NIM : 200401110289
MARGINALISASI
1. Pengertian Marginalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Maginalisasi adalah
usaha membatasi; pembatasan. Marginalisasi adalah proses pemutusan
hubungan kelompokkelompok dengan lembaga sosial utama, seperti struktur
ekonomi, pendidikan, dan lembaga sosial ekonomi lainnya. Perbedaan antara
populasi kelompok seperti; etnis, ras, agama, budaya, adat istiadat dan bahasa.
Marginalisasi orang selalu melibatkan kemampuan penduduk dominan untuk
melaksanakan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang terpinggirkan.
(Alamona et al., 2017).
Dalam kamus lain yaitu The American Heritage
Dictionary, marginalisasi diartikan sebagai mengasingkan atau membatasi
yang lemah dan terbatas atau yang berada di pinggir kedudukan sosial.
Marginalisasi juga dapat dipandanng sebagai suatu proses dinamis yang
berkaitan dengan penghambatan pencapaian atas nafkah (pendapatan),
kemajuan manusia, dan persamaan hak warga negara (Alakhunova, 2015: 8).
Menurut Griffin (2017), marginalisasi adalah membuat atau mempertahankan
seseorang dalam ketidakberdayaan, dalam keterbatasan aktivitas, dan dalam
pembuatan keputusan yang penting. Marginalisasi juga didefinisikan sebagai
suatu posisi dan kondisi yang tidak disengaja dari individu atau kelompok
yang berada di pinggir suatu sistem sosial, politik, ekonomi, ekologi dan bio-
fisik sistem, mencegah mereka dari akses pada sumber daya, aset, layanan,
membatasi kebebasan memilih, serta mencegah perkembangan kemampuan
(Gatzweiler, 2011: 3).
Ada empat pedekatan yag digunakan dalam mengidentifikasi kelompok
yang terkena maginalisasi yaiu letak geografs, ekologi atau kondisi alam,
sosial dan situasi ekonomi. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh
Leimgruber via Chand, dkk (2017) Pertama, dari segi geometrical, yaitu
orang-orang termarginalisasi berdasarkan wilayah atau letak geografis
mereka, baik dari area kecil seperti desa maupun dari area besar seperti dari
negara atau benua. Kedua, dari segi ecological, yaitu orang-orang dapat
termarginalisasi karena lingkungannya, baik itu lingkungan alam
(termarginalisasi dari SDA yang ada) maupun lingkungan sosial tempat
hidupnya. Ketiga, dari segi economic,
marginalisasi yang terjadi ditinjau dari segi ekonomi ini berkaitan dengan
potensi produktif, aksesibilitas, infrastruktur, dan interaksi tanpa kesenjangan
ekonomi. Keempat, dari segi social, pada pendekatan sosial, marginalisasi
berfokus pada kaum minoritas atau kelompok sosial yang termarginalisasi
(kaum marginal) berdasarkan berbagai kriteria (etnik, bahasa, agama, dan
sebagainya). Pada kajian selanjutnya Leimgruber (2004: 61—62)
menambahkan bahwa masyarakat bisa termarginalisasi karena adanya
kekuatan hegemoni yang memaksa dan menekan kehidupan mereka dari segi
politik dan sistem ekonomi. Kekuatan hegemoni itu kemudian menimbulkan
banyak ketidakadilan pada distribusi keuntungan kehidupan sosial, politik,
dan ekonomi.
Marjinalisasi artinya adalah suatu proses peminggiran akibat perbedaan
jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Banyak cara yang dapat
digunakan untuk memarjinalkan seseorang atau kelompok. Salah satunya
adalah dengan menggunakan asumsi gender. Proses Marginalisasi, yang
merupakan proses pemiskinan terhadap perempuan, terjadi sejak di dalam
rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga lakilaki
dengan anggota keluarga perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat
istiadat maupun tafsir keagamaan.
Masyarakat marginal adalah mereka yang tidak dapat menyesuaikan
dan melibatkan diri dalam proses pembangunan, masyarakat yang
terpinggirkan, mereka berada pada posisi yang relatif tidak berdaya dan secara
politis mereka dianggap tidak penting dibandingkan dengan masyarakat
lainnya. (Argo Trikomo, 1999). Dari penjelasan ini bisa dikatakan bahwa
masyarakat marginal adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan dan melibatkan diri dalam proses pembangunan. Marginalisasi
menghasilkan orang-orang atau individu (atau pun kelompok baru yang)
marginal; yaitu mereka yang terpasung dalam ketidakpastian psikologis di
antara dua (atau lebih) komunitas masyarakat/sosial; sehingga mereka penuh
dengan ketidakmampuan mengekspresikan diri serta terbatas (karena dibatasi)
daya jangkaunya. (Agustang et al., 2021).
2. Fenomena-Fenomena Marginalisasi
3. Macam-Macam Marginalisasi
Adapun untuk macam-macam marginalisasi, antara lain sebagai berikut;
1. Sosial
Marginalitas dianggap berasal dan diperoleh dalam lingkungan sosial.
Pengalaman marjinalitas muncul dalam berbagai cara. Bagi sebagian orang,
mereka yang sangat cacat sejak lahir, atau mereka yang lahir dalam kelompok
marjinal (misalnya, kasta rendah atau Dalit dalam sistem kasta India, anggota
kelompok etnis yang menderita diskriminasi seperti orang Romawi di Eropa,
penduduk asli di Australia, dan seterusnya).
Bagi yang lain, marjinalitas diperoleh dengan kecacatan di kemudian
hari atau oleh perubahan dalam sistem sosial dan ekonomi. Ketika kapitalisme
global memperluas jangkauannya, membawa lebih banyak orang ke dalam
sistemnya, semakin banyak komunitas yang dirampas tanah, mata
pencahariannya, atau sistem dukungan sosialnya.
Orang-orang yang terpinggirkan secara sosial sebagian besar
kehilangan kesempatan sosial. Mereka mungkin menjadi terstigmatisasi dan
sering menerima sikap negatif publik. Kesempatan mereka untuk memberikan
kontribusi sosial mungkin terbatas, dan mereka dapat mengembangkan rasa
percaya diri dan harga diri yang rendah.
Kebijakan dan praktik sosial dapat berarti bahwa mereka memiliki akses
yang relatif terbatas ke sumber daya sosial yang berharga seperti layanan
pendidikan dan kesehatan, perumahan, pendapatan, kegiatan rekreasi, dan
pekerjaan.
2. Ekonomi
Marginalisasi ekonomi sebagai suatu proses berkaitan dengan struktur
ekonomi, khususnya, dengan struktur pasar dan integrasinya. Sejauh pasar di
mana beberapa individu atau kelompok tersegmentasi dari yang lain pada
umumnya, individu-individu ini dapat dikatakan terpinggirkan dari ekonomi
lainnya.
Segmentasi dan eksklusi mungkin, bagaimanapun, memiliki asal-usul
nonekonomi dan non-keuangan, misalnya dalam diskriminasi berdasarkan
jenis kelamin, kasta, atau etnis. Di sini, integrasi memiliki arti yang lebih luas.
Orang-orang yang mengalami marginalisasi cenderung memiliki
keterlibatan yang lemah dalam perekonomian. Kemiskinan dan marginalisasi
ekonomi memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.
3. Politik
Penduduk yang termarginalisasi adalah sekelompok orang yang tersisih
dari partisipasi penuh dalam masyarakat. Marginalisasi politik termasuk
pemotongan hak politik, peluang ekonomi dan integrasi sosial. Penduduk
dapat menderita marginalisasi baik di tingkat politik maupun di tingkat sosial
yang lebih informal.
Modus marginalisasi yang diizinkan secara politik termasuk melarang
kelompok tertentu untuk memilih atau memegang jabatan publik. Orang kulit
hitam di Amerika Serikat dan Yahudi di Jerman adalah dua contoh paling
terkenal dari populasi yang terpinggirkan.
Marginalisasi politik tidak memungkinkan kelompok tersebut untuk
berpartisipasi secara demokratis dalam pengambilan keputusan, dan
karenanya, mereka kehilangan hak mereka atas setiap keuntungan sosial,
ekonomi, dan politik.
4. Pendidikan
Hak atas pendidikan bersifat universal dan tidak memperbolehkan
segala bentuk pengecualian atau diskriminasi. Namun, baik negara
berkembang maupun maju menghadapi tantangan dalam menjamin
kesempatan yang sama bagi semua dalam mengakses pendidikan dan dalam
sistem pendidikan. Kelompok marjinal seringkali tertinggal oleh kebijakan
pendidikan nasional yang menyangkal hak banyak orang untuk mendapatkan
pendidikan.
Orang-orang yang terpinggirkan sangat mungkin mengalami
diskriminasi berlapislapis karena mereka termasuk dalam lebih dari satu
kelompok yang terpinggirkan. Nondiskriminasi dan kesetaraan adalah prinsip
hak asasi manusia utama yang berlaku untuk hak atas pendidikan.
Diakui secara luas bahwa pendidikan memiliki peran penting untuk mencapai
derajat keadilan sosial yang lebih tinggi. Lembaga pendidikan diharapkan
dapat membekali anakanak dengan pertaruhan kemampuan mereka untuk
mendapatkan tempat yang utuh dalam masyarakat dan dengan demikian
mendorong proses perkembangan masyarakat yang egaliter.
5. Psikologis
Marginalisasi juga membawa risiko lebih banyak ancaman ideologis
psikologis. Yang pertama adalah definisi identitas seseorang oleh orang lain,
yaitu definisi ideologis dari identitas seseorang yang terpinggirkan untuk
kepentingan kelompok dominan dalam masyarakat.
Semua gerakan sosial yang mewakili kelompok tertindas dan terpinggirkan
telah menunjuk dan memberikan kritik terhadap fenomena tersebut.
Marginalisasi memiliki kemampuan untuk menyebabkan perampasan
material (Fox, 2016)yang parah, serta dalam bentuknya yang paling ekstrim
dapat memusnahkan kelompok. Kelompok minoritas seperti individu
penyandang disabilitas (fisik atau mental), perempuan, ras minoritas,
komunitas aborigin, ibu tunggal lansia dan homoseksual semuanya
menghadapi marginalisasi karena wacana dominan dalam struktur
masyarakat.
Referensi :
https://dosensosiologi.com/pengertian-marginalisasi/
Agustang, A., Ahriani, A., & Asrifan, A. (2021). Marginalisasi Budaya (Studi Pada
Pranata
Sosial Masyarakat Muslim Suku Kokoda Kota Sorong).
https://osf.io/preprints/942y8/
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/23#:~:text=Marjinalisasi%20a
rtinya%20%3A%20sua
tu%20proses%20peminggiran,untuk%20memarjinalkan%20seseorang%20atau%2
0kelompok.