Anda di halaman 1dari 100

MODIFIKASI BAJU KURUNG BASIBA DENGAN HIASAN PAYET DAN

SULAMAN BENANG EMAS

PROYEK AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Studi pada Program Studi D3 Tata Busana Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Pariwisata Dan Perhotelan Universitas Negeri Padang

Oleh:
TARI RENATA YUNETRI

19077043 / 2019

PRODI D3 TATA BUSANA

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
BIODATA PENULIS

Data Diri

Nama Lengkap : Tari Renata Yunetri

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/21 Desember 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke :1

Jumlah Saudara :2

Nama Ayah : Netri Wiryon

Nama Ibu : Erna Suryani

Alamat Tetp : Bungus Tl. Kabung, Padang

No Hp : 089506923657

Email : tari.renata21@gmail.com

Data Pendidikan

SD : SD Negeri 09 Kayu Aro

SMP : SMP Negeri 19 Padang

SMA : SMA Negeri 11 Padang

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Padang

Judul Proyek Akhir : Modifikasi Baju Kurung Basiba dengan Hiasan Payet
dan Sulaman Benang Emas
ABSTRAK

Tari Renata Yunetri, 19077043/2019 : Modifikasi Baju Kurung Basiba dengan


Hiasan Payet dan Sulaman Benang Emas, Program Studi
D3 Tata Busana, Departemen Ilmu Kesejahteraan
Keluarga Fakultas Pariwasata dan Perhotelan
Universitas Negeri Padang.
Pada proyek akhir ini penulis mengangkat judul modifikasi Baju Kurung
Basiba dengan hiasan payet dan sulaman benang emas. Baju Kurung Basiba ini
dimodifikasikan dari segi bentuknya, yaitu pada bagian leher ditambahkan tokah yang
dijahit menyatu dengan lingkar leher dan pada bagian tengah muka ditambahkan
variasi model rompi dari songket yang menyatu dengan siba, serta bagian lengan juga
divariasikan dengan tambahan lengan cape dan untuk bagian bawah baju dipasangkan
dengan rok span model tumpang.
Modifikasi baju kurung basiba ini dibuat menggunakan siluet A dengan tetap
mempertahankan unsur-unsur yang ada pada baju kurung itu sendiri seperti kikik dan
siba. Modifikasi baju kurung basiba ini dipergunakan untuk kesempatan acara pesta,
khususnya acara pesta malam dengan rentang usia pemakainya adalah umur 20-35
tahun.

Baju ini dihiasi dengan hiasan payet dan sulaman benang emas. Pada bagian
tengah muka dihiasi dengan payet sesuai dengan motif songket, dan pada bagian
tokah dan bagian bawah baju dihiasi dengan benang emas dengan motif naturalis dan
diisi dengan uliran payet dan mote-mote. Untuk bagian lengan juga ditambahkan
songket pada batas potongan lengan suai dengan lengan cape. Bahan utama yang
digunakan pada pembuatan baju kurung basiba ini adalah bahan jaguar lame, bahan
ceruty baby doll, dan songket meteran dengan warna merah maroon sebagai warna
utama dan warna gold sebagai warna hiasannya.

Kata Kunci : Baju Kurung Basiba, Payet, Sulaman Benang Emas

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhirabbil’alamin puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran

Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan proyek

akhir yang berjudul “Modifikasi Baju Kurung Basiba dengan Hiasan Payet dan

Sulaman Benang Emas” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan

proyek akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi pada

Program Studi Diploma III pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas

Pariwisata Dan Perhotelan Universitas Negeri Padang.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan, Masukan,

arahan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan Terima Kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :

1. Dra. Ernawati, M.Pd, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Pariwisata dan Perhotelan

Universitas Negeri Padang sekaligus sebagai dosen Pembimbing Proyek Akhir

yang telah memberikan dorongan, ilmu, serta petunjuk dan arahan dalam

menyelesaikan pembuatan Proyek Akhir.

2. Dra. Yuliarma, M.Ds, selaku Dosen Pembimbing Akademik

3. Sri Zulfia Novrita, S.Pd, M.Si dan Puspaneli, S.Pd, M.Pd. T Selaku penguji yang

telah memberikan kritik dan saran dalam menyelesaikan pembuatan Proyek

Akhir.

ii
4. Sri Zulfia Novrita, S.Pd, M.Si., sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Keluarga FPP Universitas Negeri Padang.

5. Puji Hujria Suci, M.Pd sebagai ketua program studi D3 Tata Busana IKK FPP

Universitas Negeri Padang.

6. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan dan

masukan kepada penulis.

7. Teristimewa penulis juga memberikan penghargaan kepada kedua orang tua,

saudara, dan semua anggota keluarga, berupa rasa hormat dan terimakasi karena

telah memberikan motivasi dan dorongan baik moril maupun materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan baik. Penulis mendoakan

agar semua bantuan yang diberikan mendapat balasan yang setimpal oleh Allah

SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proyek Akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kekhilafan yang tidak disengaja. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran pembaca, demi perbaikan dan kesempurnaan

penulisan laporan ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penulisan Proyek

Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri.

Padang, 10 Juli 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv


DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Tujuan Proyek Akhir ...................................................................... 4
C. Manfaat Proyek Akhir .................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Busana ........................................................................................... 5
1. Pengertian Busana ................................................................... 6
2. Syarat-Syarat Busana ................................................................ 9
a. Desain................................................................................. 9
b. Warna ................................................................................. 19
c. Bahan ................................................................................ 19
B. Modifikasi Baju Kurung Basiba...................................................... 20
1. Pengertian Modifikasi ............................................................... 20
2. Pengertian Baju Kurung Basiba ................................................ 22
C. Menghias Busana .......................................................................... 25
1. Payet ........................................................................................ 25
2. Sulaman benang emas ............................................................... 29

iv
BAB III. RANCANGAN PRODUK

A. Desain Produksi ............................................................................. 32


B. Desain Struktur............................................................................... 35
C. Desain Hiasan ................................................................................ 39
D. Warna ............................................................................................ 42
E. Bahan ............................................................................................ 42

BAB IV. PROSEDUR DAN LANGKAH KERJA

A. Proses Pembuatan Modifikasi Baju Kurung Basiba ........................ 44


1. Menyiapkan alat dan bahan ....................................................... 44
2. Mengambil ukuran.................................................................... 45
3. Membuat pola ........................................................................... 45
4. Rancangan bahan ...................................................................... 58
5. Memotong bahan ...................................................................... 63
6. Proses menjahit......................................................................... 64
7. Proses menghias busana ............................................................ 71
B. Waktu, Biaya dan Harga ................................................................. 73
1. Waktu yang dibutuhkan ............................................................ 73
2. Biaya Produksi ......................................................................... 74

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Gambar Hias Naturalis..................................................... 12

Gambar 2. Bentuk Gambar Hias Geometris ................................................... 12


Gambar 3. Bentuk Gambar Hias Dekoratif .................................................... 13
Gambar 4. Pola Tabur ................................................................................... 14
Gambar 5. Pola Pinggiran Berdiri ................................................................. 14
Gambar 6. Pola Pinggiran Bergantung .......................................................... 15
Gambar 7. Pola Pinggiran Simetris................................................................ 15

Gambar 8. Pola Pinggiran Berjalan .............................................................. 16


Gambar 9. Pola Pinggiran Memanjat ............................................................. 16
Gambar 10. Mengisi Bidang Segi Empat ....................................................... 17
Gambar 11. Mengisi Bidang Segi Tiga .......................................................... 17
Gambar 12. Mengisi Bidang Lingkaran ........................................................ 18
Gambar 13. Pola Bebas ................................................................................. 18

Gambar 14. Baju Kurung Basiba ................................................................... 23


Gambar 15. Payet Pasir ................................................................................. 26
Gambar 16. Payet Tebu ................................................................................. 27
Gambar 17. Payet Swaroski .......................................................................... 27
Gambar 18. Manik-Manik Mutiara ................................................................ 28
Gambar 19. Sulaman Benang Emas .............................................................. 31
Gambar 20. Desain Produk Tampak Depan .................................................. 33

Gambar 21. Desain Produk Tampak Belakang .............................................. 34


Gambar 22. Desain Struktur Baju Tampak Depan ......................................... 36
Gambar 23. Desain Struktur Baju Tampak Belakang ..................................... 37
Gambar 24. Desain Struktur Rok .................................................................. 38

vi
Gambar 25. Desain Hiasan Bagian Depan ..................................................... 40

Gambar 26. Desain Hiasan Bagian Belakang ................................................ 41


Gambar 27. Pola Baju Bagian Depan ............................................................ 47
Gambar 28. Pola Variasi Model Rompi ......................................................... 49
Gambar 29. Pola Baju Bagian Belakang ........................................................ 51
Gambar 30. Pola Tokah Bagian Depan ......................................................... 52
Gambar 31. Pola Tokah Bagian Belakang ..................................................... 53

Gambar 32. Pola Lengan Cape ...................................................................... 54


Gambar 33. Pola Rok .................................................................................... 55
Gambar 34. Pola Lapisan Rok ....................................................................... 57
Gambar 35. Rancangan Bahan Baju .............................................................. 59
Gambar 36. Rancangan Bahan Songket ......................................................... 60
Gambar 37. Rancangan Bahan Lengan Cape ................................................. 60

Gambar 38. Rancangan Bahan Furing Baju ................................................... 61


Gambar 39. Rancangan Bahan Furing Rok .................................................... 62
Gambar 40. Memotong Bahan Utama ........................................................... 64
Gambar 41. Memotong Bahan Furing ........................................................... 64
Gambar 42. Memotong Bahan Songket ......................................................... 64
Gambar 43. Menjahit Kikik........................................................................... 65

Gambar 44. Menjahit Sisi ............................................................................. 65


Gambar 45. Menjahit Lapisan Songket Baju ................................................. 65
Gambar 46. Menjahit Lapisan Depan Songket Ke bahan Utama .................... 66
Gambar 47. Menjahit Tokah dan Meretak Kampuhnya ................................. 66
Gambar 48. Menjahit Furing ......................................................................... 67
Gambar 49. Menjahitkan Furing Ke Bahan Utama ........................................ 67

vii
Gambar 50. Menjahitkan Furing Ke Lingkar Leher ....................................... 68

Gambar 51. Menstik Bagian Bawah Lengan Cape ......................................... 68


Gambar 52. Mejahit Kupnat Pola Rok ........................................................... 69
Gambar 53. Menjahit Lapisan Depan Rok Ke Bahan Utama ......................... 69
Gambar 54. Menjahit Bagian Furing ............................................................. 70
Gambar 55. Menyatukan Bagian Furing Ke Bahan Utama ........................... 70
Gambar 56. Menjahit Ban Pinggang .............................................................. 71

Gambar 57. Menyulam Benang Emas ........................................................... 72


Gambar 58. Memasang Payet ...................................................................... 72
Gambar 59. Hasil Akhir Tampak Depan........................................................ 81
Gambar 60. Hasil Akhir Tampak Belakang ................................................... 82

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu Yang Dibutuhkan ................................................................ 73

Tabel 2. Biaya Produksi ............................................................................... 74

ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak suku dan budaya,

setiap suku dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai keunikan tersendiri.

Contohnya suku Minangkabau di Sumatera Barat yang mempunyai tradisi dan

kebudayaan yang kental dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya adalah

penggunaan baju Kurung Basiba oleh perempuan Minangkabau.

Baju Kurung Basiba merupakan pakaian adat khas perempuan Minangkabau

di Sumatera Barat. Kekhasan itu dapat dilihat pada bentuknya yang longgar atau

lapang dan panjangnya sampai dibawah lutut, mempunyai siba, kikik pada ketiak,

lengan panjang sampai pergelangan tangan, leher tanpa krah dan mempunyai

sedikit belahan di tengah muka. Baju Kurung Basiba biasanya dipasangkan

dengan sarung (kodek) songket, batik maupun kain tenun. Baju ini hampir selalu

dipakai dalam kehidupan keseharian mereka, ataupun dalam upacara adat

tradisional Minangkabau.

Namun karena perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan pengaruh

modernisasi baju kurung basiba menjadi terkena dampak. Sekarang sudah jarang

ditemui anak perempuan atau bundo kanduang di Minangkabau memakai baju

Kurung Basiba karena mereka lebih memilih pakaian yang lebih modern dan

mengikuti perkembangan zaman. Padahal baju Kurung Basiba merupakan simbol

1
2

perempuan Minangkabau. Apabila baju Kurung Basiba tidak lagi dipakai di

Minangkabau otomatis hilang satu kebudayaan di Minangkabau.

Oleh sebab itu untuk melestarikan kembali baju Kurung Basiba terutama

dikalangan remaja dan dewasa maka pada proyek akhir ini penulis membuat

inovasi baru dengan melakukan modifikasi pada baju Kurung Basiba dengan

memadukan unsur tradisional dengan unsur modren yang sedang trend di dunia

fashion saat ini. hal itu dapat dilihat dengan penambahan tokah dan hiasan dari

sulaman benang emas untuk memperkuat ciri khas dari Minangkabau dan juga

penambahan lengan cape dan variasi model rompi pada baju sehingga baju

kurung basiba yang dibuat tampak lebih glamour, elegant dan terlihat berbeda

dari baju kurung basiba pada umumnya.

Hal inilah yang menjadi keunggulan dari penciptaan baju kurung basiba ini.

Dengan adanya modifikasi baju Kurung Basiba menjadi lebih modern orang akan

kembali melirik dan memakai baju Kurung Basiba dan kebudayaan Minangkabau

akan kembali terlestarikan.

Pada proyek akhir ini penulis menjadikan payet dan sulaman benang emas

sebagai hiasan baju kurung basiba. Menurut Maya 2007 : 4 payet yang digunakan

dalam menghias busana terdiri dari beberapa nama antara lain payet pasir, dengan

memiliki bentuk yang sangat kecil dan memiliki lobang ditengahnya, dapat

digunakan untuk membentuk kelopak bunga, helai daun, dan bentuk daun

lainnya, payet bambu, payet yang berbentuk pipa dan memiliki lubang serong,

payet padi, payet piring, dan lain-lain. Hiasan payet ini digunakan untuk
3

memperindah dan memperjelas motif pada bahan songket baju yang dibuat seperti

rompi pada bagian depan baju serta juga mengisi bagian dalam dari sulaman

benang emas.

Sulaman benang emas adalah salah satu kerajinan khas dari daerah

Sumatera Barat khususnya daerah Nareh Pariaman. Sulaman benang emas

menggunakan benang yang bercorak seperti emas sehingga seolah-olah benang

tersebut terbuat dari emas. Menurut Wasia (2009:85) “sulaman benang emas

adalah teknik menghias kain yang menggunakan benang emas untuk membuat

hiasan yang berbentuk garis yang tersambung”. Sulaman benang emas ini

dibentuk menjadi sebuah motif naturalis dengan pola hias pinggiran berjalan pada

bagian bawah baju dan pola hias mengisi bidang pada bagian tokah. Teknik

pembuatan sulaman benang emas termasuk dalam jenis sulaman yang

menggunakan tusuk hias dasar yaitu tusuk balut.

Modifikasi baju kurung basiba ini dibuat untuk kesempatan acara pesta

khususnya adalah acara pesta pada malam hari, yang cocok digunakan oleh

perempuan Minangkabau usia 20-35 tahun. Alasan penulis memilih kisaran umur

ini karena baju kurung basiba ini dirancang dengan menambahkan unsur yang

sedang trend dikalangan perempuan dengan kisaran umur 20-35 tahun, seperti

yang terlihat pada bagian lengan dan lapisan depan baju. Sedangkan untuk kisaran

umur 35 tahun ke atas akan lebih memilih model pakaian yang lebih simple dan

sederhana, namun tetap memberikan keindahan bagi pemakainya.


4

Oleh karena itu dari beberapa uraian diatas, maka penulis mengangkat judul

proyek akhir yaitu “Modifikasi Baju Kurung Basiba Dengan Hiasan Payet

dan Sulaman benang Emas”.

B. Tujuan Proyek Akhir

Adapun tujuan dari proyek akhir ini :

1. Menciptakan suatu karya yang menarik, mengandung nilai keindahan dan

nilai guna pada busana berupa baju kurung basiba dengan hiasan payet dan

sulaman benang emas.

2. Mengembangkan ide-ide kreatif dengan kreasi baru yang diharapkan dapat

berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat di dunia fashion.

3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma 3 Tata

Busana Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pariwisata dan

Perhotelan Universitas Negeri Padang.

C. Manfaat Proyek Akhir

1. Manfaat untuk mahasiswa

a. Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk meningkatkan

keterampilan dalam menjahit dan menghias baju kurung basiba.

b. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas mahasiswa dalam membuat

baju kurung basiba dan menghiasnya dengan berbagai hiasan, salah

satunya dengan hiasan payet dan sulaman benang emas.

c. Untuk bahan bacaan mahasiswa di Tata Busana Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pariwisata Dan Perhotelan UNP.


5

2. Manfaat untuk penulis

a. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam

membuat baju kurung basiba dan menghiasnya

b. Menambah keterampilan dalam menjahit serta menghias dengan teknik

menyulam dan menggunakan hiasan payet

3. Manfaat untuk masyarakat

a. Sebagai acuan dalam membuat suatu busana yang bernilai jual tinggi.

b. Dapat menciptakan peluang usaha bagi industri kecil rumah tangga.

4. Manfaat untuk jurusan

a. Menambah aset dan arsip ilmu, serta keterampilan dalam menjahit baju

kurung basiba dan kreatifitas dalam menghias busana sehingga dapat

dipromosikan kepada konsumen.

b. Sebagai literatur pada penelitian selanjutnya.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Busana

1. Pengertian Busana

Kata “busana” diambil dari bahasa Sansekerta “bhusana” namun

dalam bahasa Indonesia terjadi pergeseran arti “busana” menjadi “padanan

pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua

hal yang berbeda.

Menurut Ernawati,dkk (2008:1) Busana merupakan segala sesuatu

yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini

mencangkup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata

riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong

pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan

untuk menutupi bagian-bagian tubuh.

Menurut Arifah,dkk (2009:2) Dalam arti sempit busana dapat diartikan

bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu dipakai untuk

penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak

langsung menutup kulit seperti sarung atau kain dan kebaya, rok, blus, bebe,

celana panjang atau pendek, kemeja, singlet.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa busana adalah sesuatu

yang dipakai dari ujung rambut sampai ujung kaki berfungsi untuk menutupi

dan melindungi bagian-bagian tubuh yang terdiri dari busana pokok milineris

6
7

dan aksesoris. Busana juga dikelompokkan sesuai dengan kesempatan yang

dimana pemakaian busana disesuaikan dengan tempat dimana busana tersebut

akan dipakai. Salah satunya adalah untuk kesempatan pesta yang disebut

dengan busana pesta. Busana pesta merupakan busana yang dipakai untuk

menghadiri suatu acara pesta. Menurut Muliawan (2001:5) “Busana pesta

adalah busana yang dipakai wanita, pria pada kesempatan pesta dengan

pemilihan bahan, model, yang terkesan mewah dilengkapi aksesoris sepatu,

sandal, topi, dan lain-lain”

Dalam pemakaian busana pesta ini harus disesuaikan dengan waktu

pemakaiannya dan jenis busananya, maka dibagi beberapa jenis busana

menurut kesempatan pemakaiannya. Penggolangan busana pesta menurut

Khayati (1998) dan Wirdawati (1993) sebagai berikut :

a. Busana Pesta Pagi dan Siang

Busana pesta pagi atau siang adalah busana yang dikenakan pada

kesempatan pesta antara pukul 09.00-15.00. Busana pesta ini terbuat dari

bahan yang bersifat halus, lembut, menyerap keringat dan tidak berkilau,

sedangkan pemilihan warna sebaiknya dipilih warna yang lembut tidak

terlalu gelap.

b. Busana Pesta Sore

Busana pesta sore adalah busana yang dikenakan pada kesempatan

sore menjelang malam. Pemilihan bahan sebaiknya bertekstur agak lembut


8

dengan warna bahan yang cerah atau warna yang agak gelap dan tidak

mencolok.

c. Busana Pesta Malam

Busana pesta malam adalah busana yang dikenakan pada kesempatan

pesta malam hari. Pemilihan bahan yaitu bertekstur lebih halus dan

lembut. Mode busana kelihatan mewah atau berkesan glamour. Warna

yang digunakan lebih mencolok, baik mode ataupun hiasannya lebih

mewah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat

yang diperhatikan dari busana pesta yaitu pemilihan bahan serta pemilihan

warna yang tepat untuk menentukan busana pesta dapat dipakai pada

kesempatan pagi/siang, sore ataupun malam.

Pada proyek akhir ini penulis mengambil busana daerah untuk

dijadikan sumber ide. Busana daerah yang diambil adalah baju perempuan

Minangkabau yaitu baju Kurung Basiba. Baju Kurung tradisional yang sering

di pakai perempuan Minang dimodivikasi dari segi bentuk dan model dengan

tambahan hiasan payet dan sulaman benang emas.

Modifikasi baju kurung basiba ini dipergunakan untuk kesempatan

acara pesta, khususnya acara pesta malam. Alasan penulis mengambil

kesempatan pesta malam, karena rancangan baju yang dibuat sesuai dengan

karakteristik busana pesta malam, mulai dari segi bahan yang mengkilat,

hingga penggunaan warna dan hiasan yang mecolok dengan tambahan


9

benang emas dan hiasan payet sehingga menambah kesan mewah dan elegant

jika digunakan pada malam hari.

2. Syarat-Syarat Busana

Adapun syarat-syarat busana adalah sebagai berikut:

a. Desain

Desain merupakan pola rancangan yang menjadi dasar pembuatan

suatu benda baik berupa busana maupun hiasannya. Menurut Yuliarma

(2016:99) “desain (design) dapat diartikan rancangan sesuatu yang dapat

diwujudkan pada benda nyata atau perilaku manusia, yang dapat

dirasakan, dilihat, didengar, dan diraba”. Sedangkan menurut Ernawati

dkk (2008:62) “desain merupakan pola rancangan yang menjadi dasar

pembuatan suatu benda seperti busana”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desain

merupakan pola rancangan suatu benda yang dapat diwujudkan menjadi

benda nyata seperti busana. Secara umum desain terbagi menjadi 2 yaitu

desain struktur dan desain hiasan.

1) Desain Struktur

Menurut Hayatunufus (1992:3) “ Desain struktur adalah

susunan dari garis, bentuk, warna dan terkstur dari suatu benda baik

benda yang mempunyai ruang atau pun gambar dari sebuah benda”.

Menurut Heni (2013:1) “ Desain struktur merupakan suatu desain


10

yang didasarkan pada bentuk, ukuran, warna dan tekstur suatu benda

sehingga mutlak dibuat suatu garis luar yang disebut siluet”.

Berdasarkan uraian diatas, desain struktur adalah susunan dari

garis, bentuk, warna dan tekstur dari suatu benda baik benda yang

mempunyai ruang atau pun gambar dari sebuah benda dan memiliki

garis luar yang disebut siluet. Menurut Ernawati (2008:63) dalam

busana dikenal beberapa siluet yaitu:

a) Siluet A merupakan pakaian yang mempunyai model bagian atas

kecil dan bagian bawah besar. Bisa juga tidak mempunyai lengan.

b) Siluet Y merupakan model pakaian dengan model bagian atas

lebar tetapi bagian bawah atau rok mengecil.

c) Siluet I merupakan pakaian yang mempunyai bagian atas besar

atau lebar, bagian badan atau tengah lurus dan bagian bawah atau

rok besar.

d) Siluet S merupakan pakaian yang mempunyai model dengan

bagian atas besar, bagian pinggang kecil dan bagian bawah besar.

e) Siluet T merupakan pakaian yang mempunyai desain garis leher

kecil, ukuran lengan panjang dan bagian bawah atau rok kecil.

f) Siluet L merupakan bentuk pakaian variasi dari berbagai siluet,

dapat diberikan tambahan dibagian belakang dengan bentuk yang

panjang/drapery.
11

2) Desain Hiasan

Menurut Soekarno (2004:4) “desain hiasan pada busana

mempunyai tujuan untuk menambah keindahan desain struktur atau

siluet”. Sedangkan menurut Heni (2013:34) berpendapat “desain

hiasan adalah bagian-bagian dari bentuk struktur yang tujuannya

untuk memperindah model busana”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desain hiasan

adalah desain yang dibuat untuk menambah keindahan desain struktur

yang akan dibuat.

Dalam pembuatan desain hiasan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu ragam hias. Menurut Yenni Idrus (2012:3) “ragam

hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola

yang akan diulang-ulang dalam suatu karya kerajinan atau seni”.

Ernawati (2008:387) menjelaskan jenis-jenis ragam hias yang

dapat digunakan untuk menghias bidang atau benda yaitu :

a) Bentuk Naturalis

Bentuk naturaslis yaitu bentuk yang dibuat berdasarkan bentuk-

bentuk yang ada dialam sekitar seperti bentuk tumbuh-tumbuhan,

bentuk hewan, bentuk awan, matahari, bintang, bentuk

pemandangan alam dan lain-lain.


12

Gambar 1. Bentuk Ragam Hias Naturalis


Sumber : Ernawati, dkk

b) Bentuk Geometris

Bentuk geometris yaitu bentuk-bentuk yang mempunyai

bentuk teratur dan dapat diukur menggunakan alat ukur. Contohnya

segi empat, segi tiga, lingkaran, kerucut dan sebagainya.

Gambar 2. Bentuk Ragam Hias Geometris


Sumber : Ernawati, dkk

c) Bentuk Dekoratif

Bentuk dekoratif merupakan bentuk yang berasal dari bentuk

naturalis dan bentuk geometris yang sudah distilasi atau direngga

sehingga muncul bentuk baru tetapi ciri khas bentuk tersebut masih

terlihat.
13

Gambar 3. Bentuk Ragam Hias Dekoratif


Sumber : Ernawati, dkk

Dalam pembuatan proyek akhir ini penulis menggunakan ragam

hias naturalis yang menggambarkan motif hias dari alam sebagai

hiasan pada baju kurung basiba yang terdiri dari motif bunga. Dalam

desain hiasan juga terdapat beberapa macam pola hias yang

digunakan, pola hias merupakan susunan dari ragam hias dengan

menerapkan prinsip-prinsip desain sehingga mendapatkan ragam hias

yang diinginkan. Menurut Ernawati (2008:391) pola hias ada empat

macam yaitu :

1) Pola Tabur

Yaitu ragam hias kecil-kecil yang diatur jarak dan susunannya

mengisi seluruh permukaan atau sebahagian bidang yang dihias.

Ragam hias dapat diatur jarak dan susunannya apakah ke satu arah,

dua arah, dua arah (bolak balik) atau kesemua arah


14

Gambar 4. Pola Tabur


Sumber : Ernawati, dkk
2) Pola Pinggiran

Pola piggiran yaitu ragam hias disusun berjajar mengikuti garis

lurus atau garis lengkung yang saling berhubungan satu dengan

yang lainnya. Pola pinggiran ini ada lima macam yaitu :

a) Pola Pinggiran Berdiri

Yaitu ragam hias disusun berjajar berat ke bawah atau disusun

makin ke atas makin kecil.

Gambar 5. Pola Pinggiran Berdiri


Sumber : Ernawati, dkk

b) Pola Pinggiran Bergantung

Pola pinggir bergantung adalah kebalikan dari pola pinggiran

berdiri yaitu ragam hias disusun berjajar membentuk pola


15

bergantung dengan komposisi motif barat keatas dan makin

kebawah makin kecil.

Gambar 6. Pola Pinggiran Bergantung


Sumber : Ernawati, dkk

c) Pola Pinggiran Simetris

Pola pinggir simetris yaitu ragam hias disusun berjajar

membentuk pola simetris dengan komposisi motif sama berat

atau sama besar antara atas dan bawah atau kiri dan kanan

(seimbang).

Gambar 7. Pola Pinggiran Simetris


Sumber : Ernawati, dkk

d) Pola Pinggiran Berjalan

Pola pinggiran berjalan yaitu ragam hias yang disusun berjajar

membentuk pola berjalan dengan komposisi motif pada garis


16

horizontal dan dihubungkan dengan garis lengkung sehinga

motif seolah-olah bergerak ke satu arah.

Gambar 8. Pola Pinggiran Berjalan


Sumber : Ernawati, dkk

e) Pola Pinggiran Memanjat

Pola pinggir memanjat yaitu ragam hias yang disusun berjajar

membentuk pola memanjat dengan komposisi motif pada garis

vertikal sehingga seolah-olah motif bergerak keatas.

Gambar 9. Pola Pinggiran Memanjat


Sumber: Ernawati, dkk

3) Pola Mengisi Bidang

Pola mengisi bidang yaitu ragam hias disusun mengikuti

bentuk bidang yang akan dihias.


17

a) Mengisi Bidang Segi Empat

Mengisi bidang segiempat yaitu ragam hias bisa disusun

dipinggir atau ditengah atau pada sudutnya saja sehingga

memberi kesan bentuk segi empat.

Gambar 10. Pola Mengisi Bidang Segi Empat


Sumber : Ernawati, dkk

b) Mengisis Bidang Segi Tiga

Yaitu ragam hias disusun memenuhi bidang segi tiga atau dihias

pada setiap sudut segi tiga

Gambar 11. Pola Mengisi Bidang Segi Tiga


Sumber : Ernawati, dkk
18

c) Pola mengisi bidang lingkaran / setengah lingkaran

Yaitu ragam hias dapat disusun mengikuti pinggir lingkaran,

ditengah atau memenuhi semua bidang lingkaran

Gambar 12. Pola Mengisi Bidang Lingkaran


Sumber : Ernawati, dkk

4) Pola bebas

Pola bebas yaitu susunan ragam hias yang tidak terikat susunanya

apakah arah horizontal atau vertikal, makin ke atas susunanya

makin kecil atau sebaliknya, dll.

Gambar 13. Pola Bebas


Sumber : Ernawati, dkk

Setelah mengetahui jenis-jenis pola hias, maka kita dapat

menempatkan pola hias pada pakaian sehingga terlihat indah dan menarik.
19

b. Warna

Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol, sehingga

ungkapan warna sangat mempengaruhi keseluruhan penampilan. Menurut

Ernawati (2008:76) “ Warna merupakan unsur desain yang paling

menonjol, dengan adanya warna menjadi suatu benda dapat dilihat”.

Dalam warna terdapat kombinasi warna. Menurut Ernawati dkk,

(2008:194-195) jenis-jenis kombinasi warna dapat dikelompokkan atas :

a) kombinasi warna monokromatis atau kombinasi satu warna yaitu

kombinasi satu warna dengan value yang berbeda. Misalnya merah

muda dan merah.

b) Kombinasi warna analogus kombinasi warna yang berdekatan dalam

lingkaran warna. Seperti warna merah dengan merah keorenan.

c) Kombinasi warna komplementer adalah kombinasi warna yang

bertentangan letaknya dalam lingkaran warna, seperti merah dengan

hijau.

d) Kombinasi warna split komplementer yaitu kombinasi warna yang

terletak pada semua titik yang membentuk huruf Y pada lingkaran

warna. Misalnya kuning dengan merah keunguan dan biru keunguan.

e) Kombinasi warna double komplementer adalah kombinasi sepasang

warna yang berdampingan dengan sepasang komplementernya.

Misalnya kuning oren dengan biru ungu.


20

c. Bahan

Faktor yang penting dalam pembuatan busana adalah bahan, pemilihan

bahan yang tepat akan menghasilkan produk yang bagus. Menurut Mamdy

(2001:15) menjelaskan bahwa “pemilihan bahan busana sangat besar

pengaruhnya pada sipemakai”. Sedangkan menurut Ernawati (2008:122)

mengatakan “bahan yang akan digunakan hendaklah dipilih dengan

pertimbangan yang matang sesuai dengan model yang diharapkan”.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan

yang tepat harus melalui pertimbangan yang matang agar sesuai dengan

yang diharapkan karena sangat berpengaruh pada sipemakai.

B. Modifikasi Baju Kurung Basiba

1. Pengertian Modifikasi

Modifikasi merupakan upaya menambah atau mengubah sesuatu yang

lain dalam meningkatkan mutu, kegunaan serta penggunaan kebudayaan

tradisional kedalam kehidupan modern yang dikenal dengan istilah

modernisasi. Modifikasi biasanya terjadi apabila sudah terjadi ketidak

tertarikan terhadap suatu barang yang harus mengikuti permintaan masyarakat

pada saat itu. Menurut Poerwadarminta (2003) “Modifikasi diartikan sebagai

pengubahan atau perubahan pada suatu benda”. Sepaham dengan hal yang

telah disampaikan sebelumnya menurut Rusli (1998:2) menjelaskan bahwa

“Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara
21

penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya”.

Sedangkan modifikasi dalam busana menurut Nana Lystiani (2003:3)

“Modifikasi busana adalah proses pengubahan bentuk dasar suatu busana

tanpa meninggalkan ciri khas busana itu sendiri”.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modifikasi

adalah proses pengubahan suatu busana dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara

penggunaan dan manfaat yang memenuhi permintaan masyarakat tanpa

menghilangkan keaslian dari busana itu sendiri.

Pada proyek akhir ini penulis memodifikasi baju kurung basiba dari

segi bentuknya dengan menambahkan beberapa bagian yang dibuat menempel

dengan baju yaitu:

a. Tokah

Pada bagian leher baju kurung basiba ini ditambah dengan tokah yang

dibuat menyatu pada lingkar leher baju, menurut Agusti Efi Marthala

(2015: 95) “Tokah adalah sejenis selendang panjang yang dililitkan mulai

dari punggung, menuju ke bawah ketiak dan diselempangkan pada bagian

dada, dinaikkan ke bahu dan ujung-ujungnya dilepaskan kebelakang

(punggung).”

Namun seiring dengan berjalannya waktu, tokah dimodifikasi ke

bentuk yang lebih sederhana dan juga lebih mudah dalam penggunaannya.

Tokah juga berfungsi sebagai penutup dada.


22

b. Variasi bentuk rompi pada bagian depan baju

Pada bagian tengah depan baju divariasikan dengan bahan songket

yang berbentuk seperti rompi, variasi rompi ini dibuat untuk menambah

unsur keseimbangan penggunaan bahan songket rok dengan baju, serta

juga untuk menambah unsur keindahan pada baju kurung basiba.

c. Lengan Cape

Pada bagian lengan divariasikan dengan lengan cape yang memanjang

pada bagian sisi lengan. Lengan cape merupakan jenis lengan setengah

lingkaran yang dipasangkan pada pagian kerung lengan baju. Namun pada

proyek akhir ini penulis memvariasikan lengan cape pada bagian

pertengahan lengan yang dibuat menyatu dengan lengan suai.

Penggunaan lengan cape terinspirasi dari model busana yang sedang

trend dikalangan remaja dan dewasa saat ini, yang dimana penggunaannya

juga akan menambah kesan glamor dan berbeda pada baju kurung basiba

yang dibuat.

2. Pengertian Baju Kurung Basiba

Baju kurung basiba merupakan pakaian adat khas perempuan

Minangkabau di Sumatera Barat. Kekhasan itu dapat dilihat pada bentuknya

yang longgar atau lapang, yang panjangnya sampai ke batas lutut, mempunyai

siba, kikik pada ketiak, lengannya panjang sampai ke pergelangan tangan,

leher tanpa kerah dan bagian depan sedikit dibelah sebatas dada. Baju ini
23

hampir selalu dipakai dalam kehidupan keseharian mereka, ataupun dalam

upacara-upacara adat tradisional Minangkabau.

Menurut Desra Imelda (2016:4) Baju kurung basiba adalah baju

perempuan Minangkabau yang memiliki ciri-ciri khas, pada bagian samping

baju terdapat siba dengan panjang baju sebatas lutut, leher bulat tanpa kerah

dan sedikit diberi belahan sebatas dada. Sedangkan menurut Fadli Lukman

baju kurung basiba adalah Pakaian perempuan terdiri dari kain panjang yang

dipakaikan seperti sarung (kodek) baju yang longgar dan datar dari atas

bagian bawah belahan ketiak hingga ujung bawah, dengan ukuran panjang

hingga lutut.

Menurut Zuhelman (dalam Rahmawati, 2018) mengatakan, baju

kuruang basiba baju yang longgar atau lapang yang menutupi aurat sampai ke

batas lutut dengan lengan panjang sampai pergelangan tangan dan leher tanpa

kerah.

Bagian-bagian dari baju kurung basiba yaitu :

Gambar 14. Baju Kurung Basiba


Sumber : Dokumentasi Pribadi
24

a. Bagian badan baju kurung basiba

b. Bagian tangan baju kurung basiba

c. Kikiak pada bagian ketiak

d. Siba

e. Leher baju kurung basiba yang memiliki sedikit belahan pada tengah

muka.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa baju Kurung

Basiba adalah baju tradisional perempuan Minangkabau yang biasa dipakai

sehari-hari dengan model sederhana dan longgar yang menutupi tubuh serta

memiliki ciri-ciri khusus seperti siba, kikik pada ketiak, lengan panjang

sampai pegelangan tangan, leher tanpa kerah dan bagian depan dibelah

sebatas dada.

Dalam pembuatan proyek akhir ini penulis menyatukan unsur-unsur

kebudayaan tradisional dengan memadukannya dengan prinsip kekinian yang

lebih fleksibel dan bervariasi, inilah yang dijadikan landasan penciptaan baju

kurung basiba dengan menambahkan sulaman benang emas sebagai rangsang

cipta dan untuk memperkuat ciri khas minang kabau dalam perwujudan

sebuah karya.

Pembuatan baju kurung basiba ini juga terinspirasi dari tempat

magang PLI di Khardio Fashion House yang membuat baju pengantin minang

modifikasi. Jadi pembuatan proyek akhir ini juga tidak terlepas dari
25

karakteristik Khardio Fashion House, seperti dengan penambahan tokah pada

baju dan juga dari teknik pemasangan payetnya.

C. Menghias Busana

Menghias busana merupakan kegiatan khusus yang dilakukakan untuk

memberikan nilai keindahan pada suatu benda dengan seni tertentu, sesuai dengan

desain yang ada. Menurut Yusmerita (1992:2) “ Menghias busana adalah suatu

kegiatan yang mempunyai nilai seni dan merupakan hasil karya cipta manusia

yang diwujudkan dalam bentuk benda”. Sedangkan menurut Roesbani (1992:7)

mengemukakan menghias kain “Seni untuk membuat suatu bahan kain menjadi

lebih indah, yang dapat dilakukan dengan memberi warna dan dapat pula dengan

memberikan motif hias dengan menggunakan jahitan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menghias busana

merupakan suatu kegiatan khusus hasil cipta manusia yang diwujudkan dalam

suatu bahan kain dengan memberi warna atau motif hias dengan menggunakan

jahitan untuk memberikan nilai seni yang lebih indah. Pada pembuatan proyek

akhir ini teknik menghias busana yang digunakan adalah :

1. Payet

Payet merupakan benda kecil yang bisa memberikan arti besar apabila

diperlakukan dengan sentuhan sulam dari tangan yang terampil. Sejarah telah

mewarisi budaya dalam gaya berpakaian pada masa kejayaan kerajaan di

nusantara, terbukti dari beberapa pakaian daerah di Nusantara yang telah

dihiasi dengan manik atau payet.


26

Pulukadang (1991:2) menyatakan “ Payet dan manik dapat menghias

pakaian jika disusun sedemikian rupa”. Selanjutnya sumarah (1986:2)

menyatakan “ manik-manik adalah yang berbentuk bulat yang dilubangi dan

dironceh guna menghias bahan atau sebuah benda yang berguna untuk

menghias pakaian agar terlihat lebih indah”.

Dapat disimpulkan bahwa manik atau payet merupakan butiran hiasan

yang disusun sedemikian rupa agar tercipta suatu hiasan atau motif yang

indah, unik, dan mewah.

Menurut Maya dan Coly (2007:4) macam-macam payet yang sering

digunakan dalam menghias busana yaitu :

a. Payet pasir

Payet pasir, bentuknya sangat kecil dan bulat dengan lubang ditengahnya

dapat digunakan untuk membentuk kelopak bunga, helai daun dan

berbagai macam bentuk lainnya, sesuai dengan kreatifitas kita.

Gambar 15. Payet Pasir


Sumber: Dokumentasi Pribadi
b. Payet Tebu

Payet tebu, bentuknya seperti payet bambu namun lebih pendek biasanya

digunakan untuk membentuk tangkai, garis-garis dan bentuk lainnya.


27

Gambar 16. Payet Tebu


Sumber: Dokumentasi Pribadi

c. Payet piring datar

Payet piring datar, bentuknya pipih dan tipis terbuat dari plastik atau mika

yang sangat tipis dengan lubang ditengah. Digunakan untuk membentuk

kelopak bunga kecil, benang sari bunga, dan bentuk lainnya.

d. Payet swaroski

Payet swaroski ini memiliki keunggulan dari payet lain yaitu lebih

berkilau.

Gambar 17. Payet Swaroski


Sumber: Dokumentasi Pribadi

e. Payet cangkang

bentuknya seperti tetes air mata yang berlubang pada sumbunya,

teksturnya sangat kaku dan keras dibandingkan dengan jenis payet

lainnya, sehingga kreasi yang dihasilkan sangat terbatas payet ini sering

digunakan untuk membentuk motif bunga pada daun.


28

f. Manik

Menurut Adyatman (1986:2) “manik-manik adalah benda yang

terbentuk bulat yang dilobangi dan dironce guna menghias bahan atau

benda”. Macam-macam bentuk manik menurut Adyatman (1984:4) adalah

sebagai berikut :

1) Manik-manik kaca, yaitu manik-manik yang terbuat dari kaca.

Manik-manik ini mempunyai berbagai macam jenis dan warna yang

bervariasi seperti manik-manik 3 dimensi.

2) Manik-manik mutiara, yaitu manik-manik yang terbuat dari mutiara

jenis ini lebih ringan, tahan lama dan tidak mudah pecah.

Gambar 18. Manik-Manik Mutiara


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Macam-macam teknik pemasangan payet

1) Teknik pemasangan payet bentuk tabur, pemasangan teknik bentuk tabur

ini menggunakan pola serak atau tabur yang diatur jaraknya dengan teknik

tusuk jelujur dan juga bisa mengikuti bentuk motif.

2) Teknik pemasangan payet bentuk daun, pemasangan payet daun inidiatur

seperti tulang-tulang daun dengan menggunakan tusuk jelujur dan tususk

tikam jejak.
29

3) Teknik pemasangan payet bentuk rantai, pemasangan payet bentuk rantai

ini diatur rapat seperti rantai dengan menggunakan tusuk tikam jejak.

4) Teknik pemasangan payet bentuk tumpuk, pemasangan payet bentuk

tumpuk ini diatur rapat tanpa jarak dengan menggunakan tusuk tikam

jejak.

5) Teknik pemasangan payet bentuk motif, pemasangan dilakukan dengan

membentuk motif yang sudah ditentukan pada busana atau pakaian

tersebut.

Pada proyek akhir ini penulis menggunakan berbagai macam payet,

yaitu, payet tebu, payet swaroski dan manik-manik mutiara sebagai hiasan.

Hiasan payet ini dijahitkan pada bagian motif songket pada variasi rompi dan

pada bagian tengah motif yang sebelumnya telah diberi hiasan benang emas.

Penggunaan payet pada baju kurung basiba ini berfungsi untuk menambah

keindahan dan kesan mewah pada baju.

2. Sulaman Benang Emas

Sulaman merupakan keterampilan yang sangat populer dan sangat

diminati. Menurut Yuliati (2009:5) “ Seni menyulam sebenarnya merupakan

seni menjahit sebuah aplikasi desain atau pola gambar pada kain atau media

lainnya dengan berbagai macam teknik dan bahan”. Sulaman merupakan salah

satu kesenian yang telah lama diwarisi secara turun temurun dan memiliki

perkembangan yang sangat bagus. Teknik sulam yang dipakai biasanya adalah

dengan menggunakan tangan dan menggunakan mesin.


30

Sulaman benang emas adalah salah satu kerajinan khas dari Sumatera

Barat khususnya daerah Nareh Pariaman. Sulaman yang biasanya

menggunakan benang biasa tetapi sulaman benang emas ini menggunakan

benang yang bercorak seperti emas seolah-olah benang tersebut terbuat dari

emas. Menurut Wildati (2012) “Sulaman benang emas adalah membuat ragam

hias pada kain tenunan polos dengan cara menempelkan benang emas dengan

tusuk balut, motif yang digunakan adalah motif naturalis dan motif dekoratif

yang berbentuk garis sambung- bersambung”.

Hasil kerajinan dari sulaman benang emas ini sendiri beraneka ragam,

antara lain pelaminan khas Minang, selendang Koto Gadang, gambar dinding

serta banyak yang lainnya seperti kipas pengantin, bahkan ada bentuk mini

dari rumah gadang rumah khas minang yang dibuat menggunakan sulaman

benang emas ini.

Sulaman benang emas ini dikerjakan dengan menggunakan teknik

melekatkan benang. Ernawati, dkk (2008:414) menjelaskan bahwa

“Melekatkan benang yaitu sulaman yang ragam hiasnya dibentuk dari

benang sulam yang kasar yang ditempel secara terus menerus tidak terputus-

putus pada permukaan kain dengan tusuk hias”. Benang dibentuk menjadi

ragam hias pada permukaan kain dan dijahitkan dengan tusuk balut atau tusuk

silang. Syarat-syarat dalam melekatkan benang emas, motif tidak boleh putus-

putus. Sulaman melekatkan benang menghias dengan menggunakan benang

besar dan dilekatkan pada kain dengan menggunakan benang lebih halus
31

dengan tusuk hias. Benang pelekat hendaknya kontras dengan warna

bahannya supaya hiasan tersebut menonjol.

Gambar 19. Sulaman Benang Emas


Sumber: indah Widianingsih.
BAB III
RANCANGAN PRODUK

A. Desain Produksi

Desain produksi pada proyek akhir ini berupa baju kurung basiba yang

dimodifikasikan dari segi bentuknya, dengan memadukan unsur kebudayaan

tradisional dengan unsur modren yang sedang trend dikalangan wanita saat ini.

Modifikasi baju kurung basiba ini dibuat menggunakan siluet A untuk wanita

dengan kisaran umur 20 hingga 35 tahun.

Alasan penulis memilih desain pada baju kurung basiba ini adalah untuk

menarik minat perempuan muda di Minangkabau agar kembali melirik pakaian

tradisional perempuan di Minangkabau yaitu baju kurung basiba dan sebagai

salah satu upaya untuk melestarikan kembali baju kurung basiba dikalangan

perempuan dan bundo kandung Minangkabau.

32
33

Desain Produk Tampak Depan

Gambar 20. Desain Produk Tampak Depan


Sumber : Dokumentasi Pribadi
34

Desain Produk Tampak Belakang

Gambar 21. Desain Produk Tampak Belakang


Sumber : Dokumentasi Pribadi
35

B. Desain Struktur

Desain struktur busana pada proyek akhir ini menggunakan siluet A. Busana

ini memiliki dua bagian yaitu :

1. Baju Kurung Basiba

Pada bagian leher baju kurung basiba ini ditambah dengan tokah yang

menyatu pada lingkar leher, serta pada bagian tengah depan baju juga

divariasikan dengan bahan songket yang berbentuk seperti rompi, dan juga

pada bagian lengan divariasikan dengan lengan cape yang memanjang pada

bagian sisi lengan.

2. Rok

Pada bagian rok menggunakan rok span model tumpang / wrap over yaitu

berupa tambahan lapisan muka rok dari batas sisi kanan rok sampai batas

kupnat kiri rok.


36

Desain Struktur Baju Tampak Depan

Leher Bulat Tokah


Dengan Belahan
Sebatas Dada

Kikik
Tambahan
Songket

Lengan Cape

Variasi Model
Rompi

Siba

Gambar 22. Desain Struktur Baju Tampak Depan


Sumber : Dokumentasi Pribadi
37

Desain Struktur Baju Tampak Belakang

Tokah

Kikik
Tambahan
songket

Lengan Cape

Siba

Gambar 23. Desain Struktur Baju Tampak Belakang


Sumber : Dokumentasi Pribadi
38

Desain Struktur Rok

Ban pinggang
Ban pinggang

kupnat
kupnat

Resleting

Tengah Belakang
Rok span model
tumpang / wrap
over

Gambar 24. Desain Struktur Rok


Sumber : Dokumentasi Pribadi
39

C. Desain Hiasan

Desain hiasan pada baju kurung basiba ini menggunakan hiasan payet dan

sulaman benang emas. Hiasan sulaman benang emas ini ditambahkan dengan

hiasan payet untuk mengisi bagian dalam sulaman. Untuk menambah nilai dan

kualitas dari desain struktur yang dibuat maka, penulis menempatkan desain

hiasan pada bagian tokah dan bagian bawah baju, hiasan ini dibuat menggunakan

motif naturalis. Pada bagian bawah baju menggunakan pola hias pinggiran

berjalan sedangkan pada bagian tokah menggunakan pola hias mengisi bidang

segitiga. Motif ini dipilih untuk menambah kesan keindahan pada baju kurung

basiba. Serta pada bagian variasi rompi depan baju menggunakan bahan songket

dan diberi hiasan payet yang dibuat dengan mengikuti motif dari songket.
40

Desain Hiasan Tampak Depan

Sulaman Benang
Emas
Payet Mutiara

Uliran Payet Tebu


Payet Swaroski

Aplikasi Payet
Aplikasi Payet Tebu dan Payet
Tebu dan Payet Mutiara
Mutiara

Uliran Payet Tebu

Payet Swaroski Uliran Payet Tebu

Sulaman Benang
Payet Mutiara emas

Gambar 25. Desain Hiasan Tampak Depan


Sumber: Dokumentasi Pribadi
41

Desain Hiasan Tampak Belakang

Sulaman Benang
Emas
Payet Mutiara

Uliran Payet Tebu


Payet Swaroski

Aplikasi Payet
Tebu dan Payet
Mutiara

Payet Swaroski Uliran Payet Tebu

Sulaman Benang
Payet Mutiara emas

Gambar 26. Desain Hiasan Tampak Belakang


Sumber : Dokumentasi Pribadi.
42

D. Warna

Warna merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam busana.

Pada baju kurung basiba ini penulis menggunakan dua warna, yaitu warna merah

maroon dan warna gold. Warna merah maroon dijadikan sebagai warna utama

untuk bahan baju dan rok yaitu pada bahan jaguar lame, cerutty baby doll, bahan

songket dan juga bahan furring. Sedangkan warna gold digunakan untuk detail

hiasan pada baju, yaitu untuk sulaman benang emas dan juga payet. Untuk detail

hiasan payet penggunaan warna gold juga dipadukan dengan warna merah

maroon untuk memberi kesan menyatu dengan bahan utama. Alasan penulis

memilih warna ini karena apabila warna merah maron dikombinasikan dengan

warna gold akan menghasilkan kesan yang mewah dan elegant. Serta juga

merupakan karakteristik dari busana pesta malam, yaitu warnanya yang

mencolok.

E. Bahan

Bahan utama yang digunakan untuk membuat baju kurung basiba ini ada 3

jenis bahan yaitu :

a. Bahan Jaguar lame

Bahan ini digunakan sebagai bahan utama baju kurung basiba dan juga tokah.

Bahan ini dipilih karena memiliki karakteristik yang sedikit kaku dan nantinya

akan seimbang ketika dikombinasikan dengan hiasan benang emas.

b. Bahan ceruty baby doll


43

Bahan ini digunakan pada bagian lengan cape. Bahan ini dipilih karena

memiliki karakteristik yang lembut dan melangsai sehingga akan cocok

digunakan untuk membuat lengan cape.

c. Bahan songket,

Bahan songket ini digunakan sebagai bahan rok dan juga untuk lapisan

tengah depan baju dan pertengahan lengan.

Furing yang penulis gunakan untuk baju kurung basiba ini yaitu furing

Hvl. Penulis memilih furing hvl agar busana terlihat lebih mewah karna bahan

hvl ini sesuai dengan syarat busana pesta yaitu mewah, sedikit mengkilat dan

licin. Untuk bahan interliningnya penulis memilih Trubenais untuk digunakan

pada bagian ban pinggang rok. Trubenais yaitu kain pelapis yang tebal dan kaku,

baik digunakan untuk melapisi krah kemeja dan krah board atau untuk ban

pinggang.
BAB IV
PROSES KERJA DAN PEMBAHASAN

A. Proses Pembuatan Modifikasi Baju Kurung Basiba

Adapun proses kerja dan proses pembuatan proyek akhir ini adalah

1. Menyiapkan Alat dan Bahan

a. Alat

1) Alat tulis terdiri dari: pensil, pensil warna, penghapus, rol biasa, rol

pola, kertas karbon, skala 1:4, gunting kertas, pena warna, spidol.

2) Alat jahit terdiri dari: mesin jahit, jarum jahit, jarum pentul, gunting

kain, jarum mesin, kapur jahit, alat ukur atau sentimeter.

b. Bahan

Bahan yang dibutuhkan yaitu:

1) Bahan utama untuk baju yaitu jaguar lame, bahan untuk cape yaitu

cerutty baby doll, dan bahan untuk lapisan depan baju dan rok yaitu

songket meteran.

2) Bahan furing yang digunakan yaitu hvl.

3) Untuk membuat pola yaitu menggunakan kertas pola.

4) Bahan pelengkap yaitu, benang jahit, benang emas, trubenais, resleting

rok, kancing hak rok

5) Hiasan : payet dan sulaman benang emas.

44
45

2. Mengambil Ukuran

Ukuran yang diambil sesuai dengan model desain dari modifikasi baju

kurung basiba yang akan dibuat, ukuran-ukuran yang diperlukan antara lain:

a. Lingkar badan : diukur sekeliling badan terbesar dengan posisi cm tidak

terlalu kencang.

b. Lingkar pinggang : diukur pas sekeliling pinggang.

c. Lingkar panggul : diukur melingkar pada bagian panggul terbesar secara

horizontal dengan tidak terlalu ketat.

d. Lebar bahu : diukur dari batas bahu kanan, lurus sampai batas bahu kiri.

e. Panjang lengan : diukur dari bahu terendah sampai panjang yang

diinginkan.

f. Lingkar pergelangan lengan : Diukur sekeliling pergelangan lengan.

g. Tinggi panggul : diukur dari pinggang, sampai batas panggul terbesar.

h. Panjang baju : diukur dari bahu tertinggi sampai panjang baju yang

diinginkan

i. Panjang rok : diukur dari pinggang sampai panjang rok yang diinginkan

3. Membuat Pola

Ambil ukuran badan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan Proses

pembutan pola, pembuatan pola disini tidak menggunakan pola dasar, tetapi

pola dibuat langsung sesuai dengan desain yang diinginkan. ukuran yang

digunakan adalah:
46

a. Lingkar badan : 88 cm

b. Lingkar pinggang : 75 cm

c. Lingkar panggul : 99 cm

d. Lebar bahu : 39 cm

e. Panjang lengan : 55 cm

f. Lingkar pergelangan lengan : 13 cm

g. Tinggi panggul : 18 cm

h. Panjang baju : 96 cm

i. Panjang rok : 98 cm
47

1) Pola Baju Bagian Depan

Gambar 27. Pola Baju Bagian Depan


Sumber : Dokumentasi Pribadi
48

Keterangan pola baju bagian depan :

A-B = Panjang baju

A-C = Turun 3 cm,

A-A1 = 8 cm

A-A2 = 8cm

A2-A3 = dari A2 dimasukkan kedalam 1.5 cm , lalu

hubungkan ke titik A3 = 7 cm

A-A4 = ½ Lebar bahu + panjang lengan

A4-A5 = ½ Lingkar pergelangan lengan

A4-A6 = ½ Panjang Lengan

C-D = ½ Lebar bahu - 2

D-E = ¼ Lingkar badan + 2

Hubungkan titik A5 ke titik E

E-E1 = 8 cm

E-E2 = 8 cm

D-F = ½ Lebar bahu – 2 + 1

F-G = D-E dikurang 1 cm

F-H = ½ Lebar bahu – 2 + 2

H-I = B-B1 = ¼ Lingkar panggul + 2

B1-B2 = 5 cm

B2-B3 = Naik 2 cm

Untuk lebar siba dimasukan 5 cm (standart) ke dalam dari batas sisi.


49

Gambar 28. Variasi Model Rompi


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Untuk tambahan lapisan baju bagian depan :

Dari garis tengah muka dimasukkan ke dalam 3 cm

C3-C4 = 79 cm

Lalu hubungkan semua titik dari A1- C3-C4 dan lalu hubungkan ke

garis siba
50

2) Pola Baju Bagian Belakang

Gambar 29. Pola baju bagian belakang


Sumber : Dokumentasi Pribadi.
51

Keterangan pola baju bagian belakang :

J-K = Panjang baju

J-L = Turun 3 cm,

J-J1 = 8 cm

J-J2 = 2 cm

J-J3 = ½ Lebar bahu + panjang lengan

J3-J4 = ½ Lingkar pergelangan lengan

J3-J5 = ½ Panjang Lengan

L-M = ½ Lebar bahu - 2

M-N = ¼ Lingkar badan + 2

Hubungkan titik J4 ke titik N

N-N1 = 8 cm

N-N2 = 8 cm

M-O = ½ Lebar bahu – 2 + 1

O-P = M-N dikurang 1 cm

O-Q = ½ Lebar bahu – 2 + 2

Q-R=K-K1 = ¼ Lingkar panggul + 2

K1-K2 = 5 cm

K2-K3 = Naik 2 cm

Untuk lebar siba dimasukan 5 cm (standart) ke dalam dari batas sisi.


52

3) Pola Tokah Bagian Depan

Gambar 30. Pola Tokah Bagian Depan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan pola tokah bagian depan :

Pola tokah bagian depan dijiplak dari pola baju bagian depan

A3-D1 = 12.5 cm

Dari garis siba dimasukkan 1 cm untuk membentuk titik C1 dan

hubungkan ke titik D1 dengan garis lengkung.


53

4) Pola Tokah Bagian Belakang

Gambar 31. Pola Tokah Bagian Belakang


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan pola tokah bagian belakang :

Pola tokah bagian belakang dijiplak dari pola baju bagian belakang

J2-L2 = 14 cm

L2-L3 = Naik 1 cm

Dari garis siba dimasukkan 1 cm untuk membentuk titik L1 dan

hubungkan titik L1 ke titik L3-L2.


54

5) Pola Lengan Cape

Gambar 32. Pola Lengan Cape


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan pola lengan cape :

A-B, A-C, A-D, A-E = 1/6 lingkar pertengahan panjang lengan

– ½ cm

D-F = Setengah panjang lengan

E-G = 50 cm
55

6) Pola Rok

Gambar 33. Pola Rok


Sumber : Dokumentasi Pribadi
56

Keterangan pecah pola rok bagian depan :

A-E = Panjang rok

A-C = Tinggi panggul

A-B = ¼ lingkar pinggang + 1 + 3 (kup)

A-A1 = Turun 1.5 cm

A-A2 = ½ A-B dikurang 1 cm

A2-A3=A2-A4 = 1.5 cm

C-D=E-F = ¼ lingkar panggul + 1 cm

F-F1 = 3 cm

Keterangan pola rok bagian belakang:

G-K = Panjang rok

G-I = Tinggi panggul

G-H = ¼ lingkar pinggang - 1 + 3 (kup)

G-G1 = Turun 1.5 cm

G-G2 = ½ G-H dikurang 1 cm

G2-G3=G2-G4 = 1.5 cm (kup)

I-J=K-L = ¼ lingkar panggul – 1 cm

L-L1 = 3 cm
57

7) Pola Lapisan Rok

Gambar 34. Pola Lapisan Rok


Sumber : Dokumentasi Pribadi
58

Keterangan pola lapisan rok bagian depan:

Pola lapisan rok bagian depan di jiplak dari pola rok bagian depan.

A2-G = ditarik garis lurus ke bawah sampai batas panjang

rok, untuk potongan lapisan depan rok

4. Rancangan bahan

Rancangan bahan dibuat untuk memperkirakan berapa banyak kebutuhan

bahan yang akan digunakan untuk membuat baju kurung basiba.

Langkah-langkah pembuatan rancangan bahan:

a. Menyiapkan pola kecil yang telah dibuat sesuai dengan desain

menggunakan skala 1: 4.

b. Menyiapkan kertas sampul (kertas kacang) sesuai dengan ukuran lebar

kain (panjang kain menyesuaikan dengan kebutuhan menggunakan skala )

c. Meletakkan pola diatas kertas kacang

d. Peletakan pola harus memperhatikan arah serat

e. Dalam meletakan pola pada kain diatur sedemikian rupa agar dapat

menghemat kain, dimulai dengan meletakan pola paling besar kemudian

sedang dan paling kecil

f. Menghitung kebutuhan panjang kain


59

Lebar kain 75 cm

Lipatan kain

panjang kain
205 cm

Gambar 35. Rancangan Bahan Baju


Sumber : Dokumentasi Pribadi
60

Panjang kain Panjang kain


100 cm 42 cm

Lebar kain 115


cm

Lipatan kain

Gambar 36. Rancangan Bahan Songket


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Lebar kain 75 cm

Panjang kain
100 cm

Lipatan kain

Gambar 37. Rancangan Bahan Lengan Cape


Sumber : Dokumentasi Pribadi
61

Lebar kain 57.5 cm

Lipatan Kain

Lipatan Kain
Panjang Kain
205 cm

Gambar 38. Rancangan Bahan Furing Baju


Sumber : Dokumentasi Pribadi
62

Lebar kain Lebar kain


31 cm 53 cm

Lipatan Kain Panjang Kain


200 cm

Gambar 39. Rancangan Bahan Furing Rok


Sumber : Dokumentasi Pribadi.
63

5. Memotong Bahan

Susun pola yang sudah dibuat, dan sematkan pada bahan utama dan

furing, Sesuaikan dengan rancangan bahan. Dalam meletakkan pola

perhatikan arah serat bahan dan pastikan bahan sudah dibentangkan dengan

rata. Potong bahan sesuai pola yang sudah diberi kampuh. Setelah dipotong

pindahkan semua tanda pola dengan menggunakan rader, karbon, dan kapur

jahit untuk mempermudah proses penjahitan. Hal yang harus diperhatikan

dalam memotong bahan adalah :

a. Bahan yang akan digunting tidak boleh kusut

b. Kain tidak boleh diangkat saat menggunting, kain diletakkan pada

permukaan yang datar.

c. Letakkan tangan kiri di atas kain saat menggunting.

d. Menggunting pola dari yang paling besar.

e. Menggunting kain sesuai kampuh.

f. Menggunting kain dimulai dari bagian tepi.

g. Menggunting kain harus sesuai urutan, menggunting bahan utama, bahan

kain tambahan kemudian bahan furing. Bahan yang sudah dipotong harus

segera dipisahkan
64

Gambar 40. Memotong Bahan Utama


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 41. Memotong Bahan Furing


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 42. Memotong Bahan Songket


Sumber : Dokumentasi Pribadi

6. Proses Menjahit

Menyatukan atau menggabungkan bahan sesuai dengan pola.

Langkah-langkah menjahit :

a. Menjahit Baju

1) Setelah bahan dipotong, dan memindahkan tanda-tanda pola ke bahan,

selanjutnya, menyatukan pola kikik, dan lengan dengan pola siba


65

bagian depan dan belakang dengan cara dijahit menggunakan mesin

dimulai dari bagian kikik nya

Gambar 43. Menjahit Kikik


Sumber : Dokumentasi Pribadi

2) Satukan pola bagian sisi lengan dan juga sisi siba bagian depan dan

belakang

Gambar 44. Menjahit Sisi


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3) Selanjutnya menjahitkan pola lapisan depan baju yang menggunakan

bahan songket dengan menyatukan bagian depan dan belakang

Gambar 45. Menjahit Lapisan Songket Baju


Sumber : Dokumentasi Pribadi
66

4) kemudian menyatukan tengah depan baju bahan polos dan lapisan

depan baju bahan songket pada bagian siba yang telah dijahitkan tadi

Gambar 46. Menjahit lapisan depan songket ke bahan utama


Sumber : Dokumentasi Pribadi

5) selanjutnya menjahitkan lengan cape dan bahan songket sebagai bis

pada bahan utama lengan bagian bawah

6) lalu bagian lengan cape, dan bis songket yang telah djahit, disatukan

ke bahan utama lengan bagian atas

7) setelah bagian lengan selesai, selanjutnya menjahit bagian tokah

dengan menyatukan bagian buruk bahan, kemudian dijahit dan diretak

pada bagian kampuh, lalu dibalik untuk bagian baik bahan

Gambar 47. Menjahit tokah dan meretak kampuhnya


Sumber : Dokumentasi Pribadi
67

8) selanjutnya menyatukan pola tokah ke lingkar leher baju dengan

menjahitkan di sekeliling lingkar leher

9) kemudian menjahit bagian furing sama dengan pejahitan bahan utama,

dengan menyatukan semua bagian-bagian polanya.

Gambar 48. Menjahit Furing


Sumber : Dokumentasi Pribadi

10) setelah bahan furing selesai dijahit seperti bahan utama selanjutnya

menyatukan dan menjahitkan furing ke bahan utama dengan

menyatukan bagian baik furing dengan bagian baik bahan utama,

dimulai dari bagian lengan selanjutnya jahit sesuai tanda pola dari

bagian buruk bahan.

Gambar 49. Menjahitkan furing ke bahan utama


Sumber : Dokumentasi Pribadi
68

11) Kemudian menjahitkan bagian furing ke lingkar leher dan bagian

bawah baju dengan cara yang sama pada penjahitan lengan, untuk

bagian bawah baju disisakan sekitar 15 cm untuk membalikkan bagian

buruk bahan dan kemudian disum.

Gambar 50. Menjahitkan furing ke lingkar leher


Sumber : Dokumentasi Pribadi

12) Selanjutnya menstik bagian bawah lengan cape, agar terlihat lebih rapi

Gambar 51. Menstik bagian bawah lengan cape


Sumber : Dokumentasi Pribadi

13) Setelah semua bagian selesai dijahit, selanjutnya disetrika dan

dirapikan.
69

b. Menjahit Rok

1) Jahit semua kupnat pada bahan utama dan furing, lalu setrika dan

rapikan

Gambar 52. Menjahit kupnat pola rok


Sumber : Dokumentasi Pribadi

2) Menjahitkan bagian lapisan depan rok ke bahan utama, lalu menjahit

tengah belakang rok

Gambar 53. Menjahit lapisan depan rok ke bahan utama


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3) Kemudian memasangkan resleting pada bagian tengah belakang rok

4) Setelah semua bagian bahan utama di jahitkan, selanjutnya menjahit

bagian furing sama seperti menjahit bagian bahan utama


70

Gambar 54. Menjahit bagian furing


Sumber : Dokumentasi Pribadi

5) Setelah itu baru menyatukan bagian furing ke bahan utama

Gambar 55. Meyatukan bagian furing ke bahan utama


Sumber : Dokumentasi Pribadi

6) Setelah bahan furing dan bahan utama menyatu, selanjutnya

menjahitkan ban pinggang yang sudah diberi trubenais ke lingkar

pinggang rok, dan juga dijahitkan kancing hak rok pada bagian ban

pinggang, setelah itu ditindis


71

Gambar 56. Menjahit ban pinggang


Sumber : Dokumentasi Pribadi

7) Setelah semua bagian selesai dijahit, selanjutnya disetrika dan

dirapikan.

7. Proses Menghias Busana

Setelah proses menjahit, langkah selanjutnya adalah menghias busana.

Dengan memilih sumber ide hiasan payet dengan sulaman benang emas.

Langkah menghias busana :

a. Membuat sulaman benang emas

1) Membuat motif pada bahan yang akan diberi hiasan sulaman benang

emas

2) Setelah motif dibuat, selanjutnya mulai menyulam sesuai dengan motif

yang telah digambar


72

Gambar 57. Menyulam benang emas


Sumber : Dokumentasi Pribadi

b. Memasang payet

1) Setelah membuat sulaman benang emas selanjutnya diberi uliran payet

dan mote pada bagian dalam sulaman

2) Dan juga memasang payet pada bagian lapisan baju, yang dimana

payet dibuat dengan mengikuti motif dari bahan songket

Gambar 58. Memasang payet


Sumber : Dokumentasi Pribadi
73

B. Waktu, Biaya dan Harga

1. Waktu yang di butuhkan

NO RANCANGAN KEGIATAN WAKTU

1. Penyelesaian desain busana 1 jam 10 menit

2. Mengambil ukuran 10 menit

3. Membuat pola 2 jam

4. Memotong, menggunting bahan 45 menit

5. Menjahit baju 6 jam

6. Menggambar motif 1 jam 25 menit

7. Menyulam benang emas 42 jam

8. Mempayet dan menghias 20 jam

9. Finishing / penyelesaian 2 jam 45 menit

Total waktu 76 jam 15 menit

Tabel 1. Waktu Yang Dibutuhkan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jadi jumlah waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan

modifikasi baju kurung basiba dengan hiasan payet dan sulaman benang emas

ini adalah kurang lebih 76 jam 15 menit. Dalam satu hari kerja dihitung 8 jam

sehingga pekerjaannya membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari.


74

2. Biaya Produksi

a. Biaya bahan utama dan penunjang

NO NAMA BAHAN JUMLAH HARGA TOTAL

1. Jaguar lame 2 m, 5 cm Rp. 75.000 Rp. 155.000

2. Cerutty baby doll 1m Rp. 30.000 Rp. 30.000

3. Songket meteran 2½m Rp. 50.000 Rp.125.000

4. Furing HVL 4 m 5 cm Rp. 10.000 Rp. 40.500

5. Benang emas 2 ikat Rp. 10.000 Rp. 20.000

6. Payet tebu 4 bungkus Rp. 30.000 Rp. 120.000

7. Payet mutiara kristal 1 bungkus Rp. 15.000 Rp.15.000

8. Payet mutiara biasa 1 bungkus Rp. 15.000 Rp.15.000

9. Payet mote 2 bungkus Rp. 15.000 Rp.30.000

10. Benang jahit 1 buah Rp. 2000 Rp.2000

11. Trubenais 10 cm Rp. 20.000 Rp.2.000

12. Resleting rok 1 buah Rp. 2000 Rp. 2000

13. Pengait rok 1 pasang Rp. 2000 Rp.2000

Total Rp. 558.500

Tabel 2. Biaya Produksi


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jadi jumlah keseluruhan bahan utama dan bahan penunjang adalah

Rp. 558.500
75

b. Biaya upah

Desain busana : Rp. 40.000

Menjahit busana : Rp. 180.000

Menghias : Rp. 75.000

Listrik : Rp. 10.000

Biaya tak terduga : Rp. 15.000 +

Rp.320.000

Biaya langsung + biaya produksi

Rp. 558.500 + Rp. 320.000

Jadi, harga pokok = Rp. 878.500

Keuntungan 30% x harga pokok

30% x Rp. 878.500 = Rp. 263.550

Keuntungan Rp. 263.550

3. Harga Jual

Harga pokok + keuntungan

Rp. 878.500 + Rp. 263.550 = Rp. 1.142.050

Jadi harga modifikasi baju kurung basiba adalah

Rp. 1.142.050
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Baju kurung basiba adalah pakaian tradisonal perempuan minang

kabau yang memiliki bentuk yang longgar atau lapang dan panjangnya sampai

dibawah lutut, mempunyai siba, kikik pada ketiak, lengan panjang sampai

pergelangan tangan, leher tanpa krah dan mempunyai sedikit belahan di

tengah muka. Pada proyek akhir ini penulis mengangkat baju kurung basiba

tradisional minang kabau ini sebagai sumber ide. Baju ini di modifikasikan

dari segi bentuknya dengan memadukan unsur kebudayaan tradisional dengan

unsur modren. Hal itu dapat dilihat pada desain bajunya yaitu dengan

penambahan hiasan lengan cape dan lapisan depan baju dari bahan songket.

Modifikasi Baju kurung basiba ini di hias dengan hiasan payet dan

sulaman benang emas dengan pemilihan warna hiasannya yaitu warna gold

yang dipadukan dengan warna bahan utamanya yaitu merah maron sehingga

akan menambah kesan keindahannya, serta juga sesuai dengan syarat busana

pesta malam

Busana pesta merupakan busana yang digunakan pada kesempatan

pesta. Busana pesta ini juga dibagi menjadi beberapa bagian salah satunya

adalah busana pesta malam. Busana pesta malam adalah busana yang

dikenakan pada kesempatan pesta malam hari. Dengan pemilihan bahan yaitu

bertekstur lebih halus dan lembut. Mode busana kelihatan mewah atau

76
77

berkesan glamour. Serta warna yang digunakan pun lebih mencolok, baik

mode ataupun hiasannya.

Modifikasi baju kurung basiba pada proyek akhir ini terdiri dari 2

bagian yaitu bagian atas menggunakan baju kurung basiba dan bagian bawah

menggunakan rok span dari bahan songket. Oleh karena itu penulis

mengambil model busana dengan siluet A yang dimana bentuk busananya

dengan bagian atas kecil tetapi bagian bawah membesar sesuai dengan desain

pada baju kurung basiba ini.

Bahan yang digunakan pada proyek akhir ini ada 3 macam, yaitu

bahan jaguar lame sebagai bahan utama, bahan songket sebagai bahan rok dan

lapisan depan baju, serta bahan cerutty baby doll sebagai bahan pelengkap

untuk bagian lengan cape. Bahan-bahan ini dipilih karena memiliki tekstur

dan karakteristik yang baik untuk mewujudkan modifikasi baju kurung basiba

dengan hiasan payetdan sulaman benang emas. Dalam pembuatan sulaman

benang emas penulis menggunakan motif naturalis dari alam yaitu motif

bunga, dan dipadukan dengan pola hias pinggiran berjalan sehingga

memberikan kesan yang indah dan berbeda pada baju kurung basiba ini.

B. Saran

1. Bagi Departemen IKK Tata Busana : diharapkan Departemen IKK Tata

Busana dapat menyediakan saran seperti : majalah dan buku tentang


78

perkembangan busana baik itu model busana, warna, motif, dan lainnya yang

dapat menginspirasi mahasiswa dalam berkarya.

2. Bagi mahasiswa : diharapkan mahasiswa dapat lebih termotivasi dalam

menciptakan suatu karya yang indah dan modern.

3. Mahasiswa D3 Tata Busana : agar menjadi kan proyek akhir ini sebagai

pedoman dan dorongan untuk mengembangkan keterampilan dalam

menciptakan kreasi-kreasi baru pada busana.

4. Bagi produsen : agar mendapatkan hasil yang sempurna sebaiknya dikerjakan

sesuai dengan rancangan waktu dan biaya, melakukan fitting sesering

mungkin dan dijelujur terlebih dahulu sebelum menjahit agar hasilnya

maksimal dan terhindar dari kesalahan.

5. Bagi produsen : tingkat kesulitan dalam membuat busana ini adalah sulaman

benang emas dan payet karena pengerjaan nya yang detail dan membutuhkan

kesabaran.

6. Bagi produsen : dalam menjahit modifikasi baju kurung basiba, kualitas

jahitan harus diperhatikan. Setiap bagian yang dijahit, disetrika agar hasil

jahitan halus.
79

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati dan Nelmira.2008. pengetahuan Tata Busana. Padang : UNP Press.

Ernawati, dkk.2008. Tata Busana SMK jilid 2.Padang : Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan.

Ernawati,dkk(2008). Tata busana jilid 1, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan.

Ernawati.dkk.2008. Tata Busana SMK jilid 3.Padang : Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan.

Idrus, Yenni.(2012). Desain Ragam Hias Dengan Corel draw.Padang: UNP Press.

Izwerni (2000) busana wanita, padang, UNP press

Marniati.(1996). Bina Busana Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Meida Friskasari. 2008. Belajar menyulam Payet. Jakarta : Pustaka Widyatama.

Nessa Apriyane. 2016. “Busana Adat Perempuan Minangkabau Dalam Fotografi


Fashion”. Tugas Akhir. Bandung : Fakultas Ilmu Seni Dan Sastra.

Nieza. 2006. Sulaman Payet dan Manik pada Pernik Cantik. PT. Gramedia

Pulukkadang, Roesbani.(1982).Keterampilan Menghias Kain. Bandung: Angkasa.

Pulukkadang, Roesbani.((2009).Keterampilan Menghias Kain. Bandung: Angkasa.

Riyanto, Arifah A. (2003). Teori Busana. Bandung: YEPEMDO

Wildati, Zahri. (1994). Seni Kerajinan Sulaman Sumatera Barat Studi Tentang Betuk
Motif Dan Pengrajin Padang. Padang: FT UNP.
80

Wildati, Zahri. (2012). Sulaman. Padang: FT UNP.

Yusmerita. (2000). Desain Busana. Padang. FT UNP Padang

Zahri, Wildati. (1984). Menghias Busana. Padang: FPTK IKIP Padang.


81

LAMPIRAN
82

Lampiran 1. Modifikasi Baju Kurung Basiba dengan Hiasan Payet dan Sulaman
Benang Emas Tampak Depan

Gambar 59. Hasil Akhir Tampak Depan


Sumber : Dokumentasi Pribadi
83

Lampiran 2. Modifikasi Baju Kurung Basiba dengan Hiasan Payet dan Sulaman
Benang Emas Tampak Belakang

Gambar 60. Hasil Akhir Tampak Belakang


Sumber : Dokumentasi Pribadi
84
85

Anda mungkin juga menyukai