Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AKIDAH AHKLAK

KALIMAT TAYYIBAH ( KALIMAT TARJI’) DAN ASMAUL HUSNA

Disusun Oleh Kelompok

1. Puja lestari ( 2111240111)

2. Mutiara aloni ( 2111240128

Dosen Pengampu: Drs. Lukman SS.,M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)

BENGKULU

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberi penulis kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas makalah akidah akhlak. Namun
demikian semoga makalah ini tidak hanya bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua
pihak. Dalam dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan
karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki, namun berkat petunjuk
Allah SWT, motivasi, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung, dengan izin Allah SWT tugas makalah ini dapat diselesaikan,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk
masa yang akan datang, semoga makalah ini ada manfaatnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Lalar Belakang.....................................................................................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................................................................................

C. Tujuan...................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

KALIMAT TOYIBBAH

A. Pengertian kalimat tarji’........................................................................................................................

B. mengucapkan kalimat tarji’...................................................................................................................

C.manfaat membaca kalimat tarji’.............................................................................................................

ASMAUL HUSNA

D. al- muhyi................................................................................................................... 6

E. al-mumit.....................................................................................................................7

F. al -baqi........................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................................................

B. Saran.....................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam pergaulan sehari–hari antara kita sesama manusia, agar hubungan ini berjalan
dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul
tersebut telah diatur dalam al-Quran dan Sunnah Rasulllah SAW. termasuk ketika kita
menghadapi suatu keadaan baik itu suka atau duka, kita harus tetap mengingat Allah SWT.
dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah. Ketika kita merasakan suka kita tidak
dianjurkan untuk terlalu berlebihan dalam mengungkapkan rasa bahagia itu. Begitupun ketika
kita merasakan duka, kita tidak diperbolehkan untuk mengeluh apalagi sampai menghujat
Allah SWT. ketika kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai keinginan dan harapan. Karena
sesungguhnya apapun yang terjadi di muka bumi ini telah menjadi kehendak-Nya, dan
apapun yang terjadi pada makhluk-Nya itu adalah yang terbaik, Allah SWT. selalu memiliki
rencana lain yang mungkin itu merupakan yang terbaik dari semua harapan dan keinginan
makhluk-Nya.
Kalimat-kalimat thayyibah ini bukan tanpa arti, melainkan memiliki arti yang tajam
maknanya. Ini dapat terjadi andai kita tahu kapan kalimat-kalimat ini harus kita ucapkan.
Dengan selalu mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan dapat menempatkannya sesuai
keadaan yang dihadapi maka kita sudah termasuk hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat
apapun yang telah Allah SWT. berikan kepada kita.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Kalimat Tarji’?
2. Apa saja macam-macam Kalimat Tarji’?
3. Bagaimana manfaat dan kegunaan Kalimat Tarji’?
4. pengertian sifat al muhyi
5. pengertian asmaul husna al mumit
6. pengertian asmaul husna al-baqi

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah


a. Untuk mengetahui pengertian Kalimat Tarji’
b. Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan Kalimat Tarji’
c. Untuk mengetahui macam-macam Kalimat Tarji’serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian kalimat istirja atau tarji


Kalimat istirja’ berbunyi “inna lillahi wa inna illahi raji’un”. kalimat tersebut
mempunyai arti “Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali”.
Maksudnya bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah milik dan ciptaan
Allah, maka kelak semuanya akan kembali kepada yang menciptakan dan yang memiliki
yakni Allah swt.
Kalimat istirja bisa di ucapkan pada saat seseorang sedang tertimpah musibah atau cobaan.
misalnya, pada saat salah seorang diantara kita meninggal dunia atau terkena bencana, seperti
tsunami, tanah longsor, banjir, terpeleset, atau hal-hal lainya.
Sesungguhnya setiap musibah yang menimpah manusia disebabkan oleh ulah manusia itu
sendiri. Musibah tersebut ditimpahkan oleh Allah sebagai peringatan agar manusia itu
kembali ke jalan yang benar. Bahkan jika semua kesalahan manusia dibalas langsung oleh
Allah dengan musibah, bisa jadi seumur hidupnya manusia dicerca dengan berbagai musibah.
Hanya saja banyak kesalahan manusia itu yang diampuni oleh Allah swt, sehingga musibah
yang menimpah manusia tidak terlalu banyak.

Sebagaimana dalam Al-qur'an surat Al-Baqarah ayat 156, yang Artinya :


َ‫صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا هَّلِل ِ َوِإنَّا ِإلَ ْي ِه َرا ِجعُون‬ َ ‫الَّ ِذينَ ِإ َذا َأ‬
ِ ‫صابَ ْتهُم ُّم‬
" (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah
kami kembali)." (Al-Baqarah 2:156)

Bacaan tersebut dikenal dengan sebutan bacaan "istirja" atau "tarji". Istirja' merupakan frase
umat Islam apabila seseorang tertimpa musibah dan biasanya diucapkan apabila menerima
kabar duka cita seseorang. Umat Islam meyakini bahwa Allah adalah Esa yang memberikan
dan Dia jugalah yang mengambil, Dia menguji umat manusia. Oleh karenanya, umat Islam
menyerahkan diri kepada Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan atas segala yang mereka
terima. Pada masa yang sama, mereka bersabar dan menyebut ungkapan ini saat menerima
cobaan atau musibah. Kemudian dalam syariat Islam, jika seorang Muslim ditimpa musibah,
kemudia ia bersabar dan mengucapkan kalimat istirja' maka Allah akan memberikan pahala.
B.Waktu yang Tepat Membaca Kalimat “inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”
Allah tidak memerintahkan membaca kalimat thoyibah “inna lillahi wa inna ilaihi
rajiun” ini dalam satu waktu tertentu. Kita dapat mengucapkannya kapanpun kita bisa dan
ingat kepada Allah. Kalimat ini bukan berarti hanya saat ada orang yang meninggal saja,
melainkan saat kita tertimpa musibah, tertimpa ujianyang berat, dan waktu-waktu lainnya
dapat kita lakukan.

Tentu saja dimanapun dan kapanpun tidak akan dilarang oleh Allah. Yang terpenting
adalah manusia bisa memahami dan memaknai kalimat tersebut dengan sebaik-baiknya. Jika
sudah benar-benar meyakini dan memahami pasti kita akan paham bahwa kalimat “inna
lillahi wa inna ilaihi rajiun” ini adalah kalimat yang menjaga diri kita dan membuat kita bisa
ikhlas hanya kepada Allah SWT.

Ujian hidup manusia pastinya akan selalu ada. Untuk itu, yang harus kita persiapkan
adalah kesabaran dan keikhlasan, serta ikhtiar untuk menghadapinya. Tentu islam tidak
mengandalkan sikap pasrah dalam arti yang tidak melakukan apapun untuk merubah
nasibnya.

Sebagaimana disampaikan dalam ayat berikut, 


َ kَ‫لَتُ ْبلَ ُو َّن فِي َأ ْم َوالِ ُك ْم َوَأنفُ ِس ُك ْم َولَتَ ْس َمع َُّن ِمنَ الَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِكت‬
ْ ‫يرًا ۚ َوِإن ت‬kkِ‫ َر ُكوا َأ ًذى َكث‬k‫اب ِمن قَ ْبلِ ُك ْم َو ِمنَ الَّ ِذينَ َأ ْش‬k
‫وا‬kkُ‫بِرُوا َوتَتَّق‬k‫َص‬
‫ُأْل‬ ٰ
ِ ‫ك ِم ْن ع َْز ِم ا ُم‬
‫ور‬ َ ِ‫فَِإ َّن َذل‬
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-
benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang
patut diutamakan” (QS Ali Imran : 186)

Dan Allah menjawab bahwa semua dari ujian kita tidak akan ada yang melebih kesanggupan
kita. 
 ُ‫ۚ َو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَه َُو َح ْسبُه‬ 
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya.” (QS Ath Tholaq: 3)

C. Manfaat membaca kalimat tarji


Mengucapkan kalimah thoyib ini tentunya memiliki keutamaan khususnya dalam
menghadapi musibah. Berikut adalah keutamaan dari membaca kalimat thoyib ini dalam
kehidupan manusia.
1.Kalimat tarji merupakan bentuk kekhlasan dan tawakkal kepada Allah SWT.
2. Bersabar atas ujian hidup. Mendapat keberkahan, serta diberi pahala atas musibah tersebut.
3.Mendapat rahmat [karunia dan nikmat] dari Allah SWT,
4.sebagai ganjaran atas kesabarannya itu.
5.Mendapat petunjuk dari Allah SWT.
6.Dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
7.Terhindar dari sifat sombong dan angkuh.
D. Pengertian asmaul husna ( al- muhyi,al-mu’mit dan al- baqi )
1. Al- muhyi
Al Muhyi ialah Dzat Yang Menciptakan kehidupan pada setiap makhluk. Tidak ada
yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah SWT. Dan tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan kecuali Dia. Kematian dan kehidupan itu terikat dengan
kehendak-Nya. Jadi, kalau Dia menghidupkan atau mematikan, maka itu adalah sesuai
dengan kehendak-Nya dan mengikuti ilmu-Nya yang azali. karena itu tidak perlu diulang lagi
di sini.Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang agar selalu menyerahkan dan
menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali kepada-Nya dengan
menghidupkan segala petunjuk hamba dengan perbuatan taat.
Nama ini berarti Yang Maha Menghidupkan. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan
nama ini dalam surat Fushilat ayat 39.
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering
tandus. Apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.
Sesungguhnya RabbYang Menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati;
sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan


lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (ar-Rum: 54)

Makna Kata
Al-Muhyi adalah salah satu nama Allah subhanahu wa ta’ala. Tentang al-Muhyi (Yang Maha
Menghidupkan) yang menjadi asmaul husna. Hendaknya kita berdoa dan berdzikir
menggunakan Asmaul Husna.
   Al-Baihaqi mengatakan dalam kitab al-I’tiqad bahwa al-Muhyi adalah Yang menghidupkan
mani yang mati lalu menjadikannya makhluk hidup; Yang menghidupkan jasmani yang
sudah hancur dengan mengembalikan ruh padanya saat terjadinya kebangkitan; Yang
menghidupkan kalbu dengan cahaya ilmu; Yang menghidupkan bumi setelah kematiannya
dengan menurunkan hujan padanya, serta menurunkan rejeki. Dia subhanahu wa
ta’ala mematikan, yakni mematikan makhluk yang hidup; dan dengan kematian itu Dia
melemahkan makhluk yang kuat.

2. Al Mumiitu artinya Yang Maha Mematikan. Artinya Allah Maha Mematikan apapun yang
dikehendaki-Nya. Allah tidak memilih apakah itu manusia, jin atau hewan. Jika sudah
waktunya mati mati maka akan mati. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran
malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Mu’minum[13]:80)
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan,
dia hanya berkata kepadanya:” Jadilah”, maka jadilah ia. (Al-Mu’min [40]:68)
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Al-Hadiid [57]:2). al mumit bermakna Yang mencabut
kehidupan dari makhluk-makhluk_Nya yang hidup atau yang mematikan.
“Mengapa kamu kafir kepada Allah? Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu. Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali. Kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan.” (al-Baqarah: 28)
“Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian
menghidupkan kamu (lagi). Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari
nikmat.” (al-Hajj: 66)

3. Al-Baqi berasal dari akar kata dalam bahasa Arab yaitu ba’, qa’, ya’ yang berarti
berkesinambungan atau tanpa akhir. Berbeda dengan makhluk-Nya yang berawal dari sebuah
penciptaan dan berakhir ketika mengalami kematian. Allah adalah Mahakekal dengan abadi
dan azali. Abadi merupakan masa mendatang yang tidak ada akhirnya. Dan azali merupakan
masa lalu yang tidak berakhir pada suatu saat yang pertama.
           Allah adalah Dia yang wujud-Nya kekal, berkesinambung tanpa akhir, sedang wujud
lainnya tidak bersinambung.[1] “Dan jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain selain
Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain dia. Segala sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu
dikembalikan.” (Al-Qashash. 88)

 Makna Asma Allah Al-Baqi

Segalanya yang ada di alam ini pasti akan habis. Langit, bumi, bulan, bintang,
matahari, dan semua yang diciptakan Allah ketika masanya nanti pasti akan binasa.
Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS yang mencari Tuhan dengan menggunakan akal dan
pikirannya yang dijelaskan dalam Firman Allah dalam QS. Al-An’am. 76-78:
Hingga pada akhirnya Nabi Ibrahim meyakini bahwa Allah adalah Tuhan semesta
alam. Awal dari mengenal agama adalah mengenal Allah. Bila kita ingin mengenal Allah,
mulailah dengan mengenal diri kita dan mengenal alam, seperti yang dilakukan oleh Nabi
Ibrahim.
  Selain dunia dan seisinya ini yang binasa, umat-umat terdahulu yang tidak
berimanpun juga dibinasakan dengan kekuasaan Allah. Adapun kaum Ad dibinasakan dengan
angin yang sangat dingin dan sangat kencang. Allah menimpakan angin tersebut selama tujuh
malam dan delapan hari secara terus menerus hingga mereka mati tanpa tersisa. Kemudian
kaum Tsamudpun dibinasakan dengan kejadian yang sangat luar biasa. Hingga mereka semua
mati tanpa tersisa.
Bab 111
Penutup

A. kesimpulan
Demikianlah makalah yang kami buat,mudah-mudahan pembahasan dalam makalah
ini dapat memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan bagi kita dan semoga
kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami mengakui bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, kami mohon kritik dan saran yang dapat
membangun kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Kalimat toyyibah adalah suatu kalimat atau ucapan yang baik dan patut untuk di
lafalkan dalam kehidupan sehari-hari. Macam-macam kalimat toyyibah banyak seperti
lailahaillallah, subhanallah,allah huakbar alhamdulillah, dan lainnya. Kalimat baqitus solihat
masuk juga dalam kalimat toyyibah.

B. Saran
Maka dari itu kita harus mengamalkan kalimat toyyibah dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian makalah yang dapat kami susun, mungkin dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna , maka dari itu kritik dan saran kami harapkan untuk menjadi
pelajaran dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka

Ahmad.B. Aqidah ahlak. PT Intimedia Cipta Nusantara : Jakarta


Masan AF, pendidikan agama islam akidah akhlak. PT. Karya Toha Putra : Semarang

Anda mungkin juga menyukai