembuktiannya, pelaksanaan hukuman dan hapusnya hukuman zina, juga
tentang had menuduh zina (qadhzaf), unsur-unsurnya, gugatannya, pembuktiannya,
sanksinya, dan hapusannya hukuman qadzaf. Demikian juga tentang had minuman
keras beserta unsur-unsurnya, hukumannya dan cara melaksanakan hukumannya,
bukti-buktinya dan halanganhalangannya pelaksanaan hukuman. Di samping itu,
juga had pencurian, unsur-unsurnya, pembuktiannya, hukumannya, percobaan
pencurian, pelaksanaan hukuman, dan hapusnya hukuman. Demikian juga, Fiqh
Jinayah juga membahas tentang pembegalan (al-hirabah), pengertiannya, bukti-
buktinya, sanksinya, cara pelaksaaan hukuman, hapusnya hukuman, tangung jawab
pidana, dan tanggung jawab perdata di perampok. Pemberontakan (Al- Baghyu),
pengertiannya, unsur-unsurnya, sanksinya, hukuman pokok, pengganti dan
tambahan, kesempatan untuk bertobat.
Selain itu juga, Fiqh Jinayah juga membahas jarimah takzir sebagai sanksi yang dibuat
oleh ulil Amri yang memiliki daya preventif dan represif (al-radd wa al-jazm) yang
diancamkan kepada kejahatan-kejahatan hudud, qishash, dan diyat yang tidak
memenuhi syarat, kejahatan yang ditentukan di dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang di
tentukan di dalam al-Qur’an dan atau al-Hadits yang tidak disebutkan sanksinya.
3
Bidang fiqh Qadha.

Fiqh Qadha ini membahas tentang proses penyelesaian perkara di pengadilan. Fiqh ini
membahas tentang hakim, putusan yang dijatuhkan, hak yan di langgar, penggugat dalam
kasus perdata atau penguasa dalam kasus pidana dan tergugat dalam kasus perdata atau
tersangka dalam kasus pidana dan tergugat dalam kasus perdata atau tersangka dalam kasus
pidana. Fiqh ini juga membincang syarat- syarat seorang hakim, Tentang pembuktian, seperti
pengakuan, keterangan dan saksi, sumpah, qorinah, keputusan hakim dengan mengikuti
mazhab tertentu, gugatan terhadap hak yang dilanggar haruslah jelas. Kedudukan yang sama
antara penggugat dan tergugat, kedua-suanya harus didengar keterangannya.

D. Bidang fiqh siyasah.


Fiqh siyasah membahas tentang hubungan antara seseorang pemimpin dengan yang di
pimpinnya atau antara lembaga-lembaga kekuasaaan di dalam masyarakat dengan
rakyatnya. Pembahsan fiqh siyasah ini luas sekali, yang meliputi antara ahlul halli wal-
aqdi, hak dan kewajiban rakyat, kekuasaaan peradilan, pengaturan orang-orang yang
pergi haji, kekuasaan yang berhubungan dengan peraturan ekonomi, harta fai,
ghanimah, jizyah, kharaj, baitul mal, hubungan muslim dan non muslim dalam akad,
hubungan muslim dan non muslim dalam kasus pidana, hubungan internasional dalm
keadaan perang dan damai, perjanjian internasional, penyerahan penjahat, perwakilan-
perwakilan asing serta tamu-tamu asing.
Secara global,fiqh siyasah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 siyasah dusturiah yang membahas tentang hubungan rakyat dengan
pemerintah,
 Siyasah Maliyah yang membahas tentang perekonomian dalam masyarakat.
 siyasah dauliyah yang membahas tentang hubungan-hubungan Internasional
baik dalam keadaan perang maupun dalam keadaan damai.

1.2 Ibadah mahdlah

A. Bidang ibadah mahdlah adalah keterkaitan hubungan manusia dengan Allah


Swt. Bidang fiqh ibadah ini meliputi;
B. Taharah, baik taharah dari najis maupun taharrah dari hadas, yaitu wudhu,
mandi, dan tayammum.
C. Shalat ; dengan segala macam rukun dan tata cara sholat, termasuk
didalamnya shalat jenazah.
D. Zakat dan ,harta-harta yang wajib di zakati, nisab, haul, dan mustahik zakat
serta zakat fitrah.
E. Puasa wajib dan sunnah, rukunnya dan hal-hal lain shiyam.
F. I’tikaf, cara, dan adab susila ber- I’ktikaf.
G. Ibadah haji, syaratsyarat haji dan yang berkaiatn haji.
H. Jihad, hukumnya, caracaranya, syarat-syaratnya, tentang perdamaian, harta
ghanimah, fay, dan jizyah.
4
I. Sumpah, macam-macam sumpah, kafarah sumpah dan lain lain sekitar
sumpah.
J. Nazar, macammacam nazar, dan akibat hukum nazar.
K. Kurban, hukumnya, macamnya binatang untuk kurban, umur binatang yang
di kurbankan, dan jumlahnya serta hukum tentang daging kurban.
L. Sembelihan, yang meliputi; binatang yang di sembelih, caracara
menyembelih binatang, dan syarat- syaratnya.
M. Berburu; hukum berburu dan hal- hal yang berkenan dengan binatang yang
diburu.
N. Aqiqoh, hukumnya, umur binatangnya, aqiqoh untuk siapa, waktu aqiqoh
dan hukum daginya.
O. Makanan dan minuman, dibicarakan tentang yang halal dimakan dan haram
di makan.

2. Mahzab – mahzab fiqih


A. Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir
pada tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab ini dikenal madzhab Ahli
Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak mempergunakan
Qiyas.
Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca Al-Qur’an.
Beliau ditawari untuk menjadi hakim pada zaman bani Umayyah yang terakhir, tetapi beliau
menolak. Madzhab ini berkembang karena menjadi madzhab pemerintah pada saat Khalifah
Harun Al-Rasyid. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur beliau diminta
kembali untuk menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih hidup berdagang, madzhab ini
lahir di Kufah.
B. Madzhab Maliki
Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun
93 H dan wafat pada tahun 179 H. Beliau sebagai ahli hadits di Madinah dimana Rasulullah
SAW hidup di kota tersebut. Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau
mengutamakan perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan
oleh perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan kepada hadits, karena
menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits mutawatir. Madzhab ini lahir di
Madinah kemudian berkembang ke negara lain khususnya Maroko. Beliau sangat hormat kepada
Rasulullah dan cinta, sehingga beliau tidak pernah naik unta di kota Madinah karena hormat
kepada makam Rasul.
C. Mahzab Imam Syafi’i
Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau
dilahirkan di Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada tahun 204 H. Beliau belajar

5
kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul hadits, kemudian beliau pergi ke Irak dan
belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan
madzhab terpadu yaitu madzhab hadits dan madzhab qiyas. Itulah keistimewaan madzhab
Syafi’i. Di antara kelebihan asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur 7 tahun, pandai
diskusi dan selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir kemudian berkembang ke negeri-negeri
lain.
D. Madzhab Hanbali
Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani, lahir di
Baghdad Th 164 H dan wafat Th 248 H. Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa
dan tidak pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir. Menurut beliau hadits dla’if dapat
dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan
hukum. Beliau tidak mengaku adanya Ijma’ setelah sahabat karena ulama sangat banyak dan
tersebar luas

3. Ruang lingkup pembagian fiqih

A. Hukum yang bertalian dengan hubungan manusia dengan khaliqnya (Allah Swt.).
Hukum-hukum itu bertalian dengan hukum-hukum ibadah.
B. Hukum-hukum yang bertalian dengan muammalat, yaitu hukum hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya baik pribadi maupun kelompok. Kalau dirinci
adalah:

 Hukum-hukum keluarga yang disebut Al-Ahwal Asy-Syakhshiyyah. Hukum ini


mengatur manusia dalam keluarga baik awal pembentukannya sampai pada
akhirnya.

 Hukum-hukum perdata, yaitu hukum yang bertalian manusia dengan hubungan


hak kebendaan yang disebut muamalah maddiyah.
 Hukum-hukum lain termasuk hukum-hukum yang bertalian dengan perekonomian
dan keuangan yang disebut al-ahkam al-iqtisadiyah wal maliyyah. Inilah hukum-
hukum Islam yang dibicarakan dalam kitab-kitab Fikih dan terus berkembang.
Kesimpulannya fikih adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh
mengandung dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang
hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Contoh ibadah adalah
shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalah, yaitu bagian yang menjelaskan
tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya.

6
4. Karakteristik pembagian fiqih

1. Bersumber dari Wahyu Ilahi

Fiqh Islam berbeda dari hukum-hukum positif, karena sumbernya adalah wahyu Allah Swt yang
dituangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, karena itu dalam mengambil kesimpulan
hukumnya, setiap mujtahid terikat secara kuat dengan teks-teks dari kedua rujukan tersebut,
yakni Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dengan demikian fiqh lahir tumbuh dan berkembang dengan
sempurna.Strukturnya kokoh dan pilar-pilarnya tangguh sehingga menyempurnakan dasar-dasar
serta pondasinya yang mampu mengokohkan prinsip-prinsipnya di zaman Rasulullah Saw.Allah
berfirman :

ِ ‫يت لَ ُك ُم‬
]3:‫اإل ْسالَ َم ِدينًا [المائدة‬ ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu “.

Setelah itu tidak ada yang tersisa kecuali menerapkan syari’at sesuai dengan kemaslahatan
manusia yang sejalan dengan tujuan-tujuan utama ditetapkannya syariat Islam.

2. Komprehensif dan Memenuhi Tuntutan Hidup Manusia

Fiqh Islam berbeda jauh dari hukum-hukum dan undang-undang buatan manusia, karena
meliputi tiga dimensi hubungan dalam hidup manusia:


Hubungan manusia dengan Tuhannya
 Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
 Hubungan manusia dengan masyarakat.

Lebih jauh lagi, fiqh Islam diperuntukkan bagi kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat. Dan
cakupan fiqh Islam meliputi wilayah agama dan negara. Fiqh Islam berlaku umum untuk seluruh
umat manusia dan bersifat abadi sampai hari kiamat. Hukum-hukumnya saling menguatkan dan
mengukuhkan satu sama lain, baik dalam bidang akidah, ibadah, etika maupun muamalah, demi
mewujudkan puncak keridlaan dari Allah Swt, ketenangan hidup, keimanan, kebahagian,
kenyamanan dan keteraturan hidup bahkan memberikan kebahagian kepada dunia secara
keseluruhan.

3. Bercorak Religius dan Mengandung Sisi Halal dan Haram

Fiqh Islam berbeda dengan undang-undang dan hukum positif dari aspek pemikiran halal dan
haram, bahwa setiap perbuatan atau perilaku sipil dan yang terjadi dalam muamalah disifati
dengan sisi halal dan haram. Atas dasar itu, hukum muamalah memiliki dua corak. 

7
4. Hubungan Fiqh Islam dan Akhlaq

Fiqh Islam sangat memperhatikan terpeliharanya keutamaan, kemulyaan, dan keluhuran akhlak.
Oleh karena itu, ibadah di syari’atkan untuk mensucikan jiwa, menjernihkan hati dan
menjauhkan dari berbagai kemungkaran. Riba diharamkan untuk memupuk jiwa kerjasama,
saling menolong, dan saling menyanyangi diantara sesama manusia. Diharamkanya riba juga
dimaksudkan untuk melindungi orang-orang yang membutuhkan bantuan dari kekuasaan para
pemilik modal.

5. Balasan Melanggar Syariah Bersifat Duniawi dan Ukhrawi

Fiqih Islam sangat berbeda dengan undang-undang dan hukum positif. Sebab, hukum positif
buatan manusia hanya memberlakukan dua macam hukum atau sanksi atas pelaku pelanggaran di
dunia dan akhirat sekaligus. Di dunia, balasan ini merupakan hukuman tertentu (al-hudud)dan
hukuman tidak tertentu (at-ta’zir) yang diberlakukan atas perbuatan-perbuatan lahiriah yang
tampak oleh mata manusia. Sementara itu, hukum ukrawi diterapkan atas perbuatan-perbuatan
batin atau hati yang tak tampak oleh mata manusia seperti dengki atau iri hati, dendam dan
keinginan membahayakan orang lain.

6. Fiqh Islam Lebih Memihak Kepentingan Kolektif

Fiqh Islam memperhatikan kemaslahatan individual maupun kolektif secara keseluruhan.


Karenanya, tidak ada suatu kemaslahatan individu atau pun kolektif yang melampui
kemaslahatan lainnya. Akan tetapi, jika ada benturan antara dua kemaslahatan itu, maka
kemaslahatan kolektif akan di utamakan ketimbang kepentingan individu.

Demikian pula, jika terjadi benturan antara kemaslahatan dua individu, maka yang didahulukan
adalah kemaslahatan orang yang lebih banyak menderita. Ini sejalan dengan kaidah, “tidak boleh
ada kemadlorotan dan menimbulkan kemadlorotan” (ladhororo wala dhiroro) dan juga
kaidah, “jika ada dua kemadlorotan lebih besar ditolak kemadlorotan yang lebih kecil” (yudfa’
akbar al dhororain bi al akhaffi minhuma).

7.
Fiqh Islam Relevan dan Bisa Diterapkan Sepanjang Zaman

Prinsip-prinsip dasar fiqih tidak pernah berubah-ubah seperti suka sama suka dalam berbagai
transaksi atau jual beli, menolak mudorot, menghindari perbuatan dosa, memelihara hak, dan
juga menerapkan tanggung jawab individual.

Sementara itu, dimensi fiqih yang berpijak pada qiyas atau anologi dan bertujuan memelihara
kemaslahatan dan adat istiadat (yang baik) bisa berubah dengan berkembang sesuai dengan
kebutuhan zaman, kemaslahatan manusiadan ligkungan yang berbeda dalam konteks ruang dan
waktu selama-selama hukum berada dalam wilayah yang sesuai dengan tujuan-tujuan syariat
(maaqashid asy-syari’ah) prinsip-prisipnya yang benar.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para ulama sepakat bahwa fiqh itu dibagi menjadi dua gugus bidang utama, yaitu bidang
Ibadah dan bidang muamalah. Mu’amalah sebagaimana di sini adalah mu’amalah dalam arti
luas yang mencakup bidang-bidang lain. Sementara, mu’amalah dalam arti sempit adalah
hukum dagang atau bisnis Islam.Secara mudah, bidang mu’amalah adalah bidang yang berisi
aturan dalam kaitannya interaksi manusia, baik antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok untuk mencapai tatanan kehidupan
yang maslahah. Tegasnya bidang mu’amalah dalam dimensi keterkaitan hubungan seorang
individu dengan sesama individunya.

Dalam uraian ini penulis membagi pembidangan ilmu Fiqh menjadi dua bagian yaitu: bidang
Fiqh ‘ibadah mahdhah yaitu aturan yang mengatur hubungan muslim dengan Allah Swt. dan
bidang fiqh muamalah dalam arti yang luas

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan dalam penulisan maupun
penyusunan makalah ini mohon dimaklumi, kritik dan saran yang membangun masih kami
harapkan guna penyusunan makalah yang lebih baik untuk selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfa’at bagi yang pambaca dan pembuatnya . Amiin .

9
Daftar Pustaka
Wahbah Az-Zuhaily, Ushul Fiqh al-Islamy, Jilid I, Damaskus: Darul Fikri,
2005.
Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Kuwait, Darul Qalam, 1977.
Manhaj Tarjih dan Pemikiran Pemikiran Islam (Hasil Munas Tarjih Jakarta 5-7 Juli
2000)
Tajudin as-Subki, Jam’u al-Jawami’, Toha Putera, Semarang, tt.
Saifudin Mujtaba, Ilmu Fiqih, Sebuah Pengantar, Jember, STAIN Jember Press, 2010.
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Ibnu Ruslan, Matan Zubad, Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt.
Al-Jurjani, Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu, Beirut: Dar al- Fikr, tt.
 https://www.nu.or.id/post/read/10336/4-madzhab-dalam-ilmu-fiqih

10

Anda mungkin juga menyukai