ADVOKASI SOSIAL
BAGI KELOMPOK PENERIMA MANFAAT (KPM) PKH
(6 JP atau 270 menit)
Oleh:
Widyaiswara Utama
Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya Modul Advokasi Sosial dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Modul ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan Diklat Pendamping PKH
Modul ini merupakan upaya untuk merefres kembali pengetahuan para pekerja
sosial yang memiliki backgroud pendidikan pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial.
Sekaligus membekali Pendamping yang memberikan layanan Advokasi Sosial
bagi Kelompok Penerima Manfaat (KPM) yang memiliki backgroud pendidikan
non pekerjaan sosial/kesejahteraan Sosial. Materi yang disajikan dalam modul ini
mencakup tiga pokok bahasan utama yang terkait dengan Advokasi Sosial
terhadap KPM, yaitu: (a) Konsepsi Advokasi Sosial, yang meliputi sub pokok
bahasan: pengertian dan tujuan advokasi sosial bagi KPM, prinsip advokasi sosial
bagi KPM, nilai advokasi sosial pekerjaan sosial, hak dan martabat individual; (b)
Jenis Advokasi Sosial bagi KPM, yang meliputi sub pokok bahasan: self-
advocacy, group advocacy, peer advocacy, citizen advocacy, professional
advocacy, non-instructed advocacy, advokasi klien (client advocacy), dvokasi
kasus, advokasi masyarakat (cause advocacy), advokasi legislatif (legislative
advocacy), advokasi manajemen/administrasi (administrative advocacy); (c)
Proses Advokasi Sosial bagi KPM PKH, yang meliputi sub pokok bahasan:
identifying advocacy issues, understanding the issues and collecting evidence,
identifying your targets, clarifying your goal, tailoring the message for the target
audience, delivering your message, monitoring and evaluation
Dengan selesainya penyusunan Modul ini, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besar kepada semua pihak yang terlibat dan memberikan dukungan dalam
proses penulisan Modul ini khususnya kepada Kapusdiklat Kesejahteraan Sosial, Teman-
teman Tim Penyusun Modul Diklat Pendamping PKH, Teman-teman WI Pusdiklat
Kesejahteraan Sosial, Tim Sekretariat Penyusun Modul Diklat Pendamping PKH dan
semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Semoga bantuan dan
dukungan yang diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa.
Kami berharap modul ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak dan kalangan dalam
memberikan pelayanan khusunya kepada KPM. Selanjutnya, kami sangat mengharpkan
umpan balik dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan dan pengayaan Modul ini
selanjutnya.
Penyusun
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Sebelum Anda mempelajari isi modul ini terlebih dahulu perhatikanlah beberapa petunjuk
teknis sebagai berikut.
1. Bacalah dengan seksama bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda dapat
memahami ruang lingkup materi yang dibahas, target capaian, serta bagaimana
teknis mempelajarinya.
2. Bacalah materi yang disajikan pada masing-masing kegiatan belajar yang disusun
dalam Bab-Bab (Bab II-V), pahami isinya dengan baik. Catatlah kata-kata kunci yang
dianggap penting, atau kosa kata yang kurang dipahami, kemudian lihat
penjelasannya cari definisinya dari kamus ataupun eksiklopedia.
3. Untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman, pelajari sumber-
sumber lain yang relevan atau lakukan diskusi dengan nara sumber (fasilitator)
dan/atau peserta lainnya.
4. Bacalah Rangkuman yang terdapat pada Bab II-IV dan Kesimpulan pada Bab V
kemudian diskusikan dengan teman peserta bila ada yang kurang jelas tentang isi
materi Modul ini. Jika masih ada yang belum jelas atau kesulitan dalam memahami,
konsultasikan dengan pengampu / fasilitator untuk menemukan pemahaman yang
mendalam tentang materi dan isis Modul ini.
5. Selamat Belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Advokasi hanyalah salah satu dari perangkat dan sekaligus proses-proses demokrasi
yang dapat dilakukan oleh Pekerja Sosial untuk mengawasi dan melindungi
kepetingan para KPM dalam hal ini Kelompok Penerima manfaat (KPM) PKH,
setidaknya untuk mendapatkan pelayanan minimal dan dalam kaitannya dengan
kebijakan publik (public policy). Advokasi di sini adalah dilandaskan pada asumsi
perubahan sistem dan struktur kemasyarakatan yang lebih luas dan menyeluruh
dapat dilakukan melalui perubahan-perubahan bertahap maju dan semakin membaik
(gradual and incremental changes) dalam berbagai kebijakan publik (sebagai suatu
sistem pembuatan, pelaksanaan dan pengendalian keputusan-keputusan yang
menyangkut KPM PKH dan kepentingan masyarakat yang lebih luas).
Pekerjaan advokasi adalah proses yang sangat dinamis mengikuti ritme dan gerak
perubahan yang terjadi setiap saat sepanjang masa prosesnya. Suatu rancangan
strategi yang telah disiapkan secermat apapun bisa berubah di tengah jalan, karena
perubahan-perubahan situasi dan kondisi menghendakinya. Karena itu pemantauan
terhadap proses advokasi yang terus menerus terhadap keseluruhan proses advokasi
menjadi penting, untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, yang menuntut
perubahan strategi advokasi yang dijalankan.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun yang menjadi tujuan dari pembelajaran ini adalah:
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat memahami dan menjelasakan
konsep Advokasi Sosial dalam penanganan permasalahan yang dihadapi para
Kelompok Penerima Manfaat (KPM) PKH.
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Papan tulis
2. Spidol
3. Kertas Plano
4. Infocus / OHP
5. Video
6. Kelompok Diskusi
Dalam menyampaikan materi dalam modul ini, ada langkah dan tahapan yang harus
diikuti, sebagai berikut:
H. PENJELASAN SESI
1. Langkah 1: Pengantar (15’)
a. Fasilitator mengucapkan salam kepada peserta diklat.
b. Sebelum pembelajaran dimulai, dilakukan permainan Ice breaking (3 menit)
(M10.LK.10.1).
c. Fasilitator menjelaskan tujuan proses pembelajaran yang akan dicapai dari
Modul 11 yang meliputi Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan.
d. Fasilitator menjelaskan mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan
pada Modul 11, yang meliputi: pokok bahasan dan sub pokok bahasan, bahan
dan media pembelajaran; metode dana proses pembelajaran, langkah
kegiatan pembelajaran dan penjelasan masing-masing sesi.
e. Fasilitator melakukan brainstorming tentang apa titu Advokasi Sosial, apakah
sudah pernah dengar atau belum, apa yang dimaksud dengan advokasi
sosial, apa bedanya dengan advokasi hukum, bagaimana pengertian dan
konsep advokasi sosial (M10.LK.10.2).
3. Langkah 3: Pokok Bahasan 2: Jenis Advokasi Sosial bagi KPM PKH (80’)
a. Proses pembelajaran untuk Pokok Bahasab 2 (Jenis Advokasi Sosial bagi
KPM PKH) dilakukan dengan beberapa metoda, yaitu melalui pemaparan oleh
fasilitator tentang semua jenis konsep advokasi yang diikuti dengan tanyak
jawab oleh fasilitator (40 menit), kemudian fasilitator memberikan kesempatan
untuk melakukan googeling untuk mencari contoh-contoh yang relevan dan
terkait jenis advokasi terhadap KPM PKH di atas selama 40 menit, kemudian
mendiskusikan hasil temua kelompok yang sudah didapat mana yang relvan
dan mana yang kurang relvan (M10.LK.10.5).
4. Langkah 4: Pokok Bahasan 3: Proses Advokasi Sosial bagi KPM PKH (80’)
a. Metoda proses pembalajaran yang akan disampaikan pada Pokok Bahasan 3
ini meliputi: penjelasan dan pemaparan konsep Proses Advokasi Sosial bagi
KPM PKH oleh fasilitator, kemudian dilanjutkan dengan praktek penanganan
kasus oleh peserta (M10.LK.10.7) secara kelompok dengan menggunakan 5
langkah secara konseptual.
b. Proses pembelajaran Pokok Bahasan 3 akan diawali dengan penjelasan
fasilitator tentang konsep “Proses Advokasi Sosial bagi KPM PKH”, terdiri dari
5 langkah (45 menit)
c. Peserta akan dibagi dalam 3 kelompok dengan menggunakan kelompok yang
sudah ada sebelumnya.
d. Selanjutnay peserta akan diberikan satu kasus advokasi sosial terkait dengan
KPM dan masing-masing kelompok akan membahas kasus yang sama dan
merumuskan penyelesaian sesuai langkah yang ada pada Pokok Bahasan 3
Proses Advokasi Sosial bagi KPM PKH (45 menit).
e. Hasil diskusi kelompok akan dipaparkan oleh masing-masing kelompok dan
kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan komentar dan
masukan atas hasil diskusi yang sudah disampaiakan (@ 15 menit).
f. Dalam proses pemaparan hasil diskusi oleh kelompok, pemaparan harus
dilakukan secara bergantian oleh anggota kelompok lainnya (mulai dari
pemaparan pertama hingga akhir). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
stamina peserta sehingga proses pembelajaran tetap semangat.
g. Pada sesi akhir peserta memberikan tanggap dan komentas atas paparan
yang sudah dilakukan guna memberikan kepastian substansi kepada peserta
dan dilanjutkan dengan penyampaian rangkuman Pokok Bahasan 3.
I. LEMBAR KERJA
1. Lembar Kerja 10.1: Ice Breaking : Permainan Perkenalan
a. Terimakasih, nama saya…
1) Minta partisipan membuat lingkaran. Fasilitator juga masuk dalam
lingkaran.
2) Fasilitator menunjukkan permainan. Dia mulai menyebut nama: “Saya
Budi”. Lalu minta partisipan di sebelah kanan, mengucapkan “Terimakasih,
Budi. Nama saya Aminah.”; Minta sebelah kanannya Ibu Aminah
mengucapkan “Terimakasih Budi, Aminah, nama saya Sri.”; Lalu minta
sebelah kanannya Sri mengucapkan “Terimakasih Budi, Aminah, Sri,
nama saya Rodiah”;
3) Empat nama awal di atas bisa digunakan sebagai contoh. Setelah itu,
minta partisipan melakukannnya secara bergiliran ke kanan. Dimulai dari
fasilitator.
4) Setelah satu putaran beres, fasilitator bisa memulai dari arah berlawanan
(ke kiri)
A. DESKRIPSI
Advokasi sosial adalah sutu bujukan untuk melakukan perubahan, baik dalam
kebijakan, praktik, sistem atau struktur. Bagi Kelompok Penerima Manfaat (KPM)
PKH, ini berarti perubahan yang membawa perbaikan kondisi kehidupan para KPM
PKH. Advokasi sosial adalah berbicara untuk orang lain, bekerja dengan orang lain
dan mendukung orang lain dalam rangka KPM PKH. Advokasi sosial adalah proses
menyampaikan suara KPM PKH ke tingkat pengambilan keputusan yang lebih tinggi.
Advokasi ingin mengubah cara pemerintah, organisasi atau bisnis berpikir,
berperilaku atau menyusun strategi dalam rangka penanganan KPM PKH. Advokasi
sosial menuntut suatu perubahan sikap publik, menghapus diskriminasi, pengubahan
pola pengasuhan atau pemahaman yang lebih baik, dan menginspirasi tindakan
masyarakat. Advokasi ingin mengubah pola pikit, cara rekan kerja, meanisme, aturan
hokum yang berlaku, dan tata kelola atau manajemen, dan lain-lain. Semua ini
menuntut advokasi, baik eksternal maupun internal.
h. Ada beberapa Prinsip Advokasi sosial bagi KPM PKH, yang meliputi: jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar; keberlangsungan hidup; non-diskriminatif;
.
D. LEMBAR KERJA/LATIHAN
1. Lembar Kerja 10.3: Melakukan Diskusi dan Pemaparan Kelompok
a. Peserta dibagi dalam 3, yaitu: Kelompok 1, Kelompok 2, dan kelompok 3.
b. Waktu Diskusi 45 menit (1 JP) dan Pemaparan 30 menit, masing-masing
kelompok 10 menit.
c. Pembagian Tugas: Masing-masing kelompok mendiskusikan topik berikut:
1) Kelompok 1 dengan topik: Prinsip Advokasi Sosial bagi KPM PKH;
2) Kelompok 2 dengan topik: Nilai Advokasi Sosial Pekerjaan Sosial dan
3) Kelompok 3 dengan topic: Hak dan Martabat Individual.
d. Setelah selesai diskusi masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk
memaparkan hasil diskusi kelompok selama 10 menit, kemudian setelah
selesai penyajian kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan
tanggapan atas hasil paparan yang sudah dilakukan.
e. Setelah selesai pemaparan, fasilitator memberikan komentar dan masukan
atas hasil paparan yang dilakukan oleh peserta dilanjutkan dengan
penyampaian rangkuman.
A. DESKRIPSI
2. Group advocacy
Advokasi kelompok melibatkan orang-orang dengan pengalaman, posisi atau nilai
bersama yang datang bersama dalam kelompok untuk berbicara dan
mendengarkan satu sama lain dan berbicara secara kolektif tentang isu-isu yang
penting bagi mereka. Kelompok-kelompok ini bertujuan untuk mempengaruhi
opini publik, kebijakan dan penyediaan layanan. Mereka sangat bervariasi dalam
ukuran, pengaruh dan motif. Perwakilan dari kelompok lokal sering dimasukkan
dalam komite perencanaan dan terlibat dalam komisioning dan pemantauan
layanan sosial.
3. Peer advocacy
Advokasi sebaya mengacu pada dukungan satu-ke-satu yang diberikan oleh para
advokat dengan kecacatan atau pengalaman serupa kepada seseorang yang
menggunakan layanan. Relawan yang terlatih dan didukung sering memberikan
advokasi sebaya sebagai bagian dari proyek yang terkoordinasi. Skema advokasi
sebaya berpendapat bahwa mereka sangat tepat untuk berempati dengan
kebutuhan orang, untuk mendekati mereka sebagai sama dan merasa kuat, dan
berjuang keras untuk, kebutuhan mereka.
4. Citizen advocacy
Advokasi warga bertujuan untuk melibatkan orang-orang di komunitas lokal
mereka dengan memungkinkan mereka untuk memiliki suara dan membuat
5. Professional advocacy
Dukungan pendukung independen yang dibayar dan memungkinkan orang untuk
berbicara dan mewakili pandangan mereka, biasanya selama masa perubahan
besar atau krisis. Advokasi semacam itu berbasis masalah dan advokat mungkin
hanya perlu bekerja dengan orang tersebut untuk waktu yang singkat.
6. Non-instructed advocacy
Ada empat pendekatan yang diakui untuk advokasi dan penyedia yang tidak
diinstruksikan harus berusaha untuk mengintegrasikan mereka semua ketika
memberikan dukungan:
pendekatan berbasis hak-kita semua memiliki hak asasi manusia tertentu yang
dapat didefinisikan dan diukur pendekatan yang berpusat pada orang-didasarkan
pada pengembangan hubungan jangka panjang, saling percaya dan saling
menghormati antara advokat dan orang-orang menonton pendekatan singkat-
menempatkan orang di pusat pemikiran tentang cara terbaik untuk mendukung
mereka pendekatan saksi / pengamat-di mana advokat mengamati atau
menyaksikan cara di mana seseorang menjalani hidupnya.
Selain jenis Advokasi yang disebutkan di atas, ada beberapa bentuk advokasi sosial
yang dapat ditetapkan dalam membantu para KPM PKH, sebagai berikut:
2. Advokasi Kasus
Advokasi kasus yang dimaksud di sini adalah upaya pembelaan terkait dengan
penanganan dan penyelesaian kasus yang dihadapi oleh para KPM PKH yang
karena sesuatu hal korban dirugikan baik materil dan non materil.
Tujuan Advokasi adalah teridentifikasinya kasus yang dihadapi korban bencana
alam terutama kelompok rentan dan terwujudnya penyelesaian dan penanganan
kasus yang dapat merugikan korban bencana alam terutama kelompok rentan.
Kasus yang ditangani bersifat materil dan non materil, masalah yang bersifat pribadi
para KPM PKH.
Pihak yang perlu dilibatkan dalam hal ini adalah Para korban bencana alam
terutama kelompok rentan, Keluarga, teman dekat dan lingkungan sosial para KPM
PKH, Perorangan atau kelompok, Pendamping korban bencana alam, dan LSM /
Organisasi Sosial.
C. RANGKUMAN
1. Dalam buku “Disaster Risk Reduction: A Global Advocacy Guide”, International
Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2012, mengelompokkan
Jenis Advokasi terdiri dari 6 Jenis, yaitu:.
a. Self-advocacy
b. Group advocacy
c. Peer advocacy
d. Citizen advocacy
e. Professional advocacy
f. Non-instructed advocacy
b. Perahu bergoyang…
1) Bila tersedia tempat duduk, ajak partisipan duduk melingkar. Keluarkan
kursi yang tidak berpenghuni. Saat memulai fasilitator berdiri dan tidak
mendapat kursi
2) Sampaikan bahwa, bila partisipan mendengar kata-kata: goyang ke kiri,
maka partisipan akan berpindah duduk 2 ke kiri. Goyang kanan, 3 ke
kanan. Badai, berpindah semaunya, yang penting pindah.
3) Fasilitator kemudian bercerita. Suatu hari Ibu Aminah naik perahu ke
Pulau Buru. Di tengah perjalanan, perahunya terkena angin dan
bergoyang ke….kiri.
4) Segera setelah menyampaikan kata kunci, fasilitator mencari tempat
duduk. Maka, akan tinggallah satu partisipan tanpa tempat duduk atau
berdiri. Minta dia untuk melanjutkan cerita
5) Lakukan 4-5 putaran sehingga tempat duduk orang-orang telah berpindah.
c. Pada taap akhir minta tanggapan dan komentar peserta atas permainan, yang
sudah dilakukan kaitannya dengan KPM PKH.
A. DESKRIPSI
Kita telah melihat betapa pentingnya advokasi dalam mendorong dan membujuk
pihak lain untuk terlibat dalam membantu mengurangi risiko para kelompok rentan
termasuk pada KPM PKH. Untuk masa mendatang menjadi kewajiban dan tanggung
jawab bersama untuk melakukan diplomasi kemanusiaan dalam rangka kepentingan
para kelompok rentan.
Sebagaimana telah kita saksikan, advokasi ada dimana-mana dan terkait dengan
semua komponen kehidupan dan semua tingkatan, dilakukan dengan berbagai
pendekatan dan metode. Namun ada langkah-langkah dasar yang harus dilakukan
dalam menjalnakan advokasi sosial.
Seperti halnya kegiatan advokasi lainnya, advokasi membutuhkan assessmen
(penilaian dan pemahaman), rencana kegiatan yang akan dilakukan dan proses
monitoring dan evaluasi. Advokasi juga akan membutuhkan sumber daya yang
profesional.
Setelah Anda meneliti masalah ini, Anda dapat mulai mengaturnya menjadi pesan
yang membantu Anda berkomunikasi dengan jelas.
Sangat penting untuk menyadari semua aspek masalah sehingga Anda adalah
sumber informasi yang akurat. Buatlah masalah 'milik Anda'. Jangan tinggalkan
kebutuhan bisnis yang terlewat, dan pastikan tidak ada masalah ambigu atau area
abu-abu. Ketelitian membuat Anda meyakinkan dan - yang paling penting - akan
memastikan bahwa Anda adalah advokat yang dapat dipercaya di mata orang-
orang yang ingin Anda bujuk.
Ketika membentuk pesan persuasif, pengalaman tangan pertama dan informasi
yang dikumpulkan dari lapangan sangat penting. VCA adalah sumber bukti kunci.
Serta temuan penilaian, Anda perlu menyajikan informasi yang menempatkan
masalah dalam konteks dan memperkuat argumen Anda - misalnya, statistik,
survei tren, kebijakan dan analisis dari kementerian pemerintah, kolega,
organisasi lain, badan internasional, dan lembaga akademik.
E. RANGKUMAN
1. Menurut buku pedoman A Global Advocacy Guide”, International Federation of
Red Cross and Red Crescent Societies, 2012, ada langkah / Tahapan kegiatan
dalam melakukan Advokasi Sosial yang efektif dan efisien:.
a. Langkah 1: Identifying Advocacy Issues
b. Langkah 2: Understanding The Issues And Collecting Evidence
c. Langkah 3: Identifying your Targets
d. Langkah 4: Clarifying your Goal
e. Langkah 5: Tailoring the Message for the Target Audience
f. Langkah 6: Delivering your Message
g. Langkah 7: Monitoring and Evaluation
F. LEMBAR KERJA/LATIHAN
1. Lembar Kerja 10.7: Praktek Penanganan Kasus
a. Dalam sesi proses pembelajaran ini, peserta diminta untuk melakukan
penanganan kasus melalui kerja kelompok.
b. Peserta di bagi dalam 3 kelompok dengan menggunakan kelompok yang
sudah ada sebelumnya.
c. Fasilitator membagikan Lembar Kasus (M10.LK.10.7) kepada masing-masing
kelompok. Kelompok akan membahas topik kasus yang sama.
d. Tugas kelompok adalah melakukan pembedahan Kasus melalui 5 tahapan
proses (45 menit), sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah
2) Merumuskan solusi
3) Membangun kemauan
4) Melaksanakan
5) Mengevaluasi
e. Hasil kesepakatan kelompok akan diaparkan oleh masing-masing kelompok
dan setelah pemaparan, diberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menaggapi hasil paparan yang sudah di lakukan (paparan dan tanggapan
maksimal 15 menit per kelompok).
f. Pada bagian akhir fasilitator memberikan komentar, tanggapan dan masukan
atas paparan yang diberikan, dana diakhir dengan penyampaian rangkuman
yang sudah ada (10 menit).
A. KESIMPULAN
B. LEMBAR KERJA
1. Lembar Kerja 10.8: Menyanikan Lagu “Baik-Baik Sayang”
a. Peserta diminta untuk berdiri dan berpasangan laki-laki dan perempuan.
b. Fasilitator membagikan teks lagu: “Baik-Baik Sayang” 1 lembar untuk 1 orang
peserta.
c. Fasilitator menyiapkan music lagu: “Baik-Baik Sayang”
d. Peserta diminta untuk mengikuti lagu yang sedang diputar dan memainkan
acting sesuai makna lagu hingga akhir
e. Diminta 1 orang peserta untuk shutting sebagai dokumen untuk peserta dan
panitia penyelenggara.
Dr. Joyakin Tampubolon, MSi lahir di Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara,
pada tanggal 2 Sepetember 1960. Sekarang sudah dikarunia 3 orang anak, 2 laki-laki
dan 1 perempuan. Pendidikan yang diperoleh Sarjana Muda dari Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung lulus pada tahun 1989 (lulusan terbaik II), Sarjana
(S1) dari STKS Bandung (jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial) lulus tahun 1992 (lulusan
terbaik III). Pendidikan Magister (S2) diperoleh dari Universitas Indornsia Jurusan
Sosiologi Kekhususan Ilmu Kesejahteraan Sosial lulus tahun 1997. Sekarang sedang
menyelesaikan penulisan Disertasi Program Doktor (S3) jurusan Ilmu Penyuluhan
Pembangunan di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pengamalan yang diperoleh, tahun 1983 mulai bekerja sebagai PNS di Kanwil
Departemen Sosial Propinsi Sumatera Utara dengan bidang tugas urusan Kepegawaian,
pada tahun 1986 tugas belajar di STKS Bandung untuk tingkat Sarjana Muda, tahun
1990 kembali melanjutkan tugas belajar di STKS Bandung untuk tingkat S1. Pada tahun
1992 kembali bertugas di Kanwil Departemen Sosial Propinsi Suamtera utara dengan
bidang tugas Penyusunan Rencana. Pada tahun 1995 mendapat kesempatan mengikuti
pendidikan Program Magister (S2) di Universitas Indonesia. Pada tahun 1997 bertugas
di Pusdiklat Pegawai Departemen Sosial RI pada bidang Penyusunan Kurikulum. Tahun
1998 diangkat sebagai Widyaiswara Muda (tenagan pengajar) pada Pusdiklat Pegawai
Depsos. Pada tahun 2000 mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program
Doktor (S3) di IPB Bogor hingga sekarang.
Berbagai seminar yang diikuti diantaranya adalah seminar Pengembangan
Koperasi, seminar Remaja dan Pengaruh Lingkungannya, seminar Pengembangan
Masyarakat dan Usaha Kesejahteraan Sosial dalam Perpektif Islam, Seminar Sosial
Budaya, Seminat Nasional Profesi Pekerjaan Sosial Modern. Seminar Nasional Isu-isu
Masalah Sosial Strategik dan Isu-isu Global yang Berpengaruh terhadap Pembangunan
Kesejahteran Sosial. Seminar Nasional Perpektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan di Era
Globalisasi.
Pelatihan yang pernah dilakukan adalah Pelatihan Pendataan dan Perencanaan
Bidang Kesejahteraan Sosial (1993), Pelatihan Traning Need Assessment (1998),
Pelatihan Traning Need Analysis (1998), Diklat ADUM (1999), TOT Kepemimpinan dan
Pemberdayaan SDM (1999), Diklat Metodologi Pembelajaran (1999), Diklat TOT SPAMA
(1999) Diklat SPAMA (2000), Diklat Statistik (20001).