Anda di halaman 1dari 77

PENGETAHUAN TEKSTIL

Memiliki pengetahuan tentang bahan tekstil merupakan satu modal yang


sangat besar bagi Anda yang bergerak di bidang busana.
Bagi konsumen tekstil, mengetahui bahan tekstil diperlukan untuk
pemilihan sesuai dengan gambar desain. Selain itu pengetahuan bahan
tekstil akan banyak membantu Anda dalam mengenal jenis dan kualitas
bahan yang dicantumkan dalam label tekstil, sehingga dapat
menghindari kesalahan pada waktu membeli atau menghindari
penipuan.
Pemilihan bahan yang baik berdasarkan kualitas kain yang sangat
dipengaruhi oleh asal serat, proses pembuatan benang, proses
pembuatan kain serta penyempurnaan bahan.

1) Pengenalan Bahan Tekstil


Setiap kali Anda melihat kain, Anda selalu ingat dengan istilah
bahan tekstil. Apa yang dimaksud dengan bahan tekstil? Bahan tekstil
adalah semua bahan yang berupa tenunan (woven) dan bukan
tenunan (non woven) yang digunakan untuk membuat berbagai jenis
busana dan lenan rumah tangga.
Pada umumnya bahan tekstil dapat dikelompokkan dalam 2
kelompok besar berdasarkan fungsinya, yakni:

a) Bahan Utama
Bahan utama adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan suatu busana atau lenan rumah tangga. Bahan utama
sangat berperan bagi penampilan dan mutu suatu busana atau
lenan rumah tangga.
Dalam dunia pertekstilan Anda mengenal beraneka ragam bahan
tekstil yang indah dan menarik. Bahan tekstil/kain ini telah melalui
suatu proses yang panjang hingga sampai ke konsumen.

b) Bahan Pelengkap/Garnitur Busana


Bahan pelengkap/garnitur busana adalah semua jenis bahan yang
digunakan untuk melengkapi suatu busana atau lenan rumah
tangga. Menurut fungsinya bahan pelengkap dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Menyempurnakan; sebagai bahan pelapis, pengisi, dan
pembentuk antara rambut kuda, spons, fliselin dan bantal
bahu.

2) Melengkapi/Menghias, antara lain;


(a) Macam-Macam Kancing
(b) Macam-Macam Pita

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 1
(c) Macam-Macam Renda
(d) Macam-Macam Benang
(e) Macam-Macam Bahan Aplikasi

2) Penggolongan Serat Tekstil

Serat tekstil digolongkan berdasarkan jenis serat, yaitu, serat


alam dan serat buatan. Serat alam telah lama dikenal, sedangkan
serat buatan dikenal pada permulaan abad ke-19. Serat buatan
mengalami perkembangan pesat dalam pengolahan dan
penyempurnaan dari masa ke masa.
Kebanyakan konsumen di Indonesia menggunakan bahan
tekstil dari serat campuran atau sintetis dengan alasan mudah
pemeliharaannya, ringan serta murah.
Menurut asalnya serat tekstil dapat dibagi sebagaimana yang
tersusun dalam bagan di bawah ini.

Bagan Penggolongan Serat Tekstil

Serat 1. Batang flax, (linen), henep, jute, kenaf, rami


Selulosa 2. Buah flax, serat sabut kelapa
1. Daun abaca (manilla), heneguen, sisal
2. Biji serat kapas dan kapok

Berbentuk Stapel 3. Rambut Alpaca, Unta, Chasmere,


Llama, Mohair, Kelinci
4. Wol Biri-biri
Serat Alam Serat Protein
Berbentuk Filamen Sutera dari ulat sutera

Serat Mineral Serat Asbes

Serat Tekstil
Selulosa Serat Rayon Viskosa
Serat Rayon Asetat
Serat Rayon Kupro Amonium

Serat Setengah Protein Serat Kaseina


Buatan Serat Zein

Mineral Serat logam, gelas, silikat, karbon

Serat Buatan

Polimer Kondensasi 1. Poliamida Serat Nilon


2. Poliester Serat Tetoron, Dacron
3. Bliuretan Serat Spandex
Serat Sintetis

Polimer Adisi 1. Polihidrokarbon Serat Defin,


Polletilena, Polipropilena
2. Polihidrokarbon yang disubstitusi
halogen Serat Polivinil Khlorida
3. Polihidrokarbon yang disubstitusi
hidroksil Serat Polivinil Alkohol
4. Polihidrokarbon yang disubstitusi
nitril Serat Akrilat
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 2
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 3
Konstruksi Bahan Tekstil

Konstruksi suatu bahan tekstil menentukan berat jatuhnya


bahan (drape), keawetan dan tekstur bahan. Ada metode dasar
konstruksi bahan, yaitu:
a) Tenunan (woven)
b) Rajutan (knitted)
c) Anyaman
d) Buhul
e) Kaitan
f) Renda
g) Kempa
h) Bahan tidak ditenun (non woven)

a) Tenunan (Woven)
Kalau Anda memperhatikan selembar kain, maka Anda
akan mengetahui arah panjang dan lebar kain, serta pinggir kain
atau tepi kain. Ketika Anda mengamati kain dengan lebih teliti
maka Anda bisa melihat kain dengan lebih teliti maka Anda bisa
melihat susunan benang-benang yang sejajar dan searah dengan
tepi kain dan benang-benang yang melintang.
Benang-benang yang sejajar pinggir kain disebut dengan
Benang Lusi. Sedangkan benang yang melintang disebut dengan
Benang Pakan. Benang lusi dan benang pakan saling menyilang
satu sama lain.
Setiap bahan tenunan mempunyai pinggir atau tepi kain
(selvage) sepanjang kedua sisi kain dan biasanya dibuat lebih
tebal dengan cara memakai benang gintir atau memperbanyak
jumlah benang lusi dibandingkan pada bagian tengah kain. Lebar
pinggir kain bervariasi seAndar 0,5 cm sampai 1 cm. Hal ini
bertujuan untuk menguatkan kain dan melindungi benang-benang
supaya tidak mudah bertiras.
Selalu pastikan bahwa benang-benang pakan ada pada
sudut yang tepat pada tepi kain (selvage). Hal ini menunjukkan
bahwa bahan terletak pada lajurnya atau sesuai dengan arah
serat (grain line) suatu hal yang harus dipertimbangkan ketika
Anda memotong bahan.
Kekencangan dari suatu tenunan tergantung pada jumlah
benang-benang lusi dan benang-benang pakan dalam setiap 1
cm2. Hal ini biasa disebut dengan Tetal Kain. Banyaknya benang
lusi per 1 cm dan benang pakan per 1 cm masing-masing disebut
dengan tetal lusi dan tetal pakan.
Konstruksi tenunan dibedakan berdasarkan silang tenunan,
yaitu silang dasar dan silang dasar yang divariasi. Ada tiga macam
silang dasar, yaitu silang polos, silang kepar, dan silang satin.
Dalam perkembangannya ada bermacam silang tenunan tetap
pada dasarnya merupakan variasi dari ketiga silang dasar
tersebut, kecuali untuk tenunan yang berpola (patterned).

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 4
(1) Kain Tenun Dengan Silang Polos

Silang polos merupakan silang paling tua dan paling


banyak digunakan diantara persilangan yang lain. Diperkirakan
80% dari semua silang tenunan adalah silang polos dan
turunannya. Silang polos merupakan silang yang paling
sederhana dengan permukaan yang sama antara bagian baik
dan bagian buruk kain.
Karena persilangan antara benang-benang pakan dan
lusi pada silang polos paling banyak jika dibandingkan dengan
silang yang lain, maka silang polos adalah tenunan paling
kuat. Selain kuat anyaman polos mudah diberi desain,
misalnya permukaan dicap, dibatik, disulam dan lain
sebagainya. Beberapa tenunan dengan anyaman polos yang
terkenal adalah kain muslin, mori, nansook, voile, organdi,
blaco dan sebagainya.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.1 Konstruksi silang polos dan hasilnya

(2) Kain Tenun Dengan Silang Kepar (Twill)

Silang kepar adalah suatu persilangan yang benang-


benang lusinya menyilang di atas atau di bawah dua benang
pakan atau lebih, dengan silangan benang lusi sebelah kiri
atau kanan bergeser satu benang pakan atau lebih untuk
membentuk garis diagonal atau garis kepar.
Kain dengan silang kepar jarang dicap karena tekstur
permukaannya sudah menarik dengan adanya garis-garis
kepar tersebut. Namun kain kepar yang berasal dari serat
sutera atau serat lain yan ringan sering dicap. Kain kepar tidak
mudah kotor karena kotoran hanya cenderung menempel
pada permukaan garis kepar.
Beberapa tenunan dengan silang kepar antara lain drill,
jeans, denim, gabardin dan sebagainya.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 5
Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.2 Konstruksi silang kepar dan hasilnya

(3) Kain Tenun Dengan Silang Satin

Efek yang panjang, baik arah lungsi maupun kearah


pakan menempati sebagian besar permukaan kain, tidak ada
titik silang, yang berimpit melainkan tersebar merata.
Pergeseran yang panjang-panjang membuat efek kain yang
lebih berkilau dibanding dengan tekstil dengan efek pendek-
pendek. Namun kekurangannya adalah tenunan cenderung
menjadi kendor.
Satin biasanya dibuat dari benang-benang filamen
sutera maupun serat buatan seperti rayon, nilon dan
sebagainya. Satin dibuat dari benang kapas, kainnya dimerser
disebut sateen atau satine.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.3 Konstruksi silang satin dan hasilnya

Karena sedikitnya jumlah silangan pada satin


menyebabkan benang-benang berimpit satu sama lain dan
menghasilkan sifat-sifat kain yang lebih halus, berkilau,
lembut dan melangsai. Satin terutama baik dipakai sebagai
kain lapis karena dengan banyaknya jumlah lusi maka tenunan
lebih kuat dan karena satin licin, tidak menempel pada badan
karena keringat.

b) Rajutan (Knitted)

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 6
Berbeda dengan kain tenun yang dibuat dengan
menyilangkan dua macam benang yaitu benang lusi dan benang
pakan, maka kain rajut pada dasarnya dibuat dengan cara
membentuk sengkelit-sengkelit. Dari satu macam benang saja
yang searah dengan lebar kain atau yang searah dengan panjang
kain.
Apabila Anda mengamati selembar kain rajut, Anda akan
melihat alur-alur pada kain itu baik ke arah panjang kain maupun
ke arah lebar kain. Alur-alur ini terbentuk oleh rangkaian
sengkelit. Menurut arah alur tersebut istilah baris sengekelit
(wale) dan deret jeratan (course), baris sengkelit (wale) adalah
satu deretan sengkelit ke arah panjang kain yang dalam
pembuatannya dibentuk oleh sebuah jarum. Sedangkan deret
sengkelit (course) adalah satu deretan sengkelit rajut ke arah
lebar kain.
Konstruksi kain rajut berbeda dengan kain tenun, maka
sifat-sifatnya pun berbeda pula. Kain rajut pada umumnya mulur
dan daya elastisitasnya lebih tinggi daripada kain tenun, sehingga
kain rajut cocok untuk pakaian-pakaian yang berukuran tubuh
(body size) dan mengikuti bentuk tubuh tanpa mengganggu
gerakan tubuh (press body). Hal ini disebabkan karena adanya
lengkungan sengkelit pada kain rajut dapat mudah tertarik ke
segala arah.
Kelemahan dari rajutan adalah apabila sehelai benangnya
putus maka akan mudah menjalar melepaskan sengkelit lainnya,
sehingga lubang kain menjadi bertambah besar. Tetapi dengan
perkembangan teknologi di bidang rajut, telah banyak dibuat kain
rajut yang kokoh seperti kain tenun tanpa mengurangi
elastisitasnya.
Konstruksi bahan rajutan bermacam, diantaranya adalah
sebagai berikut.

(1) Kain Rajut Rata/Polos (Plain Single


Jersey)
Adalah yang dikenal dengan pola-pola vertikal berbentuk V
pada permukaan bahan, dan deretan-deretan horizontal dari
setengah lingkaran pada bagian belakang. Rajutan ini mulur
(stretch) pada bagian horizontalnya.

Konstruksi Contoh Bahan

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 7
Gambar 2.4 Konstruksi kain rajut rata dan hasilnya

(2) Kain Rajut Trikot (Triko)


Rajutan lusi termasuk rajutan triko dan rajutan raschel. Triko
mempunyai tekstur rib yang halus serta drape lembut dan
seringkali digunakan untuk bahan pelapis (lining), pakaian
sehari-hari (casual) dan pakaian dalam (lingerie).

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.5 Konstruksi kain rajut trikot dan hasilnya

(3) Kain Rajut Double (Double Knits)

Dirajut dengan dua jarum dan dua benang secara serentak


sehingga seolah-olah dirajut. Bagian baik dan bagian buruk
bahan kelihatan sama. Rajutannya stabil dan kuat, banyak
memberikan keleluasaan dengan tidak mulur maupun kendur.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.6 Konstruksi kain rajut double dan hasilnya

c) Anyaman

Anyaman bukanlah suatu hasil tenunan, tetapi dibuat dari


satu susunan benang yang disilangkan miring dari kiri ke kanan
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 8
dan kembali lagi. Anyaman ini bisa dikerjakan dengan tangan
ataupun mesin.

Gambar 2.7 Hasil anyaman

Bahan anyaman bisa Anda buat dari beraneka bahan. Asal


bahan itu tidak mudah putus dan pipih serta lentur maka bahan
itu bisa dianyam, misalnya: kulit, benang, plastik, rafia, bambu,
rotan, dan bahan alami yang lain, seperti rumput, rumputan,
mendong, agel, enceng gondok yang sudah dikeringkan, pelepah
pisang, akar wangi dan sebagainya.
Hasil dari anyaman bisa berupa tas dari kulit yang dianyam,
anyaman kain, plastik, sepatu, rompi, atau garnitur busana dan
pelengkap busana. Juga untuk lenan rumah seperti taplak meja,
alat rumah tangga misalnya alat dapur, hiasan dinding, kerajinan
tangan dan sebagainya.
Anyaman dapat dibuat dalam bentuk pipih atau bulat,
misalnya veterband, tali sepatu dan ikat pinggang.

d) Buhul

Salah satu teknik membuat kain adalah membuat buhul


atau simpul. Contoh dari buhul adalah macrame dan filet. Teknik
macrame berasal dari Arab. Pada mulanya hanya berupa simpul-
simpul yang sederhana, tetapi kemudian berkembang dengan
variasi antara simpul-simpul tersebut dan menghasilkan motif
yang bermacam-macam. Buhul terdiri dari dua kali simpul, yang
pertama disebut setengah buhul. Kedua, setengah buhul lagi yang
menguatkan ikatan setengah buhul pertama sehingga tidak
terlepas. Motif buhul bisa merupakan garis-garis horisontal,
vertikal dan diagonal. Dari rangkaian buhul tersebut dapat
dihasilkan bermacam-macam barang kerajinan dan aksesori
busana, seperti tas, ikat pinggang, rompi (vest), syal/selendang
dan sebagainya.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 9
Gambar 2.8 Contoh hasil buhul/makrame

e) Kaitan
Teknik membuat kain yang lain adalah mengait dan
hasilnya dinamakan crochet (kaitan). Kaitan dibuat dari benang
kait, misalnya benang wol, benang akrilik, benang katun, benang
nilon maupun jerami (raffia) dan lainnya.
Mengait menggunakan jarum kait (haak-pen/Belanda,
Crochet needle/Inggris) dari ukuran kecil sampai besar,
disesuaikan dengan benang yang dipergunakan. Jarum kait yang
kecil (jarum bernomor kecil) dipakai benang yang kecil (halus).
Benang yang besar menggunakan jarum kait yang besar (jarum
bernomor besar).
Nomor jarum kait ukuran standar internasional adalah dari
0.60 sampai dengan 7.00. Contoh hasil kaitan ialah blus, vest
(rompi), selendang, taplak meja, seprei, tas, topi, dan lainnya.
Ada bermacam-macam kaitan antara lain:
Kaitan Biasa
Kaitan Tunisia
Kaitan Irish
Kaitan Amerika
Kaitan Renda

(1) Kaitan Biasa

Mula-mula dibuat sengkelit, kemudian dibuat kaitan yang


merupakan rangkaian tusuk rantai. Ada berbagai macam setik
kaitan, yaitu tusuk setengah erat (kaitan tunggal), tusuk erat
(kaitan rangkap), tusuk setengah tangkai, tusuk tangkai, tusuk
tangkai ganda, tusuk tangkai lipat tiga. Berbagai macam tusuk
kaitan ini dirangkaikan sehingga merupakan suatu rangkaian

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 10
kaitan yang dibentuk menjadi benda kaitan, seperti taplak
meja, selendang, dan lainnya.

Mengait tusuk rantai

1. Mengait tusuk setengah erat


2. Mengait tusuk erat

3. Mengait tusuk setengah tangkai 4. Mengait tusuk tangkai

5. Mengait tusuk tangkai 6. Mengait tusuk tangkai tiga


ganda lipat

Gambar 2.9 Kaitan Biasa

(2) Kaitan Motif Tunisia

Kaitan Tunisia atau kaitan afghan biasanya menggunakan


benang yang kasar dan memakai jarum yang besar, panjang,
dan rata. Kaitan Tunisia menghasilkan kaitan yang rata, padat,
dan bertepi. Bahan yang dihasilkan oleh kaitan Tunisia
kelihatan agak seperti rajutan (knit), jika Anda kurang teliti
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 11
kadangkala susah membedakan antara hasil rajutan atau
kaitan (crochet).

1 2 3 4

Kaitan Triko Kaitan Renda Aghan

Gambar 2.10 Kaitan Motif Tunisia

(3) Kaitan Irish


Kaitan Irish merupakan kaitan yang berbentuk bunga-bunga.
Kaitan ini dapat dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga
merupakan rangkaian kaitan untuk tas, taplak meja, penutup
seprai tempat tidur (bed-cover), dan sebagainya.

Gambar 2.11 Kaitan Irish

(4) Kaitan Amerika


Kaitan Amerika hampir sama dengan kaitan irish. Bedanya,
motif pada kaitan amerika merupakan motif bunga yang
rata/datar, sedangkan pada kaitan irish bermotif bunga timbul.
Dari kaitan yang rata tersebut dirangkaikan menjadi satu,
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 12
sehingga merupakan suatu patchwork (tambal) yang
dipergunakan untuk penutup seprei tempat tidur (bed cover),
tas, taplak meja, vest (rompi), dan lainnya.

Gambar 2.12 Kaitan Amerika

(5) Kaitan Renda Jepitan Rambut (Hair-pin Crochet)


Tipe kaitan ini biasanya dipergunakan untuk menghasilkan
potongan renda panjang (strip), yang dapat dipakai untuk
hiasan-hiasan pinggir ataupun sisipan. Kadangkala potongan
strip renda digabungkan bersama untuk membentuk "ban"
lebar sebagai hiasan kelim rok bawah (skirt), stola (selendang
panjang dan lebar), ataupun taplak meja. Alat yang dipakai
ialah jarum kait dan pen khusus berbentuk U.
Setelah benang dikaitkan pada pen, kemudian dirajut dan
dilepaskan setelah selesai pengerjaannya, baru dibentuk dan
digabungkan sesuai desain dan kebutuhan.

Gambar 2.13 Kaitan Renda Jepitan Rambut (Hair-pin Crochet)

f) Renda
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 13
Yang dimaksud dengan renda di sini adalah kain renda
(lace), yang dibuat dengan tangan ataupun dengan mesin. Dalam
rumah tangga dipergunakan untuk taplak meja, tirai jendela,
sebagai pakaian (dress/gaun), pakaian dalam (lingerie), dan
saputangan. Corak kain renda dapat terdiri atas dua bagian yaitu
bagian yang merupakan dasar dan bagian lainnya merupakan
sekelompok motif-motif tertentu, misalnya motif bunga. Benang
linen biasanya dapat dibuat renda yang nyata (dengan benang
besar), yang dikerjakan dengan tangan atau mesin. Tetapi,
benang kapas, rayon, nilon, atau sutra dibuat dengan mesin. Ada
beberapa macam renda, yaitu filet, renda simpul (frivolite), dan
tula (tulle)

Gambar 2.14 Kain renda (lace)

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 14
Gambar 2.15 Renda Frivolite

g) Kempa
Biasanya dibuat langsung dari serat wol. Bulu-bulu pada
permukaan tenunan, ikatannya kurang kuat, sehingga dapat
bebas bergerak pada bulu benang sebelah dalam. Serat wol akan
menggelembung dalam air dan saling mengait/menjerat satu
sama lainnya dan akan tetap dalam keadaan demikian ketika
dikempa.
Karena obat kempa dan proses kempa, bulu wol akan
menyusut, sehingga tenunan menjadi padat. Padat eratnya
tenunan dipengaruhi oleh obat kempa, juga oleh kelembaban dan
kenaikan suhu (panas) yang dipergunakan dalam proses kempa.
Contoh kain yang dikempa adalah laken sedangkan serabut
yang dikempa ialah felt.

h) Bahan Tidak Ditenun (Non Woven)


Ada beberapa konstruksi bahan atau proses yang tidak
dapat diklasifikasikan sebagai rajutan ataupun tenunan. Non-
woven dibentuk dari serat-serat yang dilumatkan, direkatkan atau
dicampurkan bersamaan dengan bahan kimia, uap pemanasan
(thermal) atau dengan cara mekanis. Dengan demikian
meniadakan pintalan, tenunan, ataupun rajutan. Penggunaan
praktisnya terutama untuk fashion terbatas, disebabkan kurang
jatuh (drape), kurang kuat, dan biasanya terlalu tebal untuk
pakaian. Tetapi masing-masing mempunyai makna yang perlu
diperhatikan. Sebuah contoh adalah, felting yaitu salah satu
metode tertua di dunia dari pembuatan bahan, mungkin telah
mendahului tenunan.
Netting dan braiding adalah teknik-teknik lama, kedua-
duanya dipergunakan dalam pembuatan renda (lace).
Fusing, bonding, laminating adalah pengembangan secara
modern yang menggunakan Adhesives (perekat) untuk saling
mengisi serat-serat yang pendek atau bahan yang
direkatkan/dilem bersamaan.

c) Macam Kain Berdasarkan Berat Kain


Selain Anda mengetahui persilangan pada tenunan yang
menghasilkan kekuatan serta efek yang dihasilkan, Anda juga harus
mengetahui penggolongan kain berdasarkan beratnya. Berdasarkan
berat kain digolongkan menjadi 4 yaitu:
(a) Kain ringan dengan berat 60 gr/m2
(b) Kain menengah dengan berat 60-140 gr/m2 /medium

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 15
(c) Kain setengah berat dengan berat 140-250 gr/m2
(d) Kain berat > 250 gr/m2

Dengan Anda mengetahui berat kain, maka Anda dapat memilih


bahan menurut jatuhnya bahan sesuai dengan desain.

Contoh jenis kain berdasarkan beratnya.

No. Berat Nama Kain Contoh Bahan


1. Ringan Kain Batiste
Kain Lawn
Kain Nainsook
Kain Voile
Kain Organdy
Kain Dimity
Kain sutra (silk)
Kain Cambridge
2. Menengah
(medium)
Kain Mori
Kain Gingham
Kain Chambray
Kain Blacu
Kain Tetoron
Satin
Kain Arrow
Gishkin

3. Kain Kain Celana



Setengah
Berat

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 16
No. Berat Nama Kain Contoh Bahan
Kain Tweed
4. Kain Berat
Kain Kanvas

Gambar 2.16 Contoh Bahan berdasarkan berat kain

d) Penyempurnaan Bahan Tekstil

Proses penyempurnaan (finishing) dapat didefinisikan sebagai


pengerjaan serat, benang, atau kain yang ditujukan untuk mengubah
penampilan, pegangan, dan daya guna/fungsi dari bahan-bahan
tersebut.
a. Penyempurnaan penampilan bahan dapat berupa pewarnaan yang
sama dan merata pada seluruh permukaan bahan (pencelupan),
atau pewarnaan satu warna atau lebih pada tempat-tempat
tertentu pada permukaan bahan (pencapan). Permukaan bisa
menjadi mengkilap, berkerut-kerut, atau lainnya.
b. Penyempurnaan pada pegangan bahan dapat berupa
pegangannya menjadi lemas, penuh, kaku, atau lainnya.
c. Penyempurnaan daya guna bahan berupa beberapa sifat khusus,
misalnya bahan menjadi tidak kusut, tidak tembus air, tidak
tembus udara, tahan api, dan sebagainya.
Hasil dari proses penyempurnaan tekstil ada yang bersifat
sementara, artinya dengan sekali atau dua kali pencucian akan
hilang, dan ada yang bersifat permanen artinya baru hilang setelah
berkali-kali dicuci.

a) Proses Penyempurnaan Pembuatan Bahan Tekstil

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bulu-bulu yang


berupa ujung-ujung serat yang menonjol/keluar dari permukaan
benang atau kain. Bulu-bulu serat hanya terdapat pada benang
staple. Bulu-bulu serat akan mengurangi kilap bahan, kelicinan
permukaan bahan, dan akan menahan kotoran sehingga bahan
cepat kotor. Bahan tekstil yang harus dibakar bulunya yaitu yang
menghendaki permukaan licin dan mengkilap, corak permukaan
kelihatan, kotoran yang menempel mudah dihilangkan pada
waktu pencucian, tidak gatal waktu dipakai dan sebagainya.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 17
Misalnya kain sapu tangan, kain serbet, kain yang akan di-merser,
benang jahit, bahan pelapis (lining/voering), dan sebagainya.

(1) Menghilangkan Kanji

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kanji atau zat


penguat yang diberikan pada benang lusi yang akan ditenun.
Adanya kanji atau zat penguat akan mengganggu pengerjaan
penyempurnaan selanjutnya yang berakibat hasil prosesnya
kurang/tidak sempurna. Zat-zat penghilang kanji tersebut
dapat berupa asam sulfat atau enzim yang mampu
melarutkan kanji sehingga untuk selanjutnya mudah
dihilangkan dengan pencucian.

(2) Menghilangkan Lemak

Proses ini bertujuan melepaskan zat perekat alam serisin dari


filamen serat sutra. Penghilangan tersebut terdiri atas
pemanasan dalam larutan alkalin atau larutan sabun. Proses
ini juga digunakan untuk menghilangkan minyak-minyak yang
terdapat pada serat-serat buatan.
Proses pemasakan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-
kotoran dan zat-zat yang terdapat pada bahan tekstil, yang
dapat mengganggu/menghambat proses-proses
penyempurnaan selanjutnya.

(3) Mengelantang (Bleaching)

Pengelantangan merupakan proses penghilangan atau


perusakan secara kimia zat warna atau pigmen alam yang
terkandung dalam serat, sehingga bahan menjadi putih
bersih. Proses pengelantangan dilakukan apabila:
Bahan yang dikehendaki berwarna putih bersih, misalnya
kain putih, pakaian putih, kain seprai, sarung bantal, dan
sebagainya.

Bahan akan dicelup atau dicap dengan warna-warna muda


dan cerah, misalnya merah, kuning, orange, dan
sebagainya. Proses pengelantangan yang dilakukan untuk
tujuan ini bersifat setengah putih, terutama dilakukan pada
bahan yang terbuat dari serat alam atau campuran.

b) Penyempurnaan Tambahan
Penyempurnaan tambahan dilakukan untuk mempe-roleh
tekstur (lembut, kaku), kilau, pola timbul, serta sifat tahan
gesekan pada kain. Pelaksanaannya dapat dikerjakan secara
mekanis atau kimiawi.

(1) Mengalander

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 18
Penyetrikaan (calandering) merupakan proses penyem-
purnaan mekanik yang dilakukan dengan melewatkan bahan
kain dalam kondisi terbentang melalui suatu susunan rol
logam yang dipanaskan dan rol lunak, misalnya dari kertas
wol dan lainnya.
Terdapat bermacam-macam cara penyetrikaan, tergantung
pada hasil akhir yang dikehendaki. Misalnya penyetrikaan
sederhana atau kilap biasa, kilap tinggi, buram, moire (corak
riak-air), Embosing (pahatan, digunakan untuk menghasilkan
corak pada permukaan kain). Setiap jenis penyetrikaan akan
memberikan hasil yang berbeda.

(2) Memerser

Tujuan Proses merserisasi yaitu untuk mendapatkan kilap


yang tinggi dan permanen pada kapas. Proses ini dilakukan
dengan mengerjakan benang/kain kapas dalam larutan
kaustik soda atau alkali kuat lainnya, kemudian diikuti dengan
proses netralisasi dan pencucian. Proses merserisasi selain
memberikan kilap lebih tinggi juga memberikan efek lainnya,
yaitu:
Bahan menyusut
Kekuatan bahan bertambah tinggi
Daya serap terhadap air meningkat
Daya gabung terhadap zat warna bertambah tinggi
Pegangan bahan menjadi lebih penuh.

(3) Menggaru Bulu

Penyempurnaan menggaru bulu bertujuan untuk membuat


agar permukaan kain berbulu, sehingga menjadi hangat jika
dipakai, karena kain berbulu akan dapat menahan panas.
Penyempurnaan ini dilakukan secara mekanika, yaitu dengan
mesin penggaru bulu dimana serat-serat pada permukaan
kain ditusuk-tusuk dan dikait-kait oleh jarum lurus dan jarum
bengkok sehingga ujung-ujung serat pada benang akan keluar
dan menyerupai bulu pada permukaan kain.
Untuk membuat kain berbulu, diperlukan syarat-syarat
tertentu yang meliputi:
Benang pakan dibuat dari serat panjang
Antihan benang pakan sekecil mungkin
Kain harus lunak
Proses menggaru bulu dilakukan dalam pembuatan kain
selimut, flanel, dan sebagainya.

(4) Mengeriting (Krep)

Penyempurnaan krep bertujuan untuk membuat permukaan


kain menjadi tidak rata atau berkerut. Ada dua cara yaitu: a)
cara mekanik, dan b) cara kimia.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 19
Penyempurnaan krep cara mekanik dilakukan dengan
mengerjakan kain pada mesin kalender Embossing, di
mana permukaan rol kerasnya bermotif kerut-kerut. Tetapi
penyempurnaan ini bersifat sementara, karena akan hilang
oleh pencucian berkali-kali dan oleh penyetrikaan.
Penyempurnaan krep cara kimia dilakukan dengan
mencapkan pasta cap yang mengandung kaustik soda,
asam sulfat, seng klorida, atau lainnya pada permukaan
kain kapas. Oleh zat-zat penggelembung tersebut, serat
kapas akan menyusut dalam pencucian, sedangkan bagian
yang tidak dicap akan kusut sehingga menimbulkan efek
kerut pada permukaan kain yang disebut efek plise.
Hasilnya berupa bahan krep seersucker, crinkle (kain
kelobot).

(5) Mengempa

Suatu proses penyempurnaan dengan melewatkan kain di


bawah sebuah Roler yang terus menerus dikempa untuk
meratakan permukaannya. Hasilnya, kain menjadi halus dan
sempurna mengkilat. Namun sifatnya sementara karena serat
kain terbuka kembali selama pencucian.

(6) Menguatkan Tenunan

Proses penyempurnaan juga dapat digunakan untuk


menguatkan bahan/tenunan.

(a) Penyempurnaan tahan kusut (anti crease)

Tahan kusut adalah kombinasi antara ketahanan


(resistance) dari suatu bahan terhadap kekusutan dan
sekaligus kemampuan untuk kembali (recovery) ke bentuk
semula. Titik berat sifat tahan kusut ini adalah
kemampuan pengembalian ke bentuk semula.
Kain-kain yang bersifat tahan kusut misalnya: cuci pakai
(wash and wear), kering diangin-anginkan (drip dry),
tanpa disetrika (non-ironing), anti kusut (anti crease), dan
sebagainya. Kain dari serat selulosa mudah sekali kusut
dalam pemakaian. Penampilan-nya menjadi kurang

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 20
menarik, sehingga memerlukan penganjian dan
penyetrikaan yang sifatnya sementara, dan kusut kembali
karena pencucian. Untuk mendapatkan kain selulosa yang
bersifat anti kusut permanen, diperlukan proses
penyempurnaan dengan resin, juga untuk kain campuran
selulosa dengan serat buatan. Kain serat sintetik tidak
memerlukan penyempurnaan tahan kusut karena sifat-sifat
dari serat sintetik sudah anti kusut.

(b) Penyempurnaan anti susut (anti-shrink/ sanforized)

Tujuan penyempurnaan anti susut, adalah membuat kain


mempunyai daya susut sekecil mungkin, sehingga pada
penggunaannya tidak berubah walaupun dicuci berulang
kali. Untuk penyempurnaan anti susut ada beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:
Penyempurnaan cara mekanik, banyak dilakukan pada
kain kapas. Menyusutnya tidak lebih dari 1%, dapat
diberi label Sanforized.
Penyempurnaan cara kimia, banyak dilakukan pada
kain rayon dan serat sintetik. Dikerjakan dengan resin
atau zat kimia lainnya yang dapat menutupi sifat serat
yang menarik air, sehingga daya serap air terhadap
serat menjadi kecil, yang mengurangi sifat
menyusutnya.
Penyempurnaan cara mekanik-kimia, sering dilakukan
pada kain dari campuran serat selulosa dan serat
buatan, misalnya kain poliester/rayon, poliester/ kapas,
atau lainnya. Menyusutnya tidak lebih dari 1%.

(c) Penyempurnaan tahan air dan tolak air

Definisi tahan air (water proof) adalah suatu permu-kaan


yang dapat menahan air dan udara, sedangkan tolak air
(water repellent) adalah suatu permukaan yang dapat
menahan air, tetapi udara masih mungkin dapat
menembus.
Untuk kain yang tahan air (water proof) penyempurnaan
dilakukan dengan cara melapisi permukaan dengan lapisan
karet/lateks, seperti kain untuk jas hujan (rain coats).
Untuk kain yang bersifat tolak air (water repellent),
dipergunakan zat-zat yang dapat menolak seperti emulsi
malam, sabun-sabun logam, dan zat aktif permukaan,
yang melapisi benang-benangnya saja tetapi tidak
menutupi pori-pori antar benang, sehingga udara masih
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 21
dapat menembus. Zat-zat tersebut bersifat tidak permanen
yang dapat hilang dengan pencucian berkali-kali.

(d) Penyempurnaan tahan api

Penyempurnaan tahan api dimaksudkan untuk melindungi


tekstil yang mudah terbakar menjadi sukar terbakar atau
lambat terbakar. Serat-serat mineral bersifat tidak dapat
terbakar, misalnya serat asbes. Serat-serat protein dan
beberapa serat sintetik yang termoplastik akan melelh
sewaktu terbakar dan melekat pada kulit, sehingga
memungkinkan luka bakar lebih dalam. Serat selulosa
mudah sekali terbakar dan memberikan letikan api setelah
api padam. Konstruksi kain yang tebal dengan anyaman-
anyaman terbuka akan terbakar dengan cepat, sedangkan
kain berbulu akan terbakar bulunya terlebih dahulu, baru
kainnya.
Penyempurnaan tahan api dilakukan dengan cara
merendam sambil diperas (impregnasi) dalam larutan yang
mengandung borak, natrium silikat, atau lainnya. Zat-zat
ini mempunyai titik leleh yang rendah sehingga dengan
adanya api, garam tersebut akan segera meleleh dan
menutupi kain sebagai suatu lapisan seperti gelas yang
tidak dapat terbakar dengan segera, karena zat-zat
tersebut menghasilkan suatu gas yang tidak dapat
terbakar sewaktu pemanasan.

(7) Menstabilisasi

Proses penyempurnaan juga bertujuan untuk menstabil-kan


bahan.

(a) Penyempurnaan dengan proses stensering

Merupakan proses utama pada penyempurnaan kain, yang


dikerjakan pada mesin stenter, dengan tujuan untuk
membuat kain menjadi kering dan mengatur supaya
penampilannya menarik. Variasi suhu serta penarikan yang
diberikan menyebabkan kain lembut atau keras, penuh
atau tipis. Dalam proses ini, corak kain yang berbentuk
garis atau kotak-kotak yang berubah oleh proses
sebelumnya dapat dikembalikan ke bentuk semula. Adanya
pengerjaan Stentering dapat diketahui dengan adanya
bekas lubang-lubang jarum atau bekas jepitan pada
pinggir kain.
Kain yang mudah mulur, misalnya kain rajut (knit), dengan
permukaan berkerut-kerut seperti kain krep atau kain yang
menghendaki pegangan lembut, pada umumnya tidak
dikeringkan dengan mesin stenter, tetapi dengan mesin
pengering sengkelit (lup) untuk menstabilkannya.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 22
(b) Penyempurnaan Dekatis

Proses ini menghasilkan kain-kain terutama wool worsted


atau woolen bermuka halus, tahan terhadap kekusutan
dan pegangannya empuk. Proses dekatis ini serupa
dengan penyetrikaan dengan uap yang memberikan sifat
kain menjadi sangat berkilau karena permukaan kain
menjadi halus. Cara pengerjaan: kain kering digulung
dengan tegangan pada silinder yang berlubang-lubang.
Selanjutnya, dialirkan uap air melalui silinder tersebut, dan
akan menerobos kainnya. Uap air dan panas menyebabkan
kain bersifat plastik sehingga tegangan yang terdapat
pada kain menjadi kendur dan kusut-kusutnya
menghilang. Selanjutnya, kain dikeringkan dengan cara
melewatkan udara dingin melalui kain tersebut, yang
berakibat serat-serat kain akan stabil. Penyempurnaan
dekatis sekarang banyak juga dikerjakan pada kain
campuran wol dengan serat sintetis atau serat sintetis
dengan kapas.

e) Penyelidikan Bahan Tekstil

a. Pengamatan Secara Visual


Dengan memperhatikan, meraba, mengepal sehelai kain
saja mungkin belum dapat secara angsung diketahui sifat-
sifatnya, demikian juga dengan asal seratnya. Hal ini disebabkan
karena kemajuan teknik penyempurnaan bahan tekstil, sehingga
sering tidak dapat dibedakan antara kain yang asli dengan yang
tiruan.
Beberapa pengamatan secara visual tentang sifat yang
perlu diketahui untuk menentukan jenis serat adalah sebagai
berikut.

(1) Panjang serat

Untuk penelitian asal serat sehelai kain, perlu dicabut sehelai


benang untuk diperiksa kemungkinan golongan seratnya.

(2) Kekuatan serat

Serat sutra adalah serat yang terkuat diantara serat-serat


lainnya seperti nilon, wol dan kapas. Dalam keadaan basah,
serat rayon berkurang kekuatannya, sedangkan serat kapas
akan lebih kuat daripada dalam keadaan kering.

(3) Kehalusan serat


M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 23
Serat sutra adalah serat yang terhalus di antara serat-serat
asli yang lain seperti serat sintetis dan serat rayon.

(4) Kilau serat

Serat kapas kurang berkilau kecuali dimerser. Serat linen


kilaunya bagus dan jelas, kilau serat sutra sangat bagus dan
lembut, serat rayon berkilau tajam seperti logam, sedangkan
serat wol tidak berkilau karena bergelombang.

(5) Keriting serat

Serat wol adalah satu-satunya yang memiliki keriting asli, ini


menyebabkan kain wol berpori sehingga mempunyai sifat
penyekat panas.

(6) Daya lentur

Serat wol berdaya lentur besar, demikian pula serat sintetis


dan serat sutra. Serat selulosa tidak memiliki daya lentur yang
baik, tetapi dapat diproses sehingga berdaya lentur yang
besar, contohnya proses pembuatan bahan mulur (stretch).

(7) Daya serap air dan udara

Serat wol berdaya serap sampai 40% tetapi belum terasa


basah, daya serap serat sutra sampai 30%, linen 20% kapas
8,5%.
Bila usaha mencari asal serat tekstil belum ditemukan dengan
cara memerhatikan serat-seratnya, dapat dilakukan dengan
mempergunakan bantuan alat mikroskop. Tiap-tiap serabut
kalau diperbesar 100 x akan menunjukkan bermacam-macam
gambaran penampang serat-seratnya baik gambar
penampang melintang ataupun membujur dari setiap serat
tekstilnya.
Cara memutuskan benang. Apabila berasal dari serat
kapas, benang mudah diputus karena berserat pendek.
Serat linen benangnya sukar diputus. Serat wol bersifat
lentur, bila diputus akan memanjang dulu/elastis, ujung
benang seperti spiral (berombak). Serat sutra juga bersifat
lentur, ujung benangnya halus dan tidak berumbai. Serat
rayon mudah putus, dan ujung benang bercabang.
Cara lain untuk mengetahui asal serat adalah dengan
menggunakan bahan kimia, yaitu sebagai berikut.
Asam sulfat melarutkan serat yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
Kaustik soda (soda api) melarutkan serat yang berasal
dari hewan, seperti wol dan sutra.
Kupramonium melarutkan kapas.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 24
Aseton melarutkan kain asetat.
Fenol 90% melarutkan nilon.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 25
b. Penyelidikan Dengan Uji Pembakaran

Uji pembakaran adalah untuk mengetahui secara pasti


serat-serat yang tidak dikenal. Percobaan dengan pengujian yang
paling mudah untuk dilakukan adalah dengan pembakaran.
Prosedur ini memerlukan ketelitian dan secara singkat
menyalakan seberkas serat, atau potongan kecil bahan, sambil
mengamati proses pembakaran sebelum memadam-kan apinya.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

(1) Serat-serat protein

Serat-serat seperti wol, rambut/bulu binatang lainnya dan


sutra akan segera mengeriting oleh api dengan sedikit
meleleh, terbakar dengan lambat, meninggalkan butiran abu
hitam yang lembut padat, bisa diremuk, dengan berbau
seperti rambut yang terbakar. Wol akan padam segera setelah
sumber apinya dialihkan.

(2) Serat-serat selulosa

Jenis serat ini yaitu katun, linen/flak dan rayon. Pengapian


dilakukan dengan segera hingga serat terbakar dengan cepat,
dan tercium bau seperti kertas yang terbakar. Abu yang
ditinggalkan lembut seperti bedak. Rayon akan terbakar tanpa
nyala atau meleleh sehingga tidak meninggalkan butiran
seperti plastik, sisanya hanya bulu kapas ringan.

(3) Asetat dan sintetis


Bahan ini meleleh langsung dari api sebelum terbakar dan
meninggalkan butiran abu hitam, bentuknya tidak rata dan
rapuh, baunya seperti asam cuka. Poliester mengerut dengan
api, lelehannya akan meninggalkan butiran bulat yang keras
berwarna abu-abu atau coklat, berbau kimiawi. Nilon seperti di
atas meninggalkan butiran abu-abu yang keras, susah
diremuk, berbau seperti daun seledri. Pengujian lain untuk
asetat adalah dengan menggunakan larutan aseton (cairan
yang biasa dipakai untuk menghilangkan cat kuku). Aseton
menghancurkan asetat dan melarutkan serat-serat bila
dikenakan pada bahan tekstil.
Serat-serat anorganik tidak terbakar. Walaupun begitu, lapisan
poliester yang dipergunakan di atas adalah metalik yang akan
terbakar.

c. Pengamatan Dengan Meraba

Permukaan bahan yang halus mencerminkan permukaan


yang lebih ringan daripada permukaan buram, kusam, atau
berbulu, sehingga pengamatan visual dihubungkan dengan

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 26
sesuatu yang dapat diraba (tactile). Benda-benda yang "terasa"
halus juga "kelihatan" halus.
Pengamatan dengan meraba ada 2 macam, yaitu:

(1) Yang dapat diraba (tactile)

Perubahan-perubahan pada permukaan bahan-bahan karena


pengaturan dari benang-benang individual pada tenunan atau
rajutan dapat dirasakan di kulit. Dengan rabaan dapat
dirasakannya lembut, kasar, jatuhnya bahan (drape), atau
kaku dan berat.

(2) Yang dapat didengar (audible)

Gesekan dapat diciptakan oleh permukaan bahan dengan


saling menggosokkan sehingga dapat didengar, misalnya
gemersik dari sutra taffeta.

d. Penyelidikan Tentang Sifat-sifat Serat

Struktur fisika dan kimia sangat mempengaruhi sifat-sifat


serat yang meliputi daya kekuatan, kemuluran dan elastisitas,
daya serap, kelenturan, dan ketahanan terhadap gosokan, zat
kimia dan lainnya.

(1) Daya mulur

Daya mulur atau elastisitas adalah kemampuan serat untuk


kembali ke panjang semula setelah mengalami tarikan. Kain
yang dibuat dari serat yang mulur dan elastisitasnya baik,
stabilitas dimensinya juga baik dan tahan kusut. Makin tinggi
derajat penarikan, makin tinggi kekuatan serat dan makin
rendah mulurnya.
Cara mengetahui tingkat daya mulur (%) bahan tekstil dengan
menggunakan ujicoba sebagai berikut:

k 2 k1
Daya Mulur (%) 100 %
k1
Keterangan:
k1 = Kain sebelum ditarik
k2 = Kain sesudah ditarik

Contoh:
Bahan ukur sebelum ditarik 5 cm dan sesudah ditarik menjadi
8 cm. Berapakah daya mulurnya?
k 2 k1
Rumus: Daya Mulur (%) 100%
k1
85
100 %
5
= 0,6%
Jadi daya mulur kain tersebut adalah 0,6%.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 27
(2) Daya serap

Jumlah uap air yang diserap oleh serat berbeda-beda,


tergantung dari kelembaban relatif, suhu udara, dan seratnya.
Beberapa jenis serat menyerap uap lebih banyak daripada
jenis serat lainnya, ditentukan oleh struktur kimia dari
seratnya. Misalnya, serat-serat selulosa akan menyerap uap
air lebih banyak sehingga lebih enak dipakai, mudah
menyerap keringat dan tidak menimbulkan listrik statik, cocok
dipakai pada udara lembab dan panas.
Cara mengetahui tingkat daya serap bahan tekstil adalah
dengan menggunakan ujicoba memasukkan kain ke dalam air.
Kemudian menggunakan rumus sebagai berikut:
s 2 s1
Daya Serap (%) 100%
s1
Keterangan:
s1 = volume air sebelum dimasuki kain
s2 = volume air sesudah kain diangkat dengan pinset

Contoh:
Bahan ukur dengan ukuran 20 cm x 20 cm dengan berat kain
ringan dimasukkan dalam air (80 ml). sewaktu diangkat
dengan pinset tersisa 75 ml. Berapakah daya serapnya?
s 2 s1
Rumus: Daya Serap (%) 100%
s1
80 75
100 %
80
= 0,06%
Jadi daya serap kain tersebut adalah 0,06%.

(3) Daya susut (sanforized)

Susutnya bahan pada waktu pencucian dapat disebabkan


karena regangan-regangan yang tidak dapat dihindarkan pada
waktu pembuatan kain tersebut sejak pembuatan benang.
Serat kain menyerap air sehingga diameter serat menjadi
bertambah besar dan panjangnya berkurang.
Cara mengetahui tingkat daya susut bahan tekstil adalah
dengan menggunakan ujicoba pada kain. Ambil ukuran pada
bagian tengah kain misalnya 5 x 5 cm. Selanjutnya rendam
kain tersebut didalam air sabun selama 30 menit. Kemudian
cek kembali ukuran Anda, jika tetap berarti kain tidak susut.
Jika ada perubahan, untuk menghitung daya susutnya dapat
mempergunakan rumus sebagai berikut:
t 1 t 2
Daya Susut (%) 100%
t1
Keterangan:
t1 = panjang kain sebelum direndam
t2 = panjang kain sebelum direndam
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 28
(Rumus ini berlaku untuk panjang dan lebar kain).

(4) Daya luntur (fast colour)

Merupakan penyempurnaan yang dilakukan pada bahan tekstil


yang bertujuan untuk menguatkan warna dari pudar.
Berdasarkan sifat-sifat zat warna, biasanya zat warna yang
larut dalam air, ketahanan lunturnya kurang/ tidak baik. Zat
pewarna yang tidak larut dalam air, ketahanan lunturnya
tinggi, misalnya zat warna bejana untuk pencelupan serat
selulosa dan wol, serta nilon. Zat warna belerang digunakan
untuk pencelupan serat kapas, zat warna naftol untuk
pencelupan serat selulosa, batik, poliester, asetat, rayon dan
sebagainya.
Adapun cara untuk mengetahui kuat tidaknya warna pada
suatu bahan tekstil dapat dilakukan hal sebagai berikutt:
Siapkan katun warna, 10 x 10 2 lb.
Rendam bahan dalam air dengan detergent selama 30
menit.
Angkat, keringkan dan setrika.
Bandingkan dengan yang sudah direncam dengan bahan
yang tidak direndam.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 29
c. Rangkuman

1. Menurut kegunaannya bahan tekstil dibedakan menjadi 2 yaitu


bahan utama dan bahan tambahan.
2. Penggolongan serat tekstil dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
serat alam dan serat buatan.
3. Proses pembuatan bahan tekstil menggunakan metode: tenunan
(woven), rajutan (knitted), anyaman, kaitan, buhul, renda, dan
bukan tenunan (non woven).
4. Penyempurnaan bahan dilakukan untuk meningkatkan kualitas bahan
dengan menyempurnakan penampilan, penyempurnaan pada
pegangan dan penyempurnaan daya guna bahan.
5. Penyelidikan bahan bisa dilakukan secara visual dan uji pembakaran.
Pengamatan secara visual yang bisa Anda amati adalah: 1) panjang
serat, 2) kekuatan serat, 3) kehalusan serat, 4) kilau serat, 5)
keriting serat, 6) daya luntur, dan 7) daya serap air dan udara.
Sedangkan pengamatan melalui uji coba pembakaran untuk
mengetahui asal serat.

d. Tugas

e. Test Formatif

1. Apakah tujuan Anda mempelajari pengetahuan bahan tekstil?


2. Apakah yang dimaksud dengan bahan utama?
3. Jelaskan penggolongan serat tekstil yang berasal dari alam!
4. Jelaskan istilah penyempurnaan di bawah ini!
a. Mercerized
b. Sanforized
c. Fast colour
5. Jelaskan ciri-ciri dari uji coba pembakaran serat yang berasal dari:
a. Serat protein
b. Serat selulosa
c. Serat buatan

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 30
f. Kunci Jawaban

1. Tujuan mempelajari bahan tekstil adalah supaya memiliki wawasan


dan keterampilan dalam memilih dan membeli bahan baku busana
sesuai desain busana.
2. Yang dimaksud dengan bahan utama adalah bahan yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan suatu busana atau lenan rumah
tangga.
3. Penggolongan serat tekstil yang berasal dari alam adalah sebagai
berikut.

Serat Batang flax (linen), henep, jute, kenaf, rami


Selulosa Buah flax, serat sabut kelapa
Daun abaca (manilla), heneguen, sisal
Biji serat kapas dan kapok

Berbentuk Rambut Alpaca, Unta,


Stapel Chasmere, Llama, Mohair, Kelinci
Wol Biri-biri
Serat Alam Serat Protein

Berbentuk Sutera dari ulat sutera


Filamen

Serat Mineral Serat Asbes

4. Berikut adalah definisi dari:

Mercerized

Suatu proses untuk mendapatkan kilap yang tinggi dan permanen


pada kapas. Proses ini dilakukan dengan mengerjakan
benang/kain kapas dalam larutan kaustik soda atau alkali kuat
lainnya, kemudian diikuti dengan proses netralisasi dan
pencucian.

Sanforized

Tujuan penyempurnaan anti menyusut, adalah membuat kain


mempunyai daya susut sekecil mungkin, sehingga pada
penggunaannya tidak berubah walaupun dicuci berulang kali.

Fast colour

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 31
Merupakan penyempurnaan yang dilakukan pada bahan tekstil
yang bertujuan untuk menguatkan warna dari pudar

5. Ciri-ciri hasil uji pembakaran adalah:

Serat-serat protein

Serat-serat seperti wol, rambut/bulu binatang lainnya dan sutra


akan segera mengeriting oleh api dengan sedikit meleleh,
terbakar dengan lambat, meninggalkan butiran abu hitam yang
lembut padat, bisa diremuk, dengan berbau seperti rambut yang
terbakar. Wol akan padam segera setelah sumber apinya
dialihkan.

Serat-serat selulosa

Jenis serat ini yaitu katun, linen/flak dan rayon. Pengapian


dilakukan dengan segera hingga serat terbakar dengan cepat,
dan tercium bau seperti kertas yang terbakar. Abu yang
ditinggalkan lembut seperti bedak. Rayon akan terbakar tanpa
nyala atau meleleh sehingga tidak meninggalkan butiran seperti
plastik, sisanya hanya bulu kapas ringan.
Asetat dan sintetis

Bahan ini meleleh langsung dari api sebelum terbakar dan


meninggalkan butiran abu hitam, bentuknya tidak rata dan rapuh,
baunya seperti asam cuka. Poliester mengerut dengan api,
lelehannya akan meninggalkan butiran bulat yang keras berwarna
abu-abu atau coklat, berbau kimiawi. Nilon seperti di atas
meninggalkan butiran abu-abu yang keras, susah diremuk,
berbau seperti daun seledri.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 32
Setelah Anda mempelajari dan mengenal bahan tekstil, langkah
selanjutnya adalah menerapkan pengetahuan tersebut dalam memilih
bahan tekstil untuk membuat busana yang sesuai dengan keinginan
konsumen. Agar dapat memilih bahan yang tepat perlu memperhatikan
faktor-faktor berikut.
- Unsur-unsur desain pada bahan tekstil
- Pemilihan bahan tekstil (kegunaan, kesempatan, karakteristik
penanganan, model dan lebar kain)
- Kriteria pemilihan bahan tekstil dengan memperhatikan faktor-faktor
mendesain busana.

1) Unsur-unsur Desain Pada Bahan Tekstil

Unsur-unsur desain yang diperlukan dalam pemilihan bahan tekstil


adalah: warna, corak, jatuhnya bahan dan tekstur.

a) Warna
Seperti Anda ketahui warna mempengaruhi beberapa hal,
misalnya:
(1) Membuat lebih indah
(2) Mempunyai arti tertentu
(3) Mempengaruhi suasana/keadaan si pemakai

Lima hal yang disarankan dalam memilih warna bahan:

(1) Pilihlah warna yang sedang digemari


Apa warna yang sedang digemari dapat Anda lihat, jika warna
itu sering muncul di majalah, TV, film, pusat pertokoan, toko-
toko busana ataupun pada peragaan-peragaan busana.

(2) Sesuaikan warna busana dengan tujuan dan kesempatan


pemakaian

Misalnya:
Kesempatan belanja siang hari hindarilah warna yang
menyolok.
Untuk busana tidur dan busana bayi pilihlah warna yang
lembut.
Busana pesta malam sebaiknya berwarna menyolok, cerah
ataupun gelap.
Suasana ke tempat duka sebaiknya pilih warna gelap.

(3) Sesuaikan warna busana dengan bentuk tubuh


Orang yang tinggi kurus hindarilah busana yang berwarna
gelap dan menyolok.
Orang yang gemuk hindarilah busana yang berwarna muda
atau putih.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 33
(4) Sesuaikan warna busana dengan warna kulit dan rambut
Orang yang warna kulitnya gelap hindarilah warna putih,
karena akan kelihatan lebih gelap.
Orang yang berwarna kulit terang/kuning langsat akan
kelihatan pucat kalau menggunakan busana berwarna
kuning.

(5) Sesuaikan warna busana dengan umur dan kepribadian


(karakter)
Orang dewasa dan berusia lanjut sebaiknya memilih
warna-warna yang memberikan kesan tenang (bukan
warna-warna kontras).
Remaja & anak umumnya sesuai dengan semangat dan
gairahnya mereka akan memilih busana berwarna cerah
atau menyolok.

(1) Corak

Pada umumnya bahan tekstil bercorak searah dan dua arah.


Untuk bahan polos sama dengan corak dua arah, kecuali bahan-
bahan yang berkilau (seperti: satin) dan bahan berbulu (seperti:
beledu dan cordoroy). Bahan-bahan berkilau dan berbulu harus
cermat penanganannya. Terutama ketika akan meletakkan bahan
(layout) semua pola harus terletak pada satu arah, ke atas atau
ke bawah saja. Sehingga hasil akhirnya motif/corak
berkesinambungan.

(1) Searah
Corak bahan mengarah hanya pada satu sisi. Sangat erat
kaitannya dengan cara meletakkan bahan. Motif pola searah
diantaranya: garis-garis, kotak-kotak, anyaman-anyaman dan
motif alam yang mengarah ke satu sisi.

Dalam pembuatan busana, jika menggunakan pola searah


membutuhkan bahan yang lebih karena harus memperhatikan
kesinambungan motif bahan. Akan sangat tidak serasi jika
bagian-bagian busana arah motif berbeda antara satu dengan
yang lain.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 34
Gambar 2.17 Pola-pola motif searah
(2) Corak dua arah
Corak bahan mengarah pada semua sisi, lebih mudah dalam
meletakkan pola pada bahan. Pada waktu meletakkan pola di
atas bahan Anda hanya memperhatikan arah serat (grain line)
dan efisiensi penggunaan bahan.

Gambar 2.18 Pola-pola motif dua arah

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 35
Jatuhnya Bahan
Jatuhnya bahan pada saat dipakai mempunyai pengaruh
besar pada hasil akhir penampilan si pemakai. Efek dari jatuhnya
bahan dikelompokkan dalam kaku, berpegang teguh, lembut,
melangsai dan ringan/melayang.

(1) Kaku
Bahan ketika dibentang jatuhnya langsung dan tidak bergerak,
seperti bahan yang dikanji.
Contoh: drill, twill, kanvas, dan lain-lain.

(2) Berpegang teguh


Bahan jika digantung jatuhnya lurus dan berat.
Contoh: gabardin

(3) Lembut
Ketika bahan diremas terasa lembut di tangan.
Contoh: sutera

(4) Melangsai
Bahan jika digantung lembut tetapi berat.
Contoh: satin

(5) Ringan/melayang
Bahan jika digantung lembut, ringan dan melayang.
Contoh: sifon.

(2) Tekstur Bahan

Tekstur bahan adalah sifat permukaan bahan yang dapat


diketahui secara visual maupun dengan meraba permukaan. Dari
kedua cara ini dapat diketahui:
1) Bagaimana jika bahan itu digantung (hang), apakah bahan itu
lemas, kaku, ringan melayang atau berat.
2) Bagaimana rupanya (appeareance), ketika bahan itu dilihat
apakah berkilau, kusam/buram, atau tembus pandang.
3) Bagaimana bila diraba (feel), apakah bahan itu terasa halus,
kasar, gemeresik, lembut, licin atau berbulu.
Suatu jenis bahan tidak selalu memiliki suatu sifat tertentu, namun
untuk membedakan ciri bahan yang satu dengan yang lain,
sebaiknya dilihat cirinya yang paling menonjol. Seperti:
a) Bahan beludru : sifatnya yang menonjol berbulu
b) Bahan lame : sifat yang menonjol berkilau, tipis,
gemeresik
c) Bahan tule : sifat yang menonjol tembus pandang

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 36
2) Pemilihan Bahan Tekstil (Kegunaan, Karakteristik
Penanganan, Desain dan Lebar Kain)

Memilih bahan untuk suatu busana atau lenan rumah tangga


perlu diperhatikan hal-hal berikut: a) Kegunaan, b)
Karakteristik Penanganan, c) Desain dan d) Lebar Kain.

a) Kegunaan

(1) Pakaian
Semua yang Anda pakai untuk menutupi bagian-bagian tubuh
atas dan bawah (terdiri dari rok, blus, celana, kemeja)

(2) Pelengkap busana


Semua yang Anda dipakai mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki kecuali pakaian (topi, tas, sepatu, asesoris dan
lain-lain).

(3) Lenan rumah tangga


Semua alat rumah tangga yang terbuat dari kain (gordyn,
selimut, taplak meja, dan lain-lain)

b) Karakteristik Penanganan

(1) Karakteristik bahan pada waktu pengerjaan. Apakah bahan itu


licin, mudah bertiras atau bergulung (triko).
(2) Karakteristik bahan waktu dipakai. Apakah bahan cepat kusut,
mudah kena noda atau keringat, mudah terbakar.
(3) Karakteristik bahan waktu dicuci. Apakah luntur, mudah
berubah bentuk, apakah bahan itu susut, apakah bahan itu
menjadi lemas setelah dicuci.
(4) Karakteristik bahan waktu disetrika. Dilihat dari asal bahan
apakah bahan itu perlu disetrika dengan suhu sedang atau
panas, harus dipres atau harus pakai kain pelapis.

c) Desain
Untuk memperoleh busana yang sesuai dengan desain
diperlukan pemilihan bahan tekstil yang tepat. Macam desain
busana yang terdapat dalam majalah mode dapat dikelompokkan
menjadi desain suai (lurus), berkerut, berlipit, klok (lingkaran),
draperi dan pias.
Untuk memperoleh hasil busana sesuai dengan desain
diperlukan pemilihan bahan tekstil yang tepat. Satu desain busana
dibuat dengan bahan yang berbeda, hasilnya pun akan berbeda.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 37
Gambar 2.19 Busana desain sama dengan berat berbeda

Setelah jelas hal-hal yang perlu diperhatikan dari suatu


bahan, langkah selanjutnya adalah menerapkan dalam pemilihan
bahan.

d) Lebar Kain

Agar Anda hemat dalam pemakaian bahan, perlu diketahui


lebar kain yang akan dipergunakan, lebar kain yang ada di
pasaran antara lain:
1) Lebar sampai dengan 100 cm (tenunan tradisional)
2) Lebar 110 cm s/d 150 cm (banyak dipergunakan untuk busana
wanita)
3) Lebar di atas 150 cm (banyak dipergunakan untuk busana
bagian bawah, misal: celana, rok dan lain-lain)

3) Kriteria Pemilihan Bahan Tekstil Dengan Memperhatikan


Faktor-faktor Mendesain Busana

Seorang desainer untuk menentukan suatu desain busana bagi


seorang pelanggan akan berpatokan pada usia, kesempatan
pemakaian, waktu pemakaian, postur tubuh, warna kulit, dan
kepribadian.

a) Usia

Dalam tumbuh kembangnya usia manusia dibedakan menjadi:


- Bayi (di bawah 1 tahun)
- Balita ( 1 s/d 5 tahun)
- Anak-anak (di bawah 12 tahun)
- Remaja (13-17 tahun)
- Dewasa atau tua (di atas 17 tahun)

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 38
b) Kesempatan Pemakaian

Memilih bahan tekstil perlu Disesuaikan dengan acara dan


temperatur udara, apakah di daerah panas (daerah pantai),
daerah dingin (pegunungan, ruang ber-AC) dan waktu
pemakaian.
- Di rumah (aktivitas di lingkungan rumah)
- Bekerja (di dalam ruangan atau luar ruangan)
- Rekreasi (didaerah dingin-panas/tempat-tempat wisata)
- Olah raga (indoor/outdoor)
- Pesta (resmi/setengah resmi)
- Kesempatan khusus (berkabung)

c) Waktu Pemakaian

- Pagi (gunakan bahan dengan warna cerah)


- Siang/sore (hindari warna-warna mencolok)
- Malam hari (gunakan warna cerah atau gelap)

d) Postur Tubuh
Tidak semua wanita lahir dengan tubuh seperti super model dunia
yang memiliki dada, pinggang dan pinggul ideal. Justru banyak
wanita lahir dengan bentuk tubuh yang memiliki kekurangan di
sana sini. Jadi diantara bentuk tubuh ini, Anda termasuk yang
mana?.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tujuan berbusana
adalah untuk menutupi kekurangan yang diakibatkan bentuk
tubuh yang tidak ideal, maka memilih bahan tekstil harus
disesuaikan dengan postur atau bentuk tubuh. Apakah tinggi
kurus, pendek kurus, tinggi besar, atau pendek gemuk.

(1) Bentuk badan tinggi kurus

Pilihlah bahan-bahan dengan garis horisontal dan


desainnya pada bagian depan jangan dibuat rata.
Bahan bermotif/berkotak memberi efek kelihatan gemuk.
Bahan dengan tekstur kaku dan tebal akan memberi
kesan ukuran badan menjadi besar.
Hindari bahan dengan warna gelap dan menyolok,
demikian pula warna-warna muda dan putih, jadi
sebaiknya memilih warna-warna cerah dan tidak
menyolok.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 39
Gambar 2.20 Bentuk tubuh tinggi kurus

(2) Bentuk badan pendek kurus

Agar badan kelihatan lebih tinggi dan gemuk


Pilih bahan dengan motif yang kecil-kecil atau sedang.
Gunakan bahan-bahan yang lembut dan agak tipis.
Hindari warna-warna gelap dan tua.

Gambar 2.21 Bentuk tubuh pendek kurus

(3) Bentuk badan tinggi besar

Pilih bahan yang lunak dan kusam. Dalam penglihatan akan


memperkecil dan memberi kesan figur lebih kecil.
Pilih bahan dengan garis-garis yang vertikal dan berbidang
sempit.
Hindari warna-warna menyala, karena warna-warna ini
akan memberi kesan membesarkan bentuk badan.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 40
Gambar 2.22 Bentuk Tubuh Tinggi Besar

(4) Bentuk badan pendek gemuk

Hindari motif dengan garis horisontal, sebaiknya pilih


bahan dengan garis vertikal.
Hati-hati menggunakan corak kotak-kotak sedang atau
besar, karena akan kelihatan bertambah lebar.
Bahan dengan corak lingkaran besar dan sedang
membuat si pemakai kelihatan gemuk.
Pilihlah bahan berbintik kecil agar penampilan anda lebih
manis.
Hindari bahan yang kaku dan melangsai atau bahan yang
tebal.
Hindari bahan bercorak besar yang dikombinasikan
dengan bercorak pula, karena hal ini akan membuat si
pemakai kelihatan besar.

Gambar 2.23 Bentuk tubuh pendek gemuk

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 41
e) Warna Kulit

(1) Untuk yang berwarna kulit gelap, hindari warna putih, karena
akan kelihatan lebih gelap.
(2) Yang mempunyai kulit terang/kuning akan kelihatan pucat bila
menggunakan warna muda, terutama warna kuning muda.
(3) Pada prinsipnya pilihlah warna-warna yang tidak terlalu
kontras warnanya dengan warna kulit.

f) Kepribadian

(1) Orang yang sifatnya lincah akan lebih serasi jika memilih
bahan tekstil dengan warna-warna yang terang/ menyala.
(2) Orang yang pendiam, kalem, tenang akan lebih sesuai
dengan warna-warna yang redup/gelap.

Dengan Anda mengetahui semua aspek-aspek dalam


pemilihan bahan tekstil maka Anda tidak akan bingung, tidak
keliru untuk membeli bahan tekstil yang sesuai dengan
kebutuhan.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 42
Contoh Nama Bahan Tekstil untuk Pembuatan Busana dan Lenan
Rumah Tangga

No. Nama Bahan Kegunaan

1. Poplin Busana kerja dan busana anak


2. Chiffon Busana pesta dan scarf
3. Organza Busana pesta, busana adat
4. Shantung Busana resmi
5. Nansook Busana dalam dan busana bayi
6. Georgette (zorzet) Busana pesta sore hari
7. Voile (voal) Busana pesta siang (blus, gaun) dan kebaya
8. Batish Blus, busana dalam, bahan pelapis
9. Tafetta Bahan pelapis dan busana pesta malam
10. Lenan Busana kerja
11. Lame (lamay) Busana adat, pesta malam, lenan Rumah Tangga
12. Organdi Blus, gaun
13. Drill Busana pria, rok, busana anak, slack
14. Gabardin Slack, celana pria, busana OR
15. Denim Busana pria, wanita, jeans, jaket, rok
16. Sharskin Busana tenis (cocok untuk busana yang dipleats)
17. Saten Blus dan gaun, bahan pelapis, lenan RT
18. Satin Busana pengantin, pesta malam
19. Crepe Busana pesta (bahan rok)
20. Corduray Slack, busana anak, jaket
21. Beledu Busana adat, busana pesta malam
22. Velvetten Rok, celana, busana anak, jaket
23. Flanelette Busana bayi
24. Bordir Blus, bebe dan kebaya
25. Brocade Kebaya, busana pesta
26. Kanstof Kebaya, busana pesta
27. Lace (Renda) Kebaya, busana pesta
28. Trico Busana santai, busana OR

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 43
Contoh-contoh Pemilihan Bahan Sesuai Dengan Desain

(1) Bahan Katun

Katun adalah suatu bahan yang selalu berubah-ubah atau tidak tetap,
sehingga sifat penampilannya pun susah untuk diketahui, tetapi katun
tenunan memperlihatkan sifat sebagai:
suatu bahan yang kaku
suatu bahan yang bertekstur kusam
suatu bahan yang terasa kuat
Katun adalah bahan
yang paling ekonomis
dari segala bahan
alami, sehingga
kebanyakan tipe katun
pada kenyataannya
100% memiliki serat
katun. Ada suatu trend
yang populer bagi
pabrik-pabrik tekstil
untuk mencampur
bahan katun dengan
poliester, hal ini akan
memberikan suatu
bahan yang
berpenampilan serupa
katun dengan perbaikan
Gambar 2.24. Desain yang sesuai untuk
bahan katun daya lentingnya.
Oleh karena ada komponen sintetisnya, maka akan berpengaruh juga
terhadap pemilihan jenis benang jahit, serta temperatur setrika, dan tentu
saja cara pemeliharaan atau pencu-ciannya.

Kemungkinan Penggunaannya

Penggunaan bahan katun kebanyakan untuk busana harian dan santai,


khususnya koleksi musim panas, contoh: celana pendek (shorts),
kemeja, Jeans, celana Tailored, gaun dari bahan sejuk, busana anak-
anak, busana bayi, dan busana tidur. Bahan campuran merupakan
pilihan yang tepat untuk kemeja bisnis dan seragam sekolah.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 44
(2) Bahan Linen

Penampilan fisik bahan linen antara lain sebagai berikut:


terasa kuat dan gemersik
lembut cemerlang
terkesan ada benang kotornya

Banyak tipe bahan linen yang sesungguhnya dibuat dari serat-serat lainnya.
Pabrik-pabrik tekstil kebanyakan mempergunakan campuran seperti
poliester dan viskose yang memberikan daya lenting yang tidak terdapat
pada linen asli, sehingga bisa menekan harga dan lebih terjangkau.
Campuran serat sintetis terasa kurang sejuk dibandingkan dengan serat
alami, tetapi merupakan suatu pilihan yang meyakinkan untuk membuat
busana eksklusif dan gagah, serta mudah pemeliharaannya. Itulah yang
diutamakan. Campuran antara bahan linen dan bahan katun juga populer di
masyarakat umum.

Gambar 2.25 Desain yang sesuai untuk bahan linen

Kemungkinan Penggunaannya
Tipe bahan linen yang gemersik akan menarik bagi para perancang busana
untuk mendapatkan setelan tailored, celana (pant), rok bawah (skirt),
celana pendek (shorts). Sedangkan bahan linen yang lebih halus cocok
untuk atasan (blus) dan gaun (dress) yang anggun.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 45
(3) Bahan Wol

Bahan wol memiliki sifat:


hangat dan berbulu
bertekstur kusam
memiliki ketebalan dan berbentuk besar
Tipe bahan wol jarang yang
mengandung 100% wol, karena
harganya yang tinggi. Pembeli
mengagumi kehangatan yang luar
biasa dan kecantikan dari bahan wol
tersebut, tetapi beberapa orang bisa
menjadi alergi pada tekturnya yang
berbulu.
Campuran bahan pada pabrik tekstil
telah sukses membuat bahan wol
tiruan dengan biaya produk yang
sedikit sehingga diperoleh permintaan
yang lebih besar.

Kemungkinan Penggunaannya

Tipe bahan wol yang berat baik untuk


mantel luar (coat, overcoat), blazer,
setelan (suits), rompi (vest), dan
celana tailored. Sedangkan bahan wol
yang agak ringan biasanya dipilih untuk desain busana yang
halus, seperti blus, rok bawah (skirt), gaun (dress), dan
bahkan untuk dasi.
Gambar 2.26 Desain yang sesuai
untuk bahan wol

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 46
(4) Bahan Sutera

Bahan-bahan sutra untuk pakaian yang populer biasanya bersifat:


halus dan anggun
Drape (sampiran) yang bagus jatuhnya.
bertekstur mewah.

Beberapa tipe bahan sutra


terbukti me-ngandung 100%
sutra asli, sedangkan sutra
tiruan memper-gunakan serat-
serat buatan pabrik, seperti
poliester dan rayon.
Sutra sintetis berdaya lenting
sangat tinggi serta mudah
pemeli-haraannya, tetapi
kurang menyerap air dan
kurang nyaman seperti yang
terdapat pada sutra asli.
Bahan sutra rayon
menawarkan drape yang
sangat bagus tetapi daya
lenting-nya terbatas.

Gambar 2.27 Desain yang


sesuai untuk bahan sutera

Kemungkinan Penggunaannya

Tipe bahan sutra yang lembut dan halus sering kali dipilih oleh para
perancang untuk gaun-gaun, blus, kemeja, busana malam (evening
dress), busana-busana anggun, bahkan juga busana tidur yang mewah.
Tipe bahan sutra mentah/kasar jika dibuat busana tailored harian akan
kelihatan sangat bagus sekali karena memiliki kilapan yang lebih buram
daripada bahan sutra yang halus.
Tipe bahan sutra brocade dianjurkan penggunaannya untuk rompi (vest),
jas malam, dan kemeja pesta.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 47
(5) Bahan Rajut

Kebanyakan bahan rajut memperlihatkan kualitas sebagai berikut:


mempunyai regangan/tarikan mendatar maksimum,
mudah kembali pada bentuk
semula,
membalik kembali secara
baik/melenting.

Kemungkinan Penggunaannya

Para perancang menyukai tipe


bahan rajut interlock (tenunannya
halus) untuk segala jenis pakaian
santai dan Sport. Perlu diketahui
bahwa bahan rajut itu kurang
awet dan lebih cepat aus dari
bahan tenunan lainnya.

Gambar 2.28 Desain yang sesuai


untuk bahan rajut

Bahan rajut yang lebih kuat dan berat diperuntukkan bagi model-model
yang lebih tailored. Bahkan, rajutan yang dinamakan ribbing mempunyai
kapasitas daya lekat lebih besar, yang cocok dan bagus untuk gaun-
gaun ketat, bando penutup kepala (bandana), celana ketat melekat, dan
rok mini.
Bahan rajut super stretch seperti bahan lycra adalah suatu pilihan yang
nyata untuk pakaian renang (swim-wear) dan pakaian aerobic.
Bahan rajut fleecy knits yang berbulu kapas bagus untuk setelan pakaian
joging dan kemeja sweter.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 48
(5)Bahan Manik-manik (Beaded), Palyet (Pailette/Sequin) atau Bahan
Metalik

Bahan-bahan dengan penanganan khusus seperti ini pada umumnya


harganya mahal dan susah dalam penanganan. Apabila ingin menghemat,
penggunaan bahan ini sebaiknya tidak keseluruhan pada desain busana
tetapi hanya dipergunakan sebagai center piece. Contohnya Yoke (panel,
dada atau pinggul), midriff (ban lambung/magstuk), bolero, ikat pinggang,
krah, dan kelepak jaket (lapels), manset lengan baju (cuffs). Supaya tidak
salah dalam penanganan adakan ujicoba dengan mencoba pada perca kain
untuk mencoba teknik jahit dan setrika agar Anda bisa memastikan cara
penanganan yang terbaik.

Gambar 2.29 Desain yang sesuai untuk bahan manik-manik

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 49
c. Rangkuman

Untuk memilih bahan tekstil yang sesuai dengan desain, Anda harus
memperhatikan faktor-faktor berikut: warna, corak, jatuhnya bahan,
dan serta tekstur. Selain itu juga memperhatikan faktor kegunaan,
kesempatan, karakteristik penanganan, desain serta lebar bahan. Di
samping itu pemilihan bahan tekstil juga berdasarkan unsur-unsur
mendesain.

d. Tugas

1. Carilah 10 gambar desain yang ada di majalah, tabloid dan carilah


bahan tekstil yang sesuai dengan desain tersebut. Lengkapi kolom ini
dengan keterangan yang benar.

Bentuk
Gambar Tubuh & Jenis Bahan
No. Kesempatan
Desain Warna Kulit yang Sesuai
Pemakai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 50
e. Test Formatif

6. Agar busana Anda menarik, faktor apa yang perlu Anda diperhatikan
dalam pemilihan bahan tekstil.
7. Bagaimana saran Anda dalam memilih bahan tekstil bagi orang:
Pendek kurus
Pendek gemuk
8. Bagaimana cara menangani bahan beledu ketika akan menggunting
bahan sesuai pola?

f. Kunci Jawaban

1. Untuk memilih bahan tekstil yang sesuai dengan desain, Anda harus
memperhatikan faktor-faktor berikut: warna, corak, jatuhnya bahan,
dan serta tekstur. Selain itu juga memperhatikan faktor kegunaan,
kesempatan, karakteristik penanganan, model serta lebar bahan. Di
samping itu pemilihan bahan tekstil juga berdasarkan unsur-unsur
mendesain, yaitu: usia, kesempatan pemakaian, waktu pemakaian,
postur tubuh, warna kulit, dan kepribadian.
2. Dalam memilih bahan tekstil bagi orang:
Pendek-kurus
Pilih bahan dengan motif yang kecil-kecil atau sedang.
Gunakan bahan-bahan yang lembut dan agak tipis.
Hindari warna-warna gelap dan tua.

Pendek gemuk
Hindari motif dengan garis horisontal, sebaiknya pilih bahan
dengan garis vertikal.
Hati-hati menggunakan corak kotak-kotak sedang atau besar,
karena akan kelihatan bertambah lebar.
Bahan dengan corak lingkaran besar dan sedang membuat si
pemakai kelihatan gemuk.
Pilihlah bahan berbintik kecil agar penampilan Anda lebih
manis.
Hindari bahan yang kaku dan melangsai atau bahan yang
tebal.
Hindari bahan bercorak besar yang dikombinasikan dengan
bercorak pula, karena hal ini akan membuat si pemakai
kelihatan besar.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 51
3. Bahan-bahan berkilau dan berbulu harus cermat penanganan-nya.
Terutama ketika akan meletakkan bahan (layout) semua pola harus
terletak pada satu arah, ke atas atau ke bawah saja. Sehingga hasil
akhirnya motif/corak berkesinambungan

g. Lembar Kerja

1) Alat
- Penggaris
- Penggunting kain
- Alat-alat tulis

2) Bahan
- Gambar desain dari majalah atau tabloid
- Kertas HVS 80 gram
- Lem putih (untuk kertas dan kain)

3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bebas dari bahan yang mudah
tergunting.
b) Hati-hati dalam melaksanakan setiap langkah kerja.
c) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

4) Langkah kerja
a) Pilihlah gambar desain yang Anda kehendaki.
b) Ukur dan gunting sesuai dengan ukuran yang Anda kehendaki.
c) Ukur dan gunting perca bahan yang sesuai.
d) Susunlah gambar Anda dengan penataan yang baik sehingga
mudah untuk dipahami.
e) Bersihkan kembali dari setiap sisa bahan.
f) Merapikan kembali alat dan bahan yang dipergunakan.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 52
Bahan tekstil dengan segala jenis asal serat, motif dan penyempurnaan
agar mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan desain sudah
dilakukan. Namun itu semua tidak akan berguna jika Anda salah dalam
melakukan perawatan bahan tekstil. Agar terjaga keindahannya Anda
harus mengetahui cara pemeliharaan busana dan lenan rumah tangga.

1) Cara Pemeliharaan Bahan Tekstil Berdasarkan Asal Serat

No. Jenis/Bahan Sifat Perawatan

I. A. Selulosa Alam - Sangat - Jika kena noda


1. Biji higroskopis harus cepat
- Katun twill (mudah dihilangkan
- Belacu menyerap air) sebelum meresap.
- Poplin - Terasa dingin - Bisa dicuci dengan
- Tobralko bila dipakai menggunakan air
- Tetra - Mudah kusut hangat, jika kotor
- Reform - Tahan panas, sekali bisa direbus
- Paris tahan ngengat - Jemurlah dengan
- Voile - Tidak tahan bagian buruk
- Batist jamur berada di luar
- Organdi - Mudah terbakar - Jangan
- Drill menyimpan kain
- Denim dalam keadaan
- Osford lembab
- Pique
- Corduroy
- Yoryu
- Krep
- Dsb.

2. Serat Batang - Terasa dingin Perawatan sama


- Linen jika dipakai seperti serat biji
- Lebih kuat dari
serat kapas
- Kurang elastis
dan agak kaku
- Cepat menghisap

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 53
No. Jenis/Bahan Sifat Perawatan

air dan cepat


kering
- Tidak tahan
pemutih

3. Serat daun - Agak keras, kuat, - Menyimpan serat


- S. Nanas tidak tahan nanas hendaknya
tekukan dengan cara
- Tahan terhadap digulung.
garam

4. Serat buah - Lembut, licin, Perawatan sama


- Kapuk tidak elastis seperti serat biji
- Tidak higroskopis
tapi bersifat
higinis
- Mudah terbakar

B. Selulosa Buatan - Higroskopis - Tidak mudah


1. Rayon - Licin dan terkena kotoran
- R.Georgette berkilau - Kalau sudah kotor
- R. Ripple - Terasa dingin harus segera
- Rayon Krep bila dipakai dicuci
- Tidak tahan - Sebaiknya dicuci
panas, cepat dalam air hangat
kusut - Jangan dipiuh
- Tidak tahan - Jangan disetrika
asam, jamur dan terlalu panas
ngengat -

II. Protein - Jika dipakai - Harus dicuci


A. Protein Alam terasa dingin dengan cepat dan
1. Sutera dan dapat hati-hati, memakai
- Taffeta menyesuaikan sabun lunak di air
- Fuji silk dengan dingin. Untuk
- Figured temperatur sutera yang
satin sehingga baik berwarna warni,

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 54
No. Jenis/Bahan Sifat Perawatan

- Habutae untuk daerah cuci dengan air


- Moire tropis dan dingin yang
- Satin dingin dibubuhi garam
- Sangat dan jemur dengan
higroskopis, cara dibentangkan
kurang kuat di atas kain putih
dalam keadaan supaya cepat
basah kering.
- Halus dan - Bilas dan
lembut digantung di
- Tidak tahan tempat yang
asam pekat, teduh
panas tinggi dan - Disetrika dengan
obat kelantang temperatur hangat
chlor
- Tahan ngengat
sehingga mudah
dalam
penyimpanan

2. Wol - Tidak mudah - Wol dicuci dengan


- Jersey kusut sabun lama dalam
- Cashmere - Sangat air hangat (
- Twill Prancis higroskopis, 39oC) diremas lalu
- Loop Tweed lambat basah digantung di
- Fancy tapi lambat tempat teduh
Tweed kering - Diseterika dengan
- Tidak tahan temperatur hangat
ngengat di bawah kain
lembab
A. Protein Buatan - Berkilau keras
1. Wol susu - Lentur
- Lanital - Kuat tetapi
lembut

2. Vikara - Lebih tahan


alkali daripada

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 55
No. Jenis/Bahan Sifat Perawatan

wol, tahan
jamur dan
ngengat

3. Thermoplastik - Kuat dan tahan - Mudah dalam


- Nilon gesekan pemeliharaan
- Dakron - Kenyal, pegas - Jangan diseterika
- Terilene dan tahan dengan panas
- Trevira regangan tinggi
- Tetoron - Tidak - Mudah dalam
- Tetrex hidroskopis menyimpan
- Shantung - Peka terhadap
- Organdi panas
- Orlon - Tahan alkali,
- Cashmilon ngengat, jamur,
serangga
4. Mineral - Tidak dapat
- Asbes terbakar
- Benang - Sangat kuat dan
logam awet
- Tahan asam
- Tahan
cendawan
- Tidak
menghisap air
dan bau
- Tidak menyusut
dan mengkerut
- Tidak tahan
alkali

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 56
Bahan Pembersih Noda dan Cara Mempergunakannya

No. Macam Kain, Kapas, Lenan Rayon Sutera Sintetis Wol & Kain Tak
Noda Tahan/

Dapat dicuci

1 Balpoint Noda ditaburi garam, dituangi air Seperti Seperti Seperti rayon Kain perca dicelupkan
mendidih. Setelah noda hilang direndam kapas, rayon dalam larutan borax (1
dala larutan borax dan air panas (1 sdm tetapi sdm dalam l air),
borax + l air) selama 30 menit. dituangi diperas, digosokkan
Dicuci dan dibilas air pada noda beberapa
hangat, kali, kemudian
bukan air dikeringkan
mendidih
2 Buah- Noda direndam dalam larutan borax Seperti Seperti Seperti rayon Noda dilumuri gliserin
buahan dan air suam (1/2 sdt borax + 2 l air) kapas kapas dibiarkan. Sisa gliserin
selama - 1 jam atau dalam bongo, dibersihkan dengan
kemu-dian dicuci tetra, dibiarkan kering.
3 Cat Noda dikikis dengan kerta tebal atau Seperti Seperti Seperti kapas Seperti kapas tanpa
bambu. Sisa noda dibersihkan denan kapas kapas jangan memper- dibilas
perca/kapas yang dibasahi dengan gunakan bensin
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 57
No. Macam Kain, Kapas, Lenan Rayon Sutera Sintetis Wol & Kain Tak
Noda Tahan/

Dapat dicuci

bensin, terpentin atau minyak tanah. tetapi minyak


Diulangi beberapa kali sampai bersih, tanah/terpentin
kemudian dicuci
4 Cat bibir Noda digosok dengan gliserin atau Seperti Seperti Seperti kapas Seperti kapas tidak
Ready go, kemudian dicuci kapas kapas dicuci
5 Kelunturan Noda direncam dalam campuran air Seperti Seperti Seperti kapas Diseka dengan kain
warna panas + spiritus dan beberapa tetes kapas kapas perca/kapas yang
amonia (1 l air panas 1 l spiritus + dibasahi dengan jellow
beberapa tetes amonia) + 30 menit. go atau Color goi.
Kemudian noda dicuci Diseka dengan lap
Noda digosok dengan kapas yang basan dan dikeringkan
dipakai dengan Color go atau jellow
go, kemudian cicuci
6 Tinta Rendam noda dengan air cuka sampai Seperti Seperti Seperti kapas Seperti kapas, tidak
bersih baru dicuci. Dapat juga noda kapas kapas dicuci biarkan spiritus
digosok dengan kapas yang dibasahi menguap.
dengan tar go sampai bersih. Kain
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 58
No. Macam Kain, Kapas, Lenan Rayon Sutera Sintetis Wol & Kain Tak
Noda Tahan/

Dapat dicuci

dicuci. Bila terjadi noda karat.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1 59
2) Cara Pemeliharaan Busana Dinyatakan Dalam Simbol/ Gambar

Ada 5 simbol dasar pemeliharaan busana yang merupakan simbol


internasional, yaitu:

Simbol Pengertian
- Sebelum melakukan pencucian perhatikan gambar
ini. Angka-angka yang tertera misal: 60C, 30C,
menunjukkan suhu air. Artinya cucian bisa dicuci
menggunakan air dengan suhu 60C, 30C.
Contoh:
Pada label menunjukkan angka 100C, artinya
pakaian boleh dicuci dengan tangan atau mesin
dengan suhu tersebut untuk menghilang-kan
kotoran yang sangat melekat (misal: baju
bengkel/pakaian rumah petugas rumah sakit-
antiseptik)
Tanda pencucian yang disilang memberi tanda
kepada Anda bahwa busana atau lenan rumah
tangga tersebut tidak bisa dicuci menggunakan
air, berarti harus dibersihkan dengan cara yang
lain, misalnya di-dry cleaning.

- Dalam pencucian bahan-bahan yang berwarna


bermotif Anda harus memperhatikan tanda ini.
Tanda yang disilang berarti bahan/busana
tersebut tidak boleh diberi obat pemutih, karena
bisa berakibat warna/motif luntur atau pudar.

- Tanda penyetrikaan memberi petunjuk kepada


Anda apakah busana tersebut boleh disetrika atau
tidak. Banyaknya tanda /// menandakan
suhu yang bisa dipergunakan. Misalnya pada
label memberi petunjuk bahwa busana bisa
disetrika pada suhu atau panas tinggi. Tanda
pada label juga ada pada seterika listrik. Dengan
demikian diharapkan tidak terjadi kesalahan
penyetrikaan.
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
Simbol Pengertian

- Tanda bujursangkar merupakan tanda dari


pengeringan. Apakah busana itu boleh
dikeringkan dengan mesin atau tidak, boleh
digantung atau tidak, boleh diperas atau tidak
atau apakah busana harus dijemur dengan cara
dibentang. Bahan dari rajut harus dibentang agar
tidak berubah bentuk.
- Tanda lingkaran merupakan tanda dari pencucian
kering. Berarti pakaian itu tidak boleh dicuci
menggunakan air, tetapi menggunakan obat
khusus. Pelarut kimia yang biasa dipergunakan
adalah solvent.

Dalam hal pencucian sering ditemukan angka-angka yang menunjukkan


suhu air yang digunakan.

100

Air Mendidih (100C)


90
Air Sangat Panas (95C)

60

Air Panas (60C)


50

Air Hangat (50C)


40
Air Suam-Suam Kuku (40C)
30

Air Dingin (30C)

Tidak boleh dicuci dengan mesin atau dicuci dengan tangan


Tidak boleh dicuci dengan air

Gambar 2.30 Gambar simbol pencucian

Penyetrikaan

Disetrika dengan temperatur rendah (120C)

Disetrika dengan temperatur sedang (160C)

Disetrika dengan temperatur sedang (160C)

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
Tidak boleh disetrika
Gambar 2.31 Gambar simbol penyetrikan

Dry Cleaning

Dry cleaning dengan semua jenis solvent (solvent = sebagai


pelarut zat kimia)

Dry cleaning dengan solvent perchloroethilene, spiritus putih


solvent 113, dan solvent 11

Dry cleaning dengan cara khusus

Tidak boleh dry cleaning


Gambar 2.32 Gambar simbol Dry Cleaning

Pengeringan

Dikeringkan dengan mesin pengering

Dijemur dengan cara digantung

Dijemur tanpa dipiuh (diperas)

Dijemur dengan cara terbentang

Gambar 2.33 Gambar simbol pengeringan

Obat Pemutih

Dapat diberi obat pemutih chlorine

Tidak boleh diberi obat pemutih

Disetrika uap

Tahan cuci

Tahan air
Tidak boleh dipiuh (diperas)

Gambar 2.34 Gambar simbol pemeliharaan busana

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
c. Rangkuman

Agar bahan tekstil yang telah Anda pilih awet keindahannya, Anda harus tepat
dalam memeliharanya. Dalam memelihara bahan tekstil harus mengetahui cara
pemeliharaan dan bahan yang dipergunakan harus sesuai dengan asal serat.

d. Tugas

1. Kumpulkan label bahan tekstil dan label pakaian jadi masing-masing minimal
10 macam. Jelaskan masing-masing keterangan yang ada di label tersebut.

e. Test Formatif

1. Jelaskan hal-hal yang harus Anda perhatikan dalam memelihara pakaian yang
berasal dari serat selulosa alam dan wol!.

2. Apa yang harus Anda lakukan ketika baju seragam Anda terkena noda tinta?

3. Gambarlah dengan simbol untuk pemeliharaan:


Dapat diberi obat pemutih
Tidak dapat diberi obat pemutih
Disetrika uap
Tahan cuci
Tahan air
Tidak boleh dipiuh

4. Jelaskan gambar di bawah ini

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
f. Kunci Jawaban

1. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara bahan:


Selulosa Alam
Jika kena noda harus cepat dihilangkan sebelum meresap.
Bisa dicuci dengan menggunakan air hangat, jika kotor sekali bisa
direbus
Jemurlah dengan bagian buruk berada di luar
Jangan menyimpan kain dalam keadaan lembab

Wol
Wol dicuci dengan sabun lama dalam air hangat ( 39oC) diremas lalu
digantung di tempat teduh
Diseterika dengan temperatur hangat di bawah kain lembab
2. Yang harus dilakukan adalah:
Rendam noda dengan air cuka sampai bersih baru dicuci. Dapat juga noda
digosok dengan kapas yang dibasahi dengan tar go sampai bersih. Kain dicuci.

3. Simbol Pemeliharaan

Dapat diberi obat pemutih chlorine

Tidak boleh diberi obat pemutih

Disetrika uap

Tahan cuci

Tahan air

Tidak boleh dipiuh (diperas)

4. Keterangan simbol adalah:

Dry cleaning dengan semua jenis solvent (solvent = sebagai


pelarut zat kimia)

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
Dry cleaning dengan solvent perchloroethilene, spiritus putih
solvent 113, dan solvent 11

Dry cleaning dengan cara khusus

Tidak boleh dry cleaning

g. Lembar Kerja

1) Alat
- Penggaris
- Alat-alat tulis

2) Bahan
- Label bahan dan label pakaian jadi
- Kertas HVS 80 gram
- Lem putih (untuk kertas dan kain)

3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bersih/bebas dari kotor.
b) Hati-hati dalam melaksanakan setiap langkah kerja.
c) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

4) Langkah kerja
a) Buat tabel berdasarkan jenis label.
b) Tempelkan label sesuai dengan jenisnya.
c) Jelaskan arti pada masing-masing label pada bagian keterangan.
d) Kemasi kembali alat yang sudah Anda gunakan.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
a. Uraian Materi

1) Cara Membeli Bahan Tekstil

Untuk membeli bahan tekstil, sebaiknya Anda memperhatikan hal-hal di


bawah ini:
a. Waktu berbelanja yang paling baik adalah siang hari. Terang dari cahaya
matahari akan memberikan warna yang sesuai dengan aslinya. Sinar lampu
neon dengan cahaya kuning dapat mempengaruhi warna bahan tekstil.
b. Kalau berbelanja untuk beberapa busana, sebaiknya dibawa serta desain
busana dan rancangan jenis dan jumlah bahan, agar tidak ada bahan yang
terlupakan.
c. Perhatikan label bahan
Label perlu Anda perhatikan karena didalam label menerang-kan tentang:
1) Jumlah bahan (dalam yard atau meter dalam 1 piece)
2) Asal bahan
3) Konstruksi kain
4) Penyempurnaan kain
d. Cara membeli, memilih bahan tekstil
1. Peganglah bahan tekstil, beberkan dari gulungannya sebanyak yang
dibutuhkan dan lihatlah warna, corak, rupa dan tekstur bahan.
2. Untuk menyesuaikan warna bahan dengan warna kulit, lampirkan di
bawah dagu atau dekat leher di depan cermin, apakah warna kulit akan
menjadi cerah atau gelap. Pilihlah warna yang membuat sipemakai lebih
cerah dan menarik.
3. Lampirkan pada badan sesuai dengan kegunaannya, misalnya: untuk
blus, lampirkan pada badan atas. Untuk rok, dan slack (celana)
lampirkan pada badan bawah, lihat efeknya, corak dan jatuhnya bahan.
4. Busana dengan desain kerutan, draperi atau lipit, buatlah kerutan,
draperi atau lipit dari bahan yang Anda pegang dan lihat bagaimana
jatuhnya bahan itu, apakah sesuai dengan desain busananya (siluet).
5. Remaslah sebagian bahan agar mengetahui apakah bahan itu cepat
kusut atau tidak.
6. Perhatikan tepi bahan, apakah mudah bertiras atau tidak.
7. Untuk mengecek warna bahan, luntur atau tidak, dapat diteliti dengan:
mencium baunya, kalau menusuk hidung tajam berbau asam
berarti luntur

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
ambilah benang dari tepi kain dibasahi dan ditekan sambil benang
ditarik pada kain putih atau sapu tangan yang basah. Jika ada sisa
warna pada bahan tersebut berarti bahan itu luntur.
8. Waktu membeli bahan polos, perhatikanlah apakah warnanya merata
atau tidak.
9. Perhatikan silang tenunan, arah benang pakan dan lungsin agar jangan
terlalu miring, karena akan sulit dalam meluruskan bahan tersebut.
10. Untuk rajutan perhatikan arah mulur bahan, dan tariklah rajutan
tersebut untuk mengetahui besar daya mulurnya.
11. Ambillah lebar bahan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemborosan
dan akan menghemat jumlah bahan.

2) Membuat Kesepakatan Dengan Pelanggan

Agar mencapai hasil yang maksimal dan tepat pada waktunya, Anda
perlu merencanakan dengan cermat semua 5 langkah yang akan Anda
lakukan. Adakan kesepakatan dengan pelanggan mengenai:
waktu (terbagi menjadi 3 termin)
Termin 1. Kesepakatan bertemu dengan pelanggan untuk
membicarakan masalah desain, bahan utama dan
tambahan, pemeliharaan pakaian serta harga yang
disepakati oleh kedua belah pihak .
Termin 2. Melakukan pengepasan (fitting)
Termin 3. Menyerahkan hasil jadi kepada pelanggan dengan hasil yang
baik dan tepat waktu, dikemas dengan baik dan pelanggan
merasa puas.

c. Rangkuman

Supaya tidak keliru dalam pembelian bahan tekstil, hal-hal yang harus
diperhatikan:
1) Upayakan belanja bahan di siang hari.
2) Buatlah daftar barang yang hendak Anda beli.
3) Perhatikan label bahan.
4) Lakukan cara memilih bahan dengan memperhatikan cara-cara pembelian
bahan tekstil.
Buat kesepakatan dengan pelanggan untuk memilih bahan tekstil yang sesuai
antara pembuat, konsumen, dan desain busana.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
d. Tugas

Bentuklah satu kelompok dengan teman-teman Anda untuk membuat satu


sosiodrama dengan rincian tugas sebagai: seorang desainer, sebagai pelanggan
atau konsumen yang bertemu untuk berkonsultasi dan mencapai satu
kesepakatan dalam hal pemilihan bahan baku yang sesuai dengan pelanggan dan
desain busana.

e. Test Formatif

Jelaskan langkah-langkah dalam memilih bahan tekstil sesuai dengan desain

f. Kunci Jawaban

Langkah dalam memilih/membeli bahan tekstil :


a. Waktu berbelanja yang paling baik adalah siang hari. Terang dari cahaya
matahari akan memberikan warna yang sesuai dengan aslinya. Sinar lampu
neon dengan cahaya kuning dapat mempengaruhi warna bahan tekstil.
b. Kalau berbelanja untuk beberapa busana, sebaiknya dibawa serta desain
busana dan rancangan jenis dan jumlah bahan, agar tidak ada bahan yang
terlupakan.
c. Perhatikan label bahan
Label perlu Anda perhatikan karena didalam label menerangkan tentang:
1) Jumlah kain (dalam yard atau meter dalam 1 piece)
2) Asal bahan
3) Konstruksi bahan
4) Penyempurnaan bahan
d. Cara membeli, memilih bahan tekstil
1. Peganglah kain, beberkan dari gulungannya sebanyak yang dibutuhkan dan
lihatlah warna, corak, rupa dan tekstur bahan.
2. Untuk menyesuaikan warna bahan dengan warna kulit, lampirkan di bawah
dagu atau dekat leher di depan cermin, apakah warna kulit akan menjadi
cerah atau gelap. Pilihlah warna yang membuat si pemakai lebih cerah dan
menarik.
3. Lampirkan pada badan sesuai dengan kegunaannya, misalnya: untuk blus,
lampirkan pada badan atas. Untuk rok, dan slack (celana) lampirkan pada
badan bawah, lihat efeknya, corak dan jatuhnya bahan.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
4. Kalau desain busana ada kerutan, draperi atau lipit, buatlah kerutan,
draperi atau lipit dari bahan yang anda pegang dan lihat bagaimana
jatuhnya kain itu, apakah sesuai dengan desain busananya (siluet).
5. Remaslah sebagian bahan agar mengetahui apakah bahan itu cepat kusut
atau tidak.
6. Perhatikan tepi bahan, apakah mudah bertiras atau tidak.
7. Untuk mengecek warna bahan, luntur atau tidak, dapat diteliti dengan:
mencium baunya, kalau menusuk hidung tajam berbau asam berarti
luntur
ambilah benang dari tepi kain dibasahi dan ditekan sambil benang
ditarik pada kain putih atau sapu tangan yang basah. Jika ada sisa
warna pada bahan tersebut berarti bahan itu luntur.
8. Waktu membeli bahan polos, perhatikanlah apakah warnanya merata atau
tidak.
9. Perhatikan silang tenunan, arah benang pakan dan lungsin agar jangan
terlalu miring, karena akan sulit dalam meluruskan bahan tersebut.
10. Untuk rajutan perhatikan arah mulur bahan, dan tariklah rajutan tersebut
untuk mengetahui besar daya mulurnya.
11. Ambillah lebar bahan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemborosan dan
akan menghemat jumlah bahan.

g. Lembar Kerja

1) Alat
- Alat-alat tulis
- Alat mendesain
- Buku mode blad

2) Bahan
- Contoh bahan-bahan tekstil
- Kertas HVS 80 gram

3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bersih.
b) Hati-hati dalam melaksanakan setiap langkah kerja.
c) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

4) Langkah kerja

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
a) Susun skenario dan pilih pelaku yang sesuai.
b) Susun ruangan sesuai skrip.
c) Lakukan sosiodrama di depan teman-teman Anda.
d) Kemasi dan kembalikan semua alat yang sudah Anda pergunakan.

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
BAB. III
EVALUASI

A. Evaluasi

1. Soal

a. Soal Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di bawah ini,


yang anda anggap benar.

1. Apa yang dimaksud dengan bahan tekstil?


b. bahan tenunan yang berasal dari serat alam maupun buatan.
c. bahan tenunan yang dibuat untuk pakaian.
d. bahan tenunan yang diperlukan untuk membuat lenan rumah tangga.
e. bahan untuk pembuatan busana dan perlengkapannya.
f. bahan yang berupa tenunan dan bukan tenunan yang dipergunakan
untuk busana dan lenan rumah tangga.

2. Menurut fungsinya bahan tekstil Anda kelompokkan menjadi...


a. 2 kelompok
b. 3 kelompok
c. 4 kelompok
d. 5 kelompok
e. 6 kelompok

3. Bahan yang berperan pada penampilan dan mutu bsana atau lenan rumah
tangga...
a. bahan pembantu
b. bahan tambahan
c. bahan pelengkap
d. bahan utama
e. bahan inti

4. Untuk membuat dari serat menjadi bahan, maka proses yang dilalui
adalah...

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
a. serat benang kain
b. serat benang penyempurnaan kain
c. serat penyempurnaan benang kain
d. serat benang kain penyempurnaan
e. serat kain benang penyempurnaan
5. Yang termasuk bahan pelengkap di bawah ini adalah:
a. macam-macam bahan
b. macam-macam rajutan
c. macam-macam asesoris
d. macam-macam konstruksi bahan
e. macam-macam kancing

6. Dilihat dari asal serat bisa digolongkan menjadi....golongan besar


a. 2 golongan
b. 3 golongan
c. 4 golongan
d. 5 golongan
e. 6 golongan

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
7. Kapas digolongkan dalam serat
a. selulosa
b. lenan
c. buatan
d. protein
e. thermoplastik

8. Yang termasuk serat protein alam di bawah ini adalah...


a. wol
b. wol susu
c. sutera
d. rambut kuda
e. kulit binatang

9. Proses pembuatan kain salah satunya adalah kempa, yaitu


a. bertemunya benang pakan dan lungsin
b. perslingangan benang pakan dan lungsin
c. susunan benang yang saling bertumpu
d. tenunan yang digaru bulu
e. kain yang dibuat dari susunan serat yang ditekan sehingga bulunya
tidak terpisah lagi.

10. Salah satu bahan di bawah ini berasal dari serat daun, yaitu:
a. blacu
b. baris
c. oxford
d. serat nanas
e. conduray

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
b. Soal Isian Jawaban Singkat

Kerjakan soal-soal di bawah ini pada lembar jawaban yang telah


disediakan!

1. Sebutkan 5 nama bahan di pasaran yang berasal dari serat protein!


2. Untuk keperluan pakaian bagi pemadam kebakaran, bahan apa yang anda
sarankan? Mengapa?
3. Di dalam pemilihan bahan tekstil salah satu faktor yang harus diperhatikan
adalah warna. Hal apa yang harus kamu perhatikan dalam pemilihan
warna? Jelaskan!
4. Jelaskan apa kelebihan dan kekurangan motif searah maupun 2 arah!
5. Dalam tekstur meliputi 9 hal, apa saja dan jelaskan!
6. Jika anda mempunyai busana pesta dari bahan sutera, bagaimana langkah
pemeliharaannya?
7. Klien anda bertubuh tinggi besar untuk keperluan kerja saran bahan yang
bagaimana yang akan anda berikan?
8. Jelaskan keterangan yang biasa ada pada label bahan!
9. Berikan 3 saran yang tepat untuk cara praktis berbelanja bahan!
10. Klien anda sepakat untuk bertemu dengan anda yang pertama kali.
Langkah dan persiapan apa yang akan anda lakukan?

c. Soal Praktik

Disiapkan 10 gambar desain yang berbeda, buatlah analisa dan tentukan:


1. untuk siapa desain dibuat
2. untuk kesempatan apa
3. pilihlah bahan yang cocok

2. Kunci Jawaban

a. Pilihan Ganda

1. E 6. C

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
2. A 7. A
3. D 8. A
4. D 9. E
5. E 10. D

b. Isian Jawaban Singkat

1. Nama bahan tekstil yang berasal dari serat protein


a. Taffeta
b. Fuji silk
c. Habutae
d. Jersey
e. Chasmere

2. Untuk busana petugas pemadam kebakaran, diperlukan bahan yang berasal


dari serat asbes karena serat asbes bersifat:
Tidak dapat terbakar
Sangat kuat dan awet
Tidak menghisap air dan bau

3. Dalam pemilihan warna, yang harus diperhatikan


a. Warna yang sedang digemari / sedang in
b. Warna sesuai dengan tujuan pemakaian
c. Warna sesuai dengan bentuk tubuh
d. Warna sesuai dengan warna kulit dan rambut si pemakai
e. Warna sesuai dengan umur dan kepribadian si pemakai

4. Kelebihan dan kekurangan motif searah maupun 2 arah.

Kelebihan Kekurangan
I. Motif Searah
1. Busana nampak 2. Boros dalam penggunaan
menarik, karena motif bahan karena tidak bisa
tertentu bisa dibolak-balik teknik
memberikan efek meletakannya.
tertentu yang sesuai
dengan yang
dikehendaki

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
II. Motif Dua Arah
1. Irit dalam 2. Kesan yang ditimbulkan
penggunaan bahan karena motif, tidak
memberikan kesan yang
istimewa

5. Di dalam tekstur ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu:


a. hang (Bagaimana jika digantung) jatuhnya bahan
- berat dan kaku
- ringan melayang
- melangsai
b. feel (Bagaimana jika diraba permukaannya)
- lembut
- berbuku
- bergelombang
c. appearance (Bagaimana rupa permukaan bahan)
- berkilau
- kusam

6. Langkah pemeliharaan bahan sutera


a. cuci dengan sabun yang lembut
b. gunakan air hangat
c. jangan dipiuk apalagi dicuci menggunakan mesin cuci
d. jemur dengan cukup diangin-anginkan
e. setrika dengan cara di alas menggunakan lap setrika

7. Untuk tubuh tinggi besar sebaiknya :


- pilihlah bahan yang lunak dan kusam
- pilihlah bahan dengan garis-garis yang vertikal dan berbidang sempit
- hindari warna-warna menyala, karena warna-warna ini akan memberi
kesan membesarkan bentuk badan.

8. Keterangan yang biasa pada label bahan tekstil adalah .


a. komposisi bahan/asal bahan
b. jumlah kain
c. konstruksi bahan
d. penyempurnaan bahan
e. nama pabrik
f. negara penghasil
M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1
9. Cara praktis dalam berbelanja bahan
a. waktu berbelanja sebaiknya siang hari, agar tidak terpengaruh oleh
cahaya lampu.
b. perhatikan label bahan
c. jangan lupa membawa desain, rancangan bahan.

10. Hal-hal yang harus disiapkan ketika bertemu dengan klien yang pertama kali
a. siapkan gambar-gambar desain busana
b. siapkan alat mendesain
c. siapkan contoh-contoh bahan yang sesuai dengan gambar desain

M o du l 3 9 . B U S . C - m . M A T . 1 1 A . 0 0 1

Anda mungkin juga menyukai