Disusun oleh :
1. Melisa Dwi Putri.N (2111240001)
2. Irma Yani Agustin (2111240018)
3. Shintiya Dwi Andesa (2111240009)
4. Dea Kartika (2111240026)
5. Dini Azari (2111240013)
Kelompok : 2
Dosen pengampuh: Abdul Aziz Mustakim.M
Bengkulu,
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1.....................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................
1.1 latar belakang................................................................
1.2 rumusan masalah...........................................................
1.3 tujuan............................................................................
BAB 2.....................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................
2.1 memahami dasar syariah.................................................
1.tarif syariah................................................................
2.syariah dan agama......................................................
3. sumber-sumber syariah..............................................
4. sumber-sumber syariah..............................................
2.2 pengertian kalam.............................................................
2.3 esensi ilmu kalam.............................................................
BAB 3.....................................................................................
3.3 PENUTUP.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. Rumusan masalah
1. Apa maksud dari makna dasar syariah
2. Apa saja sumber dasar syariah
3. Apa saja macam macam syariah
4. Apa ilmu kalam itu
5. Bagaimana mengetahui definisi ilmu kalam
6. Ada berapa macam ilmu kalam
C. Tujuan
1. Agar lebih memahami makna dari dasar syariah
2. Agar bisa mengetahui sumber dasar syariah
3. Mengetahui macam macam syariah
4. Agar mengetahui pengertian ilmu kalam
5. Mengetahui definisi ilmu kalam
6. Macam macam ilmu kalam
BAB 2
PEMBAHASAN
A.MEMAHANI DASAR SYARIAH
وعلى آله ومن واله، الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا، بسم هللا الرحمن الرحيم
Mempelajari ilmu syari’ah adalah wajib karena sebagai orang muslim bagaimana kita
mau mengerjakan ibadah bila tidak didasari dengan ilmu syari’ah. Kita sering
mendengar maqolah bahwah “al amalu bila ilmin amaluhu mardudadun la yuqbalu “
amal yang dikerjakan tanpa ilmu maka amalnya akan ditolak dan tidak diterimah.
bersama Dr Yusuf al-Qardhawi yang bertemakan “Syariah: Makna dan Dasarnya,”,
dalam chanel al-Jazeera.
1. Ta’rif syari’ah:
“Segala perkara yang Allah syariatkan kepada hambaNya, daripada hukum hakam.”
Ada di antaranya suruhan dan ada pula larangan. Ada di antaranya yang berkaitan
dengan ( ‘ ) كيفية العملcara beramal’ dan dinamakan sebagai ( ‘ ) فرعية وعمليةcabang dan
amalan.’ Ilmu yang berkaitan dengannya dinamakan sebagai ilmu fiqh, syariah dan
hukum. Dan ada pula yang berkaitan dengan ( ل العملXX‘ ) أصdasar amalan’ dan
dinamakan sebagai ( لية واعتقاديةXX‘ ) أصusul dan pegangan.’ Ilmu yang berkiatan
dengannya dinamakan sebagai ilmu kalam, tauhid atau aqidah
اس بالقسطXXXXXXXXXوم النXXXXXXXXXيزان ليقXXXXXXXXXاب والمXXXXXXXXXا معهم الكتXXXXXXXXXات وأنزلنXXXXXXXXXلنا بالبينXXXXXXXXXا رسXXXXXXXXXد أنزلنXXXXXXXXXلق
كتاب أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلمات إلى النور
Allah taala maha kaya daripada hambaNya, Dia tidak berhajat kepada sesuatu
daripada hambaNya. Di dalam ayat pertama disebut: “Agar manusia menegakkan
keadilan,” ayat kedua “Mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.”
Setiap perkara yang menyusun kehidupan dan memandu kepada jalan yang lurus
dan sistematik, itulah tugasan syariah, agar mereka mendapat kebaikan di dunia,
dan di akhirat.
4. Sumber-sumber syariah:
Syariah diambil daripada dalil-dali syarak. Terdapat dua jenis dalil: pertama dalil
yang disepakati. Iaitulah al-Quran yang merupakan sumber yang paling utama,
kemudian sunnah, ijmak dan qias. Jenis yang kedua pula dalil yang terdapat
perselisihan antara ulama seperti amalan umat terdahulu, masaleh mursalah,
istihsan, uruf, istishab dan sebagainya (rujuk kitab-kitab usul fiqh) Semua sumber-
sumber ini sudah memadai bagi menyelesaikan setiap permasalahan manusia.
Perkara yang ( ‘ ) الثابتtetap’ dan tidak akan berubah adalah yang berkaitan dengan
akidah, ibadah yang asas, akhlak-akhlak yang utama, nilai murni dan perkara (الرذائل
) ‘yang dipandang keji’, halal dan haram, perkara-perkara yang dasar yang berkaitan
dengan individu, mencari pekerjaan halal, berpakaian menutup aurat, makanan
halal, hubungan antara suami isteri, kaum kerabat, hak-hak asas masyarakat,
pemerintah, rakyat dan sebagainya. (Yakni perkara yang sudah diijmak dan bukan
tempat ijtihad)
Perkara mutaghayyir adalah cukup banyak iaitulah segala perkara yang boleh
dimasuki ijtihad.Ia dikaji di dalam ilmu fiqh dengan perbahasan yang cukup meluas.
Daripada sini timbulnya perubahan fatwa. Fatwa boleh berubah mengikut 4 perkara:
masa, tempat, uruf (adat setempat) dan keadaan.
Jadi di sana terdapat perkara yang boleh berubah, dan ada perkara yang tidak
berubah, Iaitulah perkara yang menjadi dasar dan asas agama.
7. Perlaksanaan Syariah
يأيها الذين ءامنوا أطيعوا هللا وأطيعوا الرسول وأولي األمر منكم
Ulil Amri adalah ulama dalam bidang kuasanya, dan pemerintah dalam bidang
kuasanya.Pemerintah perlu ditaati di dalam perkara yang Allah taala perintahkan
kepadanya untuk dilaksanakan.Merekalah yang bertanggungjawab dalam perkara
tersebut.Umat pula perlu membantu mereka. Jika kita menangkap pencuri, kita perlu
mengajarkan dia bahawa perkara ini salah, bagaimana cara mencari rezeki.Kita
tidak boleh terus memotong tangannya sebelum asas-asas ini bertapak kemas.
Ibnu Taimiyah melarang orang menegah tentera Tartar minum arak. Arak
diharamkan kepada kita kerana ia menyibukkan kita daripada mengingati Allah.
Tetapi arak adalah lebih baik buat mereka, kerana arak menyibukkan mereka
daripada membunuh.Ini adalah satu contoh pandangan terhadap maqasid. Seorang
muslim perlu melihat dimanakah tarjih. Banyak pendapat bukan bermakna kita perlu
mengambil semua pendapat.Tidak.Bahkan kita perlu meneliti yang manakah lebih
rajih, dan mempunyai maslahah yang paling besar untuk manusia.
Kisah Ibnu Abbas, datang seorang bertanya kepadanya “Adakah pembunuh diterima
taubatnya?” Ibnu Abbas melihat wajah penanya dan berkata “Pembunuh tidak
diterima taubatnya.”Sahabat-sahabat beliau hairan dan bertanya kepadanya.Beliau
menjawab “Aku melihat mukanya dipenuhi perasaan marah, dan dia ingin
membunuh seorang mukmin.Maka aku ingin halang dia daripada membunuh.”Maka
Ibnu Abbas telah menutup jalan orang tersebut daripada membunuh.Sedangkan
sebelum itu beliau memberi fatwa bahawa taubat seorang pembunuh diterima Allah.
A.Pengertian Kalam
Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam. Istilah ini berasal
dari bahasa Inggris, theology. William L. Reese (1.1921 M) mendefinisikannya
dari dengan discourse or reson concerining God (diskursus atau pemikiran
tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata William Ockham (1287-1347),
Reese lebih jauh mengatakan, Theology to be a discipline resting on revealed
truth and independent of both philosophy and science (Teologi merupakan
disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta indepedensi filsafat
dan ilmu pengetahuan). Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah
penjelasan tentang keimanan, perbutan, dan pengalaman agama secara rasional .
Secara etimologis, kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang
bernalar dengan menggunakan logika. Oleh karena itu, ciri utama dari ilmu
kalam adalah rasionalitas atau logika. Kata kalam sendiri mulanya memang
dimaksudkan sebagai terjemah dari logos yang diadopsi dari bahasa yunani
yang berarti pembicaraan.Dari kata inilah muncul istilah logika dan logis yang
diterjemahkan kedalam bahasa Arab dengan istilah mantiq. Sehingga ilmu
logika, khususnya logika formal (silogisme) dinamakan Mantiq. Karena di
adopsi dari bahasa Yunani, maka kerangka dan isi pemikiran Yunani
memberikan kontribusi yang besar untuk memperkaya ilmu kalam. Kalam
menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/membahas tentang masalah ke-
Tuhanan/ketauhidan (meng-Esakan Tuhan), atau kalam menurut loghatnya ialah
omongan atau perkataan.Sedangkan Ilmu Kalam secara terminologi adalah
suatu ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan
argumentasi logika dan filsafat.
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, Al-Fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu
ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin).
Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT. Di
dalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-
perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, dan ja’iz, juga sifat yang wajib,
mustahil, dan ja’iz bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid sebenarnya ilmu yang
membahas tentang keesaan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan-
Nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi
argumentasinya lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh karena itu,
sebagian teolog menganggap bahwa ilmu kalam berbeda dengan tauhid.
Al-Fiqh Al-Akbar merupakan istilah bagi Abu Hanifah (80-150 H) dalam
memberikan nama ilmu ini. Menurut persepsinya, hukum Islam yang dikenal
dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian. Pertama, Al-Fiqh Al-Akbar, di
dalamnya dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan istilah keyakinan atau
pokok-pokok agama atau ilmu tahid. Kedua, Al-Fiqh Al-Ashghar, di dalamnya
dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah mu’amalah, bukan
pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang.
Memerhatikan definisi ilmu kalam di atas, aitu ilmu yang membahas masalah-
masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat,
secara teoretis aliran Salaf tidak dapat dimasukkan ke dalam aliran ilmu kalam
karena aliran ini -dalam pembahasan masalah-masalah ketuhanan- tidak
menggunakan argumentasi filsafat atau logika. Aliran ini cukup dimasukkan ke
dalam aliran ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin, atau Al-Fiqh Al-Akbar.
2. Al-Farabi :
ِ Yانُون السYYَ على قYت منَ المبْداء واام َعاد
آلمY ِ ل ال ُممكناYِ صفات ِه واحوا
ِ ت هللاِ تَعالى َو ُ الكالَ ُم عل ٌم يُب َح
ِ ث فيه عن ذا
لهي لِلفالسفَ ِة
ِّ راج ال ِع ِلم اِإل ْ االخير
ِ إلخ ِ والقَي ِد
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah beserta
eksistensi semua yang memungkinkan, mulai yang berkenaan dengan masalah
dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandasan doktrin islam. Stressing
akhirnya artinya memproduksi ilmu ketuhanan secara Filosofis…”
3. Ibnu Kaldun :
ض َّمن الحجَّا َج عن ال َعقائد االيما نِيّ ِة باِأل ِدلّ ِة ال َعقليّ ِة
َ َهُ َو ِع ْل ٌم يَت
Artinya:
“Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagaiargumentasi
tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional”.
8. Asy-Syahrastani bahwa :
“Sesudah itu kemudian ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari buku-buku
filsafat pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun, maka mereka
mempertemukan sistem ilmu kalam, dan menjadikannya ilmu yang berdiri
sendiri diantara ilmu-ilmu keislaman yang ada, serta menanamkannya dengan
nama ilmu kalam. Ada kalanya masalah yang paling penting yang mereka
bicarakan dan berperang-perangan (berselisih pendapat) adalah masalah Al-
Kalam (firman Allah). Maka ilmu ini dinamakan dengan namanya. Ada kalanya
karena persesuaian mereka dengan ahli-ahli filsafat didalam member nama ilmu
mantiq (ilmu logika) diantara ilmu-ilmu mereka. Sedangkan mantiq dan kalam
adalah sinonim.”
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Mempelajari ilmu syari’ah adalah wajib karena sebagai orang muslim
bagaimana kita mau mengerjakan ibadah bila tidak didasari dengan ilmu syari’ah.
Kita sering mendengar maqolah bahwah “al amalu bila ilmin amaluhu mardudadun la
yuqbalu “ amal yang dikerjakan tanpa ilmu maka amalnya akan ditolak dan tidak
diterimah. bersama Dr Yusuf al-Qardhawi yang bertemakan “Syariah: Makna dan
Dasarnya,”, dalam chanel al-Jazeera
Ilmu kalam adalah Ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan serta
berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang
meyakinkan. Ilmu Kalam juga dinamakan ilmu aqaid atau ilmu ushuludin, karena
persoalan kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agama itulah yang menjadi
pokok pembicaraannya.
Pokok permasalahan Ilmu Kalam terletak pada tiga persoalan, yaitu Esensi Tuhan
itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-Nya, Qismul Nububiyah, hubungan yang
memperhatikan antara Kholik dengan makhluk, Persoalan yang berkenaan dengan
kehidupan sesudah mati nantinya yang disebut dengan Qismul Al-Sam’iyat.
Secara garis besar, penelitian ilmu kalam dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama,
penelitian yang bersifat dasar dan pemula, dan kedua, penelitian yang bersifat
lanjutan atau pengembangan dari penelitian model pertama. Penelitian model
pertama ini sifatnya baru pada tahap membangun ilmu kalam menjadi suatu disiplin
ilmu dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadits serta berbagai pendapat tentang
kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran teologi. Sedangkan penelitian model
kedua sifatnya hanya mendeskripsikan tentang adanya kajian ilmu kalam dengan
menggunakan bahan rujukan yang dihasilkan oleh penelitian model pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Bakri Dusar. Tauhid dan ilmu kalam.
Ahmad Hanafi, teologi islam (Ilmu Kalam), Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Syaikh Mohammad Abduh, Risalah Tauhid , Jakarta: Bulan Bintang, 1975
Husain bin Muhammad Al Jassar, Al-Ushbun Al Hamidiyah Li Al-Muhafadzah 'Ala
Al-' Aqo'id Al-Islamiyah (Bandung: Syirkah Al-Ma'arif)
Mustafa Abd. Razak. Tahmid li tarikh al-fasafah al-islamiyah, lajnah wa at-thalif wa-
attarjamah wa nasyir, 1959
Abudin Nata, Dr, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008