Dosen Pengampu :
Enny Zuhni Khayati, M.Si.
Kusminarko Warno, M.Pd.
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan “LAPORAN ADI BUSANA”.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian
laporan ini. Selain untuk melengkapi tugas, penyusunan ini juga bermanfaat untuk menambah
wawasan mengenai adi busana (haute couture). Mulai dari teori adi busana sampai proses
pembuatan adi busana sesuai dengan sumber ide.
Tiada gading yang tak retak. Saya menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Penyusun
TEORI ADI BUSANA
Adibusana (bahasa Perancis: haute couture; diucapkan [ot kutyʁ], pengucapan bahasa Inggris: [ˌoʊt
kuːˈtʊər]) merupakan teknik pembuatan pakaian tingkat tinggi yang dibuat khusus untuk
pemesannya, menggunakan bahan-bahan berkualitas terbaik, biasanya dihiasi detail, dikerjakan
dengan tangan, dan pembuatannya memakan waktu lama.
Sedangkan yang menjadi ciri-ciri dari haute couture adalah sebagai berikut:mengacu pada
penciptaan pakaian kostum yang eksklusif
Sejarah
Pada tahun 1858, seorang Inggris bernama Charles Frederick Worth membuka sebuah rumah
mode di Rue de la Paix, Paris. Di sinilah ia memperkenalkan metode baru dalam dunia mode.
Worth memproduksi pakaian-pakaian yang kemudian dipamerkan kepada calon-calon pembeli
melalui apa yang sekarang dikenal sebagai peragaan busana. Keputusannya untuk menggunakan
model hidup dan bukan maneken dianggap sebagai perubahan radikal, sebab hal ini
memungkinkan hasil karya seorang perancang busana dilihat oleh banyak orang sekaligus tidak
seperti sebelumnya yang hanya dipajang di etalase toko dan hanya dilihat sepintas saja. Pada
peragaan busana, para undangan yang berasal dari para pecinta mode dapat bersama-sama
melihat kreasi terbaru perancang dengan cukup mendetil. Worth juga mengeluarkan koleksi baru
setiap tahunnya, dan ia merupakan perancang busana pertama yang membubuhkan namanya
pada pakaian kreasinya dengan menggunakan merek. Inovasi-inovasinya telah membuat ia
dinobatkan sebagai "Bapak adibusana".
Kreasi Worth berhasil menarik perhatian Ratu Eugénie, istri Louis Napoléon yang merupakan
kaisar Perancis saat itu. Pada masa itu, semua yang digemari oleh anggota kerajaan, termasuk
mode yang dikenakan, akan diikuti oleh kalangan atas Perancis, dan negara-negara Eropa
lainnya. Karena itulah kreasi Worth semakin dikenal luas, dan metode baru ciptaannya yang
disebut Haute couture, mulai diikuti oleh perancang-perancang mode lainnya, bahkan hingga
saat ini.
Tingginya harga sepotong pakaian haute couture mengakibatkan banyak orang tidak mampu
membelinya. Agar mereka dapat terus mengikuti perkembangan mode, banyak di antara mereka
yang membayar penjahit untuk meniru model pakaian haute couture. Tentunya hal ini amat
merugikan rumah-rumah mode adibusana. Untuk itu, kedua putra Worth membuka sebuah
asosiasi rumah mode haute couture yang dinamakan la Chambre Syndicale de la confection et de
la couture pur dames et fillettes, atau "Asosiasi Konfeksi dan Adibusana untuk Wanita dan Anak
Perempuan", yang bertujuan menghentikan peniruan pakaian haute couture.
Pada masa Belle époque ( masa-masa kehidupan menyenangkan akibat stabilitas ekonomi akhir
abad 19), sebuah rumah mode haute couture ternama di Paris mempekerjakan dua ratus sampai
enam ratus tenaga kerja. Mereka bekerja dalam ruang-ruang terpisah, dan pada masing-masing
ruang hanya dikerjakan satu jenis pekerjaan. Proses pembuatan pakaian diawali dengan seorang
penjual yang memperlihatkan mode terbaru pada seorang klien, dengan bantuan seorang model.
Setelah klien tersebut menentukan pilihannya, berturut-turut dimulailah pembuatan pola,
penjahitan, dan pengepasan pakaian.
Adibusana pertama kali diperkenalkan ke dunia internasional pada Exposition universelle 1900
di Paris. Sebagai upaya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya industri mode, La
Chambre Syndicale mengadakan pameran yang diikuti oleh dua puluh rumah mode ternama
seperti Worth dan Doucet, yang menampilkan kreasi yang spektakuler di hadapan pengunjung
internasional. Pameran ini seakan-akan merupakan pernyataan para perancang busana yang
berkedudukan di Paris bahwa merekalah pemimpin perkembagan mode dunia saat itu.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Adibusana
TEORI SUMBER IDE
Mengawali pembuatan suatu busana dimulai dengan menentukan tema dan menemukan sumber
ide. Ide dapat muncul dari mana saja. Dari sebuah benda, tempat, musik, film, tarian, ataupun
suatu keadaa dan pengalaman. Ide bisa dari hal-hal konkrit maupun abstrak. Yang perlu
dilakukan adalah merumuskan ide tersebut sehingga mudah diterjemahkan dalam unsur mode.
Yang bagaimana?
Bunga mawar yang mekar tertata indah di suasana siang hari yang cerah.
Bunga mawar yang mekar tertata indah di suasana hari yang cerah, dapat diartikan sebagai
keindahan yang bersemi, ada unsur mawar bermekaran, unsur suasana siang hari yang cerah,
langit berwarna biru.
Pola Belakang
A-C = D-F = lingkar badan : 2
B-C = E-F = (lingkar badan : 4) – 1 cm
F-C2 = panjang punggung
c2-C = naik 1,5 cm
C-c1 = 6,5 cm = A-a1 (leher depan)
c1-c2 = kerung leher bagian belakang
c1-b3 = lebar bahu
c2-K = 8 cm
K-k1 = lebar punggung : 2
I-J = 8 cm
J-J1 = 5 cm
(N-n1)-(N-n2) = kupnat = 3 cm atau 2 cm
(F-n1)+(n2-e2) = (lingkar pinggang : 4) – 1 cm
Lingkar kerung lengan diukur dari lingkar kerung lengan pada pola blus.
Lingkar kerung lengan = 44 cm
Tinggi puncak lengan = 12 cm
Panjang lengan = 60 cm
Ukuran pergelangan tangan = 27 cm
Rompi
1. Menyambung bahu.
2. Menyambung semua lapisan (untuk bagian furing).
3. Menjahit lengan setali dengan cara dari dalam.
4. Menjahit bagian bawah rompi dari dalam.
5. Menindas bagian furing agar tidak melet kelihatan keluar.
6. Memasang ritsleting.
7. Memasang kerah.
TERTIB KERJA MEMBUAT KERUDUNG
1. Menyiapkan kain yang serasi dengan desain adi busana. Saya memilih bahan satin velvet
berwarna biru muda (sama dengan warna gaun). Memilih satin velvet karena bahan tersebut
memiliki efek kemilau yang serasi dengan bahan utama gaum serta tidak terlalu kaku untuk
dibentuk. Pinggir kain saya jahit kecil.
2. Kemudian untuk bahan kedua, saya memilih bahan double hicon berwarna putih. Warna
putih serasi dengan detail mawar putih. Double hicon memiliki efek melangsai yang bagus
karena diinginkan desain yang menjuntai. Efek menjuntai diletakkan di sebelah kiri untuk
menyeimbangkan detail mawar di rok sebelah kanan.
DOKUMENTASI
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam hal ini banyak hal yang harus diperhatikan oleh para pembuat adi busana.
Penggalian sumber ide yang sesuai dengan karakter pemakai busana, penuangan ide dalam
bentuk desain, pembuatan pola yang akurat, pemilihan bahan yang tepat, proses menjahit
membutuhkan kesabaran dan waktu yang panjang, teknik pengepresan yang sesuai dengan jenis
bahan, sampai pembuatan detail.
Saran
1. Para pembuat adi busana diharapkan mampu menggali sumber ide dengan runtut.
2. Konsultasi kepada ahli adi busana sangat diperlukan bagi para pemula.
3. Fokus dan konsentrasi ketika membuat, agar tidak terjadi kesalahan sehingga harus
mendedel. Mendedel membutuhkan waktu yang lama, serta stok sabar yang banyak.
4. Pengepresan untuk bahan satin bridal, jangan menggunakan suhu seterika yang panas.
Suhu yang terlalu panas akan menyebabkan bahan menjadi mengkilap berbekas.
5. Hati-hati ketika memasang furing. Rok yang melebar/pengembangan, bagian baik furing
bertemu dengan bagian buruk kain utama. Rok suai, bagian buruk furing bertemu dengan
bagian buruk kain utama.
6. Bersabarlah ketika mengerut lengan bahan kain bridal. Kain yang licin dan bahan yang
tebal, apalagi dengan kerut, agak susah dijahit.
7. Perhatikan hasil pecah pola untuk pemindahan kupnat ke sisi. Garis bagian pinggang
perlu diperbaiki. Agar tidak terjadi bagian tengah muka lebih pendek dibanding bagian
sisi.
RANCANGAN KEBUTUHAN DAN HARGA