Anda di halaman 1dari 25

TEKS PROSEDUR

Pengertian Teks Prosedur Secara umum, teks prosedur adalah langkah-langkah suatu
aktivitas atau kegiatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Teks prosedur ini
dibutuhkan sebagai panduan bagi seseorang dalam membuat atau menyusun sesuatu.

Ngomong-ngomong soal teks prosedur, di kelas 7 lalu pernah dibahas juga lho
materinya. Kalau kamu lupa, bisa lihat dulu materi lengkapnya di blog ini
tentang Mengidentifikasi Teks Prosedur.

Struktur Teks Prosedur

Dalam penyusunannya, teks prosedur memiliki struktur, yakni:

1. Tujuan

Pada awal pembuatan teks prosedur, penulis biasanya memberikan penjelasan terkait
tujuan dalam penyusunan teks prosedur. Hal ini juga bisa menginformasikan hasil akhir
yang akan dicapai.

2. Material

Merupakan hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan dan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan atau pembuatan kegiatan tersebut. Bagian ini berisi informasi tentang
alat/bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Langkah-langkah

Bagian ini menjelaskan tentang proses atau tahapan yang harus dilakukan demi
mendapatkan hasil maksimal sesuai dengan tujuan dari teks prosedur. Langkah-langkah
yang dibuat harus secara berurutan. Selain itu, susunannya harus logis, sistematis, dan
mudah dipahami oleh pembaca.

4. Penegasan Ulang/Kesimpulan

Bagian terakhir ini menjelaskan tentang simpulan dari suatu prosedur yang telah
dilakukan. Bagian ini bersifat opsional, yakni boleh ada dan boleh tidak ada dalam teks
prosedur.
 Ciri-Ciri Teks Prosedur

Sama halnya dengan teks yang lain, teks prosedur memiliki beberapa ciri antara lain:

1. Menggunakan kalimat perintah;

2. Terdapat panduan yang harus dilakukan;

3. Menggunakan kata kerja aktif;

4. Menggunakan konjungsi (kata hubung);

5. Terdapat aturan dalam hal bahan atau kegiatan;

6. Menggunakan kata keterangan untuk menyatakan rincian waktu, tempat dan cara;

7. Terdapat isi kegiatan yang dilakukan secara urut;


 

Jenis-Jenis Teks Prosedur

Teks prosedur juga ternyata memiliki beberapa jenisnya, lho! Penasaran? Berikut jenis-
jenis teks prosedur.

1. Teks Prosedur Sederhana

Teks prosedur sederhana hanya berisi dua atau tiga langkah saja. Contohnya prosedur
untuk mengoperasikan setrika.

2. Teks Prosedur Kompleks

Teks prosedur kompleks terdiri atas banyak langkah dan jenjang untuk tiap tahapannya.
Contohnya prosedur pembayaran tilang oleh polisi.

3. Teks Prosedur Protokol

Teks prosedur protokol merupakan teks prosedur yang langkah-langkahnya bisa


dibolak-balik, tapi tujuannya tetap bisa tercapai. Contohnya cara memasak mi instan.

Baca juga: Pengertian dan Struktur Teks Eksplanasi


Kalau kamu ingin menyusun teks prosedur, pastikan menggunakan struktur tersebut ya.
Karena struktur teks prosedur yang lengkap, akan membuat arahannya menjadi jelas,
dan bisa membantu pembaca dalam memahaminya. 

Kaidah Kebahasaan Teks Prosedur

Untuk menyusun sebuah teks prosedur, diperlukan kaidah kebahasaan yang tepat agar
sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah kaidah kebahasaan yang umum digunakan
dalam penulisan teks jenis prosedur: 

1. Kalimat

Pada teks prosedur, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dikategorikan dalam 3


bagian. Kalimat tersebut adalah: 

Kalimat Imperatif

Merupakan kalimat yang mengandung perintah. Kalimat imperatif ditandai dengan


adanya hal yang harus dikerjakan merujuk pada perintah dalam kalimat. Pada jenis
kalimat ini, tanda seru (!) digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan.

Kalimat Deklaratif

Kalimat ini dikenal sebagai kalimat yang sifatnya lebih memberikan informasi, dan
sering juga disebut sebagai kalimat pernyataan. Pada kalimat ini, tanda baca titik (.)
digunakan untuk mengakhiri kalimat tersebut. 

Kalimat Interogatif

Kalimat ini digunakan untuk mencari informasi dengan memberi pertanyaan. Oleh
karena itu, di akhir kalimat interogatif, diberikan tanda baca tanda tanya (?).

2. Konjungsi

Konjungsi juga sering kita sebut sebagai kata penghubung. Dalam teks prosedur,
konjungsi yang kita bahas terdiri dari dua macam, yakni:

Konjungsi Persyaratan

Konjungsi persyaratan adalah kata penghubung yang menyatakan syarat. Contohnya


seperti jika, bila, andai, kalau, asalkan.

Konjungsi Temporal

Jenis konjungsi ini sifatnya merupakan kata penghubung yang menandai urutan waktu.
Contohnya seperti lalu, kemudian, selanjutnya, setelahnya. 

3. Numeralia
Numeralia dalam teks prosedur merupakan pilihan yang bisa digunakan selain
menggunakan konjungsi. Numeralia merupakan kata bilangan yang digunakan untuk
mengurutkan langkah-langkah dalam teks prosedur. Misalkan pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya.

4. Pronomina

Pronomina atau kata ganti, digunakan untuk menggantikan orang atau benda.
Berdasarkan fungsinya yang menggantikan orang atau benda, pronomina dibagi menjadi
dua macam: 

Pronomina Penunjuk

Kata ganti untuk menggantikan benda. Contohnya ini, itu, tersebut.

Pronomina Persona

Kata ganti untuk menggantikan orang. Pada pronomina persona, bagi kata ganti untuk
orang tunggal, contohnya anda, saya, kamu. Sedangkan untuk orang jamak, contohnya
kita, kalian.

5. Verba

Kaidah kebahasaan terakhir dalam teks prosedur, adalah verba atau kata kerja. Verba
dalam teks prosedur terbagi menjadi dua macam, yakni:

Verba Material

Kata kerja berimbuhan yang mengacu pada sebuah tindakan atau perbuatan yang
dilakukan secara fisik. Contohnya mengupas, mengiris, memaku, memotong, dan lain
sebagainya. 

Verba Tingkah Laku

Kata kerja yang ditunjukkan lewat ungkapan. Verba ini juga dipahami sebagai kata
kerja yang tidak tampak aktivitasnya. Contohnya menyukai, berpikir, dan menyetujui.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Rangkuman dan Notula

Contoh Teks Prosedur


Cara Membuat Paspor

Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu
negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan
antar negara. Bagaimana cara mengurus paspor? Berikut ini cara mengurus paspor
dengan baik dan benar:

1. Pertama, datang ke kantor imigrasi! Bisa datang ke kantor imigrasi yang tertera
pada KTP kita atau kantor imigrasi terdekat.

2. Kemudian, beli formulir permohonan! Formulir permohonan ada di loket yang


sudah disediakan. Isi dengan lengkap formulir tersebut sesuai dokumen yang Anda
miliki dan bawalah dokumen yang asli!

3. Selanjutnya, serahkan formulir permohonan tadi ke loket pendaftaran!

4. Setelah itu, ambil tanda terima dan jadwal foto serta pengambilan sidik jari!

5. Jika sudah berfoto dan mengambil sidik jari, maka Anda sampai pada tahap
wawancara dengan menunjukkan dokumen asli.

6. Setelah tahap wawancara usai, langkah berikutnya membayar buku paspor dan
menandatangani buku paspor. Minta informasi kapan jadwal pengambilan paspor
yang sudah selesai! 
7. Pada tanggal yang telah ditentukan sebelumnya, kita dapat datang lagi untuk
mengambil paspor yang telah jadi. Biasanya dalam waktu satu minggu paspor baru
sudah selesai dan bisa diambil.
TEKS CERAMAH

Ceramah dan khotbah adalah pidato yang menyampaikan atau menyiarkan ajaran-


ajaran agama, sedangkan sambutan adalah pidato yang disampaikan sebagai pengantar
atau pembuka dari suatu kegiatan. Nah, kali ini kita akan membahas secara lebih
mendalam mengenai teks ceramah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, teks
ceramah adalah pidato yang menyampaikan pidato ajaran agama. Ajaran-ajaran tersebut
dapat berupa nasihat, petuah, petunjuk, ataupun kisah-kisah.

Unsur-Unsur Teks Ceramah

 1. Penceramah

Penceramah adalah orang yang melakukan kegiatan ceramah. Untuk menjadi


penceramah, seseorang harus memiliki ilmu yang mumpuni terhadap materi yang
diberikan kepada pendengar.

2. Pendengar

Pendengar merupakan penerima nasihat-nasihat dari penceramah. Dalam hal ini,


pendengar bisa siapa saja tidak terbatas status sosial, umur, jenis kelamin, latar
belakang, dan lain-lain.

3. Materi

Materi dalam teks ceramah berasal dari ajaran-ajaran agama. Akan tetapi, ceramah yang
bagus adalah ceramah yang mampu membuat pendengar tergugah dan terdorong untuk
melakukan nasihat-nasihat yang disampaikan oleh penceramah. Selain itu, materi
hendaknya disusun secara sistematis sehingga materi yang disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh pendengar.
4. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara-cara yang digunakan seorang penceramah untuk


menyampaikan materi. Metode ceramah terbagi menjadi:
 Impromptu, yakni metode ceramah tanpa persiapan. Biasanya penceramah yang
melakukan metode ini sudah memiliki jam terbang berceramah yang cukup
tinggi.
 Menghafal, yakni dilakukan dengan persiapan, kemudian menghafalnya.
 Membaca naskah, yakni melakukan ceramah dengan naskah lengkap.
 Ekstemporan, yakni metode ceramah yang menuliskan pokok-pokok pikiran
sebagai catatan pengingat.

5. Media Ceramah

Media ceramah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada
pendengar. Ceramah di zaman sekarang tidak hanya dilakukan di rumah ibadah, tetapi
juga bisa di banyak tempat. Adapun kegiatan ceramah bisa dilakukan secara langsung
ataupun direkam sehingga pendengar bisa melihat dari internet atau televisi.

Struktur Teks Ceramah

1. Pendahuluan
 Pembuka: bagian ini berisi salam pembuka, ucapan penghormatan, dan ucapan
syukur.
 Pengantar: bagian ini adalah paragraf pengantar yang mengarah pada topik.
Biasanya pengantar berasal dari informasi atau berita yang faktual yang masih
terkait dengan topik ceramah.

2. Isi Ceramah
 Inti: berisi paparan dari penceramah, pandangan umum, ilustrasi dari materi
yang disampaikan.
 Gagasan: berisi ide besar yang ingin disampaikan kepada pendengar. Ceramah
yang baik berisi satu gagasan besar yang kemudian dikembangkan dalam
subtopik.

3. Penutup
 Simpulan
 Ucapan permintaan maaf
 Salam penutup

TEKS CERPEN
Pengertian : Cerpen itu singkatan dari cerita pendek. Nah, cerita pendek ini
adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Bedanya sama
novel, cerita di dalam cerpen cenderung lebih padat dan biasanya tidak memiliki banyak
tokoh. Yaa.. kalau orang-orang bilang, kita hanya butuh sekali duduk untuk
menyelesaikan satu cerita pendek. Hmm, mungkin bisa dicoba.

Siapa saja bisa membuat cerita pendek. Termasuk kamu yang masih duduk di bangku
sekolah. Kehidupan di sekolah tentunya sangat menarik, dong! Banyak kejadian-
kejadian menarik yang bisa kamu ekspresikan ke dalam sebuah cerita pendek.

Entah itu cerita tentang tingkah lucu temanmu semasa SMA, cerita tentang guru tegas
dan guru jenaka yang selalu membuatmu ingat pada dirinya, atau bahkan cerita-cerita
manis yang mungkin, ketika kamu malu mengekspresikannya, kamu bisa mewakilinya
dengan menciptakan tokoh pada sebuah cerita pendek. Itu menarik banget!

Lalu, bagaimana cara membuat cerpen? Eits, membuat cerpen juga ada tekniknya,
lho! Kamu bisa berkonsultasi dengan guru Bahasa Indonesiamu di sekolah, terus
kalau di rumah, bisa sambil buka aplikasi Ruangguru dan nonton video belajarnya
di ruangbelajar.

Sebenarnya, nggak banyak kok, yang harus dipelajari dalam membuat sebuah cerpen.
Kamu cukup memahami fungsi, unsur intrinsik, dan unsur ekstrinsik cerpen. Lalu,
kamu bisa membuat kerangka cerita dan mulai menulisnya. Setelah jadi, kamu
bisa konsultasikan lagi ke gurumu di sekolah. Kalau menurut beliau oke, tinggal
diterbitin deh, di blog pribadi. Atau bisa juga dikirim ke media-media.

Nah, kalau kamu sudah paham tentang dasar-dasar cerpen, kamu juga perlu membaca
banyak referensi cerita untuk menambah kosakatamu. Untuk membuat cerpen, kamu
juga harus memahami isi dalam sebuah cerita yang dibuat oleh orang lain. Maka dari
itu, di sini kita juga akan membahas tentang analisis cerpen, ya!

Ciri-Ciri Cerpen

Cerpen memiliki beberapa ciri-ciri. Di antaranya yaitu:

1. Terfokus pada 1 tokoh

2. Ceritanya tidak lebih dari 10.000 kata

3. Memiliki puncak masalah

4. Terdapat solusi atau penyelesaian masalah


5. Ceritanya padat dan langsung tertuju pada tujuan

6. Alur yang singkat membuat cerpen tidak memiliki tokoh yang banyak

7. Latar ceritanya terbatas


 

Fungsi Cerpen

Cerpen juga punya fungsi, lho! Apa aja sih, fungsi cerpen? Coba perhatikan infografik
berikut!

 
Fungsi Rekreatif

Cerpen berfungsi untuk memberikan rasa senang, gembira, dan menghibur bagi


seluruh pembacanya.

Fungsi Estetis

Cerpen memiliki fungsi untuk memberikan keindahan bagi pembaca karya sastra.

Fungsi Moralitas

Cerpen dapat memberikan nilai-nilai moral kepada pembaca, sehingga mendapat


pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk. 

Fungsi Didaktif

Cerpen dapat mengarahkan dan mendidik para pembaca dengan nilai-nilai kebenaran


dan kebaikan di dalam cerita.

Fungsi Relegiusitas

Cerpen mengandung nilai-nilai yang terdapat pada ajaran agama yang bisa


dijadikan teladan bagi para pembacanya.

Selain kelima fungsi tersebut, cerpen juga memiliki fungsi-fungsi lainnya, tergantung
dari maksud dan tujuan pengarang ketika menulis cerpen.

Struktur Cerpen

Struktur cerpen terdiri dari orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi. Nah,
untuk penjelasan lebih lengkapnya, ada di bawah ini, ya!

1. Orientasi

Bagian ini berisi penentuan peristiwa yang menciptakan gambaran visual dari latar,
atmosfer, dan waktu dari cerita. Di bagian ini, kamu juga akan menemukan pengenalan
para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.

2. Rangkaian Peristiwa

Lalu, pada bagian ini, kisah akan berlanjut melalui serangkaian peristiwa satu ke
peristiwa lainnya yang tidak terduga.
3. Komplikasi

Kemudian, cerita akan bergerak menuju konflik atau puncak masalah, pertentangan,
atau kesulitan-kesulitan bagi para tokohnya yang memengaruhi latar waktu dan
karakter.

4. Resolusi

Terakhir, pada bagian ini, akan menceritakan solusi dari masalah atau tantangan yang
dicapai. Kamu juga akan mengetahui bagaimana cara pengarang mengakhiri cerita.

Oke, setelah kita mengetahui pengertian, ciri-ciri, fungsi, dan struktur cerpen, nggak
afdhol kalo kita nggak menganalisis contoh cerpen, nih!

Contoh Cerpen

Tikus dan Manusia

karangan Jakob Sumardjo

Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus
berpikir secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang
mampu membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat
(sepanjang yang kami temukan), namun tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami
dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami menduga tikus itu adalah tikus
kebun. Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam.

Pertama kali kami menyadari kehadiran penghuni rumah yang tak diundang, dan tak
kami ingini itu, ketika saya tengah menonton film. Tiba-tiba kaki saya diterjang benda
dingin yang meluncur ke arah televisi, dan saya lihat tikus hitam besar itu berlari
kencang bersembunyi di balik rak buku. Jantung saya nyaris copot, darah naik ke kepala
akibat terkejut, dan otomatis kedua kaki saya angkat ke atas.

Baru kemudian muncul kemarahan dan dendam saya. Saya mencari semacam tongkat di
dapur, dan hanya saya temukan sapu ijuk. Sapu itu saya balik memegangnya dan
menuju ke arah balik rak buku.Tangan saya amat kebelet memukul habis itu tikus.
Namun, tak saya lihat wujud benda apa pun di sana. Mungkin begejil item telah masuk
rak bagian bawah di mana terdapat lubang untuk memasukkan kabel-kabel pada televisi.
Untuk memeriksanya, saya harus mematikan televisi dulu. Saya takut kalau tikus
keparat itu menyerang saya tiba-tiba.

Imigran gelap rumah itu, saya biarkan selamat dahulu.


Saya tidak pernah menceritakan keberadaan tikus itu kepada istri saya yang pembenci
tikus, sampai pada suatu hari istri saya yang justru memberitahukan kepada saya adanya
tikus tersebut. Berita itu begitu pentingnya melebihi kegawatan masuknya teroris di
kampung kami.

“Pak, rumah kita kemasukan tikus lagi! Besar sekali! Item!”

“Di mana Mamah lihat?”

“Di dapur, lari dari rak piring menuju belakang kulkas!” Istri saya cemas luar biasa,
menahan napas, sambil mengacung-acungkan pisau dapur ke arah kulkas di dapur.

“Sudah satu tahun enggak ada tikus. Rumah sudah bersih. Mengapa tikus masuk rumah
kita? Tetangga jauh. Dari mana tikus itu?”

“Itu tikus kebun, Mah,” jawab saya santai sambil mengembalikan buku ke rak buku.

“Jangan santai-santai saja Pah, cepat lihat kolong kulkas!”

Wah, situasi semakin gawat. Saya memenuhi perintah istri saya dengan menyalakan
senter ke bagian kolong kulkas. Tidak ada apa pun. Tikus keparat! Ke mana dia
menghilang?

Sejak itu istri saya amat ketat menjaga kebersihan. Semua piring di rak dibungkus kain,
juga tempat sendok. Tudung saji diberati dengan ulekan agar tikus tidak bisa menerobos
masuk untuk menggasak makanan sisa. Gelas bekas saya minum malam hari harus
ditutup rapat. Tempat sampah ditutupi pengki penadah sampah sambil diberati batu.
Strategi kami adalah semua tempat makanan ditutup rapat-rapat sehingga tikus tak akan
bisa menerobos.

Istri saya memesan dibelikan lem tikus paling andal. Selembar kertas minyak tebal
dilumuri lem tikus oleh istri saya dan di tengah-tengah lumuran lem itu ditaruh ampela
ayam bagian makan malam saya. Jebakan lem tikus ditaruh di kaki kulkas. Pada malam
itu, ketika istri saya tengah asyik menonton sinetron, istri saya tiba-tiba berteriak
memanggil saya yang sedang mengulangi membaca di kamar kerja, bahwa si tikus
terperangkap.

Saya segera menutup buku dan lari ke dapur menyusul istri. Benar, seekor tikus hitam
sedang meronta-ronta melepaskan diri dari kertas yang berlem itu.

“Mana pukul besi?!” saya panik mencari pukul besi yang entah disimpan di mana di
dapur itu.

“Jangan dipukul Pah!”

“Lalu bagaimana?” Saya menjawab mendongkol.


“Selimuti dengan kertas koran. Bungkus rapat-rapat. Digulung supaya seluruh lem
lengket ke badannya.”

“Lalu diapakan?” Saya semakin dongkol.

“Buang di tempat sampah!”

“Aah, mana pukul besi?”Kedongkolan memuncak.

“Nanti darahnya ke mana-mana! Bungkus saja rapat-rapat!”

Saya mengalah. Ketika tikus itu akan saya tutupi kertas koran, matanya kuyu penuh
ketakutan memandang saya. Ah, persetan! Saya menekan rasa belas kasihan saya. Tikus
saya bungkus rapat-rapat, lalu saya buang di tong sampah di depan rumah, sambil tak
lupa memenuhi perintah istri saya agar penutupnya diberati batu.

Siang harinya sepulang dari mengajar, istri saya terbata-bata memberi tahu saya bahwa
tikus itu lepas ketika Mang Maman tukang sampah mau menuangkan sampah ke
gerobaknya. Cerita Mang Maman, ada tikus meloncat dari gerobak sampahnya dan lari
ke kebun sebelah dengan terbungkus kertas coklat. Cerita lepasnya tikus ini beberapa
hari kemudian diperkuat oleh Bi Nyai, pembantu kami, bahwa dia melihat tikus hitam
yang belang-belang kulitnya. Geram juga saya, dan diam-diam saya membeli dua
jebakan tikus. Ketika mau saya pasang malam harinya, istri saya keberatan.

“Darahnya ke mana-mana,” katanya.

“Ah, gampang, urusan saya. Kalau kena lantai, saya akan pel pakai karbol,” jawabku.

Istri saya mengalah, dan rupanya merasa punya andil bersalah juga. Coba kalau tikus itu
dulu kupukul kepalanya, tentu beres.

Pada waktu subuh istri membangunkan saya.

“Tikusnya kena, Pah!”

Memang benar, seekor tikus hitam terjepit jebakan persis pada lehernya. Darah tak
banyak keluar. Ketika saya amati dari dekat, ternyata bukan tikus yang kulitnya sudah
belang-gundul.

“Ini bukan tikus yang lepas itu, Mah!”

“Masa?”Ia mendekat mengamati.

“Kalau begitu ada tikus lain.”

“Mungkin ini istrinya,” celetekku.

Ketika mau saya lepas dari jebakan, istri saya melarangnya.


“Buang saja ke tempat sampah dengan jebakannya.”

Rasa tidak aman masih menggantung di rumah kami.Tikus belang itu masih hidup.
Dendam kami belum terbalas. Berhari-hari kemudian kami memasang lagi lem tikus
dengan bergantiganti umpan, seperti sate ayam, sate kambing, ikan jambal kegemaran
saya, sosis, namun tak pernah berhasil menangkap si belang.

Bibi mengusulkan agar dikasih umpan ayam bakar. Saya membeli sepotong ayam bakar
di restoran padang yang paling ramai dikunjungi orang. Sepotong kecil paha ayam itu
dipasang istri saya di tengah lumuran lem Fox, sisanya saya pakai lauk makan malam.

Gagasan Bi Nyai ternyata ampuh. Seekor tikus menggeliat-geliat melepaskan diri dari
karton tebal yang dilumuri lem.Tikus itu benar-benar musuh istri saya, di beberapa
bagian badannya sudah tidak berbulu. Kasihan juga melihat sorot matanya yang
memelas seolah minta ampun.

“Mah, cepat ambil pukul besinya.”

Istri saya mengambil pukul besi di dapur dan diberikan kepada saya. Ketika mau saya
hantam kepalanya, istri saya melarang sambil berteriak.

“Tunggu dulu! Pukul besinya dibungkus koran dulu. Kepala tikus juga dibungkus
koran. Darahnya bisa enggak ke mana-mana!”

Begitu jengkelnya saya kepada istri yang tidak pernah belajar bahwa tikus yang
meronta-ronta itu bisa lepas lagi.

“Cepat sana. Cari koran!” bentakku jengkel.

“Kenapa sih marah-marah saja?” sahut istri saya dongkol juga. Saya diam saja, tetapi
cukup tegang mengawasi tikus yang meronta-ronta semakin hebat itu. Kalau dulu
berpengalaman lepas, tentu dia bisa lepas juga sekarang.

Akhirnya tikus hitam itu saya hantam tiga kali pada kepalanya. Bangkainya dibuang
bibi di tempat sampah.

Beberapa hari setelah itu istri saya mulai kendur ketegangannya. Kalau saya lupa
menutup kopi nescafe, biasanya dia marah-marah kalau bekas kopi susu itu dijilati tikus,
tetapi sekarang tidak mendengar lagi sewotnya. Begitulah kedamaian rumah kami mulai
nampak, sampai pada suatu pagi istri saya mendengar sayup-sayup cicit-cicit bunyi bayi
tikus! Inilah gejala perang baratayuda akan dimulai lagi di rumah kami.

“Harus kita temukan sarangnya! Bayi-bayi tikus itu kelaparan ditinggal kedua
orangtuanya. Kalau mati bagaimana? Kalau mereka hidup, rumah kita menjadi rumah
tikus!” kata istri.

Lalu kami melakukan pencarian besar-besaran. Bagian-bagian tersembunyi di rumah


kami obrak-abrik, namun bayi-bayi tikus tidak ketemu. Bayi-bayi itu juga tidak
kedengaran tangisnya lagi. “Mungkin ada di para-para. Tapi bagaimana naiknya?” kata
saya.

“Nunggu Mang Maman kalau ambil sampah siang,” kata istri. Ketika Mang Maman
mau mengambil sampah di depan rumah, bibi minta kepadanya untuk naik ke para-para
mencari bayi-bayi tikus.

“Di sebelah mana, Bu?” tanya Mang Maman.

“Tadi hanya terdengar di dapur saja. Mungkin di atas dapur ini atau dekat-dekat sekitar
situ,” sahut istri saya.

Sekitar setengah jam kemudian Mang Mamang berteriak dari para-para bahwa bayi-bayi
tikus itu ditemukan. Mang Maman membawa bayi-bayi itu di kedua genggaman
tangannya sambil menuruni tangga.

“Ini Bu ada lima. Satu bayi telah mati, yang lain sudah lemas. Lihat, napas mereka
sudah tersengal-sengal.”

Istri saya bergidik menyaksikan bayi-bayi tikus merah itu.

“Bunuh dan buang ke tempat sampah, Mang” kata istri saya.

“Ah, jangan Bu, mau saya bawa pulang.”

“Mau memelihara tikus?” tanya istri saya heran.

“Ah ya tidak Bu. Bayi-bayi tikus ini dapat dijadikan obat kuat,” jawab Mang Maman
sambil meringis.

“Obat kuat? Bagaimana memakannya?”

“Ya ditelan begitu saja. Bisa juga dicelupkan ke kecap lebih dulu.”

Setelah memberi upah sepuluh ribu rupiah, istri saya masih terbengong-bengong
menyaksikan Mang Maman memasukkan keempat bayi tikus itu ke kedua kantong
celananya, sedangkan yang seekor dijinjing dengan jari dan dilemparkan ke gerobak
sampahnya.

Tikus-tikus tak terpisahkan dari hidup manusia. Tikus selalu mengikuti manusia dan
memakan makanan manusia juga. Meskipun bagi sementara orang, terutama
perempuan, tikus-tikus amat menjijikkan, mereka sulit dimusnahkan. Perang melawan
tikus ini tidak akan pernah berakhir.

Saya masih menunggu, pada suatu hari istri saya akan terdengar teriakannya lagi oleh
penampakan tikus-tikus yang baru.

 
Analisis Cerpen

Bagaimana menurutmu cerita tadi? Apakah menarik? Setelah kamu membacanya,


sekarang kita mulai analisis cerpen tersebut, yuk! Caranya adalah
dengan memperhatikan struktur atau bagian-bagian dari cerpen tersebut. Struktur
cerpen sendiri terdiri atas 6 bagian, yakni Abstrak, Orientasi, Komplikasi (Puncak
Konflik), Evaluasi, Resolusi, dan Koda. Kita bahas satu per satu, ya! 

a. Abstrak

Abstrak merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan isi cerita. Kalau


keberadaan abstrak dalam cerpen, sebenarnya bersifat opsional, mungkin ada yang
menggunakannya mungkin juga tidak. Apalagi, jika kisah dalam cerpen cenderung
langsung pada peristiwa-peristiwa penting, tidak bertele-tele, dan langsung terpusat
pada konflik utamanya.

b. Orientasi

Orientasi adalah pengenalan cerita. Pada orientasi ini, biasanya pengarang ingin


memulainya dengan menggambarkan penokohan ataupun bibit-bibit masalah yang
dialaminya.

Kutipan:

Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus
berpikir secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang
mampu membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat
(sepanjang yang kami temukan), namun tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami
dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami menduga tikus itu adalah tikus
kebun.Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam.

Kutipan tersebut mengenalkan masalah yang dialami tokoh, yakni dengan


menggambarkan banyaknya tikus di dalam rumah mereka.

c. Komplikasi (Puncak Konflik)

Komplikasi atau puncak konflik adalah bagian cerpen yang menceritakan puncak


masalah yang dialami tokoh utama. Masalah itu tentu saja tidak dikehendaki oleh
sang tokoh. Bagian ini pula yang paling menegangkan dan memunculkan rasa penasaran
pembaca tentang cara sang tokoh di dalam menyelesaikan masalahnya bisa terjawab.
Dalam bagian ini, sang tokoh menghadapi dan menyelesaikan masalah itu, kemudian
timbul konsekuensi atau akibat-akibat tertentu yang meredakan masalah sebelumnya.

Kutipan:
“Mah, cepat ambil pukul besinya.”

Istri saya mengambil pukul besi di dapur dan diberikan kepada saya. Ketika mau saya
hantam kepalanya, istri saya melarang sambil berteriak.

“Tunggu dulu! Pukul besinya dibungkus koran dulu. Kepala tikus juga dibungkus
koran. Darahnya bisa enggak ke mana-mana!”

Begitu jengkelnya saya kepada istri yang tidak pernah belajar bahwa tikus yang
meronta-ronta itu bisa lepas lagi.

“Cepat sana. Cari koran!” bentakku jengkel.

“Kenapa sih marah-marah saja?” sahut istri saya dongkol juga. Saya diam saja, tetapi
cukup tegang mengawasi tikus yang meronta-ronta semakin hebat itu. Kalau dulu
berpengalaman lepas, tentu dia bisa lepas juga sekarang.

Akhirnya tikus hitam itu saya hantam tiga kali pada kepalanya. Bangkainya dibuang
bibi di tempat sampah.

Kutipan tersebut merupakan komplikasi karena pada bagian itulah sang tokoh utama
menyelesaikan permasalahannya, yakni dengan melakukan gerakan tangkap tikus
bersama-sama istrinya. Pada bagian itu pula timbul ketegangan puncak antartokoh,
termasuk implikasinya pada pembaca yang turut terlibat emosi dan rasa penasarannya.
Kemudian, hal tersebut terjawab, yakni dengan terkalahkannya tikus-tikus pembawa
masalah mereka itu.

d. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian yang menyatakan komentar pengarang atas peristiwa


puncak yang telah diceritakannya. Komentar yang dimaksud dapat dinyatakan
langsung oleh pengarang atau diwakili oleh tokoh tertentu. Pada bagian ini alur ataupun
konflik cerita agak mengendur, tetapi pembaca tetap menunggu implikasi ataupun
konflik selanjutnya, sebagai akhir dari ceritanya.

Kutipan:

Beberapa hari setelah itu istri saya mulai kendur ketegangannya. Kalau saya lupa
menutup kopi, biasanya dia marah-marah kalau bekas kopi susu itu dijilati tikus, tetapi
sekarang tidak mendengar lagi sewotnya. Begitulah kedamaian rumah kami mulai
nampak, sampai pada suatu pagi istri saya mendengar sayup-sayup cicit-cicit bunyi bayi
tikus! Inilah gejala perang baratayuda akan dimulai lagi di rumah kami.
Penggalan cerita di atas merupakan akibat atau implikasi dari peristiwa puncak.
Sang istri tokoh utama tidak tegang lagi dengan ulah-ulah tikus itu, kedamaian di
rumahnya pun mulai mereka rasakan walaupun itu bukan yang terakhir karena masih
ada masalah lain yang tersisa, yakni yang disebut dengan perang Baratayuda, pencarian
habis-habisan terhadap sisa-sisa dan sarang-sarang tikus.

e. Resolusi

Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian


cerita. Bedanya dengan komplikasi, pada bagian ini ketegangan sudah lebih mereda.
Dapat dikatakan pada bagian ini hanya terdapat masalah-masalah kecil yang tersisa
yang perlu mendapat penyelesaian.

Kutipan:

Istri saya bergidik menyaksikan bayi-bayi tikus merah itu.

“Bunuh dan buang ke tempat sampah, Mang” kata istri saya.

“Ah, jangan Bu, mau saya bawa pulang.”

“Mau memelihara tikus?” tanya istri saya heran.

“Ah ya tidak Bu. Bayi-bayi tikus ini dapat dijadikan obat kuat,” jawab Mang Maman
sambil meringis.

“Obat kuat? Bagaimana memakannya?”

“Ya ditelan begitu saja. Bisa juga dicelupkan ke kecap lebih dulu.”

Setelah memberi upah sepuluh ribu rupiah, istri saya masih terbengong-bengong
menyaksikan Mang Maman memasukkan keempat bayi tikus itu ke kedua kantong
celananya, sedangkan yang seekor dijinjing dengan jari dan dilemparkan ke gerobak
sampahnya.

Kutipan tersebut menceritakan penyelesaian masalah, sebagai akhir dari konflik


utama, tidak lagi ada ketegangan di dalamnya. Semua masalah pun dianggap tuntas
dengan dimasukkannya anak-anak tikus ke dalam kantong celana Mang Maman dan
sebagiannya lagi dibuang ke gerobak sampah dengan entengnya.

f. Koda

Koda merupakan komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita. Bagian ini dapat


juga diisi dengan simpulan tentang hal-hal yang dialami tokoh utama.

Kutipan:
Tikus-tikus tak terpisahkan dari hidup manusia.Tikus selalu mengikuti manusia dan
memakan makanan manusia juga. Meskipun bagi sementara orang, terutama
perempuan, tikus-tikus amat menjijikkan, mereka sulit dimusnahkan. Perang melawan
tikus ini tidak akan pernah berakhir.

Saya masih menunggu, pada suatu hari istri saya akan terdengar teriakannya lagi oleh
penampakan tikus-tikus yang baru.

Dalam penggalan cerita tersebut, pengarangnya mengomentari bahwa perang


manusia melawan tikus tidak akan pernah berakhir. Tikus-tikus tetap akan
menguntit manusia selama makanannya itu tetap ada, tidak terkecuali pada istrinya yang
pada saat-saat tertentu akan merasa terancam lagi oleh penampakan tikus-tikus baru
lainnya.

Bagian-bagian cerita pendek itu merupakan bentuk struktur umum. Artinya sangat
mungkin keberadaan cerpen-cerpen lainnya tidak memiliki struktur seperti itu. Hal ini
terkait dengan kreativitas dan kebebasan yang dimiliki oleh setiap pengarang dalam
berkarya. Nah, kebebasan itu biasa disebut sebagai Licentia Poetica.
MAKALAH
BAHASA INDONESIA

NAMA KELMPOK :

1. ZAHRA MAULINA

2. NIRMA PUSPITA
3. RENO WIBAWA

4. TEGUH FIRMANSYAH

5. AGUS MUHAMAD RIZKY


KELAS : XI-A

MA BINA NEGARA 1

Anda mungkin juga menyukai